BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh berupa nilai absorbansi, yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan Spektrofotometer Visibel digunakan untuk membuat kurva kalibrasi dan menentukan nilai presisi, linearitas, LoD, LoQ serta kadar zat besi yang terkandung dalam multivitamin tambah darah.
23 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dengan menentukan panjang gelombang maksimal dari larutan standar Fe (II). Pengujian dilakukan dengan membuat larutan dengan konsentrasi 0,5 ppm, kemudian diukur pada spektrofotometri pada kisaran panjang gelombang 400 sampai 700 nm. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gelombang yang memberikan serapan paling besar untuk larutan Fe (II) yaitu pada panjang gelombang 511,0.
Pengukuran panjang gelombang maksimal terdapat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Panjang Gelombang Maksimal Larutan Fe (II)
24
4.2 Validasi Metode Analisa 4.2.1 Uji Linearitas
Pengujian linearitas dilakukan dengan membuat 6 variasi konsentrasi larutan standar Fe (II), yaitu 0,06; 0,1; 0,5; 1; 1,5 dan 2 ppm. Keenam variasi konsentrasi tersebut diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang maksimal yang telah diperoleh. Pada setiap konsentrasi dilakukan pembacaan absorbansi sebanyak 5 kali. Masing-masing konsentrasi dihitung rata-rata nilai absorbansinya, kemudian dibuat kurva kalibrasinya. Data kurva kalibrasi adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Uji Linearitas Fe (II)
No
Dari data yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam persamaan regresi y = bx + a antara data konsentrasi standar Fe (II) dan nilai rata-rata absorbansi sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi seperti pada Gambar 4.2.
25 sehingga didapat persamaan regresi y = 0,2518x + 0,0016. Karena diperoleh nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1 maka data tersebut memenuhi syarat linearitas.
4.2.2 Uji Presisi
Uji presisi dilakukan dengan menghitung standar deviasi dari rata-rata absorbansi dari setiap konsentrasi larutan, kemudian dihitung simpangan baku relatif ( % RSD ).
Tabel 4.2 Hasil Uji Presisi Fe (II) Standar
26
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh % RSD dari hasil pengujian adalah 0,00;
0,00; 0,63; 0,22; 0,22 dan 0,09 yang kesemua hasilnya adalah dibawah nilai 2, maka syarat Uji Presisi terpenuhi.
4.2.3 Batas Deteksi (LoD) dan Batas Kuantifikasi (LoQ)
Nilai LoD dan LoQ diukur dengan menggunakan nilai absorbansi dari konsentrasi terendah yang diperiksa berdasarkan literatur yang didapat adalah 0,02 ppm. Pengukuran absorbansi dilakukan sebanyak 7 kali pengulangan, dihitung rata-ratanya dan dicari standar deviasinya (SD). Nilai LoD diperoleh dari nilai rata-rata ditambah 3 SD, sedangkan nilai LoQ diperoleh dari nilai rata-rata ditambah 10 SD. Data pengukuran absorbansi terdapat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data LoD dan LoQ
27
4.3 Penetapan Kadar Sampel
Hasil perhitungan kadar zat besi dalam 5 sampel multivitamin tambah darah dapat dilihat pada Tabel 4.4. Perhitungan bobot rata-rata sampel dan banyaknya sampel yang ditimbang terdapat pada lampiran.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Nama
28
4.4 Pembahasan
Dalam menetapkan kadar suatu senyawa, khususnya penetapan kadar dengan menggunakan spektrofotometer terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Diantaranya adalah uji pendahuluan dan validasi metode analisa. Uji pendahuluan yang dilakukan adalah penentuan panjang gelombang maksimum.
Sedangkan validasi metode terdiri dari uji linearitas, presisi, akurasi, batas deteksi dan batas kuantifikasi.
Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang yang menghasilkan serapan terbesar. Nilai panjang gelombang maksimum yang diperoleh kemudian digunakan untuk analisis senyawa dengan menggunakan spektrofotometer. Berdasarkan data serapan dalam Gambar 4.1 nilai serapan tertinggi adalah 511,0 nm.
