• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PRODUKSI PENGALENGAN IKAN SARDEN DALAM SAUS TOMAT, DI PT MAYA FOOD INDUSTRIES - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROSES PRODUKSI PENGALENGAN IKAN SARDEN DALAM SAUS TOMAT, DI PT MAYA FOOD INDUSTRIES - Unika Repository"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

PROSES PRODUKSI PENGALENGAN IKAN SARDEN

DALAM SAUS TOMAT DI PT MAYA FOOD INDUSTRIES

PEKALONGAN

Oleh: Rizka Redhitasari

NIM: 12.70.0071

Program Studi: Teknologi Pangan

Laporan Kerja Praktik ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji pada 20 Juni 2015

Semarang, 20 Juni 2015 Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Soegijapranata Semarang

Pembimbing Lapangan Dekan

Eko Setyadi, ST Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc.

Dosen Pembimbing

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia dan berkat-Nya maka Penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik di PT Maya Food Industries dan menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul “PROSES PRODUKSI PENGALENGAN IKAN SARDEN DALAM SAUS TOMAT DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES PEKALONGAN”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kelengkapan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Dalam pelaksanaan kerja praktik dan penulisan laporan kerja praktik ini, Penulis mendapat banyak pengetahuan dan keterampilan mengenai bahan baku, proses produksi, pengemasan, penyimpanan, dan pengendalian mutu produk sarden dari ikan lemuru di PT. Maya Food Industries Pekalongan.

Semua kelancaran dalam penulisan laporan ini tentu tidak lepas dari dukungan , bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa, materi, dan moral dalam kerja praktik dan penulisan laporan kerja praktik ini.

2. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. selaku Dekan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

3. Ibu Kartika Puspa Dwiana, S.TP, MSi. selaku koordinator Kerja Praktik Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

4. Ibu Dr. A. Rika Pratiwi, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing Penulis dalam penyusunan dan penulisan laporan kerja praktik ini.

5. PT. Maya Food Industries yang telah mengizinkan Penulis melaksanakan kerja praktik.

(4)

iv

7. Seluruh karyawan dan staf PT. Maya Food Industries yang telah membantu terlaksanakannya kegiatan Kerja Praktik.

8. Veronika Kris Hapsari, Elleonora Oktavia E.P., dan Novia Widyaningtyas H. yang selama 1 bulan telah belajar bersama, membantu, dan saling mendukung dalam pelaksanaan kerja praktik di PT. Maya Food Industries.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa jurusan Teknologi Pangan Unika Soegijapranata yang sudah mendukung.

10.Semua pihak yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membantu dalam kerja praktik dan penyusunan laporan kerja praktik ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per-satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan karena keterbatasan Penulis. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran dari para pembaca dan semua pihak sangat Penulis harapkan. Akhir kata, Penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Semarang 20 Juni 2015 Penulis,

(5)

v

4.1.Diagram Alir Proses Produksi ... 11

4.2.Proses Produksi ... 12

4.2.1. Penerimaan Bahan Baku ... 12

4.2.2. Penyimpanan (Storage) ... 13

4.2.3. Thawing ... 14

4.2.4. Sortasi dan Penyiangan ... 15

4.2.5. Pembersihan Sisik ... 17

4.2.6. Pencucian Ikan ... 18

4.2.7. Pencucian Kaleng Kosong ... 18

4.2.8. Pengisian dan Penimbangan ... 19

4.2.9. Pemasakan Awal (Pre Cooking) ... 21

4.2.10. Penirisan... 21

4.2.11. Pengisian Saus ... 22

(6)

vi

4.2.13. Pencucian Kaleng ... 24

4.2.14. Sterilisasi ... 25

4.2.15. Pendinginan (Cooling) ... 28

4.2.16. Printing dan Pengemasan ... 29

4.2.17. Inkubasi ... 31

4.2.18. Penyimpanan dan Distribusi ... 31

5. PEMBAHASAN ... 33

5.13. Pencucian Kaleng Produk Jadi ... 44

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Produk di PT. Maya Food Industries Pekalongan ... 10

Gambar 2. Alur Proses Produksi ... 11

Gambar 3. Proses bongkar muat ikan beku ... 12

Gambar 4. Ikan yang disegel oleh Balai Karantina Ikan ... 13

Gambar 5. Thawing menggunakan air ... 15

Gambar 6. Proses penyiangan ikan... 16

Gambar 7. Mesin pencuci kaleng otomatis ... 19

Gambar 8. Proses pengisian ikan ke dalam kaleng ... 20

Gambar 9. Proses penimbangan kaleng yang telah diisi ikan ... 20

Gambar 10. Proses pemasakan awal... 21

Gambar 11. Proses pengisian media ... 23

Gambar 12. Proses seaming ... 24

Gambar 13. Kaleng yang ditampung dalam bak setelah proses pencucian ... 25

Gambar 14. Retort ... 26

Gambar 15. Proses sterilisasi ... 27

Gambar 16. Proses pendinginan tambahan... 28

Gambar 17. Mesin printing ... 29

Gambar 18. Proses pengemasan ... 31

Gambar 19. Produk yang akan didistribusikan ... 32

Gambar 20. Proses lipatan double seam ... 43

(8)

viii

DAFTAR TABEL

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

8.1. Denah PT. Maya Food Industries ... 53

8.2. Struktur Organisasi ... 54

8.3. Layout Pabrik ... 55

8.4. Sertifikat HACCP ... 56

8.5. Sertifikat ISO ... 57

8.6. Sertifikat Halal ... 59

(10)
(11)

1 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan komoditi perairan yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Selain karena jumlahnya yang melimpah, ikan juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang mudah ditemui. Kandungan protein dalam ikan sekitar 15-24% tergantung dari jenis ikan. Selain itu, ikan memiliki daya cerna yang tinggi sekitar 95%. Karena jumlahnya yang melimpah, ikan sangat mudah didapat dengan harga yang murah dibandingkan dengan sumber protein lain (Rahayu, 1992).

Produk perikanan memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan produk hewani lainnya. Asam amino yang terkandung dalam tubuh ikan memiliki pola yang mendekati dengan kebutuhan asam amino manusia. Daging ikan ikan mengandung sedikit tenunan pengikat (tendon) sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, daging ikan mengandung asam-asam lemak tak jenuh dengan kadar kolesterol yang rendah dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam daging ikan juga terkandung mineral dan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia (Adawyah, 2007).

(12)

Proses perubahan pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim, mikrooganisme, dan karena oksidasi. Proses perubahan karena kativitas enzim atau autolisis menyebabkan rusaknya organ tubuh pada ikan. Autolisis merupakan penguraian organ tubuh ikan oleh enzim yang terdapat dalam tubuh ikan itu sendiri. Kerja enzim pada tubuh ikan tidak terkontrol dan merusak organ tubuh ikan. Proses autolisis diikuti dengan bertambahnya jumlah bakteri. Hal ini disebabkan oleh hasil penguraian enzim pada proses autolisis menjadi media yang baik untuk pertumbuhan baketri dan mikroorganisme lainnya. Untuk menghindari proses autolisis, dapat dilakukan blanching dengan suhu 60-80oC atau menurunkan suhu hingga 0oC atau lebih rendah. Perubahan lainnya disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Pada tubuh ikan sangat banyak mikroorganisme yang mungkin tumbuh, ikan dalam keadaan hidup dapat mengatasi aktivitas mikroorganisme di tubuhnya sehingga tidak terlihat adanya kerusakan pada tubuh ikan. Jenis bakteri yang biasanya ditemui pada tubuh ikan antara lain Achromobacter, Pseudomonas, Flavobacter, Bacillus, dan Micrococcus. Bakteri tersebut ditemui pada bagian permukaan tubuh ikan, terutama

pada insang, kulit, dan usus. Proses perubahan selanjutnya disebabkan oleh proses oksidasi lemak. Proses ini menyebabkan timbulnya bau tengik pada ikan, hal ini dapat menyebabkan menurunnya daya jual dan mutu ikan. Cara pencegahannya yaitu dengan meminimalkan kontak antara ikan dengan udara bebas yang dapat dilakukan dengan penggunaan kemasan hampa udara, menggunakan antioksidan, atau menghilangkan unsur penyebab oksidasi (Afrianto & Liviawaty, 1989).

(13)

3

pengasapan, dan proses sterilisasi yang biasa dilakukan dalam pengalengan ikan. Sedangkan pengolahan dengan suhu rendah lebih ditekankan untuk menjaga kesegaran ikan (Adawyah, 2007).

Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan bahan pangan dengan cara dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan. Pengemasan secara hermetis yaitu mengemas bahan pangan dalam suati wadah baik kaleng, alumunium, atau gelas yang penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus udara, air, kerusakan akibat oksidasi, maupun perubahan cita rasa (Adawyah, 2007). PT. Maya Food Industries Pekalongan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pangan, yaitu mengolah ikan dengan cara pengalengan dengan memanfaatkan ikan lemuru untuk dijadikan sarden saus tomat dalam kaleng.

