• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Cair Dan Padat di PT. Maya Food Industries - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengolahan Limbah Cair Dan Padat di PT. Maya Food Industries - Unika Repository"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN PADAT DI PT. MAYA

FOOD INDUSTRIES

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

MULLER, CLAUDIA ANGELA

14.I1.0053

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)
(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek di PT Maya Food Industries pada bulan Februari hingga Maret 2017 dan dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN PADAT DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES dengan baik dan tepat waktu. Dengan adanya Kerja Praktek ini, banyak manfaat yang Penulis peroleh, terutama Penulis dapat membandingkan antara ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dengan fakta yang ada di lapangan, merasakan praktek kerja di dunia nyata, dan mendapat pengalaman dan teman baru.

Dalam proses pelaksanaan Kerja Praktek dan pembuatan Laporan Kerja Praktek ini, Penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini Penulis ingin

3. Ibu Katharina Ardanareswari STP, MSc selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang telah membimbing penulis sebelum dan sesudah kerja praktek dan membimbing Penulis selama pembuatan laporan kerja praktek.

4. Orang tua Penulis yang selalu mendukung penulis

5. PT. Maya Food Industries yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melaksanakan kerja praktek.

6. Bapak Jones B. Simbolon, SH selaku Manajer HRD PT Maya Food Industries yang telah membantu Penulis selama melakukan Kerja Praktek.

7. Bapak Eko Setyadi, ST selaku Manajer Produksi serta pembimbing lapangan PT Maya Food Industries yang telah membantu dan membimbing Penulis selama melaksanakan Kerja Praktek.

8. Bapak Sumanto dan Bapak Riskon yang telah membantu Penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek.

(4)

iii

10. Fransisca Natasha L.G. sebagai rekan selama pelaksanaan Kerja Praktek di PT Maya Food Industries.

11. Pihak-pihak lain yang telah membantu Penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih terdapat kekurangan. Penulis berharap laporan Kerja Praktek ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kepada para pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Terimakasih.

Semarang, 12 Juni 2017 Penulis,

(5)

iv

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ...2

(6)

v

4.14. Packing ...20

4.15. Penyimpanan (inkubasi)...21

5. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN LIMBAH PADAT ...22

5.1. Pengolahan Limbah Cair ...22

5.1.10.Pengujian Baku Mutu Air Limbah ...27

5.2.Pengolahan Limbah Padat ...28

5.2.1. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Tepung Ikan ...28

5.2.2. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Minyak Ikan ...29

6. PEMBAHASAN ...30

6.3.1. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Tepung Ikan ...37

6.3.2. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Minyak Ikan ...38

(7)

vi

(8)

vii

DAFTAR TABEL

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kemasan Sekunder - Karton ... 13

Gambar 2. Berbagai jenis kemasan primer ... 13

Gambar 3. Diagram proses produksi pengalengan ikan ... 14

Gambar 4. Karantina Ikan ... 15

Gamabr 5. Pembersihan dan Pemotongan Ikan ... 16

Gambar 6. Penimbangan Ikan ... 17

Gambar 7. Pemasakan Awal Ikan dalam Kaleng ... 18

Gambar 8. Filling Sauce ... 19

Gambar 9. Sterilisasi dengan mesin retort ... 20

Gambar 10. Kaleng ikan dimasukkan dalam kardus ... 21

Gambar 11. Pembersihan kaleng ... 21

Gambar 12. Layout IPAL ... 22

Gambar 13. Bak Penampungan ... 23

Gambar 14. Bak Penyaringan ... 24

Gambar 15. Bak Pre-Treatment ... 24

Gambar 16. Bak Anaerob ... 25

Gambar 17. Bak Aerob ... 26

Gambar 18.Wet Land ... 27

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi PT. Maya Food Industries ... 43

Lampiran 2. Denah Ruang PT. Maya Food Industries ... 44

Lampiran 3. Sertifikat HALAL... 45

Lampiran 4. Sertifikat HACCP ... 46

Lampiran 5. Sertifikat ISO 9001:2008... 47

Lampiran 6. Sertifikat ISO 22000:2005... 48

Lampiran 7. Struktur Organisasi PT. Maya Food Industries ... 49

Lampiran 8. Denah IPAL PT. Maya Food Industries ... 50

(11)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim berdasarkan dari segi potensi sumber dayanya yang relatif besar yaitu sumber daya perikanan. Selain itu, sektor perikanan membantu warga dengan menyerap tenaga kerja dalam kegiatannya yaitu dari mulai penangkapan ikan, pembudidayaan, industri pengolahan, pendistribusian hingga perdagangan. Dengan demikian, sektor perikanan merupakan sektor yang tidak dapat ditinggalkan oleh pemerintah Indonesia (Triarso, 2012). Ikan adalah salah satu sumber protein berasal dari hewan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang murah dan mudah didapatkan. Selain itu, ikan juga mengandung banyak unsur anorganik dan organik yang bermanfaat bagi manusia (Mareta & Amawi, 2011). Subsektor peternakan dan perikanan diakui sebagai “functional food” yaitu mempunyai peranan penting dalam kesehatan karena terdapat kandungan makro dan mikro mineral, vitamin dan asam lemak tidak jenuh yang berantai panjang terutama yang termasuk dalam golongan asam lemak omega-3 (Heruwati, 2002).

Kekayaan laut tersebut dimanfaatkan oleh para pengusaha dengan mengolahnya menjadi suatu produk dalam industri pangan. Salah satunya adalah PT. Maya Food Industries yang mengolah hasil laut dengan metode pengalengan. Ikan yang diolah menjadi ikan kaleng dan ditambahkan dengan bumbu dapat meningkatkan masa simpan ikan dan mempermudah konsumsi. Manfaat dalam pengolahan ikan yaitu untuk memperbaiki cita rasa (flavour), bau (odor), tekstur (texture), dan penampakan (appearance) (Irawan 1995 dalam Susilowati 2013). Pengalengan merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan yang dilakukan dengan dikemas secara hermetis kemudian disterilkan. Pengemasan dengan cara hermetis yaitu wadah bahan pangan dikemas dengan penutupan yang sangat rapat agar tidak dapat ditembus oleh air, udara sehingga terhindar dari perubahan cita rasa maupun kerusakan oksidasi (Adawyah 2007 dalam Susilowati 2013)

(12)

limbah cair, limbah padat, dan limbah gas (Sugiharto, 2008). Masing-masing limbah memiliki cara pengolahan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya.

Pada dasarnya, alam mempunyai kemampuan menetralisir pencemaran dalam jumlah kecil namun pada jumlah yang cukup besar dapat menyebabkan dampak negatif. Hal ini mengakibatkan perubahan keseimbangan pada lingkungan sehingga dapat dikatakan bahwa limbah telah mencemari lingkungan. Dampak negatif yang dapat terjadi akibat limbah cair yang belum diolah yaitu kelangkaan sumber daya air, bencana alam seperti banjir, erosi, serta kepunahan ekosistem perairan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mengolah limbah industri sebelum dikeluarkan ke badan air. Pemerintah pun telah menetapkan baku mutu limbah yang harus dipenuhi oleh industri dengan harapan agar lingkungan tidak tercemar oleh limbah (Junaidi & Hatmanto, 2006).

Salah satu perusahaan pengolahan ikan kaleng yang telah melakukan pengolahan limbah cair dan limbah padat yaitu PT. Maya Food Industries yang terletak di kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Limbah-limbah tersebut diolah menjadi limbah yang ramah lingkungan bahkan pengolahan limbah juga dapat menghasilkan produk baru. Pengolahan limbah cair pada perusahaan ini mengunakan Baku Mutu Air Limbah Perda Prov. Jateng No. 5 Tahun 2012.

Limbah hasil pengolahan ikan dapat mempengaruhi lingkungan sehingga perlu diolah lebih lanjut agar limbah yang akan dibuang ke lingkungan tidak mencemari kondisi lingkungan alami. Selain itu, limbah juga dapat diolah untuk dijadikan suatu produk baru seperti pupuk. Pengolahan limbah pada suatu perusahaan menarik untuk dibahas karena melalui tindakan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan sekitar.

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Kerja praktek lapangan yang dilakukan di PT. Maya Food Industries bertujuan untuk: - Mempelajari industri pangan yang berbidang usaha pengalengan ikan secara umum - Mempelajari proses produksi pengalengan ikan, terutama ikan sardine dan mackerel - Mempelajari pengolahan limbah cair dan limbah padat

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

(13)
(14)

2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah

PT. Maya Food Industries adalah perusahaan pangan yang berfokus pada pengolahan hasil perikanan yaitu pengalengan ikan. Pada mulanya, tanggal 27 Juni 1979 didirikan sebuah pabrik bernama PT. Bali Maya Permai oleh Soekarjo Wibowo, Soekardi Wibowo dan Mr. Chang yang berasal dari Singapura. Kemudian pada tahun 1995, PT. Bali Maya Permai melakukan perubahan nama menjadi PT. Maya Food Industries. Perubahan ini dilakukan pada tanggal 16 November 1995 melalui Akte Pendirian Nomer 232 di hadapan Notaris Misahardi Wilamarta, SH yang berkedudukan di Jakarta dan Akte Cabang Nomer 36 pada tanggal 10 April 1996 di hadapan Notaris Issudariyah Andi Mualim, SH berkedudukan di Pekalongan.