Tahap selanjutnya adalah validasi metode analisa, yang pertama adalah Uji Linearitas yang merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linearitas merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungakan antar respon (y) dengan konsentrasi (x). Linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses untuk menentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar & Rohman, 2012; Harmita, 2004).
Dari data kurva kalibrasi pada Gambar 4.2 diperoleh persamaan regresi yaitu y = o,2518x + 0,0016 dengan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,9998. Hubungan yang linear dicapai apabila nilai r mendekati +1 atau -1 bergantung pada arah garis (Harmita, 2004). Nilai koefisien korelasi yang mendekati 1 serta bentuk grafik yang mendekati lurus menunjukkan bahwa kurva kalibrasi memenuhi syarat linearitas, yang artinya terdapat hubungan antara absorbansi dan konsentrasi zat.
Uji presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisa dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relative (koefisien variasi) dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Presisi dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). (Gandjar &
29
Rohman, 2012; Harmita, 2004). Uji presisi dilakukan dengan menghitung standar deviasi dari rata-rata absorbansi dari setiap konsentrasi larutan, kemudian dihitung simpangan baku relatif ( % RSD ). Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh % RSD dari hasil pengujian adalah 0,00; 0,00; 0,63; 0,22; 0,22 dan 0,09 yang kesemua hasilnya adalah dibawah nilai 2, maka hasil tersebut memenuhi persyaratan parameter presisi menurut Harmita (2004) yaitu nilai RSD yang dapat diterima adalah ≤ 2 %.
Batas deteksi (limit of detection) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Batas deteksi merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu. Batas kuantifikasi (limit of quantification) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar & Rohman, 2012; Harmita, 2004). Dari data Tabel 4.4 diperoleh hasil uji batasdeteksi yaitu pada 0,0032 ppm dan hasil uji batas kuantifikasi yaitu pada 0,0141 ppm.
Penetapan kadar sampel dilakukan menggunakan lima merek suplemen tambah darah dengan kandungan zat besi yang berbeda. Sampel masing-masing ditimbang sebanyak 10 lalu dihitung bobot rata-ratanya. Pada setiap merek dilakukan dua macam perlakuan destruksi dan untuk setiap jenis destruksi dilakukan pengukuran dua kali. Berdasarkan Farmakope Indonesia V, persyaratan kadar tablet besi adalah tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 110%. Dari data perhitungan kadar yang diperoleh, kadar zat besi pada kelima sampel sebagian besar sudah sesuai dengan persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia V, namun pada dua sampel diperoleh kadar zat besi yang melebihi batas persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia V. Kadar zat besi yang diperoleh pada sampel A sebesar 100,41% dan 108,73%. Pada sampel B sebesar 99,85% dan 112,16%. Pada sampel C sebesar 98,89% dan 115,71%. Pada sampel D sebesar 100,35% dan 108,63%. Pada sampel E sebesar 97,04% dan 107,17%.
Perbedaan kadar dapat terjadi karena proses persiapan sampel awal yang kurang baik. Kemungkinan saat proses penggerusan sampel dari beberapa tablet
30
kemudian hasil penggerusan dimasukan kedalam suatu wadah kemungkinan dapat terjadi segregasi atau proses pemisahan zat besi dengan zat lain pada sampel, sehingga pada saat sampel ditimbang pada setiap bagiannya tidak homogen dan dapat terjadi perbedaan kadar saat dilakukan analisis. Zat besi merupakan mineral yang memiliki kadar maksimum yang diperlukan oleh tubuh, kadar yang melebihi peryaratan yang ditetapkan tidak terlalu signifikan dan tidak melebihi kebutuhan maksimun zat besi perhari.
31 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil validasi metode yang diperoleh yaitu Panjang gelombang maksimum untuk analisis zat besi adalah 511 nm. Koefisien korelasi sebesar 0,9998;
% RSD < 2 %; nilai akurasi berada diantara 98-101 %; batas deteksi yaitu 0.0032 ppm dan batas kuantifikasi yaitu 0,0141 ppm.