1.2. Tujuan

(14)

4 2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Maya Food Indusries adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil perikanan. Awalnya perusahaan ini bernama PT. Bali Maya Permai yang berlokasi di pulau Bali. Dalam perkembangannnya, pada tahun 1995 muncul gagasan dari perusahaan korporasi Maya Group Singapura untuk mengakui sisi PT. Bali Maya Permai menjadi anak perusahaan Maya Group. Sehingga pada tahun tersebut PT. Bali Maya Permai berubah nama menjadi PT. Maya Food Industries dengan Akta Pendirian No : 236 Tanggal 16 November dihadapan notaris Misahardi Wilamarta, SH. yang bertempat di Jakarta dan Akta Cabang No : 36 Tanggal 10 April 1996 dihadapan notaris Issudariyah andi Mualim, SH. yang bertempat di Pekalongan. Perusahan yang berlokasi di Pekalongan ini memiliki luas area 23.000 m2.

2.2. Visi dan Misi 2.2.1. Visi

To become world class seafood processor atau dalam Bahasa Indonesia untuk menjadi

perusahaan pengolahan hasil perikanan kelas dunia.

2.2.2. Misi

Misi PT. Maya Food Industries antara lain:

1. Meningkatkan fasilitas untuk ISO 22000 dan standar kelas dunia.

2. Meningkatkan lini produk untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada sekarang dan di masa yang akan datang.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan budaya perusahaan pada “Kualitas dan

Kepuasan Konsumen” dengan cara meningkatkan dan mengembangkan SDM yang profesional dan standar kelas dunia.

4. Menerapkan prisnsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

(15)

5

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Maya Food Industries berlokasi di jalan Jlamprang Krapyak Lor, Pekalongan Utara Jawa Tengah. Perusahaan ini merupakan salah satu industri pengolahan produk pengalengan ikan yang ada di Jawa Tengah. PT. Maya Food terletak dipinggiran kota Pekalongan dengan jarak sekitar 5 km menuju pusat kota dan daoat ditempuh dengan waktu kurang lebih 15 menit. Lokasi perusahaan ini tidak jauh dengan Pantai Slamaran dan pemukiman penduduk. Selain itu, di bagian samping perusahaan ini merupakan sungai besar yang menuju ke laut sehingga mempermudah pelepasan limbah cair yang telah melalui serangkaian treatment sebelumnya sehingga tidak mencemari lingkungan.

2.4. Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi merupakan komponen yang penting agar suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kerjasama yang baik dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Diharapkan setiap pekerja dapat memahami tugas yang diberikan, tanggung jawab, dan kewajiban masing-masing. Di PT. Maya Food Industries, perusahaan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang dibantu oleh General Manager yang mengepalai beberapa kepala bagian. Masing-masing pada setiap bagian memiliki manager atau kepala bagian. Di perusahaan ini terdapat Manager Accounting, Manager HRD, Manager Marketing, Manager M/E (Mechanic/Electric), Manager Purchasing,

Manager PPIC/WH, Manager MST, dan Manager QC. Setiap kepala bagian mengatur

jalannya proses produksi dan kinerja pekerja, supervior, serta asisten supervisor. Setiap kepala bagian dibantu oleh supervior dan asisten supervisor yang bertugas langsung dilapangan untuk mengawasi jalannya proses produksi.

2.5. Ketenagakerjaan

(16)

Namun jika target produksi pada hari itu cukup banyak dan tidak selesai sampai pukul 16.00 WIB maka perusahaan akan menetapkan over time atau lembur.

Tenaga kerja di perusahaan ini dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Karyawan Bulanan

Karyawan bulanan merupakan karyawan tetap dengan bayaran bulanan. Jumlah karyawan bulanan di perusahaan ini adalah sebanyak 49 orang, yaitu terdiri dari 34 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

2. Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak merupakan karyawan yang dikontrak oleh perusahaan dengan masa kerja tertentu. Karyawan kontrak di perusahaan ini adalah sebanyak 95 orang yang terdiri dari 77 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di awal masa kerjanya, karyawan kontrak akan melalui masa percobaan selama 3 bulan. Kemudian kontrak kerja selama 6 bulan atau 1 tahun tergantung job desk dan pendidikan. Sebelum perpanjangan masa kerja, karyawan mengalami jeda selama 1 bulan untuk dipertimbangkan oleh perusahaan apakah masih layak atau tidak dilihat dari kedisiplinan dan produktivitas selama bekerja.

3. Karyawan Borongan

Karyawan borongan merupakan karyawan yang bekerja berdasarkan besar kecilnya kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya. Karyawan borongan di perusahaan ini adalah sebanyak 31 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Biasanya karyawan borongan ditempatkan di bagian proses pemotongan, pengemasan, pembongkaran ikan, dan raw material supply. Upah yang dibayarkan pada karyawan borongan dilakukan dengan hitungan mingguan. 4. Karyawan Musiman

(17)

7

Semua karyawan PT. Maya Food Industries mendapat tunjangan kesehatan dari BPJS untuk karyawan bulanan dan kontrak, sedangkan karyawan musiman mendapat asuransi kesehatan dari In Health. Asuransi BPJS dibayarkan dengan memotong 0,5% dari upah karyawan dan 4% dari perusahaan, sedangkan asuransi In Health ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Selain mendapat tunjangan kesehatan, karyawan juga mendapat tunjangan hari raya (THR) dan juga bonus khusus untuk karyawan bulanan. Setiap karyawan mendapat hak untuk cuti selama 12 hari kerja dalam 1 tahun. Selain cuti tahunan tersebut, perusahaan memberikan cuti melahirkan yaitu selama 1,5 bulan dan 0,5 bulan setelah melahirkan, serta cuti haid selama 2 hari.

Fasilitas dari perusahaan guna memberi kenyamana pada karyawan antara lain sarana ibadah, tempat istirahat, loker, toilet, seragam dan perlengkapan kerja yang terdiri dari penutup kepala, sepatu boot,afron plastik,pisau, dan talenan. Karyawan dibagian ruang produksi sebagian besar adalah perempuan, mulai dari pemotongan ikan, pencucian, pengisian ikan, pemasakan awal, pengisian saus, dan bagian pengemasan. Sedangkan karyawan laki-laki ditempatkan di bagian receiving, packing, serta sterilizing. Untuk karyawan yang bekerja di ruang laboratorium diwajibkan menggunakan penutup kepala, jas lab, dan masker.

2.6. Pemasaran Produk

(18)
(19)

9 3. SPESIFIKASI PRODUK

PT. Maya Food Industries merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pangan yang mengolah ikan dan hasil perikanan. Beberapa produk yang diproduksi oleh perusahaan ini antara lain:

1. Mackerel in tomato sauce atau ikan mackerel saus tomat dalam kaleng. 2. Sardine in tomato sauce atau ikan sarden saus tomat dalam kaleng. 3. Mackerel in chili sauce atau ikan mackerel saus cabai dalam kaleng. 4. Sardine in chili sauce atau ikan sarden saus cabai dalam kaleng.

5. Mackerel in teriyaki sauce atau ikan mackerel saus teriyaki dalam kaleng. 6. Sardine in sweet sour sauce atau ikan sarden saus asam manis dalam kaleng. 7. Sardine in balado sauce atau ikan sarden saus balado dalam kaleng.

8. Sardine in vegetable oil atau ikan sarden dalam minyak nabati yang dikalengkan.

9. Sardine in brine atau ikan sarden dalam air garam yang dikalengkan. 10.Mackerel in brine atau ikan mackerel dalam air garam yang dikalengkan.

(20)

dikemas dalam master carton dengan isi 24 kaleng per karton, sedangkan jenis kaleng club can dikemas dalam master carton dengan isi 50 kaleng per karton.

Selain produk – produk tersebut, PT. Maya Food Industries juga memproduksi hasil perikanan lainnya seperti bakso ikan, fish stick, dan scallop. Namun, saat ini produksinya tidak sebanyak ikan sarden dan mackerel. Produk lainnya yaitu rajungan dengan saus yang terbuat dari campuran air, gula, dan garam. Jenis kaleng yang digunakan adalah round can dengan ukuran 307. Sebelumnya, perusahaan ini pernah memproduksi surimi untuk diekspor dan pengalengan ikan tuna. Namun, saat ini surimi dan pengalengan ikan tuna sudah tidak diproduksi karena keterbatasan bahan baku.

(21)

11

Printing (Batch & Expire Date) & Pengemasan

Pemasakan awal (Pre Cooking)

Penirisan

Kaleng & Tutup Bahan Baku Ingredient, Additives

(22)

4.2. Proses Produksi

4.2.1. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam industri pengalengan ikan khususnya di PT. Maya Food Industries adalah ikan dengan jenis lemuru (Sardinella lemuru). Bahan baku utama ini diperoleh dari pasar lokal maupun import. Ikan yang diperoleh dari pasar lokal merupakan ikan segar, dikirim dari daerah Banyuwangi, Muncar, dan Bali. Sedangkan ikan yang diimport merupakan ikan beku, ikan tersebut dikirim dari India, China, dan Pakistan. Setiap blok ikan dikemas dalam karton dengan berat 10-20 kg per karton. Dalam 1 container dapat memuat 26-28 ton ikan. Saat ini ikan yang banyak digunakan di PT. Maya Food Industries adalah ikan import karena kualitasnya lebih bagus dan harganya yang lebih murah. Namun kualitas ikan dari setiap negara berbeda-beda. Ikan yang diimport dikirim menggunakan container yang dilengkapi dengan pendingin (-18oC), sehingga ikan tetap beku. Pada saat bongkar muat ikan dari container, tim quality control akan mengambil beberapa ikan yang digunakan sebagai sample pengujian untuk diuji kualitasnya.

