Pada bab ini menguraikan tentang pengolahan data dan pengolahan data dengan menggunakan regresi linier berganda untuk pengolahan dataInvestasi di Sumatera Utara serta menguraikan pengertian dan tujuan implementasi sistem, kemudian langkah – langkah pengolahan data yang dipakai dengan menggunakan SPSS mulai dari input data.
BAB 5: PENUTUP
Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang di hasilkan dari pembahasan penelitian ini. Serta akan diberikan saran berdasarkan pada permasalahan yang ada dari kesimpulan yang didapat.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga Pinjaman
Tingkat suku bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank, contohnya bunga kredit.
2.2 Perkembangan Perekomian
Perkembangan Perekonomian adalahsalah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perkembangantersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.
2.3 Pengertian PDRB
PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
2.4 Analisis Regresi Linier
Regresi merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan antar variabel. Dalam analisis regresi, suatu persamaan regresi atau persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel –
variabel apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang didapat pada umumnya menyatakan hubungan fungsional antar variabel – variabel.
Istilah regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau variabel yang menerangkan dengan tujuan untuk memperkirakan atau meramalkan nilai – nilai dari variabel tak bebas apabila nilai variabel yang menerangkan sudah diketahui. Variabel yang menerangkan sering disebut variabel bebas (independent variable).
Variabel bebas adalah variabel yang nilai – nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X. Variabel ini digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel yang lain. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang nilai –nilainya tergantung pada variabel lainnya. Biasanya disimbolkan dengan Y. Variabel itu merupakan variabel yang diramalkan atau diterangkan nilainya (Hasan, 1999). Untuk mempelajari hubungan – hubungan antara beberapa variabel, analisis regresi dapat dilihan dari dua bentuk, yaitu :
1. Analisis Regresi Sederhana (Simple Analisis Regression)
Analisis regresi sederhana merupakan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (Independent variable) dan variabel tak bebas (dependent variable).
Analisis regresi berganda merupakan hubungan antara tiga variabel atau lebih, yaitu sekurang – kurangnya dua variabel bebas dengan satu variabel tak bebas.
2.4.1 Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan suatu prosedur untuk menunjukkan dua hubungan matematis dalam bentuk persamaan antara dua variabel bebas yaitu variabel bebas ( X ) dan variabel tak bebas ( Y ). Dalam regresi linier sederhana hanya ada satu variabel bebas X yang dihubungkan dengan satu variabel tak bebas Y.
Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
Y = a + b X + ε
... (2.1)Nilai a dan b dapat diperoleh dengan rumus seperti di bawah ini:
( )( ) ( )( )
( ) ( )
2 2 2 i i i i i i i y x x x y a n x x − = − ... (2.2)( ) ( )( )
(
2) ( )
2 i i i i i i n x y x y b n x x − = − ... (2.3) Dengan: ˆY : Variabel tak bebas
x : Variabel bebas a : Parameter intercept
2.4.2 Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda merupakan suatu linier yang menjelaskan ada tidaknya hubungan fungsional dan meramalkan pengaruh dua variabel independent (X) atau lebih terhadap variabel dependent (Y).
Persamaan umum regresi berganda adalah :
Y = bo + b x + b x + + bnxn Λ .... 2 2 1 1 ... (2.4) Dengan : Λ
Y
: nilai estimasi Y X1, X2,..., Xn : variabel bebas b0 : konstantab1, b2, ..., bn : koefisien variabel bebas
Untuk regresi linier berganda dengan tiga variabel bebas X1, X2, X3 dapat ditaksir dengan :
Yˆ=b0+b X1 1i+b X2 2i+b X3 3i ... (2.5) Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien bo,b1,b2, dan b3 dapat ditentukan
dengan menggunakan empat persamaan normal sebagai berikut :
0 1 1 2 2 3 3 Y=b n b+ X +b X +b X 2 1 0 1 1 1 2 1 2 3 1 3 YX =b X +b X +b X X +b X X 2 2 0 2 1 2 1 2 2 3 2 3 YX =b X +b X X +b X +b X X 2 3 0 3 1 3 1 2 3 2 3 3 YX =b X +b X X +b X X +b X ... (2.6) Harga-harga b0, b1, b2, b3didapat dengan memilih menggunakan metode eliminasi, substitusi ataupun matriks.
