• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menghitung rerata DMFT dan persentase status periodontal dan kebutuhan perawatan pada penderita gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Mahoni Medan.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 63,6%, dengan kisaran usia dari 20-49 tahun, lebih banyak daripada perempuan 36,4% dengan kisaran usia 20-39 tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan (n=107)

Karakteristik Responden N % Laki-laki (20 - 49 tahun) 68 63,6 Perempuan (20 – 39 tahun) 39 36,4 Jumlah 107 100

4.2 Rerata Pengalaman Karies (DMFT)

Tabel 3 menunjukkan rerata DMFT 11,18 ± 5,50 dengan rerata missing paling tinggi yaitu 6,78 ± 5,92, diikuti rerata decay 3,90 ± 2,17, dan filling 0,50 ± 1,05. Hal ini menunjukkan bahwa kehilangan gigi lebih banyak dialami oleh penderita gangguan jiwa daripada gigi yang mengalami kerusakan dan tambalan.

Tabel 3. Rerata DMFT Pada Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan Pengalaman Karies X SD Decay 3,90 2,17 Missing 6,78 5,92 Filling 0,50 1,05 DMFT 11,18 5,50

4.3 Rerata Pengalaman Karies (DMFT) Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4 menunjukkan rerata DMFT pada laki-laki yaitu 11,43±5,58 dengan decay 4,09±2,28, missing 6,99±6,03, filling 0,35±0,89. Sedangkan rerata DMFT pada perempuan yaitu 10,74±5,41 dengan decay 3,56±1,95, missing 6,41±5,78 dan filling 0,77±1,26.

Tabel 4. Rerata Pengalaman Karies (DMFT) Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan

Jenis Kelamin D M F DMFT Jumlah X SD X SD X SD X SD Laki-laki 4,09 2,28 6,99 6,03 0,35 0,89 11,43 5,58 68 Perempuan 3,56 1,95 6,41 5,78 0,77 1,26 10,74 5,41 39 Total 3,90 2,17 6,78 5,92 0,50 1,05 11,18 5,50 107

4.4 Persentase Status Periodontal

Tabel 5 menunjukkan status periodontal penderita gangguan jiwa di RSJ Mahoni, persentase responden yang ada kalkulus paling banyak yaitu 54,2%, dan yang mengalami perdarahan 15,9%, yang mempunyai kedalaman saku 4-5 mm 25,2%. Persentase yang mempunyai jaringan periodontal yang sehat 2,8%, sedangkan yang mempunyai kedalaman saku ≥ 6 mm sebanyak 1,9%.

Tabel 5. Persentase Status Periodontal Pada Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan Status Periodontal n % Sehat 3 2,8 Ada Perdarahan 17 15,9 Ada Kalkulus 58 54,2 Poket 4 – 5 mm 27 25,2 Poket ≥ 6 mm 2 1,9 Jumlah 107 100

4.5 Persentase Status Periodontal Berdasarkan Jenis Kelamin

Persentase status periodontal berdasarkan jenis kelamin dihitung dengan melihat skor sektan yang paling tinggi. Tabel 6 menunjukkan baik responden laki-laki maupun perempuan mempunyai persentase ada kalkulus lebih banyak yaitu masing-masing 52,9% dan 56,4%. Selain itu persentase jaringan periodontal yang sehat pada laki-laki hanya 2,9% dan 2,6% pada perempuan. Yang mempunyai kedalaman poket 4-5 mm pada laki-laki lebih tinggi pada laki-laki (30,9%) daripada perempuan

(15,4%) sedangkan pada persentase yang ada perdarahan lebih banyak pada perempuan yaitu 23,1% daripada laki-laki yaitu 11,8%.