Sedangkan bahan baku pendukung yang digunakan adalah bahan untuk membuat saus tomat yang terdiri dari pasta tomat, pati modifikasi, garam, dan air. Untuk memenuhi kebutuhan bahan-bahan pendukung tersebut, PT. Maya Food Industries bekerjasama dengan perusahaan penyedia bahan-bahan tersebut. Untuk pasta tomat dikirim oleh sebuah perusahaan yaitu Xinjhiang, China. Pati modifikasi dipasok oleh PT. Lautan Luas Tbk, Semarang, sedangkan garam dipasok oleh PT. Niaga Cemerlang Cirebon. Setelah bahan tersebut sampai, maka akan disimpan dalam gudang penyimpanan bahan

(23)

13

mentah hingga waktunya bahan tersebut digunakan. Air yang digunakan di PT. Maya Food Industries berasal dari sumur artesis dengan kedalaman 120 m. Sebelum digunakan, air telah melalui water treatment system.

Bahan-bahan lain yang diperlukan antara lain kaleng, tutup, dan karton. Bahan-bahan tersebut juga dipasok oleh perusahaan yang telah bekerjasama dengan PT. Maya Food Industries. Terdapat beberapa perusahaan penyedia kaleng dan tutup yang bekerjasama dengan perusahaan ini, antara lain PT. Ancol Terang Printing Jakarta, PT. Cometa Jakarta, United Can Company (UCC) Jakarta, dan Kian Joo Can Malaysia. Sedangkan perusahaan penyedia karton yaitu PT. Bahana Buana Box Semarang, PT. Puri Nusa Eka Persada Semarang, dan PT. Surya Renggo Container Semarang. Bahan yang diterima tidak langsung digunakan, namun masing-masing disimpan terlebih dahulu dalam gudang kaleng dan gudang karton. Saat bahan diterima dilakukan pengecekan kualitas bahan oleh tim quality control untuk menguji apakah bahan tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan atau tidak.

4.2.2. Penyimpanan (Storage)

Pada tahap ini, bahan-bahan disimpan dalam tempat penyimpanan. Bahan baku utama, yaitu ikan disimpan dalam cold storage untuk mempertahankan suhu dan mutu ikan sebelum digunakan. Suhu cold storage maksimal adalah -18oC. Selama penyimpanan, ikan dikarantina untuk diuji kualitasnya oleh tim quality control perusahaan dan oleh Balai Karantina Ikan, Semarang. Ikan yang dikarantina akan disegel dan tidak boleh digunakan sebelum selesai masa karantina. Lamanya masa karantina yaitu selama 5 hari. Setelah masa karantina dan lolos pengujian, segel pada ikan akan dilepas oleh Balai Karantina Ikan.

(24)

Di PT. Maya Food Industries terdapat 2 cold storage dan terdiri dari 6 ruang. Masing-masing cold storage memilliki ruang transit atau ante room dengan suhu 8-15o C. Setiap ruang memiliki kapasitas penyimpanan ikan hingga 150 ton. Dalam 1 ruang cold storage, diisi dengan 1 jenis ikan yang sama meskipun asalnya berbeda. Tempat

penyimpanan ini memiliki sistem FIFO (First In First Out), di mana ikan yang datang pertama kali yang akan digunakan terlebih dahulu.

Bahan pendukung lainnya disimpan dalam gudang terpisah dengan suhu ruang. Masing-masing gudang dilengkapi dengan alat pengendali hama. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan bahan akibat hama seperti semut dan tikus. Gudang bahan pendukung untuk membuat saus tomat menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out), di mana bahan yang paling mendekati tanggal kadalursa akan digunakan terlebih

dahulu. Setiap bahan yang disimpan dalam gudang tidak saling menempel dengan dinding maupun lantai, jarak penyimpanan bahan diatur agar tidak terjadi kerusakan maupun kontaminasi. Agar bahan tidak menempel dengan lantai, bahan dialasi dengan pallet.

4.2.3. Thawing

Sebelum digunakan, ikan perlu dithawing untuk mencairkan es pada ikan sehingga ikan dapat digunakan untuk proses selanjutnya. Terdapat 2 jenis proses thawing yang digunakan, yaitu thawing udara dan thawing air. Thawing udara dilakukan selama 1 malam dalam suhu ruang. Sedangkan thawing air dilakukan untuk mempercepat proses pencairan es pada ikan selama 2-3 jam. Suhu air yang digunakan yaitu 25-28oC dan mengandung klorin dengan konsentrasi 0,2 ppm. Proses thawing dengan air dilakukan dengan cara membiarkan ikan tersiram oleh air dari pipa yang terdapat di atas meja. Suhu maksimal pada ikan yang telah di thawing adalah 4oC. Di PT. Maya Food Industries terdapat Standar Operating Procedure (SOP) untuk thawing udara, yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi peralatan dalam keadaan bersih.

(25)

15

3. Ikan dithawing dengan menggunakan media udara selama 8-12 jam sebelum digunakan untuk produksi.

4. Ikan yang selesai dithawing dipindahkan dari ante room ke ruang potong ikan diletakkan dalam keranjang di atas pallet.

5. Suhu ikan pada saat akhir pelelehan maksimal 4oC.

6. Jumlah ikan yang dithawing dicatat dalam formulir nota timbang.

7. Sebagian ikan yang selesai dithawing didistribusikan ke meja-meja potong sesuai kebutuhan.

4.2.4. Sortasi dan Penyiangan

Ikan yang sudah tidak beku kemudian disortir. Tahap penyortiran ini dilakukan untuk memisahkan antara ikan yang layak digunakan dan yang tidak layak digunakan. Ikan yang layak digunakan adalah ikan yang utuh dan sesuai jenisnya. Tahap sortasi dilakukan bersamaan dengan penyiangan ikan. Penyiangan ikan dilakukan secara manual menggunakan pisau dan talenan untuk menghilangkan bagian kepala, ekor, dan isi perut. Pada tahap ini, pekerja harus menggunakan masker, penutup kepala, afron, sarung tangan, dan sepatu boot. Sortasi dan penyiangan dilakukan di meja potong yang panjang, setiap meja potong terdapat 4 orang pekerja. Dalam 1 meja potong terdapat 2 bak ember berisi air dan di bagian atas meja terdapat pipa untuk mengalirkan air. Air tersebut digunakan untuk thawing ikan dan juga membersihkan ikan yang kotor. Standar Operating Procedure (SOP) untuk pemotongan ikan yaitu sebagai berikut:

1. Pastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan bersih.

2. Keluarkan ikan dalam basket merah kemudian diletakkan di atas meja. Gambar 5. Thawing menggunakan air

(26)

3. Ikan diambil satu per satu kemudian diletakkan di atas talenan dengan posisi di sebelah kanan dan punggung di atas.

4. Ikan dipotong miring dan tepat di belakang kepala ke arah kiri bagian perut, kemudian pisau digerakkan ke arah kanan sampai isi perut ikut terbawa keluar, setelah itu ekor dipotong. Standar ukuran potongan ikan berdasarkan ukuran kaleng yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Standar potongan ikan berdasarkan ukuran kaleng

Ukuran kaleng Standar potongan ikan

300 Ikan tetap dalam bentuk utuh/badan ikan dipotong dengan ukuran 9-11 cm 202 Badan ikan dipotong dengan ukuran

7-8,5 cm

Club can Badan ikan dipotong dengan ukuran

8-10 cm, ikan dipisahkan dari tulang (fillet) dengan ukuran 8-10 cm

5. Ikan disortir, ikan yang jelek di-reject dan tidak dipotong, dimasukkan dalam basket hijau.

6. Ikan tidak sejenis tidak dipotong (dipisahkan).

7. Bersihkan ikan dari sisa isi perut/kotoran, kemudian dicuci dan dimasukkan basket biru.

8. Untuk menjaga kestabilan suhu ikan, dilakukan penambahan es.

9. Limbah kepala dan isi perut ditimbang dan dicatat dalam formulit “laporan

timbangan limbah”.

Gambar 6. Proses penyiangan ikan

(27)

17

Setiap area meja dilengkapi beberapa basket untuk menyimpan ikan yang telah dipotong, menyimpan limbah kepala dan ekor, menyimpan limbah isi perut, serta menyimpan ikan reject. Masing-masing basket memiliki warna yang berbeda tergantung fungsi penyimpanannya. Dalam 1 meja potong memiliki kapasitas 3 basket atau 60 kg ikan. Ukuran ikan yang dipotong tergantung dengan ukuran kaleng yang digunakan. Kaleng dengan ukuran 300, ikan dipotong dengan ukuran 9-11 cm. Sedangkan kaleng ukuran 202, ikan dipotong dengan ukuran 7-8,5 cm. Setiap pekerja memiliki target dalam pemotongan ikan, jumlah target tergantung produk apa yang diproduksi pada hari itu. Jika target tidak tercapai, maka pekerja akan mendapat sanksi.