Setelah menentukan persamaan liniernya langkah selanjutnya adalah menentukan standart error atau kekeliruan baku. Menurut Hasan (1999), standart error adalah angka atau indeks yang digunakan untuk menduga ketepatan suatu penduga atau pengukur jumlah variasi titik – titik observasi di sekitar garis regresi. Standart error dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
( )
2 .12... ˆ 1 i i y k Y Y S n k − = − − ... (2.7)2.5 Uji Keberartian Regresi Linier
Uji keberartian diperlukan untuk mengetahui apakah sekelompok variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Pada dasarnya pengujian hipotesa tentang parameter koefisien regresi secara keseluruhan adalah dengan menggunakan uji F. Rumus yang dipakai untuk mendapatkan nilai F hitung dapat dinyatakan sebagai berikut :
(
1)
reg hitung res JK k F JK n k = − − ... (2.8) Dengan :1. JKreg (Jumlah Kuadrat Regresi)
1 1 2 2 ... reg i i i i k ki i JK =b x y +b x y + +b x y ... (2.9) Dengan : 1i 1i 1 x = X −X 2i 2i 2 x =X −X 2 ki ki x =X −X
i i
y =Y −Y
... (2.10) 2. JKres (Jumlah Kuadrat Residu)
(
ˆ)
2res i i
JK = Y −Y
... (2.11) Dengan derajat kebebasannya (dk) adalah n – k – 1
Langkah – langkah pengujian hipotesanya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesa nol (H0) dan hipotesa (H1)
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas yaitu tingkat suku bunga pinjaman, perkembangan perekonomian PDRB dengan variabel terikat yaitu jumlah Investasi.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
yaitu tingkat suku bunga pinjaman, perkembangan
perekonomian dan PDRB dengan variabel terikat yaitu jumlah Investasi.
2. Menentukan derajat kebebasan ( ) yang diinginkan.
3. Menentukan uji statistik (dalam hal penulisan ini di gunakan uji F). 4. Tentukan kriteria pengujian yaitu :
Tolak H0 jika Fhitung> Ftabel
Terima H0 jika Fhitung< Ftabel
2.6 Analisis Korelasi
Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lainnya. Sehingga apabila terdapat hubungan antar variabel maka perubahan – perubahan yang
terjadi pada salah satu variabel akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lain. Umumnya analisis korelasi digunakan dalam hubungan dengan analisis regresi di mana kegunaannya untuk mengukur ketetapan garis regresi, dalam menjelaskan variasi nilai variabel dependen. Oleh karena itu, korelasi tidak dapat dilakukan tanpa adanya persamaan regresi (Kustituanto, 1984).
2.7 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson sekitar tahun 1900. Koefisien korelasi menggambarkan keeratan hubungan antara dua variabel berskala selang atau rasio, dilambangkan dengan r. Koefisien korelasi sering juga di sebut dengan r pearson atau koefisien korelasi produk momen pearson. Menurut Hasan (1999), koefisien korelasi yang terjadi dapat berupa :
1. Korelasi Positif
Korelasi positif adalah korelasi dari dua variabel, yaitu apabila variabel yang satu (X) meningkat maka variabel yang lain (Y) cenderung meningkat pula dan sebaliknya.
2. Korelasi Negatif
Korelasi negatif adalah korelasi dari dua variabel, yaitu apabila variabel yang satu (X) meningkat maka variabel yang lainnya (Y) cenderung menurun dan sebaliknya.
3. Tidak Ada Korelasi
Tidak ada korelasi terjadi apabila kedua variabel (X) dan (Y) tidak menunjukkan adanya hubungan.
Korelasi sempurna adalah korelasi dari dua variabel yaitu apabila kenaikan atau penurunan variabel yang satu (X) berbanding dengan kenaikan atau penurunan variabel lainnya (Y).
Jika hubungan dua variabel atau lebih telah dilakukan, maka pengukuran yang lebih akurat dari derajat hubungan diantara dua variabel itu menggunakan parameter yang dikenal sebagai koefisien korelasi, yang biasa dinotasikan dengan r jika hanya terdapat dua variabel dan R terdapat tiga variabel atau lebih. Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi adalah merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (R2). Koefisien ini disebut penentu karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel independen.