Bidang usaha PT. Maya Food Industries yaitu pengolahan produk perikanan terutama ikan kaleng mackerel dan sardines. Kapasitas produksi mackerel dan sardines dalam satu tahun sebesar 750.000 karton atau setara dengan 4.000 ton bahan baku ikan. Produk ikan kaleng ini memiliki pangsa pasar sebesar 70% untuk pasar domestik dan sisanya yaitu 30% untuk pasar manca negara. Proses produksi pada perusahaan ini tidak dilakukan setiap hari namun menyesuaikan dengan bahan baku ikan yang tersedia pada waktu-waktu tertentu sehingga terdapat hari para pekerja tidak melakukan aktivitas produksi.

Industri pangan PT. Maya Food Industries yang memiliki luas pabrik sebesar 23.000 m2 ini, terletak pada Jalan Jlamprang Lor, Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kotamadya Pekalongan 51149, Provinsi Jawa Tengah. Letak geografisnya yaitu pada sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, pada sebelah timur berbatasan dengan sungai Kali Banger, pada sebelah selatan berbatasan dengan Desa Klego dan pada sebelah barat berbatasan dengan Sungai Pekalongan. Selain itu, pabrik ini terletak dekat dengan pelabuhan di Pekalongan sehingga mempermudah penerimaan ikan melaui jalur laut. Pabrik industri pangan ini terdiri atas ruang produksi pengalengan ikan mackerel dan sardines, instalasi pengolahan limbah cair dan padat, penyimpanan limbah B3, ruang pengoperasian mesin uap, water treatment, gudang bahan jadi, gudang bahan tambahan, gudang kemasan, kantor

marketing, bengkel dan ruang QC. Lokasi dan denah ruang PT. Maya Food Industries dapat

(15)

2.2. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu

PT. Maya Food Industries memiliki visi yaitu menjadi perusahaan pengolahan hasil perikanan kelas dunia. Misi PT. Maya Food Industries yaitu meningkatkan fasilitas ISO 22000 dan standar kelas dunia, meningkatkan lini produk untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada sekarang dan di masa yang akan datang dan meningkatkan nilai perusahaan dan budaya perusahaan pada “Kualitas dan Kepuasan Pelanggan” dengan meningkatkan dan mengembangkan SDM yang profesional dan standar kelas dunia.

Kebijakan mutu PT. Maya Food Industries yaitu berkomitmen meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menghasilkan produk-produk berstandar halal, berkualitas dan aman dikonsumsi untuk manusia sesuai dengan regulasi keamanan pangan di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dunia internasional.

2.3. Sertifikasi

PT. Maya Food Industries telah menjaga kualitasnya selama bertahun-tahun di dalam negeri maupun luar negeri. Industri pangan ini mempunyai surat keterangan perusahaan yaitu No. SKP 3081/33/SKP/KL/V/2015. Beberapa standar nasional yang telah diterapkan oleh PT. Maya Food Industries yaitu Good Manufacturing Practices (GMP) serta Standar Sanitation Operation Procedure (SSOP) sebagai standar pelaksanaan pengolahan pangan yang baik dan

benar. Selain itu, sertifikat HALAL dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah diperoleh sebagai tanda bahwa bahan dan proses yang digunakan dalam pengalengan ikan ini telah dipastikan halal dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat muslim. Sertifikat HALAL dengan No. 00030010810999 ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Selain itu, sertifikat HALAL ini memiliki masa berlaku selama 2 tahun.

(16)

benar dalam industri pangan. Sertifikat ISO 9001:2008 PT. Maya Food Industries terdaftar pada Certificate No. QSC 01125 dengan masa berlaku selama 2 tahun yang dapat dilihat pada Lampiran 5. ISO 22000:2005 merupakan standar internasional dalam sistem manajemen keamanan pangan yang berguna dalam memastikan bahwa produk pangan yang dijual telah aman dari bahaya fisik, biologi dan kimia. Sertifikat ISO 22000:2005 PT. Maya Food industries terdaftar dalam Certificate ID15/03153 dengan masa berlaku selama 3 tahun yang dapat dilihat pada Lampiran 6.

2.4. Ketenagakerjaan

PT. Maya Food Industries memiliki jumlah karyawan sebanyak 505 orang berdasarkan data pada Februari 2017. Karyawan yang bekerja di PT. Maya Food Industries bertempat tinggal di dekat perusahaan tersebut dan terdapat beberapa yang tinggal pada daerah di sekitar Pekalongan, Batang dan Comal. Selain itu, karyawan yang bekerja pada perusahaan ini memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda yaitu karyawan dengan pendidikan yang rendah hingga memiliki gelar sarjana. Pada PT. Maya Food Industries ini terdapat 2 jenis tenaga kerja yaitu berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tetap (PKWT) dan Perjanjian Waktu Tidak Tetap (PKWTT). Karyawan berdasarkan PKWT yaitu karyawan kontrak sedangkan karyawan berdasarkan PKWTT yaitu karyawan tetap, karyawan borongan dan karyawan musiman. Penggolongan karyawan ini akan dijelaskan pada kalimat berikut:

- Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja dalam perusahaan dengan waktu tertentu bergantung pada masa kontrak yang ditawarkan/diberikan. Karyawan kontrak mendapatkan upah setiap bulan sesuai dengan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK). Karyawan ini bekerja pada hari Senin hingga Jumat yang dimulai pada pukul 08.00 hingga 16.00 dengan 1 jam istirahat pada pukul 12.00 hingga 13.00. Kemudian pada hari Sabtu, karyawan memulai aktivitas bekerja pada pukul 08.00 hingga 14.30. Jumlah karyawan kontrak pada perusahaan ini dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 62 orang sedangkan karyawan berjenis kelamin perempuan berjumlah 18 orang.

- Karyawan Tetap

(17)

perusahaan ini dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 32 orang sedangkan karyawan berjenis kelamin perempuan berjumlah 12 orang.

- Karyawan borongan

Karyawan borongan adalah karyawan yang bekerja pada saat terjadi proses produksi. Karyawan borongan mendapatkan upah sesuai dengan kuantitas atau jumlah pekerjaan yang dikerjakan dan akan diberikan setiap seminggu sekali. Waktu kerja karyawan ini terbagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi pada pukul 06.00 hingga 14.00 dengan istirahat selama 1 jam pada pukul 10.30 hingga 11.30 dan shift siang yaitu pada pukul 08.00 hingga 16.00 dengan istirahat selama 1 jam pada pukul 12.00 hingga 13.00. Jumlah karyawan borongan pada perusahaan ini dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang sedangkan karyawan berjenis kelamin perempuan berjumlah 20 orang.

- Karyawan musiman

Karyawan musiman adalah karyawan yang hanya bekerja selama ada proses produksi. Karyawan musiman mendapatkan upah berdasarkan pada jumlah hari keberangkatannya dan akan diberikan setiap seminggu sekali. Waktu kerja karyawan ini sama dengan waktu kerja karyawan borongan. Jumlah karyawan musiman pada perusahaan ini dengan jenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 1 orang sedangkan karyawan berjenis kelamin perempuan berjumlah 344 orang.

Dasar-dasar peraturan yang digunakan PT. Maya Food Industries dalam mengatur ketenagakerjaan yaitu:

- UU No. 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan - Peraturan Menteri Tenaga Kerja / Ketenagakerjaan

- Perjanjian Kerja Bersama (PKB) / Peraturan Perusahaan (PP)

2.5. Kesejahteraan Karyawan

PT. Maya Food Industries menjamin kesejahteraan karyawannya dengan memberikan fasilitas dan hak yang menunjang kualitas, keselamatan, kesejahteraan dan produktivitas karyawan. Fasilitas yang diberikan oleh perusahaan ini antara lain loker, toilet, transportasi (mobil, motor, sepeda dan bis yang digunakan untuk menjemput dan mengantar karyawan yang bertempat tinggal agak jauh dari perusahaan), tempat beribadah (mushola), tempat makan, alat perlindungan diri, alat-alat kerja, forklift, laundry, dan ruang kerja. Hak karyawan yang diberikan oleh perusahaan antara lain:

(18)

b. Tunjangan Hari Raya (THR)

THR merupakan bonus yang diberikan oleh perusahaan sebagai peringatan hari raya. Perusahaan ini memberikan THR setiap tahunnya hanya kepada karyawan tetap dan karyawan kontrak dengan syarat usia 17 tahun hingga 55 tahun.

c. Tunjangan Kesehatan

Tunjangan kesehatan ini berupa jaminan akan kesehatan, keselamatan kerja serta santunan kepada keluarga karyawan yang sakit. Tunjangan ketenagakerjaan dan kesehatan pada perusahaan ini bekerjasama dengan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).

d. Cuti

Cuti yang diberikan oleh perusahaan ini dalam setahun sebanyak 12 hari. Cuti hanya dapat digunakan oleh karyawan musiman, karyawan tetap dan karyawan kontrak. Berbagai macam jenis cuti yang diijinkan yaitu cuti menikah, melahirkan, membaktikan anak, hajatan dan kematian.

e. Tunjangan Pensiun

Tunjangan pensiun tidak diberikan pada karyawan yang berstatus kerja kontrak.