4.2.5. Pembersihan Sisik

Ikan yang sudah dipotong bagian kepala dan ekor, serta dibersihkan isi perutnya, kemudian dibersihkan sisiknya. Proses pembersihan sisik dilakukan menggunakan mesin drum rotary washer. Selain membersihkan sisik, mesin ini juga dapat membersihkan darah pada ikan. Mesin ini memilliki kapasitas sebesar 60 kg ikan atau setara dengan 3 basket ikan. Prinsip kerja mesin drum rotary washer adalah menghilangkan sisik dengan gesekan dan terdapat ulir di bagian dalam, sehingga ikan akan keluar secara otomatis saat mesin berputar. Di bagian bawah mesin terdapat penampung air yang berfungsi untuk membersihkan darah pada tubuh ikan. Air tersebut diganti saat mesin telah membersihkan 4 ton ikan. Proses pembersihan sisik berlangsung cukup singkat, yaitu kurang dari 2 menit. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk mesin penghilang sisik:

1. Pastikan kondisi semua peralatan dalam keadaan bersih dan kran pembuangan mesin tertutup rapat.

2. Isi tabung mesin penghilang sisik dengan air dan es sampai terisi penuh. 3. Taken tombol ON untuk menghidupkan mesin.

4. Masukkan ikan ke dalam mesin melalui saluran masuk ikan, tambahkan air dan es selama proses pencucian/penghilangan sisik (pergantian air dan es dilakukan setelah digunakan ± 4 ton).

5. Setelah ikan keluar dari mesin, ikan ditampung dalam basket biru.

(28)

7. Pasang jaring penampung limbah sisik pada saluran pembuangan di mesin. 8. Buka kran pembuangan air dan limbah sisik.

9. Lepaskan jaring penampung limbah sisik, sisik ditampung ke bak merah. 10.Bersihkan dan sanitasi mesin penghilang sisik.

11.Tutup kran pembuangan air dan limbah sisik.

4.2.6. Pencucian Ikan

Setelah dibersihkan sisik dan darahnya, ikan yang ditampung dalam basket diletakkan kembali di atas meja. Kemudian ikan tersebut dibersihkan kembali secara manual dengan menyiramkana air pada tumpukan ikan. Pembersihan ini bertujuan untuk menghilangkan sisa kotoran yang masih menempel pada tubuh ikan. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pencucian ikan:

1. Pastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan bersih.

2. Bersihkan ikan dari sisa isi perut/kotoran (lakukan di meja terpisah/pada meja pencucian ikan).

3. Cuci ikan dengan menggunakan air bersih dari shower atau dari bak plastik. 4. Setelah selesai, ikan ditaruh di basket biru atau putih bersih.

5. Tambah es pada basket untuk menjaga suhu ikan.

4.2.7. Pencucian Kaleng Kosong

Kaleng kosong yang belum digunakan disimpan di atas pallet kemudian dilapisi plastik agar tidak terkena debu. Sebelum digunakan, kaleng-kaleng tersebut dicuci untuk menghilangkan debu maupun kotoran yang mungkin menempel pada kaleng. Kaleng yang akan dibersihkan ditata dan diletakkan di atas wadah (pan). Pencucian kaleng ini dilakukan dalam 2 tahap pencucian, yaitu pencucian secara manual dan otomatis menggunakan mesin. Proses pencucian dilakukan menggunakan air dengan membersihkan bagian luar dan dalam kaleng. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk mesin pencuci kaleng:

1. Isi air dalam bak sampai penuh.

2. Jalankan conveyor dengan menekan tombol ON. 3. Jalankan pompa air dengan menekan tombol ON.

(29)

19

5. Masukkan pan berisi kaleng ke dalam mesin pencucian kaleng.

6. Setelah selesai pencucian, matikan pompa air dengan menekan tombol OFF. 7. Matikan conveyor dengan menekan tombol OFF.

4.2.8. Pengisian dan Penimbangan

Setelah ikan dibersihkan dan kaleng siap digunakan, dilakukan proses pengisian ikan ke dalam kaleng. Jumlah maupun berat ikan yang diisi disesuaikan dengan spesifikasi produk. Hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah jumlah ikan per kaleng dan berat filling ikan. Pada proses pengisian harus memperhatikan head space untuk pengembangan produk. Proses pengisian dan penimbangan dilakukan secara manual oleh pekerja. Setelah kaleng diisi, kemudian ditata kembali di atas pan dan diletakkan di atas belt conveyor untuk proses penimbangan. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pengisian ikan:

1. Pastikan kondisi semua peralatan bersih.

2. Ambil basket ikan yang sudah dicuci (bersih) dan tmpahkan di atas meja filling. 3. Pastikan ikan bersih dari sisa isi perut/kotoran.

4. Masukkan potongan ikan ke dalam kaleng sesuai spesifikasi produk.

5. Bila jumlah potongan ikan lebih dari 2, maka potongan tersebut dimasukkan ke dalam rongga potongan badan.

6. Bila ditemukan ikan yang tidak sesuai standar, masukkan dalam basket warna hijau (ikan jelek).

7. Bila sejumlah kaleng di atas pan sudah diisi ikan, letakkan pan di atas conveyor dan diberi nomor identitas regu.

(30)

Penimbangan akan dilakukan dengan mengambil beberapa kaleng berisi ikan dalam 1 pan secara acak oleh tim quality control. Jika berat tidak sesuai maka akan disesuaikan

dengan cara mengurangi atau menambah jumlah ikan dalam kaleng hingga beratnya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain mengecek berat kaleng, tim quality control juga mengecek kebersihan ikan dalam kaleng. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk penimbangan ikan secara sampling:

1. Ambil beberapa kaleng dalam 1 pan secara acak.

2. Timbang kaleng tersebut, kemudian cek kesesuaian hasil timbangan dengan standar berat pengisian.

3. Bila hasil pengecekan timbangan sesuai, maka dinyatakan lolos untuk proses berikutnya.

4. Bila timbangan lebih dari standar, maka kelompok yang bersangkutan harus memperbaiki pengisian (potongan diganti dengan ukuran yang lebih kecil). 5. Bila timbangan kurang dari standar, maka kelompok yang bersangkutan harus

memperbaiki pengisian (potongan diganti dengan ukuran yang lebih besar). Gambar 8. Proses pengisian ikan ke dalam kaleng

Sumber: PT. Maya Food Industries Pekalongan 2015

(31)

21

4.2.9. Pemasakan Awal (Pre Cooking)

Kaleng berisi ikan yang telah melalui tahap penimbangan kemudian dilakukan proses pemasakan awal atau pre cooking yang dilakukan dalam exhaust box. Tujuan pemasakan awal adalah untuk membunuh mikroorganisme patogen dan mematangkan ikan. Lamanya proses pemasakan awal yaitu selama 20 menit dengan suhu 90oC. Exhaust box ini menggunakan panas dari uap yang dihasilkan boiler. Dari proses pemasakan awal ini diharapkan suhu pusat ikan minimal 70oC. Jika suhu tidak mencapai 70oC, maka akan dilakukan pemasakan ulang hingga dicapai suhu yang diharapkan. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pemasakan awal:

1. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor pada mesin. 2. Atur kecepatan conveyor (18-22 menit/putaran).

3. Buka kran uap sampai mencapai suhu 90oC.

4. Buka kran air pencucian bagian bawah kaleng (kecuali club can).

5. Ambil kaleng berisi ikan di atas pan, kemudian letakkan di atas conveyor satu per satu berjajar sesuai lebar conveyor (untuk kaleng club can dimasukkan dengan pan).

6. Tutup kran uap dan kran air pencucian bila sudah keluar semua. 7. Tekan tombol OFF untuk mematikan conveyor.

4.2.10.Penirisan

Dari proses pemasakan awal akan dihasilkan air maupun minyak yang keluar dari ikan. Air dan minyak yang dihasilkan akan dikeluarkan dengan cara penirisan. Proses penirisan dilakukan secara otomatis menggunakan conveyor dengan kemiringan tertentu sehingga air dan minyak akan keluar dari kaleng. Air dan minyak yang dihasilkan

Gambar 10. Proses pemasakan awal

(32)

menjadi limbah dan ditampung untuk diolah lebih lanjut di bagian pengolahan limbah. Tujuan dari proses penirisan adalah agar saus yang ditambah tidak menjadi encer dan tidak mengubah cita rasa saus yang ditambahkan.

