• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN LIMBAH PADAT

5.1. Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair di PT. Maya Food Industries dilakukan dalam IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah. Sumber air limbah tersebut antara lain air sisa produksi dan air sanitasi namun tidak termasuk air toilet / kebersihan diri. Luas total IPAL di PT. Maya Food Industries sebesar 2700m2. Produksi air limbah dalam satu hari yaitu 346 m³ sementara total pengolahan dalam IPAL secara keseluruhan dapat mencapai lima hingga enam hari. Denah IPAL PT. Maya Food Industries dapat dilihat pada Lampiran 8. Berikut ini layout IPAL milik PT. Maya Food Industries:

Gambar 12. Layout IPAL

Sumber: dokumentasi pribadi 2017

Pengolahan limbah cair ini dilakukan bertahap yaitu (1) penampungan, (2) penyaringan, (3) pre-treatment, (4) ekualisasi, (5) bak anaerob, (6) bak aerob, (7) settling, (8) Wet Land dan (9) outlet. Pengolahan IPAL ini berjalan secara continue dan otomatis sehingga bila hujan

1

2 3

4

5

6

7

8 9

turun pada saat jam kerja telah selesai maupun pada hari libur maka pengolahan dapat berjalan dengan semestinya agar limbah cair tidak melebihi batas kapasitas ruang yang ada.

5.1.1. Bak Penampungan

Langkah awal dalam mengolah air limbah di PT. Maya Food Industries adalah dengan menampung limbah cair pada suatu bak penampungan khusus. Penampungan ini memiliki tujuan untuk menampung semua limbah cair hasil produksi dan sanitasi kecuali air toilet atau kebersihan diri. Selain itu, bak penampungan juga berperan sebagai tempat untuk mengendapkan padatan yang terbawa oleh arus air. Sisa padatan akan mengendap pada bagian dasar bak akibat tekanan alir air dan gaya gravitasi. Pengambilan endapan padatan tersebut dilakukan sehari setelah berlangsungnya proses pengolahan limbah cair dengan cara manual yaitu terdapat pekerja yang mengambilnya dengan menggunakan jaring. Sisa padatan tersebut kemudian dijemur dibawah sinar matahari dan kemudian dijual kepada masyarakat lokal. Pada bak penampungan ini, terdapat pompa yang berfungsi untuk memindahkan air ke proses selanjutnya. Semakin sedikit volume air maka pompa berjalan lancar sedangkan bila volume air banyak maka pompa bekerja dengan lambat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.2. Bak Penyaringan (Screening)

Screening dilakukan untuk menyaring padatan yang masih terdapat dalam limbah cair namun memiliki ukuran yang lebih kecil daripada sisa padatan pada bak penampungan. Proses penyaringan dilakukan dalam 3 tahap yaitu penyaringan dengan menggunakan saringan berdiameter 5 mm, penyaringan dengan menggunakan saringan berdiameter 3 mm dan penyaringan dengan menggunakan saringan berdiameter 2 mm. Tahapan – tahapan ini dibuat secara bertingkat seperti tangga sehingga limbah cair dapat mengalir sesuai alurnya. Penyaring ini dibersihkan setiap hari.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.3. Bak Pre-Treatment

Bak Pre-Treatment digunakan sebagai tempat untuk memisahkan minyak yang ada dalam limbah cair dengan didasarkan pada berat jenisnya. Minyak yang berkumpul pada bagian permukaan air akan diambil dengan menggunakan kotak box yang kemudian diletakkan di atas bak tersebut. Pada saat tidak ada proses produksi, minyak tersebut dimasukkan kembali kedalam proses pengolahan air.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.4. Bak Equalisasi

Bak equalisasi memiliki volume ruang yaitu 431 m3. Bak ini digunakan untuk menghomogenkan konsentrat atau komposisi air limbah. Proses dilakukan dengan menggunakan bantuan pompa untuk mengaduk air limbah sehingga terjadi proses pencampuran.

5.1.5. Bak Anaerob

Pengolahan limbah cair yang utama terdapat pada bak anaerob dengan kapasitas sebesar 735 m3 dan kedalaman minimal 3 meter. Bak anaerob ini digunakan untuk menguraikan bahan – bahan organik NH3, NO2, bau dan menekan populasi bakteri patogen dengan bantuan bakteri anaerob. Bakteri anaerob dan aerob yang digunakan telah ada sejak dulu dan tidak diketahui