2.6. Struktur Organisasi

PT. Maya Food Industries dipimpin oleh seorang presiden direktur sebagai jabatan tertinggi di perusahaan tersebut yang memiliki kekuasaan untuk mengatur perusahaan secara keseluruhan. Presiden direktur dibantu oleh general manajer dan manajer pabrik dalam menjalankan suatu perusahaan. Pada perusahaan ini, terdapat 8 macam departemen yang menjadi tanggung jawab manajer pabrik yaitu departemen produksi, departemen marketing, departemen mekanik elektrik (ME), departemen purchasing, departemen accounting, departemen Production Planning & Inventory Control (PPIC), departemen Quality Control (QC) dan departemen Human Resources Development (HRD). Susunan struktur organisasi di PT. Maya Food Industries dapat dilihat pada Lampiran 7. Masing-masing bagian organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, antara lain:

a. Presiden Direktur

(19)

b. General Manajer

Pada susunan struktur organisasi PT. Maya Food Industries, general manajer berada pada bagian bawah presiden direktur. General manajer ini memiliki tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan menyiapkan rapat untuk meninjau perusahaan, memimpin kegiatan pelaksanaan yang ada dalam perusahaan serta menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan lain.

c. Manajer Administrasi

Manajer administrasi memiliki tugas yang perlu dilaksanakan yaitu menangani berbagai hal yang berkaitan dengan administrasi dan keuangan, membuat pembukuan keuangan perusahaan, menerima pembayaran dari buyer, membuat pembukuan yang berisi transaksi pembelian serta penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dan mengevaluasi pengeluaran uang.

d. Manajer Akuntansi

Manajer akuntansi memiliki tanggung jawab yaitu membuat perincian keuangan dan akuntansi perusahaan, secara periodik mengajukan anggaran penerimaan maupun pengeluaran, melakukan penelitian, penilaian dan pengendalian pengadaan dana secara utuh serta penggajian karyawan.

e. Manajer Personalia / HRD / Human Resources Development

Manajer personalia memiliki tugas sebagai pengambil keputusan dalam menyeleksi, menerima atau menolak pegawai baru, memberikan pelatihan pada pegawai baru dan memberikan penilaian terhadap prestasi tenaga kerja.

f. Manajer Pemasaran / Marketing

Manajer pemasaran bertugas membantu Deputi Direktur dalam mempromosikan, memasarkan produk, mengembangkan bahan- bahan promosi produk, mengelola serta melakukan pengarsipan semua data di bidang publikasi.

g. Manajer Mekanik Elektrik (ME)

(20)

prasarana produksi baik pada sumber energi, pembuatan peralatan – peralatan, operator mesin maupun bagian listrik. Selain itu, manajer ME juga memiliki tugas dalam mengawasi sistem sanitasi serta pengolahan limbah pabrik.

h. Manajer Pembelian / Purchasing

Manajer purchasing memiliki tugas yaitu menetapkan serta memelihara prosedur pembelian, mengendalikan aktivitas pembelian, mengesahkan dokumen pembelian, memilih dan mengevaluasi pemasok sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

i. Manajer PPIC / Production Planning and Inventory Control

Manajer PPIC memiliki tugas yaitu mengendalikan barang yang keluar maupun yang masuk dalam gudang barang jadi maupun barang tambahan, menetapkan dan memelihara prosedur pembelian untuk mengendalikan aktivitas permintaan bahan baku, mengesahkan dokumen pembelian, memilih dan mengevaluasi pemasok yang memenuhi persyaratan, serta membuat jadwal produksi dalam kurun waktu satu minggu.

j. Manajer Produksi

Manajer produksi memiliki tanggung jawab langsung kepada direktur atas kegiatan produksi secara menyeluruh. Manajer produksi mempunyai bawahan yaitu supervisor proses awal, saus, exhausting, retort dan pengemasan. Manajer produksi bertugas dalam merencanakan pelaksanaan produksi, mengambil keputusan dan kebijaksanaan berkaitan dengan produksi, mengawasi dan mengatur aktivitas yang berhubungan dengan PPIC, quality control, mesin serta perawatannya. Manajer produksi juga mempunyai tugas yaitu mengevaluasi perencanaan, memimpin, mengarahkan serta mengkoordinasi fungsi dibawahnya.

k. Manajer QC / Quality Control

(21)

l. Manajer Gudang

(22)

12 3. SPESIFIKASI PRODUK

3.1. Jenis Produk

Bahan inti yang digunakan PT. Maya Food Industries dalam industri pengalengan ikan yaitu ikan mackerel dan ikan sardine. Ikan mackerel yang digunakan diimpor dari negara China dan Jepang sedangkan ikan sardine yang digunakan dimpor dari negara China. Produk pengalengan ikan ini mempunyai beberapa macam variasi saus seperti media minyak, saus tomat, saus teriyaki, saus balado dan saus cabe. Masa umur simpan produk ikan kaleng tersebut yaitu 3 tahun dalam suhu ruang. Produk pangan tersebut ditargetkan untuk semua umur namun tidak disarankan untuk balita serta orang-orang yang mempunyai alergi terhadap ikan.

Kemasan primer yang digunakan yaitu kaleng dengan bentuk silinder besar tipe 300, silinder kecil tipe 200 dan kaleng tipe club can. Kemasan silinder besar tipe 300 mempunyai kapasitas berat bersih sebesar 425 gram, kemasan silinder kecil tipe 200 mempunyai kapasitas berat bersih sebesar 155 gram dan kemasan kaleng tipe club can mempunyai kapasitas berat bersih sebesar 125 gram. Produk dengan kemasan tipe club can didistribusikan secara ekspor sedangkan produk dengan kemasan berbentuk silinder dapat didistribusikan secara ekspor maupun lokal. Kemasan kaleng tersebut didapatkan dari PT. Cometa Can dan PT. Ancol Trang yang berasal dari Jakarta.

(23)

Brand produk pengalengan ikan milik PT. Maya Food Industries bernama Ranesa. Selain itu, perusahaan ini juga mengolah produk pengalengan ikan yang disesuaikan dengan permintaan buyer dengan ± 50 brand telah dibuat. Brand-brand lain yang diproduksi oleh PT. Maya Food Industries adalah Botan, Tan Tan, Sesibon, Paco Fish, Pomo dan Alam Indo.

3.2. Distribusi dan Marketing

PT. Maya Food Industries mendistribusikan produknya ke dalam negeri maupun luar negeri. Produk yang disimpan dalam gudang barang jadi akan diambil dengan sistem First In First Out (FIFO) sehingga produk yang berada dalam gudang tidak mengalami kadaluarsa.

Pendistribusian ke dalam negeri atau lokal menggunakan truk sebagai alat transportasinya dengan melalui jalur darat. Produk yang didistribusikan ke dalam pasar lokal akan dikirimkan oleh PD. Jaya Mas di Jakarta dan PT. Alam Jaya Wirasentosa di Riau, Pekanbaru dan Palembang. Pendistribusian ke luar negeri atau ekspor menggunakan container yang kemudian akan diangkut ke dalam kapal di pelabuhan. Pengiriman produk secara ekspor di PT. Maya Food Industries yaitu kepada negara Afrika, Singapura dan Republik Dominika.

Gambar 2. Berbagai jenis kemasan primer

Sumber: PT. Maya Food Industries, 2017

Gambar 1. Kemasan Sekunder – Karton

(24)

4. PROSES PRODUKSI

PT. Maya Food Industries melakukan proses produksi berdasarkan permintaan buyer dan ketersediaan bahan-bahan yang dibutuhkan. Proses produksi dapat berjalan selama 1 minggu penuh atau hanya beberapa hari, tergantung pada jumlah produk yang ingin diproduksi. Selain itu, proses produksi dilakukan pada hari Senin sampai Jumat dan setiap hari Sabtu hanya digunakan untuk sanitasi atau membersihkan ruang produksi secara menyeluruh. Proses produksi di PT. Maya Food Industries dilakukan secara bertahap yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Diagram proses produksi pengalengan ikan

(25)

4.1. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi ikan kaleng terdiri dari bahan inti dan bahan tambahan. Bahan inti dalam pengalengan ikan di PT. Maya Food Industries yaitu ikan mackerel dan ikan sardine yang diimpor dari Jepang, Korea dan China. Bahan tambahan yang digunakan antara lain garam, air, tepung pengental, es dan pasta saus.