4.2.11.Pengisian Saus

Sebelum pengisian saus, dilakukan proses pembuatan saus terlebih dahulu. Saus dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan yang terdiri dari pasta tomat, pati modifikasi, garam, dan air. Pencampuran bahan dilakukan di dalam tanki besar dengan kapasitas 750 liter yang terdapat pengaduk di bagian dalamnya. Proses pencampuran bahan menggunakan uap panas dari boiler dengan suhu uap 90oC. Setelah proses pemasakan saus selesai, saus langsung dialirkan melalui pipa menuju mesin pengisi saus. Pengisian dilakukan secara otomatis menggunakan kran yang terdapat di bagian atas mesin pengisi saus. Suhu saus saat masuk ke dalam kaleng minimal 70oC. Setelah kaleng melewati kran pengisi saus, aliran kaleng di atas conveyor diatur kemiringannya sehingga saus akan tumpah dan diperoleh head space yang diinginkan. Head space yang dihasilkan dari kemiringan tersebut adalah 6-10% dari tinggi kaleng. Saus yang tumpah akan ditampung dalam tanki yang kemudian dialirkan kembali ke tanki pemasakan saus untuk dipanaskan kembali. Saus yang dipanaskan tersebut akan digunakan kembali untuk diisikan ke dalam kaleng. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pipa pengisian saus tomat:

1. Buka kran pipa media untuk membuang sisa air yang kemungkinan terkandung dalam pipa hingga keluar media yang panas.

2. Tutup kran pipa media.

3. Stel kemiringan conveyor sampai mencapai standar head space 3-4 mm. 4. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor pembawa kaleng. 5. Buka pipa kran media (kaleng akan diisi secara otomatis melalui kran). 6. Jika isi media kurang, maka ditambah dengan menggunakan cangkir.

7. Jika isi media terlalu banyak/penuh, maka isi dikurangi dengan menggunakan sendok stainless.

(33)

23

9. Tekan tombol OFF untuk menghentikan conveyor.

4.2.12.Penutupan Kaleng (Seaming)

Tahap selanjutnya adalah proses penutupan kaleng (seaming). Pada tahap ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin seamer. Mesin ini akan secara otomatis menutup kaleng yang masuk ke mesin. Penutupan kaleng dilakukan secara double seam, yaitu menggabungkan kaleng dan tutup kaleng sehingga terjadi dua lipatan antara badan dan tutup kaleng. Tujuan dari penutupan kaleng ini adalah agar didapat kaleng yang rapat hermetis, sehingga terhindar dari kontaminasi luar. Di PT. Maya Food Industries terdapat 4 buah seamer untuk menutup 2 ukuran kaleng. Masing-masing mesin memiliki kapasitas yang berbeda. Kapasitas mesin seamer dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kapasitas mesin seamer

Ukuran kaleng Mesin Kapasitas (kaleng/menit)

202 1 250

2 186

300 1 196

2 200

Sumber : PT. Maya Food Industries tahun 2015

Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk mesin seamer:

1. Siapkan tutup kaleng sesuai spesifikasi produk pada tempat yang tersedia pada mesin.

Gambar 11. Proses pengisian media

(34)

2. Tekan tombol ON pada panel dan biarkan mesin berjalan beberapa saat menggunakna kaleng kosong untuk pemanasan mesin dan pemerikasaan kesiapan mesin dan hasil seaming.

3. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor pambawa kaleng berisi ikan dan media.

4. Tekan tombol OFF untuk mematikan conveyor dan mesin tutup, jika semua kaleng sudah tertutup.

5. Bersihkan mesin tutup dan conveyor. 6. Beri pelumas pada bagian seaming bell.

4.2.13.Pencucian Kaleng

Pada saat penutupan kaleng akan ada saus yang tumpah dan mengotori kaleng bagian luar. Oleh karena itu, kaleng perlu dibersihkan untuk menghilangkan saus yang menempel. Proses pembersihan kaleng dilakukan secara otomatis dengan menggunakan conveyor kemudian dilewatkan pada mesin pencuci kaleng. Pencucian dilakukan dengan menyemprotkan campuran air dan detergen yang bersuhu 80oC. Kemudian kaleng yang sudah bersih diluncurkan ke dalam bak penampung berisi air dan terdapat keranjang besi untuk menampung kaleng-kaleng tersebut. Air dalam bak berfungsi untuk mencegah terjadinya benturan antar kaleng. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pencucian kaleng produk jadi:

1. Bak diisi air hingga penuh.

2. Buka kran uap untuk memanaskan air sampai 80oC. 3. Campurkan sabun ke dalam air panas.

Gambar 12. Proses seaming

(35)

25

4. Jalankan pompa air dengan menekan tombol ON.

5. Setelah selesai pencucian, matikan pompa air dengan menekan tombol OFF.

4.2.14.Sterilisasi

Setelah kaleng dicuci bersih, tahap selanjutnya adalah sterilisasi menggunakan retort. Kaleng yang ditampung dalam keranjang besi diangkut kemudian dimasukkan ke dalam retort untuk proses sterilisasi. Tujuan proses sterilisasi adalah untuk mematikan

mikroorganisme, menginaktivasi enzim, dan menghindari kerusakan produk selama penyimpanan. Hal yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah suhu dan waktu sterilisasi. Di PT. Maya Food Industries terdapat 8 buah retort dengan kapasitas yang berbeda. Dari 8 buah retort tersebut, terdiri dari 5 rertort manual dan 3 retort otomatis. Pada retort otomatis, klep akan otomatis membuka ataupun menutup pada saat tekanan uap naik maupun turun, sehingga kestabilan uap dapat terjaga. Sedangkan retort manual, tekanan uap harus selalu dipantau dengan membuka kran uap saat tekanan uap meningkat dan sebaliknya. Dari 8 buah retort tersebut, terdiri dari 4 retort dengan kapasitas 3 keranjang dan 4 retort dengan kapasitas 2 keranjang. Proses sterilisasi dikatakan berhasil jika mampu mencapai tujuan tanpa merusak produk karena pemanasan selama proses sterilisasi.

(36)

Tahap awal yang harus dilakukan setelah memasukkan keranjang ke dalam retort adalah membuka kran venting selama 10 menit. Venting merupakan proses menghilangkan udara dalam retort dan mengganti udara tersebut dengan uap panas. Kran venting ditutup ketika suhu di dalam retort minimal 105oC. Setelah itu proses sterilisasi dimulai. Lamanya proses sterilisasi untuk produk dengan ukuran kaleng 300 yaitu selama 90 menit dengan suhu 117oC dan produk dengan ukuran kaleng 202 yaitu selama 80 menit dengan suhu 117oC. Jika proses sterilisasi sudah selesai, kran uap ditutup. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk retort manual:

1. Masukkan keranjang kosong ke dalam bak penampung yang berisi air. 2. Kaleng dari mesin pencuci ditampung dalam keranjang sampai penuh.

3. Keranjang berisi penuh dengan kaleng diangkat dengan katrol dan diletakkan di atas lory.

4. Beri identitas (retort tag/label) disetiap keranjang tersebut. 5. Masukkan keranjang ke dalam mesin retort.

6. Tutup mesin retort. 7. Siapkan kertas recording.

8. Buka kran uap untuk venting sapai suhu 105oC selama minimal 10 menit. 9. Tutup kran venting dan kran pembuangan uap.

10.Naikkan suhu sesuai yang ditetapkan.

11.Pertahankan kondisi suhu dengan mengatur kran selama waktu yang ditentukan. Gambar 14. Retort

(37)

27

12.Setelah proses sterilisasi selesai, lakukan proses pendinginan dalam retort dengan menutup kran uap dan kran bleeder.

13.Buka kran air (inlet) bersamaan dengan kran compresor angin sesuai dengan tekanan semula.

14.Atur tekanan dengan membuka dan menutup kran compresor angin.

15.Setelah suhu air dalam retort turun menjadi 50oC, air dibuang dengan membuka kran air (outlet).

16.Buka bleeder, kran venting, dan tutup kran inlet air. 17.Buka pintu retort.

18.Tarik keranjang keluar dari retort dengan kuat.

19.Pindahkan keranjang dengan katrol ke dalam bak pendingin.

Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk retort otomatis: 1. Masukkan keranjang kosong ke dalam bak penampung yang berisi air. 2. Kaleng dari mesin pencuci ditampung dalam keranjang sampai penuh.

3. Keranjang berisi penuh dengan kaleng diangkat dengan katrol dan diletakkan di atas lory.

4. Beri identitas (retort tag/label) disetiap keranjang tersebut. 5. Masukkan keranjang ke dalam mesin retort.

6. Tutup mesin retort. 7. Siapkan kertas recording.

8. Set mesin pengatur suhu dan waktu.

Gambar 15. Proses sterilisasi

(38)

9. Tekan tombol ON untuk menghidupkan mesin saat venting, naikkan suhu sampai 105oC, pengatur suhu selama 10 menit.

10.Setelah sterilisasi selesai, tekan tombol OFF untuk mematikan mesin kemudian lakukan proses pendinginan dalam retort dengan menutup kran uap dan kran bleeder.

11.Buka kran air (inlet) bersamaan dengan kran compresor angin sesuai dengan tekanan semula.

12.Atur tekanan dengan membuka dan menutup kran compresor angin.

13.Setelah suhu air dalam retort turun menjadi 50oC, air dibuang dengan membuka kran air (outlet).

14.Buka bleeder, kran venting, dan tutup kran inlet air. 15.Buka pintu retort.

16.Tarik keranjang keluar dari retort dengan kuat.

17.Pindahkan keranjang dengan katrol ke dalam bak pendingin.