Tabel 6. Persentase Status Periodontal Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan

Jenis Kelamin Status Periodontal Total Sehat Ada perdarahan Ada kalkulus Poket 4-5 mm Poket ≥ 6 mm n % n % n % n % n % n % Laki-laki 2 2,9 8 11,8 36 52,9 21 30,9 1 1,5 68 100 Perempuan 1 2,6 9 23,1 22 56,4 6 15,4 1 2,6 39 100 Jumlah 3 2,8 17 17,45 58 54,6 27 23,1 2 2,05 107 100

4.6 Persentase Kebutuhan Perawatan

Persentase kebutuhan perawatan disesuaikan dengan skor yang paling tinggi dari tabel status periodontal. Tabel 7 menunjukkan persentase penderita gangguan jiwa yang tidak membutuhkan perawatan hanya 2,8%, yang perlu dilakukan edukasi 15,9%, yang memerlukan edukasi dan skeling 79,4%, sedangkan yang memerlukan edukasi dan skeling serta perawatan komprehensif hanya 1,9%.

Tabel 7. Persentase Kebutuhan Perawatan Penderita Gangguan Jiwa di RSJ Mahoni Medan

Kebutuhan perawatan n %

Tidak membutuhkan perawatan 3 2,8

Edukasi 17 15,9

Edukasi dan skeling 85 79,4

Edukasi, skeling dan perawatan komprehensif

2 1,9

BAB 5 PEMBAHASAN

Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata DMFT pada penderita gangguan jiwa di RSJ Mahoni Medan 11,18 ± 5,50 dengan rerata, missing 6,78 ± 5,92 yang paling tinggi, sedangkan decay 3,90± 2,17, dan filling 0,50 ± 1,05. Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Lewis pada tahun 2001 melaporkan rerata DMFT 19,1. Petersson pada tahun 2003 menyatakan bahwa penderita gangguan jiwa mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya karies dan kerusakan jaringan periodontal karena keterbatasan mental, penurunan kemampuan fisik dan penurunan fungsi pergerakan untuk melakukan tindakan pemeliharaan rongga mulut. Tabel 4 menunjukkan tingginya rerata DMFT pada laki-laki yaitu 11,43 ± 5,58 dengan, rerata missing 6,99 ± 6,03, decay 4,09 ± 2,28 filling 0,35 ± 0,89. Sedangkan rerata DMFT pada perempuan yaitu 10,74 ± 5,41 dengan decay 3,56 ± 1,95, missing 6,41 ± 5,78, filling 0,77 ± 1,26. Pada penelitian ini responden laki-laki mempunyai skor DMFT yang lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan faktor usia di mana usia responden laki-laki berkisar 20-49 tahun, sedangkan pada responden perempuan lebih muda yaitu berusia 20-39 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Kumar pada tahun 2006 menyatakan bahwa skor DMFT dipengaruhi oleh usia. Semakin tinggi usia, semakin tinggi skor DMFTnya. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Lewis (2001), dan Kenkre (2000).17

Tabel 5 menunjukkan persentase status periodontal penderita gangguan jiwa yang cukup tinggi, persentase yang ada kalkulus 54,2%, yang mengalami perdarahan setelah dilakukan probing 15,9%, yang mempunyai poket dengan kedalaman 4-5 mm 25,2%, yang mempunyai poket dengan kedalaman ≥ 6 mm sebanyak 1,9%, sedangkan yang mempunyai jaringan yang sehat hanya 2,8%. Tabel 6 menunjukkan baik responden laki-laki maupun perempuan mempunyai persentase ada kalkulus lebih banyak yaitu masing-masing 52,9% dan 56,4%. Selain itu persentase jaringan periodontal yang sehat pada laki-laki hanya 2,9% dan 2,6% pada perempuan. Yang mempunyai kedalaman poket 4-5 mm lebih tinggi pada laki-laki (30,9%) daripada perempuan (15,4%) sedangkan pada persentase ada perdarahan lebih banyak pada perempuan yaitu 23,1% daripada laki-laki yaitu 11,8%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kumar pada tahun 2006, hanya 1,9% responden yang mempunyai jaringan periodontal yang sehat. Shweta pada tahun 2010 menyatakan bahwa semua penderita gangguan jiwa mempunyai jaringan periodontal yang parah dan kebutuhan perawatan yang tinggi. Pada penelitian Shweta tersebut, persentase responden yang mempunyai kalkulus cukup tinggi yaitu 76%. Kumar pada tahun 2006 menyatakan bahwa kondisi jaringan periodontal penderita gangguan jiwa bisa bertambah parah karena lama sakit yang dialami.17