Air digunakan dalam mengencerkan pasta saus dan melarutkan tepung pengental serta garam. Selain itu digunakan juga air sumur yang telah di-treatment untuk proses thawing, pencucian, perendaman serta sanitasi ruang proses. Pasta saus yang digunakan berasal dari China dan Turki. Tepung pengental yang digunakan merupakan tipe MR 300 yang berasal dari PT. Lautan Luas. Selain itu, es digunakan untuk memperpanjang umur simpan ikan segar yang dikirim.

Pada proses penerimaan ikan, terlebih dahulu ikan diambil beberapa sebagai sampel kemudian diperiksa atau dilakukan pengujian terhadap kandungan histamin, formalin, organoleptik dan micro uji virus oleh BKIPM (Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan) dan oleh bagian Quality Control di PT. Maya Food Industries sendiri. Kadar formalin yang diperbolehkan dalam ikan yaitu 0% sedangkan kadar histamin dalam ikan yang diperbolehkan berdasarkan individu sebesar 57% dan berdasarkan komposit sebesar 17% dengan menggunakan maksimal 3 sampel. Selama pengujian ini, ikan lainnya dikarantina dalam cold storage selama ± 4 hari.

Gambar 4. Karantina Ikan

Sumber: PT. Maya Food Industries 2017

4.2. Penyimpanan Bahan Baku

(26)

cold storage yang bersuhu maksimal -18oC. PT. Maya Food Industries memiliki 4 ruang penyimpanan ikan atau cold storage yang masing-masing berisikan 6 kotak. Setiap kotak dalam cold storage memiliki kapasitas tampung sebanyak 28 ton sehingga total kapasitas dalam 1 cold storage yaitu 168 ton. Cold storage ini berguna dalam memperpanjang masa simpan ikan segar.

4.3. Thawing

Thawing atau pelelehan ikan dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan udara dan air. Berdasarkan penggunaanya menggunakan air yaitu dengan cara memasukkan ikan beku ke dalam suatu bak yang kemudian diisi dengan air hingga semua bagian ikan terendam. Jumlah bak thawing yang tersedia yaitu 10 bak yang terdiri dari 4 bak di anteroom dan 6 bak di ruang cutting dan filling. Waktu yang dibutuhkan hingga ikan baku meleleh dengan menggunakan

air yaitu 1 jam hingga 3 jam. Berdasarkan penggunaannya menggunakan udara yaitu ikan beku diletakkan di atas meja pemotongan dalam ruang anteroom selama 2 jam hingga 12 jam. Suhu ikan ditargetkan mencapai maksimal 4oC. Bila suhu ikan melebih 4oC, maka diberi penambahan es agar suhu ikan tetap terjaga.

4.4. Pembersihan sisik dan Pemotongan

Ikan beku yang telah meleleh kemudian dicuci atau dibersihkan dengan air mengalir dan dipotong secara manual. Pada ikan sardine, ikan dipotong bagian kepala, ekor dan perutnya, sedangkan pada ikan mackerel, ikan dipotong bagian kepala, jeroan dan ekornya lalu dibagi menjadi 2 bagian. Pemotongan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan atau sortasi ikan yang dilakukan secara manual juga. Setelah itu, pembersihan sisik dilakukan dengan menggunakan suatu mesin yang biasanya digunakan untuk membersihkan sisik ikan sardine.

Gambar 5. Pembersihan dan Pemotongan Ikan

(27)

4.5. Pengisian (Filling)

Ikan dimasukkan ke dalam kaleng yang telah diperiksa dan dicuci sebelumnya. Berat ikan yang akan dimasukkan ke dalam kaleng berbeda-beda berdasarkan kaleng yang digunakan yaitu kaleng silinder besar, kaleng silinder kecil atau club can. Pada satu sisi dinding terdapat papan tulis yang digunakan untuk menulis berat bersih akhir yang diinginkan untuk setiap produk sehingga pekerja dapat menyesuaikan kisaran berat setiap kaleng. Pengisian ikan ini dilakukan dengan cara manual dan digunakan timbangan digital dalam pengukurannya. Standar berat bersih ikan dapat berubah-ubah, berikut ini merupakan contoh standar berat bersih ikan yang digunakan:

- Mackarel Import Besar (MIB): 300 – 310 gr - Mackarel Import Kecil (MIK): 110 – 115 gr - Sardines Premium Kecil (SPK): 100 – 110 gr - Sardines Permium Besar (SPB): 280 – 300 gr

4.6. Penimbangan

Setelah ikan dimasukkan ke dalam kaleng, ikan dalam kaleng tersebut diletakkan pada conveyor menuju pemeriksaan berat bersih ikan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

menyesuaikan berat bersih ikan yang ada pada lapangan dengan standar yang ditentukan. Selain itu, pada pemeriksaan ini juga dilakukan pengeluaran air yang ada dalam kaleng secara manual.

Gambar 6. Penimbangan Ikan

Sumber: PT. Maya Food Industries 2017

4.7. Pemasakan Awal (Pre-cooking)

(28)

menggunakan uap panas. Cara kerja mesin ini yaitu pertama dilakukan setting suhu dan kecepatan yang diinginkan lalu kaleng dimasukkan sejajar dengan exhaust box kemudian kaleng ditunggu hingga muncul diujung lain exhaust box. Exhaust box yang dimiliki PT. Maya Food Industries berjumlah 4 mesin. Standar suhu pemasakan dalam exhaust box yaitu 90-100oC selama 22-25 menit, Standar suhu pusat ikan yaitu minimal 60oC. Pada pemasakan awal ini terdapat Quality Control yang memeriksa suhu pusat ikan dengan mengambil 5 sampel setiap 30 menit.

Gambar 7. Pemasakan Awal Ikan dalam Kaleng

Sumber: PT. Maya Food Industries 2017

4.8. Penirisan (Draining)

Pemasakan awal dengan menggunakan panas uap akan menghasilkan uap air yang masuk dalam kaleng. Air dalam kaleng tersebut perlu dikeluarkan dengan menggunakan conveyor dengan derajat kemiringan 135o selama 17 detik. Pada proses ini terdapat Quality Control

yang memeriksa kondisi penirisan dengan mengambil 10 sampel setiap 30 menit.

4.9. Pengisian Media (Filling Media)

(29)

Gambar 8. Filling sauce

Sumber: PT. Maya Food Industries

4.10. Penutupan Kaleng (Seaming)

Penutupan kaleng dilakukan dengan menggunakan mesin double seamer yaitu dua tahap penutupan kaleng. Mesin seamer di PT. Maya Food Industries berjumlah 6 mesin yang memiliki kapasitas berbeda-beda yaitu 125 gr, 155 gr dan 425 gr. Mesin ini menghasilkan 250 kaleng kecil dalam 1 menit dan 150 kaleng besar dalam 1 menit. Penutupan kaleng ini diperiksa oleh QC dengan dilihat serta dirasakan goresan maupun penyokan yang ada pada bagian atas, badan dan bawah kaleng. Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap mesin yang digunakan dengan mengambil 10 sampel setiap 30 menit.

4.11. Pencucian kaleng

Kaleng yang telah ditutup terkadang akan menyisakan saus di sekitar kaleng sehingga kaleng perlu dicuci. Pencucian kaleng ini menggunakan air panas serta sabun. Kemudian kaleng akan dikeluarkan ke bak perendaman yang didalamnya terdapat keranjang. Air perendaman ini berguna dalam mencegah dan memperkecil benturan antar kaleng.

4.12. Sterilisasi (Retort)

Sterilisasi yang dilakukan pada setiap produk berbeda-beda. Pada produk sardines Premium Kecil dibutuhkan waktu 90 menit dengan tekanan 0,80 kg/cm2 pada suhu 117oC. Pada produk Sardines Premium Besar dibutuhkan waktu 100 menit dengan tekanan 0,08 kg/cm2 pada suhu 117oC. Setelah sterilisasi dalam retort selesai, dilakukan cooling dalam retort selama 15

(30)

Gambar 9. Sterilisasi dengan mesin retort

Sumber: PT. Maya Food Industries 2017

4.13. Pendinginan (Cooling) dan Penirisan

Pendinginan selanjutnya berada di dalam bak yang berisikan air dengan clorin 0,2 ppm. Kaleng didinginkan hingga mencapai suhu 40oC. Perendaman dalam bak dilakukan selama

15 menit dengan tujuan kaleng menjadi rapat kembali. Kemudian keranjang berisi kaleng diletakkan di ruang yang kering dan dikeringkan selama 1 malam. Hal ini dilakukan agar kaleng menjadi kering dan juga menjadi dingin sebelum dilakukan packing.