Nilai R2 dapat ditentukan dengan rumus :
2 2 reg i JK R y = ... (2.12)
Sedangkan koefisien korelasi ganda ditentukan dengan rumus :
R= R2 ... (2.13)
Korelasi yang terjadi antara dua variabel dapat berupa korelasi positif, negatif, tidak ada korelasi ataupun korelasi sempurna. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan berkorelasi positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan maka akan meningkatkan variabel lain dan sebaliknya bila variabel diturunkan maka akan menurunkan variabel lain tersebut. Hubungan dua variabel atau lebih dinyatakan berkorelasi negatif, bila nilai suatu variabel dinaikkan maka akan menurunkan nilai variabel lain dan begitu juga sebaliknya. Tidak ada korelasi terjadi apabila kedua variabel (X) dan (Y) tidak menunjukkan adanya hubungan. Korelasi
sempurna adalah korelasi dari dua variabel, yaitu apabila kenaikan atau penurunan variabel yang satu (X) berbanding dengan kenaikan atau penurunan variabel lainnya (Y).
Untuk hubungan empat variabel X1, X2, X3, dan Y dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Koefisien korelasi antara X1 dan Y
( )( )
( )
{ }{
( )
}
1 1 1 2 2 2 2 1 1 i i i i y i i i i n X Y X Y r n X X n Y Y − = − − ... (2.14) 2. Koefisien korelasi antara X2 dan Y( )( )
( )
{ }{
( )
}
2 2 2 2 2 2 2 2 2 i i i i y i i i i n X Y X Y r n X X n Y Y − = − − ... (2.15) 3. Koefisien korelasi antara X3 dan Y( )( )
( )
{ }{
( )
}
3 3 3 2 2 2 2 3 3 i i i i y i i i i n X Y X Y r n X X n Y Y − = − − ... (2.16)Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar adalah -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antar dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau = -1 maka hubungan tersebut sempurna. Setelah diperoleh nilai r kemudian diinterpretasikan terhadap koefisien korelasi yang dikutip dari Hussaini (2006, hal:201) yaitu :
Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0 Tidak berkorelasi 0,01 – 0,20 Sangat rendah 0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Agak rendah 0,61 – 0,80 Cukup 0,81 – 0,99 Tinggi 1 Sangat tinggi
BAB 3
GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET
3.1 Sejarah dan Kegiatan Operasional Perusahaan
3.1.1 Sejarah Perkembangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX ( Sumut & Aceh)
Bank Sentral Republik Indonesia yaitu suatu lembaga Negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu Negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort yang bertujuan mencapai dan memelihara kestabilan niai rupiah.
Titik balik berdirinya Bank Indonesia sebagai Bank Sentral setelah terjadinya konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang diadakan di Den Haag memutuskan De Javasche Bank sebagai Bank Sentral. De Javasche Bank adalah sebuah bank Belanda yang pada masa kolonial di beri tugas oleh pemerintah Belanda sebagai sirulasi (Bank of Issuing Money) di Hindia Belanda. Keputusan KMB ini dikatakan sebagai titik balik berdirinya bank sentral karena sejak tahun 1946 di Indonesia telah pula berdiri Bank Negara Indonesia yang dimaksudkan sebagai bank sentral. Bank Negara Indonesia yang semula akan dijadikan sebagai bank sirkulasi dan bank sentral, justru diberi tugas sebagai bank pembangunan. Hal ini dinilai oleh sebagian kalangan sebagai
kebutuhan dari Negara baru mereka, di satu pihak Negara membutuhkan sebuah bank sirkulasi dan bank sentral yang bertugas memelihara stabilitas moneter dan di lain pihak membutuhkan bank yang bertugas untuk membiayai pembangunan.
Kesepakatan terhadap penunjukan De Javasche Bank sebagai bank sentral antara pemerintah Belanda dengan pemerintah Indonesia tidak terjadi begitu saja. Selain landasan politik, landasan lain menunjukkan bahwasanya De Javasche Bank telah beroperasi dan berfungsi sebagai bank sirkulasi di Indonesa sejak tahun 1828. Dapat dikatakan bahwa De Javasche Bank merupakan bank komersial yang sekaligus berfungsi sebagai bank sirkulasi tertua di Asia Tenggara.