Gambar 14. Bak Penyaringan

tepatnya namun pertumbuhannya selalu diperiksa. PT. Maya Food Industries melakukan pengecekan pada bak anaerob secara visual terhadap warna, lumpur dan gelembung serta pengecekan terhadap pH. Standar pH pada bak anaerob yaitu 6,5 – 7,5. Berdasarkan penampakan air, jika warnanya bening kecoklatan maka kinerja bakteri baik sedangkan jika warna menjadi putih atau kuning maka kinerja bakteri kurang baik. Berdasarkan bau, jika berbau amis mengindikasikan bahwa hasil penguraian buruk dan biasanya didampingi dengan warna air yang berubah menjadi putih atau kuning sehingga perlu diberi penanganan yaitu dengan diberikannya pupuk urea sebanyak 5 kg yang dicairkan terlebih dahulu dengan 20 liter air lalu dimasukkan setelah proses selesai atau pada sore hari. Penanganan ini dilakukan agar kinerja bakteri mengalami peningkatan. Jika didapatkan lumpur mengambang dan hanyut maka bakteri dalam kondisi buruk sedangkan bila gelembung banyak maka bakteri dalam kondisi baik. Penanganan pada kondisi bakteri yang buruk yaitu diberikan nutrisi berupa gula sebanyak 2 kg dan tapioka sebanyak 3 kg. Bakteri akan kembali menjadi normal dan sehat dalam jangka waktu 6 jam hingga 3 hari.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.6. Bak Aerob

Bak aerob merupakan tempat yang digunakan untuk menghilangkan bau, memperbaiki warna air, menurunkan kadar COD dan BOD dalam limbah air dengan menggunakan bantuan bakteri aerob. PT. Maya Food Industries menyediakan blower udara untuk memberikan oksigen dalam bak agar bakteri aerob dapat hidup dan menjalankan aerasi agar bakteri aerob tidak mengendap. Proses dalam bak aerob ini menggunakan sistem aerasi. Pengecekan bakteri aerob yang dilakukan oleh PT. Maya Food Industries yaitu berdasarkan jumlah bakteri per liter, warna air dan pH. Pengecekan berdasarkan jumlah bakteri dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sampel air pada bak 1, 4 dan 7 sebanyak 1 liter, kemudian didiamkan selama 30 menit untuk mengendapkan bakteri lalu dilihat banyaknya bakteri yang

mengendap. Standar jumlah bakteri yaitu 300-700 ml/L, jika jumlah bakteri di bawah standar tersebut, maka diberikan gula sebanyak masing-masing 3 kg untuk pagi dan sore hingga jumlah bakteri memenuhi standar kembali. Berdasarkan warna air, jika air berwarna bening kecoklatan yaitu bakteri dalam kondisi baik sedangkan jika air berwarna kuning maka bakteri dalam kondisi buruk dan kadar ammonia cukup tinggi sehingga diperlukan penanganan menggunakan tapioka. Berdasarkan tingkat keasaman, pH standar bak aerob yaitu 6-9, jika pH di bawah standar maka dapat diartikan bahwa kinerja bakteri menurun sehingga perlu diberikan penanganan yaitu dengan memberikan kapur sebanyak 10kg per hari hingga pH mencapai standar awal.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.7. Bak Settling

Bak settling digunakan sebagai tempat untuk menampung bakteri aerob yang terbawa oleh arus. Kemudian bakteri tersebut akan dikembalikan ke bak aerob. Pengurasan bak settling dilakukan setiap 2 atau 3 minggu.

5.1.8. Wet Land

Wet Land merupakan area pengolahan limbah air yang dipenuhi oleh tumbuhan dengan luas area sebesar 234 m3. Proses pengolahan yang terjadi di Wet Land yaitu akar – akar tanaman dalam Wet Land akan menyerap nutrisi yang tersisa dalam limbah air. Peremajaan tanaman tersebut dilakukan setiap 3 bulan sekali, sedangkan pengurasan dilakukan setiap 1 bulan sekali.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.9. Outlet

Outlet IPAL digunakan untuk mengeluarkan air limbah yang telah diolah agar aman untuk dikembalikan ke lingkungan. Air yang dihasilkan setelah pengolahan akan berwarna bening kecoklatan dan tidak berbau. Limbah yang telah diolah tersebut kemudian dikeluarkan ke sungai yang berada pada bagian belakang pabrik. Selain itu, pada bagian outlet, air akan diambil oleh BBTPPI untuk diuji baku mutu air limbah hasil pengolahan PT. Maya Food Industries.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.10.Pengujian Baku Mutu Air Limbah

Pengujian baku mutu air limbah dilakukan oleh BBTPPI atau Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Semarang setiap satu bulan sekali dengan berdasarkan pada Baku Mutu Air Limbah Peraturan Daerah Provinsi Nomor 5 tahun 2012. Berikut ini adalah data hasil analisa air limbah di PT. Maya Food Industries yang dievaluasi pada tanggal 6 Juni 2016:

Gambar 18. Wet Land

Tabel 1. Hasil Analisa Baku Mutu Air Limbah No Parameter Hasil Analisa Kualitas (mg/L) Beban (kg/hari) I. FISIKA 1. TSS 27 9,342 II. KIMIA 1. BOD5 29,34 10,15 2. COD 93,60 32,38

3. Minyak dan lemak 0,40 0,138

4. Sulfida 0,069 0,024 5. Amoniak 0,687 0,238 6. Klor Bebas 0,07 0,024 7. pH 6,8 - III. DEBIT Hasil pengukuran (m3/hari) 346

Kendala dalam IPAL PT. Maya Food Industries adalah pengolahan limbah cair yang harus dilakukan secara terus menerus namun produksi pengalengan ikan tidak menentu sehingga kondisi bakteri anaerob dan aerob menurun karena kekurangan nutrisi.

Dokumen terkait