4.14. Packing

Sebelum dilakukan packing, kaleng dilewatkan melalui conveyor bersamaan dengan penataan kaleng agar bagian bawah kaleng menghadap ke atas. Kemudian kaleng tersebut dibersihkan sekilas lalu dengan menggunakan mesin, pada kaleng akan tercetak suatu kode yang menunjukkan tanggal kadaluarsa, asal kaleng, jenis ikan, nomor retort, nomor cycle serta nama perusahaan. Setelah itu, para pekerja akan mengambil kaleng dan memasukkannya ke dalam kardus. Jumlah ikan kaleng dalam satu kardus berbeda-beda, contohnya:

- Botan Mackerel Besar: 48 kaleng - Botan Mackerel Kecil: 100 kaleng - Alam Indo Besar: 24 kaleng - Alam Indo Kecil: 50 kaleng

(31)

4.15. Penyimpanan (inkubasi)

Kardus berisikan kaleng ikan disimpan dalam gudang barang jadi. Penyimpanan ini berlangsung juga proses inkubasi yang dilakukan pada suhu ruang dan selama 14 hari. Inkubasi ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya mikroorganisme dalam kaleng. Mikroorganisme yang tumbuh dalam kaleng akan ditandai dengan mengembungnya kaleng. Gambar 11. Pembersihan kaleng

Sumber: PT. Maya Food Industries 2017

Gambar 10. Kaleng ikan dimasukan dalam kardus

(32)

22

5. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN LIMBAH PADAT

5.1. Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair di PT. Maya Food Industries dilakukan dalam IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah. Sumber air limbah tersebut antara lain air sisa produksi dan air sanitasi namun tidak termasuk air toilet / kebersihan diri. Luas total IPAL di PT. Maya Food Industries sebesar 2700m2. Produksi air limbah dalam satu hari yaitu 346 m³ sementara total

pengolahan dalam IPAL secara keseluruhan dapat mencapai lima hingga enam hari. Denah IPAL PT. Maya Food Industries dapat dilihat pada Lampiran 8. Berikut ini layout IPAL milik PT. Maya Food Industries:

Gambar 12. Layout IPAL

Sumber: dokumentasi pribadi 2017

Pengolahan limbah cair ini dilakukan bertahap yaitu (1) penampungan, (2) penyaringan, (3) pre-treatment, (4) ekualisasi, (5) bak anaerob, (6) bak aerob, (7) settling, (8) Wet Land dan

(9) outlet. Pengolahan IPAL ini berjalan secara continue dan otomatis sehingga bila hujan

1

2 3

4

5

6

7

(33)

turun pada saat jam kerja telah selesai maupun pada hari libur maka pengolahan dapat berjalan dengan semestinya agar limbah cair tidak melebihi batas kapasitas ruang yang ada.

5.1.1. Bak Penampungan

Langkah awal dalam mengolah air limbah di PT. Maya Food Industries adalah dengan menampung limbah cair pada suatu bak penampungan khusus. Penampungan ini memiliki tujuan untuk menampung semua limbah cair hasil produksi dan sanitasi kecuali air toilet atau kebersihan diri. Selain itu, bak penampungan juga berperan sebagai tempat untuk mengendapkan padatan yang terbawa oleh arus air. Sisa padatan akan mengendap pada bagian dasar bak akibat tekanan alir air dan gaya gravitasi. Pengambilan endapan padatan tersebut dilakukan sehari setelah berlangsungnya proses pengolahan limbah cair dengan cara manual yaitu terdapat pekerja yang mengambilnya dengan menggunakan jaring. Sisa padatan tersebut kemudian dijemur dibawah sinar matahari dan kemudian dijual kepada masyarakat lokal. Pada bak penampungan ini, terdapat pompa yang berfungsi untuk memindahkan air ke proses selanjutnya. Semakin sedikit volume air maka pompa berjalan lancar sedangkan bila volume air banyak maka pompa bekerja dengan lambat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.2. Bak Penyaringan (Screening)

Screening dilakukan untuk menyaring padatan yang masih terdapat dalam limbah cair namun

memiliki ukuran yang lebih kecil daripada sisa padatan pada bak penampungan. Proses penyaringan dilakukan dalam 3 tahap yaitu penyaringan dengan menggunakan saringan berdiameter 5 mm, penyaringan dengan menggunakan saringan berdiameter 3 mm dan penyaringan dengan menggunakan saringan berdiameter 2 mm. Tahapan – tahapan ini dibuat secara bertingkat seperti tangga sehingga limbah cair dapat mengalir sesuai alurnya. Penyaring ini dibersihkan setiap hari.

(34)

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.3. Bak Pre-Treatment

Bak Pre-Treatment digunakan sebagai tempat untuk memisahkan minyak yang ada dalam limbah cair dengan didasarkan pada berat jenisnya. Minyak yang berkumpul pada bagian permukaan air akan diambil dengan menggunakan kotak box yang kemudian diletakkan di atas bak tersebut. Pada saat tidak ada proses produksi, minyak tersebut dimasukkan kembali kedalam proses pengolahan air.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.4. Bak Equalisasi

Bak equalisasi memiliki volume ruang yaitu 431 m3. Bak ini digunakan untuk

menghomogenkan konsentrat atau komposisi air limbah. Proses dilakukan dengan menggunakan bantuan pompa untuk mengaduk air limbah sehingga terjadi proses pencampuran.

5.1.5. Bak Anaerob

Pengolahan limbah cair yang utama terdapat pada bak anaerob dengan kapasitas sebesar 735 m3 dan kedalaman minimal 3 meter. Bak anaerob ini digunakan untuk menguraikan bahan – bahan organik NH3, NO2, bau dan menekan populasi bakteri patogen dengan bantuan bakteri

anaerob. Bakteri anaerob dan aerob yang digunakan telah ada sejak dulu dan tidak diketahui Gambar 14. Bak Penyaringan

(35)

tepatnya namun pertumbuhannya selalu diperiksa. PT. Maya Food Industries melakukan pengecekan pada bak anaerob secara visual terhadap warna, lumpur dan gelembung serta pengecekan terhadap pH. Standar pH pada bak anaerob yaitu 6,5 – 7,5. Berdasarkan penampakan air, jika warnanya bening kecoklatan maka kinerja bakteri baik sedangkan jika warna menjadi putih atau kuning maka kinerja bakteri kurang baik. Berdasarkan bau, jika berbau amis mengindikasikan bahwa hasil penguraian buruk dan biasanya didampingi dengan warna air yang berubah menjadi putih atau kuning sehingga perlu diberi penanganan yaitu dengan diberikannya pupuk urea sebanyak 5 kg yang dicairkan terlebih dahulu dengan 20 liter air lalu dimasukkan setelah proses selesai atau pada sore hari. Penanganan ini dilakukan agar kinerja bakteri mengalami peningkatan. Jika didapatkan lumpur mengambang dan hanyut maka bakteri dalam kondisi buruk sedangkan bila gelembung banyak maka bakteri dalam kondisi baik. Penanganan pada kondisi bakteri yang buruk yaitu diberikan nutrisi berupa gula sebanyak 2 kg dan tapioka sebanyak 3 kg. Bakteri akan kembali menjadi normal dan sehat dalam jangka waktu 6 jam hingga 3 hari.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.6. Bak Aerob

Bak aerob merupakan tempat yang digunakan untuk menghilangkan bau, memperbaiki warna air, menurunkan kadar COD dan BOD dalam limbah air dengan menggunakan bantuan bakteri aerob. PT. Maya Food Industries menyediakan blower udara untuk memberikan oksigen dalam bak agar bakteri aerob dapat hidup dan menjalankan aerasi agar bakteri aerob tidak mengendap. Proses dalam bak aerob ini menggunakan sistem aerasi. Pengecekan bakteri aerob yang dilakukan oleh PT. Maya Food Industries yaitu berdasarkan jumlah bakteri per liter, warna air dan pH. Pengecekan berdasarkan jumlah bakteri dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sampel air pada bak 1, 4 dan 7 sebanyak 1 liter, kemudian didiamkan selama 30 menit untuk mengendapkan bakteri lalu dilihat banyaknya bakteri yang

(36)

mengendap. Standar jumlah bakteri yaitu 300-700 ml/L, jika jumlah bakteri di bawah standar tersebut, maka diberikan gula sebanyak masing-masing 3 kg untuk pagi dan sore hingga jumlah bakteri memenuhi standar kembali. Berdasarkan warna air, jika air berwarna bening kecoklatan yaitu bakteri dalam kondisi baik sedangkan jika air berwarna kuning maka bakteri dalam kondisi buruk dan kadar ammonia cukup tinggi sehingga diperlukan penanganan menggunakan tapioka. Berdasarkan tingkat keasaman, pH standar bak aerob yaitu 6-9, jika pH di bawah standar maka dapat diartikan bahwa kinerja bakteri menurun sehingga perlu diberikan penanganan yaitu dengan memberikan kapur sebanyak 10kg per hari hingga pH mencapai standar awal.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.7. Bak Settling

Bak settling digunakan sebagai tempat untuk menampung bakteri aerob yang terbawa oleh arus. Kemudian bakteri tersebut akan dikembalikan ke bak aerob. Pengurasan bak settling dilakukan setiap 2 atau 3 minggu.