Pendirian De Javasche Bankpada dasarnya dimaksudkan oleh pemerintah Belanda sebagai perpanjangan tangan dari De Nederland Bank guna memperoleh tugas sebagai bank sirkulasi dan membiayai perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Hindia BELANDA. De Javasche Bank diberi hak monopoli dalam mengeluarkan uang kertas dan berfungsi sebagai bank sirkulasi. Di sisi lain bank ini juga bergerak di bidang komersial dengan menerima simpanan dan menyalurkan kredit.
Keberadaan in bertahan hingga tahun 1942 ketika tentara berpendudukan Jepang berhasil memaksa Pemerintah Hindia Belanda menyerah setelah selama tiga tahun melakukan kontak senjata. Pada tanggal 9 Maret 1942 tentara penduduk Jepang merampas semua bank-bank milik pemerintah Hindia Belanda dengan memaksa menandatangani surat penyerahan kepada penguasa Jepang. Setelah dilakukan pembubaran peranan bank digantikan oleh 3 bank Jepang, yaitu Yokohama Speie, Taiwan Bank, dan Mitsui Bank. Adapun fungsi bank
sentral diambil oleh Yokohama Speie bank untuk daerah Jada dan Taiwan Bank utuk daerah luar Jawa.
Fungsi bank sentral ini sempat terganggu ketika Nederlansche Indische Ciciele Adminintratie (NICA) masuk ke Indonesia tahun 1945. Saat itu sengaja dibentuk kondisi moneter yang tidak stabil dengan menguasai dan menarik uang yang beredar, khususnya yang invansi pemerintah Jepang dan diikuti dengan penyebaran uang NICA. Tujuan jelas ingin menjatuhkan dan mengacaukan Indonesia yang baru merdeka. Dengan serangan di bidang ekonomi serta tekanan diplomasi dan senjataakhirnya NICA berhasil menguasai sebagian wilayah RI. Pada periode ini beredar 3 (tiga) jenis mata uang, yaitu uang invansi Jepang, uang NICA, Oeang Republik Indonesia (ORI). Fungsi bank sentral di wilayah RI dijalankan oleh Bank Negara Indonesia yang waktu itu berbentuk Jajasan Poesat Bank Indonesia (JPBI). De Javasche Bank sendiri menjalankan fungsi bank sentral di daerah penduduk NICA.
Setelah proklamasi, pemerintah mengeluarkan surat kuasa yang ditanda tangani oleh Soekarna-Hatta tertanggal 16 September 1945 yang tugasnyamenuaskan kepada anggota Dewan Pertimbangan Agung untuk langkah pertama pembentukkan bank sirkulasi di Indonesia. Pada tanggal 5 Juli 1946, dikeluarkan UU No.02 Prp. Tahun 1946 tentang pembentukan dan penetapan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi dan Bank Sentral Milik Negara.
Oleh karena itu saat Konferensi Meja Bundar (KMB), terjadi tarik menarik antara pemerintah Belanda dan Indonesia untuk menjadikan masing-masing bank sebagai bank sentral. Namun kebutuhan final KMB akhirnya menunjuk De Javasche Bank sebagai bank sentral. Keputusan ini kemudian mendapat reaksi
keras dari sebagian kalangan, yang melontarkan keinginan untuk melakukan nasionalisasi terhadap bank Belanda tersebut.
Untuk melanjutkan upaya nasionalisasi, pada akhirnya Juli 1951, Pemerintah melakukan negosiasi pembelian saham-saham. Proses nasioanalisasi ini sebenarnya sudah termaksud dalam kesepakatan hasil KMB. Pada tanggal 3 Agustus 1951 pemeritah Indonesia mengaukan penawaran melalui surat kabar kepada pemilik saham De Javasche Bank. Tawaran ini mampu menyedot 97% saham dengan nilai 20% di atas nominal dalam mata uang Belanda. Adapun total nilai pembelian pada waktu itu sebesar Rp.8,95 Juta.