2. Kadar zat besi yang diperoleh pada sampel A sebesar 100,41% dan 108,73%. Pada sampel B sebesar 99,85% dan 112,16%. Pada sampel C sebesar 98,89% dan 115,71%. Pada sampel D sebesar 100,35% dan 108,63%. Pada sampel E sebesar 97,04% dan 107,17%.
5.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar melakukan preparasi sampel dengan lebih baik lagi, bila perlu serbuk sampel sebelum ditimbang diaduk atau dihomogenkan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh sampel untuk analisa yang memiliki kadar zat besi yang sama atau hampir sama disetiap bagian serbuknya.
32
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1970. Methods Of Analysis of association of official analytical chemists.
Eleventh edition.
Budijanto, Didik dkk. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Greenberg, Arnold dkk. Standard Methods For the examination of water and wastewater. Fifteenth edition. Washington DC: American Public Health Association.
Gandjar, I.G. dan Rohman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
ISO Indonesia vol.47. 2012 s/d 2013. Jakarta: MSD.
Kurniawati, Suerni dan Djarot Sugiarso. 2016. Perbandingan Kadar Fe (II) dalam tabtet tambah darah Secara Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 5, No. 1, 2337-3520.
Kristianingrum, Susila. 2012. Kajian Berbagai Proses Destruksi sampel dan Efeknya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2011. Peraturan Kepala BPOM RI, Kriteria dan Tata Cara Penarikan Obat Yang Tidak Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan. Jakarta: BPOM RI.
Rahayu, Wiranti Sri dkk. 2007. Validasi Penetapan Kadar Besi Dalam Sediaan Tablet Multivitamin Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Pharmacy, Vol 05 No 01 ISSN 1693-3591.
Rasyid, Roslinda dkk. 2015. Validasi Metode Analisis α- Mangostin Dalam Plasma Darah Manusia Secara In Vitro Dengan Metode Spektrofotometri
33
Uv. Prosiding Seminar Nasiona & Workshop “ Perkembangan Terkini Sains Farmasi & Klinik 5”.
Seri, Luh Ani. 2013. Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sweetman, Sean C.(Ed). 2009. Martindale: The Complete Drug Reference, Edisi 36. USA: Pharmaceutical Press.
Tarwoto dan Wasdinar. 2013. Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media.
World Health Organisation 2015. The Global Prevalence of Anaemia In 2011.
Geneva: WHO Document Production Services.
34
LAMPIRAN
35
LAMPIRAN 1
Perhitungan Penimbangan Bahan
Rata-Rata Bobot Multivitamin Tambah Darah ( g )
NO SANGOBION BIOSANBE HEMOBION NONEMI FE
SANGOBION Kering 0,4342 0,4337
Basah 0,4345 0,4370
BIOSANBE Kering 0,4757 0,4748
Basah 0,4766 0,4755
HEMOBION Kering 0,7076 0,7079
Basah 0,7082 0,7079
NONEMI Kering 0,6915 0,6915
Basah 0,6917 0,6920
FE TABLET Kering 0,3773 0,3773
Basah 0,3772 0,3773
36
LAMPIRAN 2 Larutan Standar Fe
37
LAMPIRAN 3 Larutan Reagent
38
LAMPIRAN 4
Standar dengan berbagai konsentrasi
39
LAMPIRAN 5 Sampel Destruksi Kering
40
LAMPIRAN 6 Sampel Destruksi Basah
41
LAMPIRAN 7 Proses Penyaringan
42
LAMPIRAN 8 Sampel hasil destruksi
Destruksi Basah
Destruksi Kering
43
LAMPIRAN 9
Pengenceran hasil destruksi
Destruksi Kering
Destruksi Basah.
44
45
46
47
0.368
DB
0.398
0.3982 1.5751 0.1575 78.7530 0.9997 78.7321 2.7125 213.5608 200 106.78
0.398 0.398 0.398 0.399
DB
0.401
0.401 1.5862 0.1586 79.3090 1.0000 79.3090 2.7125 215.1256 200 107.56
0.401 0.401 0.401 0.401
Rumus Perhitungan Kadar :
Kadar zat besi ₌ Kadar Fe x Pengenceran x
x 100%
Kandungan sesuai etiket
48