5.1.8. Wet Land

Wet Land merupakan area pengolahan limbah air yang dipenuhi oleh tumbuhan dengan luas

area sebesar 234 m3. Proses pengolahan yang terjadi di Wet Land yaitu akar – akar tanaman dalam Wet Land akan menyerap nutrisi yang tersisa dalam limbah air. Peremajaan tanaman tersebut dilakukan setiap 3 bulan sekali, sedangkan pengurasan dilakukan setiap 1 bulan sekali.

(37)

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.9. Outlet

Outlet IPAL digunakan untuk mengeluarkan air limbah yang telah diolah agar aman untuk dikembalikan ke lingkungan. Air yang dihasilkan setelah pengolahan akan berwarna bening kecoklatan dan tidak berbau. Limbah yang telah diolah tersebut kemudian dikeluarkan ke sungai yang berada pada bagian belakang pabrik. Selain itu, pada bagian outlet, air akan diambil oleh BBTPPI untuk diuji baku mutu air limbah hasil pengolahan PT. Maya Food Industries.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

5.1.10.Pengujian Baku Mutu Air Limbah

Pengujian baku mutu air limbah dilakukan oleh BBTPPI atau Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Semarang setiap satu bulan sekali dengan berdasarkan pada Baku Mutu Air Limbah Peraturan Daerah Provinsi Nomor 5 tahun 2012. Berikut ini adalah data hasil analisa air limbah di PT. Maya Food Industries yang dievaluasi pada tanggal 6 Juni 2016:

Gambar 18. Wet Land

(38)

Tabel 1. Hasil Analisa Baku Mutu Air Limbah dilakukan secara terus menerus namun produksi pengalengan ikan tidak menentu sehingga kondisi bakteri anaerob dan aerob menurun karena kekurangan nutrisi.

5.2. Pengolahan Limbah Padat

(39)

dan minyak ikan. Pengolahan limbah padat menjadi tepung ikan menggunakan suatu mesin yang dibuat dan dibeli di Taiwan.

5.2.1. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Tepung Ikan

Proses pengolahan limbah padat dilakukan dengan terlebih dahulu menampung limbah padat pada bak yang telah disediakan dan akan mulai diolah pada saat siang hari. Kemudian, limbah padat dipindahkan menggunakan conveyor ke mesin perebusan. Perebusan dilakukan selama 10-15 menit menggunakan uap yang bersuhu 90oC. Lalu proses dilanjutkan ke

pengepresan selama 20 menit dimana limbah padat di-press untuk mengeluarkan air dan lemak yang kemudian ditampung dalam bak untuk diolah menjadi minyak ikan. Setelah melalui pengepresan, limbah padat dikeringkan dalam pengering selama 30 menit pada suhu 90 – 120oC. Limbah yang telah kering disebut sebagai tepung ikan kasar yang kemudian dimasukan ke dalam karung dengan masing-masing berisi 50 kg tepung. Tepung ikan kasar yang diperoleh dalam satu hari yaitu 1,5 ton tepung atau 30 karung tepung sehingga diketahui pula bahwa rendemen tepung ikan kasar yaitu 18,7%. Tepung ikan kasar tersebut dijual kepada perusahaan yang berada di Surabaya sebagai bahan pakan ternak dan pengambilannya setiap 2 bulan sekali. Pada PT. Maya Food Industries terdapat penghalus tepung ikan yang penggunaannya disesuaikan dengan permintaan perusahaan. Penghalus tepung ikan tersebut memiliki penyaringan yang berukuran 2 mm dan 1.5 mm.

5.2.2. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Minyak Ikan

(40)

30 6. PEMBAHASAN

Limbah dalam industri pangan terbagi menjadi limbah padat, cair maupun gas. Limbah tersebut perlu diolah agar tujuan pengolahan limbah dapat meningkat yaitu memenuhi ketentuan dalam peraturan pemerintah dan juga agar penggunaan sumber daya menjadi lebih efisien. Pengolahan limbah secara umum yaitu suatu rangkaian kegiatan yang terdiri atas reduksi, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan. Limbah harus diberi penanganan atau diolah terlebih dahulu agar mengurangi pencemaran lingkungan. Ketentuan yang utama dalam pengolahan limbah secara umum yaitu memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan menggunakan biaya minimum (Direktorat, 2007).

6.1. Karakteristik Limbah Ikan

Pengolahan limbah cair ditentukan berdasarkan karakteristik limbah yang akan diolah. Pengolahan hasil perikanan akan menghasilkan limbah cair dengan kandungan bahan organik yang tinggi dimana tingkat pencemaran bergantung pada proses pengolahan serta jenis ikan yang diolah (Ibrahim, 2005). Berdasarkan Suzuki 1981 dalam Siregar 2011, daging ikan memiliki komposisi kimiawi yang secara umum berupa air 66 – 84%, karbohidrat 1 – 3%, protein 15 – 24%, lemak 0,1 – 22% dan substansi anorganik 0,8 – 2%. Komponen kimia ini didominasi oleh air yang mempengaruhi kandungan lemak yaitu semakin kadar air tinggi maka kadar lemak dalam daging ikan semakan rendah. Ikan merupakan sumber protein dan memiliki kandungan lain yaitu minyak. Selain itu, pada limbah cair di PT. Maya Food Industries terdapat juga air sanitasi yang memiliki kandungan zat kimia. Pengolahan limbah cair ini dilakukan secara biologis karena proses utama dalam pabrik ini adalah pengolahan hasil perikanan yang mengandung banyak bahan organik.

6.2. Pengolahan Limbah Cair

(41)

dibedakan menjadi tiga yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder serta pengolahan tersier (Direktorat, 2007).

Pengolahan limbah cair pada PT. Maya Food Industries terdapat pada IPAL. Menurut Permadi (2011), IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah merupakan usaha perusahaan dalam sistem pengolahan limbah setelah optimasi produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah. Tujuan pengolahan air limbah yaitu untuk mengurangi tingkat cemaran yang ada pada air limbah sehingga aman untuk lingkungan.

6.2.1. Pengolahan Primer

Pengolahan primer adalah pengolahan secara fisik yang berguna dalam memisahkan padatan yang tersuspensi terendapkan oleh gravitasi atau yang terapung maupun mengambang. Pengolahan primer dapat dilakukan dengan cara penyaringan kasar serta pengendapan primer yang bertujuan untuk memisahkan bahan yang inert yaitu tanah atau butiran pasir. Saringan kasar berguna dalam memisahkan padatan yang berukuran cukup besar. Butiran pasir maupun tanah adalah bahan yang non-biodegradable serta dapat mengendap pada dasar instalasi sehingga harus dipisahkan. Umumnya, pengendapan primer dirancang dengan waktu tinggal ± 2 jam (Direktorat, 2007).

Pengolahan primer yang terjadi dalam IPAL terdapat pada bak penampungan, bak penyaringan / screening dan bak pre-treatment. Masing-masing bak melakukan proses pemisahan padatan maupun minyak / lemak berdasarkan gaya gravitasi. Bak penampungan yaitu tempat berkumpulnya air limbah sisa produksi dan tempat untuk mengendapkan padatan yang akan diambil sehari setelah proses berangsung. Bak penyaringan yaitu tempat menyaring padatan yang lebih kecil dengan menggunakan saringan berukuran 5 mm, 3 mm dan 2 mm.

(42)

minyak serta lemak yang tinggi akan menghambat aktivitas mikroorganisme untuk mendegradasi polutan organik serta berkontribusi terhadap konsentrasi COD sehingga diperlukan perlakuan pencegahan dengan memastikan bahwa minyak dan lemak tidak ikut terbuang dengan membangun grease trap atau unit penangkap minyak serta lemak.

6.2.2. Pengolahan Sekunder

Pengolahan sekunder pada IPAL PT. Maya Food Industries terjadi pada bak anaerob dan bak aerob dimana bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan dalam limbah yang terlarut atau tersuspensi dengan melalui proses biologis berupa aerobik dan anaerobik. Prinsip dalam pengolahan secara biologis yaitu dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme antara lain protozoa dan bakteri. Mikroba ini mendapatkan nutrisi dari polutan organik biodegradeble serta dapat melakukan konversi pada polutan organik menjadi air, karbondioksida serta energi agar dapat tumbuh dan bereproduksi. Dengan demikian, sistem pengolahan limbah cair melalui proses biologis harus mampu mengkondisikan lingkungan yang optimum untuk mikroorganisme sehingga mikroorganisme dapat memberikan kestabilan pada polutan organik biodegradable dengan optimum pula. Cara untuk mempertahankan mikroorganisme agar tetap produktif dan aktif yaitu dengan pemasokan oksigen yang cukup, waktu yang cukup untuk kontak dengan polutan organik, suhu serta komposisi medium yang disesuaikan. Pada IPAL, pemasokan oksigen pada bak aerob berasal dari blower udara dan waktu kontak bakteri dengan polutan pada bak anaerob dan aerob yaitu antara 3-4 hari sehingga mikroorganisme dapat aktif dan produktif. Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi TSS dan BOD dalam limbah secara signifikan namun efluen yang ada, masih memiliki kandungan nitrat atau amonium dan fosfor yang terlarut (Direktorat, 2007).