Di Indonesia proses ini ditindak lanjuti dengan membentuk panitia nasionalisasi De Javache Bank yang mengumumkan dengan UU No.24 Tahun 1951 tentang NationalitationDe Javasche Bank yang diganti namanya dengan Bank Indonesia. Pada tahun-tahun berikutnya perbankan difungsikan sebagai penyedia dana bagi proyek-proyek dan secara bertahap diarahkan kepada system bank tunggal.
Berdasarkan penetapan Presiden No.17 Tahun 1965, Bank Indonesia bersama-sama dengan Bank Koperasi Tani dan Nelayan dileburkan dengan nama Bank Negara Indonesia yang terbagi kedalam beberapa unit. Bank tersebut menjalankan usahanya masing-masing dengan nama BNI Unit I, Unit II, Unit III, dan Unit IV. Bank Negara Indonesia Unit I berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum.
Sesuai dengan TAP MPRS No. XIII/MPRS/0966, Pemerintah akan menyediakan 8 RUU di bidang perbankan yang terdiri dari RUU Pokok Perbankan, RUU Bank Sentral, dan RUU Pendirian Enam Bank Pemerintah.
Adapun kedelapan RUU tersebut adalah :
1. UU No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan.
2. UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral Menggantikan BNI Unit I. 3. UU No.17 Tahun 1968 tentang Bank Dagang Negara menggantikan BNI
Unit III.
4. UU No.18 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan BDN. 5. UU No.19 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan BNI Unit
IV.
6. UU No.20 Tahun 1968 tentang Bank Tabungan Negara menggantikan BNI Unit V.
7. UU No.21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia menggantikan BNI Unit II (Rural).
8. UU No.22 Tahun 1968 tentang Bank Ekspor Impor menggantikan BNI Unit II (ekspor-impor).
Dengan lahirnya UU itu, maka secara otomatis mengubur “Bank Tunggal” sekaligus meneguhkan keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral hingga kini. Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dapat dikatakan sebagai tonggak harapan terhadap kemandirian bank sentral di Indonesia.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh) atau semula bernama Kantor Cabang Medan mulai dibuka pada tanggal 30 Juli 1907 Kantor Bank Indonesia Medan merupakan kantor cabang De Javache Bank yang ke-11.Dengan berkembangnya kegiatan Kantor Bank Indonesia Medan dan adanya
pengaruh resesi dunia tahun 1930-an maka kantor cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura akhirnya ditutup.
3.2 Struktur Organisassi dan Deskripsi Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh)
Secara struktural, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh) dipimpin oleh seorang Kepala Perwakilan dengan kualifikasi pegawai G VIII. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Perwakilan Bank Indonesia dibantu oleh seorang Deputi (G VIII) yang mengkoordinir divisi-divisi yng ada pada Kantor Bank Indonesia Kelas I, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh) tediri dari 4 divisi yang terdiri atas beberapa seksi/kelompok (dapat dilihat di lampiran), yaitu:
1. Divisi Ekonomi Moneter
a. Tim Pemberdayaan Sektor Rill dan UMKM b. Tim Kajian Ekonomi
c. Tim Statistik & Survei
2. Divisi Sistem Pemberdayaan
a. Unit Distribusi Uang dan Layanan Kas b. Unit Pengolahan Uang
c. Unit Layanan Nasabah d. Unit Penyelenggara Kliring
a. Unit Sumber Daya Manusia b. Unit Logistik
c. Unit Sekretariat, Pengamanan dan Protokol (SPP)
4. Devisi Pengawasan Bank
a. Tim Pengawas Bank I b. Tim Pengawas Bank II
c. Tim Informasi dan Administrasi Bank.
3.3 Bidang-Bidang Kerja/Job Description
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh)merupakan perpanjangan tangan dari kantor pusat dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Adapun tugas pokok yang harus dilaksanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut & Aceh) sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada kantor pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah wilayah kerjanya.
2. Melaksanakan kegiatan operasionalnya sistem pembayaran tunai dan atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi wilayah kerjanya.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya.
4. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan kajian yang akurat.
5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-fungsi utama.
BAB 4
PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengolahan Data
Data yang diambil dari Bank Indonesia Wilayah IX ( Sumut & Aceh) adalah data Investasi, Tingkat Suku Bunga pinjaman, Perkembangan Perekonomian, dan PDRB di Sumatera Utara Tahun 2003-2012.