4.2.15.Pendinginan (Cooling)

Setelah proses sterilisasi, dilakukan tahap pendinginan. Terdapat 2 proses pendinginan yang dilakukan, yaitu:

1. Pendinginan di dalam retort selama 15 menit hingga suhu mencapai 40-50oC. 2. Pendinginan tambahan di dalam bak cooling dengan merendam keranjang berisi

kaleng di dalam air yang mengandung klorin 0,3 ppm selama 10-15 menit. Setelah pendinginan di dalam bak cooling selesai, keranjang diangkat menggunakan katrol. Keranjang tersebut dibawa ke ruang pengemasan dan dibiarkan hingga kering.

(39)

29

4.2.16.Printing dan Pengemasan

Setelah kaleng kering, dilakukan proses pencetakan kode atau printing. Pencetakan kode produksi dilakukan secara otomatis menggunakan mesin print. Kode produksi terdiri atas kode perusahaan (MFI), produsen kaleng, jenis ikan, dan batch retort. Misal kode produksi MFI.KJ.L 08/03, artinya adalah MFI merupakan kode perusahaan, KJ merupakan produsen kaleng Kian Joo Can, L merupakan jenis ikan lemuru, dan 08/03 merupakan retort 8 dan batch ke-3 kaleng tersebut disterilisasi. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk mesin print:

1. Cuci nozel sampai bersih dengan cairan video jet make up fluid jika nozel kotor. 2. Masukkan nozel ke tempat semula.

3. Tekan tombol ON untuk menyalakan mesin print.

4. Tekan tombol START sampai menunjukkan mesin print siap digunakan (mesin ON).

5. Ketik/masukkan kode: MFI, jenis ikan, batch retort, tanggal kadaluarsa. 6. Tekan tombol SAVE, EXIT, dan PRINT.

7. Ambil satu kaleng untuk mengetahui hasil print out. 8. Kaleng di print sesuai dengan instruksi kerja pengemasan. 9. Tekan tombol OFF untuk mematikan mesin print.

Setelah proses pencetakan kode selesai, tahap selanjutnya adalah pengemasan kaleng dalam kemasan primer berupa master carton. Proses pengemasan dilakukan secara manual oleh pekerja. Kecacatan pada kaleng yang umumnya terjadi di PT. Maya Food Industries adalah kaleng lecet, adanya kepenyokan pada kaleng, karat pada kaleng,

Gambar 17. Mesin printing

(40)

bocor, selip, dan kaleng kembung. Untuk kaleng yang lecet dan penyok akan dilakukan repacking atau pengemasan ulang dengan mengganti kemasan kaleng menggunakan kaleng yang baru. Sedangkan untuk kecacatan pada kaleng lainnya, produk tersebut termasuk dalam produk reject. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pengemasan produk jadi:

1. Angkat keranjang yang berisi kaleng dengan katrol.

2. Letakkan di atas meja kemudian buka kunci penutup keranjang (bagian bawah keranjang).

3. Angkat keranjang dengan katrol secara perlahan sampai kaleng keluar dari keranjang.

4. Atur kaleng di atas conveyor dengan posisi tutup yng akan di print berada di atas.

5. Bersihakan bagian atas kaleng (tutup kaleng) dengan kain lap. 6. Setting mesin print sesuai instruksi kerja mesin print.

7. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor.

8. Setelah kaleng diberi “print code”, masukkan kaleng ke dalam karton sesuai

spesifikasi produk.

9. Jika terdapat produk yang tidak sesuai standar kualitas (misal: penyok), produk dipisahkan ke dalam keranjang kuning.

10.Setelah karton terisi penuh, karton dilakban menggunakan mesin lakban dan diberi kode: tanggal produksi, batch retort, jenis ikan, dan asal kaleng.

(41)

31

4.2.17.Inkubasi

Setelah pengemasan, dilakukan tahap inkubasi produk jadi. Lamanya inkubasi yaitu 7 hari setelah pengemasan. Proses inkubasi dilakukan ruang pengemasan, namun jika di ruang pengemasan sudah penuh dan tidak dapat menampung produk jadi, maka proses inkubasi dilakukan di ruang penyimpanan produk jadi. Tujuan dilakukannya inkubasi ini adalah untuk memastikan produk yang dijual tidak terkontaminasi oleh mikroba dan tidak terjadi kerusakan pada produk setelah 7 hari masa inkubasi dengan melakukan sampling pada produk jadi untuk dicek di laboratorium.

4.2.18.Penyimpanan dan Distribusi

Setelah masa inkubasi selesai, produk yang tidak langsung didistribusikan akan disimpan terlebih dahulu di dalam ruang penyimpanan produk jadi (gudang barang jadi). Produk diletakkan di atas pallet dengan jumlah 35 karton per pallet untuk kaleng ukuran 300 dan 48/90 karton per pallet untuk kaleng ukuran 202. Penyusunan barang dalam gudang dilakukan dengan memperhatikan jarak antar pallet. Penyusunan pallet tidak bersentuhan dengan dinding untuk menghindari kerusakan produk. Gudang barang jadi dilengkapi dengan antihama untuk menghindari kerusakan produk yang disebabkan oleh hama seperti tikus dan semut. Selanjutnya, saat produk-produk tersebut akan didistribusikan, setiap pallet akan diangkut menggunakan forklift. Kemudian produk diangkut ke dalam container maupun truk secara manual oleh pekerja untuk disusun. Produk yang akan dikirim ke luar negeri akan didistribusikan menggunakan container,

Gambar 18. Proses pengemasan

(42)

sedangkan produk yang didistribusikan di dalam negeri menggunakan truk yang bagian atasnya ditutup menggunakan terpal.

(43)

33 5. PEMBAHASAN

5.1. Penerimaan Bahan Baku

Ikan yang digunakan di PT. Maya Food Industries untuk pengalengan ikan sarden saus tomat adalah jenis ikan lemuru. Ikan dibeli di pasar lokal maupun import. Namun, ikan lokal sudah jarang digunakan karena jumlahnya yang tidak mencukupi, kualitas yang naik turun, dan harga fluktuatif. Oleh karena itu, saat ini lebih banyak menggunakan ikan import. Ikan yang berasal dari luar negeri dikirim dalam keadaan beku untuk menjaga mutu ikan. Salah satu sumber protein untuk tubuh manusia dapat diperoleh dari ikan. Nutrisi yang terkandung dalam ikan tergantung dari lingkungan hidupnya, sehingga ukuran dan kandungan nutrisi dalam ikan akan berbeda-beda (Zaitzev et al., 1969).

Saat ikan diterima, tim quality control akan melakukan pengecekan kualitas terhadap ikan segar maupun ikan beku. Pengujian yang dilakukan antara lain uji organoleptik, kimia dan mikroba, pengujian juga dilakukan oleh Balai Karantina Ikan Semarang. Hasil dari pengujian oleh Balai Krantina Ikan juga digunakan sebagai validasi dari pengujian yang dilakukan oleh PT. Maya Food Industries. Standar mutu ikan beku yang digunakan perusaan ini mengacu pada SNI 4110-2014 tentang ikan beku. Bahan baku utama ini merupakan titik kendali kritis (Critical Control Point atau CCP) pertama dari serangkaian proses produksi pengalengan ikan di perusahaan ini. Menurut Koswara (2009), titik kendali kritis merupakan tahap atau prosedur yang dapat dikendalikan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan, atau dikurangi hingga batas yang dapat diterima sehingga resiko dapat diminimalkan. Apabila tahap ini tidak dikendalikan, maka dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan. Oleh karena itu, pengawasan mutu terhadap bahan baku utama sangat diperhatikan.

(44)

pembekuan dapat membekukan cairan dalam sel bakteri, sehingga volume cairan sel bakteri membesar dan menyebabkan dinding sel bakteri pecah, akibatnya bakteri mati. Pembekuan juga mencegah terjadinya proses oksidasi lemak oleh oksigen karena tubuh ikan yang tertutup oleh es. Larousse & Brown (1997) menambahkan bahwa ikan beku dengan suhu pusat -18oC dapat mempertahankan kualitas selama transportasi dan penyimpanan. Ikan beku yang tidak langsung digunakan untuk proses produksi, dapat disimpan pada suhu -18oC atau lebih rendah untuk memastikan penghambatan yang lengkap terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim. Dehidrasi pada permukaan dapat memfasilitasi terjadinya oksidasi dan denaturasi pada jaringan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di PT. Maya Food Industries, di mana ikan beku yang disimpan dalam cold storage disimpan pada suhu maksimal -18oC.

Bahan baku pendukung dalam pembuatan saus tomat antara lain pasta tomat, pati modifikasi, garam, dan air. Setiap bahan yang diterima akan diuji kualitasnya oleh tim quality control. Pasta tomat dari negara China dikemas menggunakan drum dengan

berat 230 kg/drum dan disimpan pada suhu ruang. Pengujian yang dilakukan meliputi uji organoleptik dan kimia. Standar mutu pasta tomat yang digunakan PT. Maya Food Industries mengacu pada SNI 01-3546-2004 tentang saus tomat. Bahan selanjutnya yaitu garam. Garam diperoleh dari perusahaan yag terletak di kota Cirebon. Pengirimannya menggunakan truk dan garam dikemas di dalam kantung sak dengan berat 50 kg/sak. Garam disimpan di dalam gudang raw material khusus garam dengan suhu ruang. Penanganan garam di dalam gudang menerapkan sistem FEFO (First Expire First Out), di mana garam yang paling mendekati tanggal kadaluarsa yang akan

digunakan terlebih dahulu. Saat garam diterima langsung dilakukan pengujian oleh tim quality control, parameter yang diuji yaitu organoleptik dan kadar air. Standar mutu

garam di perusahaan ini mengacu pada SNI 01-4435-2000.