(43)

pupuk urea mengandung nitrogen sebanyak 46%, bersifat higroskopis (mudah menghisap air) dan mudah larut dalam air (Fauzi dkk, 2014). Berdasarkan pendapat Mu’mim (2014), sebagian besar limbah cair tidak tercukupi kebutuhan nutriennya sehingga sering dilakukan penambahan senyawa nitrogen maupun phospor. Umumnya, konsentrasi nitrogen, sulfur dan phospor dalam fase cair digunakan dalam menjaga aktivitas metanogenik agar optimum. Selain itu, nitrogen yang berada dalam air limbah umumnya berbentuk organik dan oleh bakteri akan terdegradasi menjadi nitrogen amonia. Penghitungan kandungan karbon, nitrogen dan fosfor untuk menentukan dosis optimal nutrisi yaitu C:N:P = 200:5:1. Kekurangan unsur nitrogen dapat diatasi dengan penambahan urea yang berguna dalam membantu kinerja nutrisi untuk menyediakan nitrogen. Nutrisi cair yang digabungkan penggunaannya dengan urea akan mampu menurunkan persentase COD serta meningkatkan nilai pH. Selain itu, dengan penambahan dosis pada urea dapat berperan dalam menurunkan nilai TSS akibat terdegradasinya kandungan organik dalam limbah.

Selain itu, penanganan lain yang dilakukan adalah dengan menambahkan gula sebanyak 2 kg dan tapioka sebanyak 3 kg sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Tapioka merupakan pati sedangkan pati dan gula termasuk dalam karbohidrat yang tersusun dari unsur C, H serta O. Pertumbuhan mikroorganisme membutuhkan sumber makanan atau substrat yang memiliki unsur Carbon, Fosfor, Sulfur dan Nitrogen dengan perbandingan 100:5:1:1. Penambahan tapioka dan gula dilakukan karena komposisi dalam air limbah tidak seimbang sehingga perlu ditambahkan bahan tersebut sebagai pemberian sumber karbon kepada mikroorganisme untuk tumbuh sehingga dapat bekerja dengan baik (Fitrahani dkk, 2012). Penambahan gula sederhana lebih sedikit daripada tapioka karena ditinjau dalam segi ekonomi, harga gula lebih mahal daripada tapioka. Sedangkan bila ditinjau dari segi keefektifannya, gula sederhana lebih cepat bekerja dalam menumbuhkan mikroorganisme daripada pati dalam tapioka. Jika jumlah mikroorganisme bertambah banyak maka gula sederhana akan habis. Efisiensi pada pengolahan anaerob hanya berkisar 50% hingga 70% sehingga menyebabkan kandungan COD dalam limbah cair masih tergolong tinggi dan dapat mencemari lingkungan.

(44)

digunakan pada hampir semua macam jenis limbah cair dalam industri pangan. Fungsi sistem lumpur aktif yaitu untuk melaksanakan nitrifikasi, oksidasi karbon, denitrifikasi serta eliminasi fosfor. Sistem ini menggunakan peralatan mekanis yaitu blower dan pompa yang memerlukan biaya investasi dan biaya operasi (pemakaian energi listrik) yang besar (Direktorat, 2007).

Selain itu, bakteri yang dapat digunakan pada bak arerob secara umum adalah Nitrosomonas sp., Nicrobacter sp., Bacillus sp. Saccharomyces C dan Aerobacter sp (Sutoro 2010 dalam Indrawan, 2014). Pada bak aerob, bakteri tidak mengendap karena terdapat blower udara yang memasukkan oksigen ke dalam limbah. Namun, oksigen tersebut selama proses konversi akan mengubah amonia menjadi nitrat (nitrifikasi) oleh mikroorganisme. Penanganan dalam bak aerob yaitu dengan penambahan gula sebagai nutrisi dalam pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, dapat ditambahkan pula kapur yang bersifat basa untuk menyeimbangkan pH air limbah yang asam.

Kombinasi pengolahan IPAL dengan menggunakan proses anaerob dan aerob memiliki keuntungan dalam meningkatkan efisiensi penghilangan BOD dan senyawa fosfor bila dibandingkan dengan menggunakan salah satu proses saja. Pada kondisi anaerob, sel-sel mikroorganisme yang mengandung senyawa fosfor anorganik akan terlepas sebagai hasil dari hidrolisis senyawa fosfor. Kemudian akan menghasilkan energi yang digunakan untuk mengurangi BOD (senyawa organik) pada air limbah. Penghilangan BOD akan berjalan baik pada perbandingan BOD : P = 1 : 10 (Said & Arie, 2015).

Pada kondisi aerob, bakteri ataupun mikroorganisme akan menggunakan senyawa fosfor dan akan dilakukan sintesa hingga menjadi polyphospat dengan menggunakan energi hasil proses oksidasi senyawa organik (BOD). Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi proses anaerob dengan proses aerob akan menghilangkan fosfor dan BOD dengan baik serta cocok digunakan dalam pabrik yang menghasilkan limbah cair dengan beban organik yang cukup besar (Said & Arie, 2015)

6.2.3. Pengolahan Tersier

Pengolahan tambahan yaitu pengolahan tersier atau dikenal dengan advanced waste water treatment berguna dalam menghilangkan atau mengurangi konsentrasi TSS, BOD serta

(45)

eliminasi fosfor (secara kimia dan biologi) dan eliminasi nitrogen (nitrifikasi dan denitrifikasi) (Direktorat, 2007).

Pengolahan tersier pada IPAL ini terdapat pada Wet Land dimana pada bak tersebut dipenuhi oleh batu dan tanaman yang akan menyerap nutrisi pada air limbah. Tanaman dalam Wet Land disebut sebagai tanaman akuatik yang mendapatkan nutrisi dari fosfor dan nitrat / amonium. Bila nutrien tanaman akuatik tersebut dikeluarkan ke perairan (sungai maupun danau), maka dapat menyebabkan berlebihnya pertumbuhan biota air yang kemudian dapat mengakibatkan pendangkalan badan air dan eutrofikasi sehingga unsur hara perlu dieliminasi. Nitrogen dalam efluen kebanyakan berupa senyawa amonia yang bersifat toksik pada ikan bila konsentrasinya tinggi (Direktorat, 2007).

6.2.4. Baku Mutu Air Limbah

Hasil analisa air limbah dinyatakan memenuhi ketentuan atau persyaratan Baku Mutu bila nilai hasil analisa kurang atau diantara nilai yang ditetapkan. Perbandingan hasil analisa dengan baku mutu air limbah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Perbandingan hasil analisa air limbah

(46)

10.

Berdasarkan tabel perbandingan tersebut diketahui bahwa hasil analisa air limbah industri pengalengan ikan di PT. Maya Food Industries pada tanggal 15 Juni 2016 telah memenuhi syarat Baku Mutu Air Limbah Industri Pengalengan Ikan berdasarkan Perda Prov. Jateng Nomer 5 tahun 2012. Lembar pengujian Baku Mutu dapat dilihat pada Lampiran 9.

Kendala dalam IPAL PT. Maya Food Industries adalah pengolahan limbah cair yang harus dilakukan secara terus menerus namun produksi pengalengan ikan tidak menentu sehingga bakteri anaerob dan aerob tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk bertahan hidup dan kinerja bakteri menjadi menurun. Pertumbuhan bakteri yang berkurang ini menyebabkan proses nitrifikasi berjalan secara lambat sehingga konsentrasi amonia menjadi tinggi. Kadar amonia yang tinggi dalam air dapat menyebabkan pencemaran dan bersifat toksik pada kehidupan perairan seperti mati lemas karena kekurangan konsentrasi oksigen dalam air. Pengolahan senyawa amonia ini dapat dilakukan dengan penambahan oksigen melalui proses aerasi karena proses nitrtifikasi dapat berjalan dalam kondisi aerobik maupun anaerobik. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan bakteri pengurai amonia yaitu nitrosomonas dan nitrobacter (Widayat dkk, 2010).

6.3. Pengolahan Limbah Padat

(47)

dan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, terutama timbulnya bau busuk (Direktorat, 2007). PT. Maya Food Industries mengolah limbah padat hasil sisa proses produksi ikan menjadi tepung ikan dan minyak ikan. Sisa ikan dapat dimanfaatkan untuk menambah nilai, meningkatkan penghasilan serta mengurangi dampak negatif (Sa'diyah dkk, 2016).

6.3.1. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Tepung Ikan

Nilai tambah tertinggi yang didapatkan pada pengolahan limbah ikan yaitu produksi tepung ikan. Industri pembuatan tepung ikan belum berkembang banyak sehingga masih terdapat banyak sisa ikan yang terbuang percuma dan hal ini pula yang membuat peluang usaha tepung ikan menjadi prospektif. Di Indonesia, tepung ikan impor rata-rata pertahun mengalami kenaikan yang menunjukkan bahwa jumlah tepung ikan yang diproduksi dalam Indonesia masih belum mencukupi (Sa'diyah dkk, 2016).