Tabel 4.1 Investasi, Tingkat Suku Bunga Pinjaman, Perkembangan Perekonomian, dan PDRB di Sumatera Utara Tahun 2003-2012.
Tahun Investasi dalam (1.000.000.000) Tingkat Suku Bunga Pinjaman dalam (%) Perkembangan Perekonomian dalam (%) PDRB dalam (1.000.000.000) 2003 4.104 14,84 4,81 788.056,00 2004 4.995 12,54 5,74 833.289,00 2005 6.813 15,05 5,48 878.977,00 2006 8.877 14,52 6,18 933.301,00 2007 11.127 11,79 6,90 997.922,00 2008 14.380 13,66 6,39 1.061.723,00 2009 13.987 5,16 5,07 1.115.592,00 2010 17.560 11,70 6,35 1.186.409,00 2011 22.426 11,50 6,63 1.264.506,00 2012 30.380 11,03 6,22 1.344.639,00
Keterangan :
Y = Investasi ( dalam Rp.1000.000.000) = Tingkat Suku Bunga Pinjaman ( dalam %) = Perkembangan Perekonomian (dalam %) = PDRB (dalam Rp.1000.000.000)
4.2 Membentuk Persamaan Regresi Linier Berganda
Untuk membentuk persamaan regresi linier berganda, diperlukan perhitungan masing-masing satuan variabel yang disusun dalam tabel tetapi untuk mempermudah perhitungan maka nilai akan dikecilkan dalam miliar (1000.000.000) seperti berikut :
Tahun Y dalam (1.000.000.000) X1 dalam (%) X2 dalam (%) X3 dalam (1.000.000.000) X1 Y X2 Y X3 Y 2003 4.104 14,84 4,81 788.056,00 60.903,36 19.740,24 3.234.181.824 2004 4.995 12,54 5,74 833.289,00 62.637,30 28.671,30 4.162.278.555 2005 6.813 15,05 5,48 878.977,00 102.535,65 37.335,24 5.988.470.301 2006 8.877 14,52 6,18 933.301,00 128.894,04 54.859,86 8.284.912.977 2007 11.127 11,79 6,90 997.922,00 131.187,33 76.776,30 11.103.878.094 2008 14.380 13,66 6,39 1.061.723,00 196.430,80 91.888,20 15.267.576.740 2009 13.987 5,16 5,07 1.115.592,00 72.172,92 70.914,09 15.603.785.304 2010 17.560 11,70 6,35 1.186.409,00 205.452,00 111.506,00 20.833.342.040 2011 22.426 11,50 6,63 1.264.506,00 257.899,00 148.684,38 28.357.811.556 2012 30.380 11,03 6,22 1.344.639,00 335.091,40 188.963,60 40.850.132.820 Jumlah 134.649,00 121,79 59,77 10.404.414,00 1.553.203,80 829.339,21 153.686.370.211,00 Tabel 4.2 Masing-masing perhitungan variabel
Tahun X1 X2 X1 X3 X2 X3 X12 X22 X32 Y2 2003 71,3804 11.694.751,04 3.790.549,36 220,2256 23,1361 621.032.259.136 16.842.816 2004 71,9796 10.449.444,06 4.783.078,86 157,2516 32,9476 694.370.557.521 24.950.025 2005 82,4740 13.228.603,85 4.816.793,96 226,5025 30,0304 772.600.566.529 46.416.969 2006 89,7336 13.551.530,52 5.767.800,18 210,8304 38,1924 871.050.756.601 78.801.129 2007 81,3510 11.765.500,38 6.885.661,80 139,0041 47,6100 995.848.318.084 123.810.129 2008 87,2874 14.503.136,18 6.784.409,97 186,5956 40,8321 1.127.255.728.729 206.784.400 2009 26,1612 5.756.454,72 5.656.051,44 26,6256 25,7049 1.244.545.510.464 195.636.169 2010 74,2950 13.880.985,30 7.533.697,15 136,8900 40,3225 1.407.566.315.281 308.353.600 2011 76,2450 14.541.819,00 8.383.674,78 132,2500 43,9569 1.598.975.424.036 502.925.476 2012 68,6066 14.831.368,17 8.363.654,58 121,6609 38,6884 1.808.054.040.321 922.944.400 Jumlah 729,5138 124.203.593,22 62.765.372,08 1.557,8363 361,4213 11.141.299.476.702 2.427.465.113 Sambungan Tabel 4.2