Pati modifikasi dikirim dari Thailand dengan kemasan kantung sak seperti kemasan pada garam. Berat pati per sak yaitu 20 kg. Penyimpanan pati dilakukan di gudang raw material khusus pati modifikasi dengan suhu ruang. Saat bahan diterima, tim quality control akan melakukan pengujian mutu pada bahan tersebut. Pengujian yang dilakukan

(45)

35

mengacu pada SNI 3451-2011 tentang tapioka. Sedangkan untuk air, berasal dari sumur artetis. Sebelum digunakan untuk proses produksi, air dari sumur artetis dilakukan treatment untuk diperoleh air yang sesuai dengan standar. Di PT. Maya Food Industries

menerapkan water treatment system, yaitu unit terpadu yang betujuan untuk mendapatkan air yang bersih, bebas kotoran, dan rendah kandungan ion-ion penyebab hardness dan kesadahan. Standar air yang digunakan pada perusahaan ini mengacu pada

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang air minum.

Bahan pengemas yang digunakan terdiri dari kemasan primer dan sekunder. Kemasan primer yang digunakan adalah kaleng dengan bahan tinplate. Sedangkan kemasan primer berupa master carton. Sama halnya dengan bahan baku lain, bahan pengemas dicek kualitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengecekan oleh tim quality control meliputi pengecekan fisik/desain berupa tulisan, gambar, dan warna kaleng serta

pengecekan ukuran dimensi kaleng. Sedangkan pengecekan kualitas master carton meliputi kualitas fisik/desain yang berupa tulisan, gambar, dan warna serta ukuran. Sama halnya dengan kaleng, barang yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan akan dikembalikan ke supplier. Keuntungan penggunaan kaleng sebagai wadah pengemas bahan pangan antara lain kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Kaleng yang tertutup secara hermetis dapat terhindar dari kontaminasi mikroba, serangga, maupun bahan asing lainnya yang memungkinkan terjadinya kebusukan maupun ketidaksesuaian penampakan dan cita rasa. Selain itu, penggunaan kaleng dapat mencegah penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau, dan partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer pada bahan pangan (Astawan, 2005).

5.2. Penyimpanan (Storage)

Ikan yang baru saja diterima akan disimpan di dalam ruang menyimpanan berupa cold storage. Penyimpanan di dalam cold storage bertujuan untuk mengawetkan ikan hingga

(46)

dan enzim, sehingga umur simpan ikan meningkat dibandingkan ikan yang hanya didinginkan. Kegiatan bakteri telah dihentikan pada suhu -12oC, tetapi proses kimia enzimatis masih terus berlangsung. Tahapan ini sudah sesuai dengan SNI 2712:2013 tentang ikan dalam kemasan kaleng hasil sterilisasi, di mana bahan baku ikan beku yang masih utuh harus ditangani dengan cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi suhu pusat maksimal -18oC.

5.3. Thawing

Sebelum digunakan untuk produksi, ikan beku di thawing terlebih dahulu untuk mencairkan es pada tubuh ikan dan melunakkan tekstur ikan agar lebih mudah untuk diproses. Di PT. Maya Food Industries, proses thawing dilakukan dengan menggunakan udara dan air. Thawing yang sering dilakukan adalah menggunakan air karena waktunya yang lebih cepat. Suhu ikan setelah proses thawing yang diharapkan adalah maksimal 4oC. Menurut Larousse & Brown (1997), proses thawing memerlukan masuknya panas ke dalam produk, biasanya dengan paparan eksternal media pemanas, air, atau udara. Thawing dengan udara paling baik dilakukan di ruangan dingin dengan suhu 0-4oC untuk meminimalkan pertumbuhan mikroba pada permukaan dan percepatan aktivitas enzim. Namun, cara ini lambat dan membutuhkan tempat yang luas. Proses thawing dapat dipercepat dengan hembusan udara panas, tunnel atau menggunakan teknik lain. Proses thawing cepat harus dikendalikan dan diawasi untuk memastikan bahwa pertumbuhan bakteri dan aktivitas enzim tetap minimal karena dapat mempengaruhi kualitas produk. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah efek buruk seperti kehilangan cairan jaringan, perubahan tekstur, dan peningkatan jumlah mikroba. Timbulnya efek buruk ini disebabkan oleh mikroorganisme yang mengkontaminasi kulit ikan, selaput lendir, insang, dan saluran pencernaan.

(47)

37

5.4. Sortasi dan Penyiangan

Setelah es pada ikan mencair dan tekstur ikan menjadi lunak, dilakukan sortasi dan penyiangan untuk menghilangkan bagian kepala, ekor, dan isi perut. Proses penyiangan dilakukan bersamaan dengan proses sortasi ikan. Sortasi dilakukan untuk memisahkan ikan yang tidak sesuai dengan spesifikasi produk, ikan yang berbeda jenisnya, dan ikan yang tidak utuh. Proses sortasi bertujuan untuk mendapatkan ikan yang sesuai dengan spesifikasi produk sehingga dihasilkan produk yang diinginkan dengan kualitas yang baik. Pada tahap ini dihasilkan limbah berupa kepala, ekor, isi perut, dan ikan reject. Limbah akan diolah menjadi produk sampingan berupa tepung ikan. Tepung ikan yang dihasilkan dijual untuk pakan ternak.

Proses penyiangan bertujuan untuk menghilangkan bagian-bagian ikan yang tidak terpakai. Bagian isi perut ikan mengandung banyak mikroorganisme yang dapat merusak ikan, sehingga kualitasnya akan cepat menurun jika bagian tersebut tidak dibuang. Menurut Larousse & Brown (1997), jika makanan masih tertinggal di dalam usus ikan, hal tersebut dapat merusak ikan dengan cepat. Kepala, ekor, dan bagian yang tidak diinginkan lainnya pada kulit, sirip, atau daging yang rusak dapat dibersihkan atau dipotong tanpa membuang bagian yang dapat dimakan. Mikroorganisme perusak yang biasanya terletak pada saluran pencernaan dan kulit dapat menyebar karena proses penyiangan. Oleh karena itu, diperlukan proses pencucian menggunakan air mengalir. Menurut Moeljanto (1992), ikan sarden memiliki isi perut yang cukup besar dan harus dibuang agar tidak mempengaruhi rasa pada produk akhir. Oleh karena itu, proses penyiangan harus dilakukan secara teliti jangan sampai ada isi perut yang tertinggal.

(48)

5.5. Pembersihan Sisik

Setelah proses penyiangan, dilakukan pembersihan sisik pada tubuh ikan. Sama halnya dengan proses penyiangan, proses pembersihan sisik bertujuan untuk menghilangkan bagian yang tidak digunakan. Selain itu, pembersihan sisik juga merupakan usaha untuk mengurangi kontaminasi mikrooganisme pembusuk dan perusak yang mungkin menempel pada sisik ikan. Proses pembersihan sisik dilakukan secara otomatis menggunakan mesin rotary drum washer. Mesin ini terbuat dari bahan stainless steel dan bagian badannya terbuat dari kawat yang berlubang-lubang. Prinsip mesin ini adalah gaya sentrifugal, yaitu dengan perputaran 360o. Gesekan antara ikan dengan kawat berlubang tersebut menyebabkan sisik ikan terlepas dengan sendirinya dan dibantu dengan air yang terdapat pada bagian bawah kawat. Ikan sarden memiliki sifat khusus, yaitu bagian sisiknya yang mudah lepas atau lunak (Moeljanto, 1992). Oleh karena itu, proses pembersihan sisik ini bertujuan untuk mengurangi sisik agar sisik ikan tidak banyak terlepas dan tercampur dengan saus saat sudah dikalengkan. Setiap 2 ton ikan selesai dibersihkan, operator akan melakukan pengecekan secara visual kebersihan sisik ikan dan melakukan penggantian air.

5.6. Pencucian Ikan

(49)

39

5.7. Pencucian Kaleng Kosong

Di PT. Maya Food Industries, kaleng kosong yang belum digunakan akan dicuci terlebih dahulu. Pencucian dilakukan menggunakan air biasa. Setelah proses pencucian, kaleng langsung digunakan tanpa dikeringkan terlebih dahulu. Pencucian kaleng sebelum digunakan ini bertujuan untuk menghindari debu yang mungkin menempel pada kaleng bagian dalam maupun luar yang dapat mengkontaminasi produk.

5.8. Pengisian dan Penimbangan

Kaleng yang sudah dicuci kemudian digunakan untuk tahap pengisian. Proses ini harus segera dilakukan setelah proses persiapan selesai. Pengisian ikan harus disesuaikan dengan ukuran kaleng dan memperhatikan pengaturan letak ikan di dalam kaleng. Ikan harus diletakkan berseling antara tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah agar berat dan jumlah ikan sesuai dengan spesifikasi produk. Selain itu, dalam pengisian ikan harus memperhatikan head space pada kaleng. Menurut Adawyah (2007), head space adalah ruangan kosong yang tersisa antara tutup dengan produk. Fungsi dari head space yaitu sebagai ruang cadangan untuk pengembangan produk selama proses pemanasan (sterilisasi) agar produk tidak menekan wadah karena dapat menyebabkan kaleng menjadi kembung.