Tepung ikan merupakan ikan maupun bagian pada ikan yang diambil minyaknya atau tidak, dikeringkan lalu digiling. Tepung ikan ini memiliki kegunaan yaitu sebagai bahan campuran dalam pakan ternak. (Murtijdo 2003 dalam Sa’diyah dkk 2016). Pengolahan limbah ikan menjadi tepung ikan melalui tahapan-tahapan yaitu perebusan atau pengukusan ikan selama 30 menit untuk membuat ikan lebih empuk dan sedikit hancur sehingga menjadi cake ikan. Kemudian terjadi pemisahan minyak dalam ikan yang mengapung di permukaan air rebusan. Minyak tersebut disaring dan dipisahkan dan dapat dijual. Cake ikan kemudian dijemur hingga menjadi kering. Setelah itu, cake digiling hingga menjadi tepung ikan dan diayak untuk menyeragamkan ukuran lalu dikemas (Sa'diyah dkk, 2016). Hal ini sesuai dengan tahapan dalam pengolahan limbah padat di PT. Maya Food Industries yaitu limbah mengalami perebusan selama 10 hingga 15 menit kemudian minyak dipisahkan dengan proses pengepressan. Selanjutnya, limbah padat dikeringkan dalam pengering selama 30 menit namun tanpa proses penggilingan, limbah telah menjadi tepung kasar. Penyeragaman ukuran tepung pada pengolahan ini menggunakan penyaringan dengan ukuran 2 mm dan 1.5 mm.

(48)

memiliki kandungan nutrisi yaitu lemak 6-14%, protein 60-75%, kadar abu 6-18% dan kadar air 4-12% (Akhiarif 2011 dalam Sa’diyah dkk 2016).

6.3.2. Pengolahan Limbah Padat Menjadi Minyak Ikan

Pembuatan tepung ikan akan menyisakan minyak yang kemudian dapat diolah menjadi minyak ikan. Minyak yang dihasilkan oleh limbah pengolahan tepung ikan lemuru memiliki banyak kandungan EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexanoic Acid) yang tergolong dalam asam lemak omega-3 (Prabowo 2004 dalam Sa’diyah dkk, 2016).

(49)

39

7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang penulis dapatkan dari kegiatan kerja praktek lapangan yaitu PT Maya Food Industries telah menerapkan pengolahan limbah cair maupun padat dengan baik. Pengolahan limbah cair di PT. Maya Food Industries telah memenuhi Baku Mutu Air Limbah Perda Prov. Jateng No 5 Tahun 2012. Selain itu, limbah padat diolah menjadi produk baru yaitu bahan pakan ternak berupa tepung kasar dan minyak yang dapat dijual kembali.

7.2. SARAN

(50)

40

8. DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. (2007). Pengolahan dan Pengawetan Ikan. PT. Bumi Akasara. Jakarta. 7-13. Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah. (2007). Pengelolaan Limbah Industri Pangan.

Jakarta: Departemen Perindustrian.

Fauzi, Sutarmin dan Endang B. J. (2014). Kajian Pemupukan Urea Terhadap Produksi Dan Kandugan Asiatikosida Pada Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.). http://download.portalgaruda.org/article.php?article=352439&val=5638&title=KAJIAN%20P EMUPUKAN%20UREA%20TERHADAP%20PRODUKSI%20DAN%20KANDUNGAN% 20ASIATIKOSIDA%20PADA%20TANAMAN%20PEGAGAN%20%20(Centella%20asiati ca%20(L.)%20Urban.) Diakses pada tanggal 14 Juni 2017.

Fitrahani, Lintang Z., Nastiti S. I., & Suprihatin. (2012). Karakterisasi Kondisi Operasi Dan Optimasi Proses Pengolahan Air Limbah Industri Pangan. E-jurnal Agroindustri Indonesia. Vol. 1. No. 2. Hal: 110-117.

Helard, D. & Komala. (2006). Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan Pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet Dengan Sistem Multisoil Layering. Skripsi. Universitas Andalas.

Heruwati, E. S. (2002). Pengolahan Ikan Secara Tradisioal: Prospek dan Peluang Pengembangan. Litbang Pertanian, 21(3).

Ibrahim, B. (2005). Kaji Ulang istem Pengolahan Limbah Cair Industri Hasil Perikanan Secara Biologis Dengan Lumpur Aktif. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, VIII(1), 31 - 40.

Indrawan, Elkana. D. (2014). Teknik Pengolahan Air Limbah Industri Pengalengan Ikan Sarden Di PT. Maya Food Industries, Pekalongan, Jawa Tengah. Artikel Ilmiah. Universitas Airlangga: Surabaya

Isnani, A. N. (2013). Ekstraksi Dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin Yang Diberi Pakan Pellet Di Campur Probiotik. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Junaidi, & Hatmanto, B. P. (2006). Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pada Industri Tekstil (Studi Kasus Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta). PRESIPITASI, 1(1).

Ketaren, S. (1986). Teknologi Minyak dan Lemak. Jakarta: UI Press

Mareta, D. T., & Amawi, S. N. (2011). Pengawetan Ikan Bawal Dengan Pengasapan Dan Pemanggangan. Mediagro, 33 - 47.

(51)

Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Permadi. (2011). Utilitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit. Jurnal NALARs. Jakarta. Vol. 10. No. 2. No: 173-184.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Air Limbah.

Priyanka, Arina. (2012). Perancangan Instalasi Pengolahan Air Limbah Pertamina Maritime Training Center (Studi Perbandingan Dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah Gedung Pertamina Learning Center. Skripsi. Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Lingkungan. Depok.

Sa'diyah, H., Hadi, A. F., & Ilminnafik, N. (2016). Pengembangan Usaha Tepung Ikan Di Desa Nelayan Puger Wetan. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 01(01), 39-47.

Said, Nusa Idaman & Arie H. (2015).Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob. Kelompok Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah Cair. Direktorat Teknologi Lingkungan. Kedeputian Bidang Informatika, Energi dan Material. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html. Diakses pada tanggal 14 Juni 2017.

Santiago, H. (1996). Istilah Lingkungan untuk Manajemen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, hal : 20-22.

Saputri, Endah S. H. & Didik B. S. (2016). Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rusunawa Tanah Merah II Surabaya. digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-33001160008623/41024. Diakses pada 14 Juni 2017

Siregar, Resmi Rumenta. (2011). Pengolahan Ikan Kembung. Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Badan Pengembangan SDM KP. Jakarta. Lumpur_Aktif. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017

(52)

Susilowati. (2013). Penerapan Sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pengalengan Ikan Di PT. Maya Food Industries Pekalongan. Laporan Kerja Praktek. Universitas Soegijapranoto Semarang.

Sutoro, A. K. (2010). Isolasi dan Identifikasi Kapang Pereduksi Fosfat dari Berbagai Bioaktivator. Skripsi Jurusan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Tidak Dipublikasikan.

Suzuki T. (1981). Fish and Krill Protein. Processing Technology. London: Applied Sci. Publ. Triarso, Imam. (2012). Potensi Dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Di

Pantura Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 8. No. 1.

(53)

43 9. LAMPIRAN

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

Gambar

Tabel 2. Perbandingan Hasil Analisa Air Limbah .........................................................
Gambar 1. Kemasan Sekunder – Karton
Gambar 3. Diagram proses produksi pengalengan ikan
Gambar 4. Karantina Ikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai sanitasi yang lebih baik dan lengkap adalah dengan merencanakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang

Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek pada CV Cita Nasional antara lain untuk mengetahui gambaran umum dari kondisi perusahaan dan proses pengolahan susu dari mulai bahan baku

Dari grafik: 4 diatas dapat diketahui bahwa hasil minyak ikan pada ulangan pertama, ulangan kedua dan ulangan ketiga menunjukkan garis yang hampir sejajar dan berhimpitan

Pengkajian tentang pelaksanaan dan pengembangan kapasitas pengolahan limbah padat dan limbah cair di bandar udara memberikan gambaran tentang sistem pengolahan

limbah dapat di pompakan ke dalam reaktor untuk digunakan kembali pada proses produksi perekat kayu lapis selanjutnya. Untuk penilaian sistem pengolahan limbah cair

Hasil Uji Laboratorium kadar COD pada inlet dan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Industri Kosmetik X Kota Depok setelah melalui proses pengolahan air limbah dengan cara

Kondisi UMKM batik desa Randutelu yang juga belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL dari produksi batiknya, dilihat sebagai sebuah potensi masalah yang menjadikan kelompok

Mengatasi hal tersebut, perusahaan menyiasati untuk memasok bahan baku dalam jumlah yang besar pada saat stok ikan melimpah sehingga untuk satu kali produksi mampu memenuhi permintaan