Tabel 7 menunjukkan persentase responden yang memerlukan edukasi dan skelin paling tinggi yaitu 79,4%, yang memerlukan hanya edukasi 15,9%, sedangkan yang memerlukan edukasi, skeling dan perawatan komprehensif 1,9%. Oleh karena persentase responden yang mempunyai jaringan periodontal yang sehat hanya 2,8%,

maka yang tidak membutuhkan perawatan hanya 2,8%. Hal ini menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa mempunyai kebutuhan perawatan yang tinggi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan penderita gangguan jiwa mempunyai skor DMFT yang tinggi yaitu 11,18 ± 5,50 dengan rerata DMFT pada laki-laki 11,43 dan perempuan 10,74. Persentase status periodontal penderita gangguan jiwa juga cukup tinggi, yang mempunyai kalkulus 54,2%, yang ada perdarahan 15,9%, poket dengan kedalaman 4-5 mm 25,2%, poket dengan kedalaman ≥ 6 mm 1,9% sehingga persentase yang membutuhkan edukasi dan skeling paling tinggi yaitu 79,4%. Edukasi diberikan dengan menginstruksikan cara penyikatan gigi yang benar kepada perawat dan keluarga pasien penderita gangguan jiwa untuk meningkatkan status oral higiene penderita gangguan jiwa, sedangkan perawatan skeling dilakukan untuk menyingkirkan kalkulus dan plak dari permukaan gigi, baik supragingival maupun subgingival

6.2 Saran

Disarankan kepada pihak keluarga penderita gangguan jiwa di RSJ Mahoni agar lebih memperhatikan dan membantu dalam melakukan pembersihan gigi dan mulut. Selain itu pihak rumah sakit jiwa juga diharapkan berperan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan mengadakan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada penderita di Rumah Sakit Jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marisi IT. Hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di rumah sakit jiwa Propinsi Sumatera Utara. Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara 2006; 2 (1): 18-26.

2. Emnina E. Hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta jamkesmas di rumah sakit jiwa daerah Provsu Medan. Skripsi. Indonesia: Bagian Ilmu Keperawatan USU, 2010: 1-61.

3. Avval N. Oral health status and kebutuhan perawatan of the institutionalized chronic psychiatric patients in two ontario psychiatric care centres. Tesis. Kanada: Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Toronto, 2008: 1-98.

4. Yu Chu K, Yang N.P, Chou Pesus. Oral health status of inpatients with schizophrenia in Taiwan. Journal of Dental Science 2011; 6: 170-5.

5. Zusman SP. An assessment of the dental health of chronic institutionalized patients with psychiatric disease in Israel. Special Care Dentist 2010; 30(1): 18-22.

6. Persson K, Axtellius B. Monitoring oral health and dental attendance in an outpatient psychiatric population. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing 2009; 16: 263-71.

7. HL Jayakumar. Periodontal health among elderly psychiatric patients in Bangalore city India. Pakistan Oral and Dental Journal 2011; 31 (1): 126-34.

8. Longley AJ. Mental illness and the dental patient. The journal of dental hygiene 2003; 77(11): 190-204.

9. Sondang P, Taizo H. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan. Medan : USU Press, 2008: 69-89.

10.Pintauli S. Analisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap status kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan SMP di Medan. J Pendidikan dan Kebudayaan 2010 ; 16(4) : 376-89

11.Anonymous. WHO Fact sheet, What is oral health<http://www.who.int/

mediacentre/ factsheets/fs318/en/index.html> (14 Desember 2011).

12.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 33-4.

13.Sihite JN. Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi USU, 2011: 11-5.

14.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2010: 15-9.

15.Daliemunthe SH. Periodonsia. Edisi revisi. Medan: Bagian Periodonsia FKG USU, 2008: 45-59

16.Daliemunthe SH. Periodonsia. Edisi kedua. Medan: Bagian Periodonsia FKG USU, 2005: 58-9.

17.Ujaoney Shweta, B . Oral health status and dental treatment needs in institutionalised versus non-institutionalised psychiatric patient. Journal of Disability and Oral Health2010; 11(4) 163-70.

Dokumen terkait