Dari tabel di atas maka diperoleh : = 10 = 1.557,8363 = 134.649 = 361,4213 = 121,79 = 11.141.299.476.702 = 59,77 = 1.553.203,80 = 10.404.414 = 829.339,21 = 729,5138 =153.686.370.211,00 = 124.203.593,22 =2.427.465.113 = 62.765.372,08 = 13.464,90 = 12,179 =5,977 =1.040.441,4
Dari data tersebut maka selanjutnya akan dicari persamaan normal dengan Rumus (2.6) sebagai berikut : 0 1 1 2 2 3 3 Y=b n b+ X +b X +b X 2 1 0 1 1 1 2 1 2 3 1 3 YX =b X +b X +b X X +b X X 2 2 0 2 1 2 1 2 2 3 2 3 YX =b X +b X X +b X +b X X 2 3 0 3 1 3 1 2 3 2 3 3 YX =b X +b X X +b X X +b X
Harga-harga koefisien , , dicari dengan substitusi dan eliminasi dari persamaan normal di atas. Selanjutnya substitusi nilai-nilai pada Tabel (4.6) ke dalam persamaan normal, sehingga diperoleh :
...(1)
80 ... (2) ... (3)
... (4)
Selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Eliminasi Persamaan (1) dan Persamaan (2)
Persamaan (1) x 121,79 dan Persamaan (2) x 10
80
Maka hasilnya :
-
...(5)
2. Eliminasi Persamaan (1) dan Persamaan (3) Persamaan (1) x 59,77 dan Persamaan (3) x 10
Maka hasilnya :
3. Eliminasi Persamaan (1) dan Persamaan (4) Persamaan (1) x dan Persamaan (4) x 10
Maka hasilnya :
..(7)
4. Eliminasi Persamaan (5) dan Persamaan (6) Persamaan (5) x dan Persamaan (6) x
Maka hasilnya :
-
5. Eliminasi Persamaan (5) dan Persamaan (7) Persamaan (5) x dan Persamaan (7) x
Maka hasilnya :
-
...(9)
6. Eliminasi Persamaan (8) dan Persamaan (9) Persamaan (8) x 1 dan Persamaan (9) x 0,00000656276
Maka hasilnya :
-
Setelah di dapat harga dan maka subtitusikan ke persamaan (5)
Setelah di dapat harga , dan maka subtitusikan ke persamaan (1)
Dari perhitungan di atas di peroleh :
Maka persamaan regresi linier bergandanya adalah
Setelah di peroleh persamaan regresi berganda, langkah selanjutnya adalah menghitung kekeliruan baku. Untuk menghitung kekeliruan baku tafsiran diperlukan harga – harga yang diperoleh dari persamaan regresi di atas untuk tiap harga X1 dan X2 yang diketahui.
Tabel 4.3 Nilai – Nilai Yang Diperoleh Dari Persamaan Regresi Linier Berganda Untuk Menghitung Kekeliruan Tafsiran Baku.
n Y (Y – ) (Y – )2 1 4.104 3.746,594818443 357,405181556 127738,46380359 2 4.995 3.733,254990602 1.261,74500939 1592000,4687395 3 6.813 7.571,388140365 -758,388140365 575152,57144687 4 8.877 9.180,021137344 -303,021137344 91821,809677610 5 11.127 10.133,83582845 993,1641715462 986375,07164308 6 14.380 14.812,78412532 -432,784125321 187302,09913059 7 13.987 14.548,43659504 -561,436595046 315211,05025782 8 17.560 19.974,01955045 -2.414,01955045 5827490,3899715 9 22.426 23.395,16350475 -969,163504751 939277,89894187 10 30.380 27.553,50130923 2.826,498690769 7989094,8489195 Jumlah ( ) 134.649 134.649,0000014 -0,0000000139 18.631.464,6725321
Setelah memperoleh harga yang terdapat pada tabel 4.3 , maka kekeliruan bakunya dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2.7) sebagai berikut :
!" #$ % & ') '( Dengan k = 3, n = 10, dan (Y – )2 = 18.631.464,6725321 Sehingga diperoleh : !" #$ % & ') '( !" #$ % !" #$ * !" #$ !" #$
Ini berarti rata – rata angka investasi yang sebenarnya akan menyimpang dari rata – rata angka investasi yang di perkirakan sebesar 1.762,17028464581.
4.3 Uji Keberartian Regresi
Sebelum persamaan regresi yang di peroleh digunakan untuk membuat suatu kesimpulan, maka perlu diadakan suatu pengujian hipotesis mengenai keberartian model regresi. Menguji keberartian regresi ini dimaksudkan untuk menyakinkan, apakah regresi (berbentuk linier) yang di dapat berdasarkan penelitian ada artinya bila dipakai untuk membuat kesimpulan mengenai peubah. Dari nilai – nilai di atas dapat diketahui nilai Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg), Jumlah kuadrat Residu
(JKres) , dan selanjutnya dapat diperoleh nilai Fhitung. Hipotesa mengenai
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu
tingkat suku bunga pinjaman, perkembangan perekonomian dan PDRB dengan variabel terikat yaitu jumlah Investasi.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu tingkat
suku bunga pinjaman, perkembangan perekonomian dan PDRB dengan variabel terikat yaitu Jumlah Investasi.
Dengan kriteria pengujian hipotesisnya : Tolak H0 jika Fhitung> Ftabel
Terima H0 jika Fhitung< Ftabel
Ftabel diperoleh dari tabel F dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = n – k – 1.
Rumus untuk mencari nilai Fhitung adalah sebagai berikut :
+,'-./0 12340 ) 5 12346 ) 5 Dengan : 1 1 2 2
...
reg i i i i k ki iJK =b x y b+ x y + +b x y
(
ˆ)
2 res i i JK = Y −YUntuk menguji model regresi yang telah terbentuk diperlukan nilai – nilai y, x1 , x2dan x3 dengan rumus :
1 1 1 x = X −X x2= X2−X2 3 3 3 x = X −X y=Y−Y
Dari tabel 4.2 diperoleh nilai dari yaitu134.649, nilai dari yaitu 12.179, nilai dari yaitu 5,977 dan nilai dari yaitu 10.404.414.
n x1 x2 x3 y x1y x2y x3y y2 1 2,661 -1,167 -252.385,4 -9.360,9 -24.909,3549 10.924,1703 2.362.554.490,86 87.626.448,81 2 0,361 -0,237 -207.152,4 -8.469,9 -3.057,6339 2.007,3663 1.754.560.112,76 71.739.206,01 3 2,871 -0,497 -161.464,4 -6.651,9 -19.097,6049 3.305,9943 1.074.045.042,36 44.247.773,61 4 2,341 0,203 -107.140,4 -4.587,9 -10.740,2739 -931,3437 491.549.441,16 21.048.826,41 5 -0,389 0,923 -42.519,4 -2.337,9 909,4431 -2.157,8817 99.406.105,26 5.465.776,41 6 1,481 0,413 21.281,6 915,1 1.355,2631 377,9363 19.474.792,16 837.408,01 7 -7,019 -0,907 75.150,6 522,1 -3.664,6199 -473,5447 39.236.128,26 272.588,41 8 -0,479 0,373 145.967,6 4.095,1 -1.961,5529 1.527,4723 597.751.918,76 16.769.844,01 9 -0,679 0,653 224.064,6 8.961,1 -6.084,5869 5.851,5983 2.007.865.287,06 80.301.313,21 10 -1,149 0,243 304.197,6 16.915,1 -19.435,4499 4.110,3693 5.145.532.823,76 286.120.608,01 Jumlah 0,000 0,000 0,000 0,0000 -86.686,3710 24.542,1370 13.591.976.142,40 614.429.792,90
Dari nilai-nilai di atas dapat diketahui nilai jumlah kuadrat regresi (JKreg) dan nilai (JKres) dan selanjutnya dapat dihitung Fhitung
12340 7 8 7 8 7 8 12340 12340 12340 12346 7& 9( 12346 +,'-./0 12340 ) 5 12346 ) 5 +,'-./0 5 5 +,'-./0 +,'-./0 +,'-./0
Untuk Ftabel,yaitunilai statistik F jika dilihat dari tabel distribusi F dengan derajat