Kaleng yang sudah diisi ikan akan disusun dalam pan dan dilakukan penimbangan. Proses penimbangan dilakukan secara manual oleh pekerja yang bertugas sebagai tim quality control. Setiap pan akan diambil beberapa kaleng untuk ditimbang, jika beratnya

banyak yang tidak sesuai dengan spesifikasi produk, tim quality control akan memanggil kelompok yang mengisi pan tersebut untuk menyesuaikan beratnya. Di sinilah pentingnya memperhatikan jumlah ikan dan ukuran ikan yang dimasukkan ke dalam kaleng pada saat proses pengisian. Jika banyak berat kaleng yang tidak sesuai, maka akan menyita waktu untuk mengisi ulang kaleng tersebut. Menurut Adawyah (2007), ketepatan berat kaleng merupakan faktor ekonomis, karena dapat mengurangi produk yang mungkin terbawa jika beratnya melebihi spesifikasi.

(50)

5.9. Pemasakan Awal

Tahap selanjutnya adalah pemasakan awal atau pre cooking yang bertujuan untuk mendapatkan daging ikan dengan tekstur dan suhu yang diinginkan. Di PT. Maya Food Industries, proses pemasakan awal dilakukan menggunakan exhaust box dengan panas yang berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh boiler. Uap panas dari exhaust box bersuhu 90oC dan pemasakan dilakukan selama 20 menit. Dari hasil pemasakan awal tersebut, diharapkan suhu pusat ikan adalah minimal 70oC. Menurut Moeljanto (1992), exhausting adalah proses penghampaan udara dan gas dari dalam kaleng yang telah terisi ikan, sehingga tekanan dalam kaleng menjadi turun. Adawyah (2007) menambahkan bahwa sebagian besar oksigen dan gas harus dihilangkan dari bahan dalam kaleng sebelum penutupan kaleng. Keberadaan oksigen di dalam kaleng tidak diharapakan, karena oksigen dapat bereaksi dengan bahan dan kaleng bagian dalam yang dapat mempengaruhi nilai gizi, mutu, dan umur simpan produk. Exhausting berguna untuk memberi ruang dalam pengembangan produk selama proses sterilisasi, sehingga kerusakan wadah dapat dihindari. Kegunaan lainnya yaitu untuk menaikkan suhu produk hingga dicapai suhu awal (initial temperature) yang dapat mempercepat proses sterilisasi.

Setelah 20 menit berlangsungnya pemasakan awal, suhu yang diharapkan adalah 65-70oC. Pada tahap ini terdapat kendala yang dihadapi oleh PT. Maya Food Industries, yaitu ketika uap panas dari boiler tidak stabil, sehingga tekanan uap untuk exhausting tidak tercapai. Jika terjadi kendala tersebut, maka supervisor bagian exhausting akan menghubungi pihak boiler untuk mengatur tekanan uap atau proses exhausting ditambah waktunya. Tekanan uap yang dibutuhkan untuk proses exhausting adalah 4 kg/cm2.

5.10. Penirisan

(51)

41

kandungan air dan minyak. Namun di PT. Maya Food Industries tidak dilakukan proses pendinginan karena setelah penirisan langsung dilakukan pengisian media dan penutupan kaleng. Suhu di dalam kaleng yang diharapkan adalah suhu yang cukup tinggi (minimal 70oC) untuk diperoleh kondisi vakum di dalam kaleng, sehingga tahap pendinginan memang tidak perlu dilakukan di perusahaan ini.

5.11. Pengisian Saus

Sebelum produk ditutup, terlebih dahulu diisi media berupa sasu tomat. Tujuan pengisian saus adalah agar diperoleh berat sesuai standar produk. Saus tomat yang dimasukkan ke dalam kaleng harus bersuhu tinggi (minimal 70oC). Pengecekan suhu dan kekentalan saus tomat dilakukan secara berkala setiap 1 jam sekali. Jika suhu saus kurang dari 70oC, maka saus akan dipanaskan kembali. Sedangkan saus yang kekentalannya tidak sesuai standar, maka dilakukan pengecekan ulang terhadap formula pembuatan saus tomat. Saus yang masuk kedalam kaleng harus panas karena untuk dicapai kondisi vakum saat proses penutupan kaleng. Oleh karena itu, setelah pengisian media, kaleng akan langsung ditutup. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeljanto (1992) yang menyatakan bahwa penambahan saus dengan suhu tinggi bertujuan agar dicapainya ruang hampa udara yang cukup besar di dalam kaleng. Menurutnya, terdapat beberapa cara untuk menghasilkan ruang hampa udara, seperti:

- Mengisi kaleng dengan bahan makanan yang panas kemudian segera ditutup. - Meletakkan kaleng yang sudah terisi bahan makanan di dalam ruang hampa

udara dari mesin penutup kaleng, kemudian udara di dalam kaleng di pompa keluar, dan kaleng segera ditutup.

- Bahan pangan dicampur dengan saus panas, kemudian bagian atas ditambah udara panas atau uap, lalu dengan cepat ditutup.

- Kaleng diletakkan di dalam air panas dengan tutup di bagian atasnya, sehingga udara akan keluar, kemudian langsung ditutup.

(52)

antara potongan ikan, sehingga kemungkinan berkaratnya kaleng bagian dalam juga akan berkurang. Tahap pengisian media yang dilakukan PT. Maya Food Industries sudah sesuai dengan SNI 2712:2013 tentang ikan dalam kemasan kaleng hasil sterilisasi, di mana media yang telah disiapkan sesuai spesifikasi produk dimasukkan dalam keadaan panas dalam kemasan secara cepat, cermat, dan saniter untuk menghindari potensi bahaya dan potensi cacat mutu yang mungkin terjadi.

5.12. Penutupan Kaleng (Seaming)

Setelah pengisian media, kaleng segera ditutup agar dicapai kondisi vakum di dalam kaleng. Kondisi vakum dalam kaleng dapat memperpanjang umur simpan produk karena tidak adanya oksigen maupun gas lain dan mengurangi pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak produk. Penutupan kaleng dilakukan menggunakan mesin seamer. Tahap ini merupakan titik kendali kritis ke-2, karena jika penutupan kaleng tidak sempurna maka dapat merusak produk dan dapat terjadi kontaminas bakteri E. Coli dan Salmonella. Sehingga proses penutupan kaleng harus dilakukan dengan benar dan menghasilkan kaleng yang tertutup sempurna untuk menghindari kontaminasi dari luar.

(53)

43

Sebelum seamer digunakan, terlebih dahulu dilakukan percobaan untuk mengecek kesempurnaan mesin dalam menutup kaleng dengan menggunakan kaleng yang berisi air. Jika hasilnya sempurna, proses penutupan kaleng dimulai. Setelah proses berlangsung, setiap 4 jam dilakukan pengecekan kondisi lipatan tutup kaleng secara visual. Jika lipatan pada kaleng tidak sesuai standar, maka produksi dihentikan sementara untuk dilakukan pengecekan mesin seamer. Pengecekan kaleng secara visual dilakukan dengan pengukuran tinggi kaleng (H), tinggi double seam (W), tebal penutupan (T), countersink (CS), bodyhook (BH), coverhook (CH), overlap (O), dan persen overlap. Jika pengukuran yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar, maka dilakukan pengaturan ulang pada mesin seamer agar dihasilkan kaleng yang tertutup sempurna sesuai standar. Tahap penutupan kaleng yang dilakukan PT. Maya Food Industries sudah sesuai dengan SNI 2712:2013 tentang ikan dalam kemasan kaleng hasil sterilisasi, di mana proses penutupan kaleng segera dilakukan dengan menggunakan mesin penutupan kaleng dan dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi lipatan pada penutupan kaleng.

Gambar 20. Proses lipatan double seam Sumber: Food Canning Technology, 1997

Gambar

Tabel 2. Kapasitas mesin seamer ...................................................................................
Gambar 1. Produk di PT. Maya Food Industries Pekalongan
Gambar 2. Alur Proses Produksi
Gambar 3. Proses bongkar muat ikan beku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengangani limbah tersebut maka P.T Maya Food Industries mengoprasikan Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem pengolahan air limbah yang digunakan di P.T Maya

Tujuan labelling ini menurut Hudaya (2008), perlu dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan jika ada suatu kerusakan atau kelainan yang terjadi pada produk akhir yang

Maya Food Industries terutama pada pengolahan IPAL yaitu dalam usaha untuk mengurangi kadar amonia saat tidak terjadi proses produksi sebaiknya dapat dilakukan dengan

• Selama pemotongan ikan harus dicuci dengan air mengalir untuk menjaga kebersihan ikan dan kaleng yang akan digunakan pun ikut dicuci. • Pada saat trimming juga dilakukan

Identifikasi Bahaya pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru ( Sardinella longiceps ) dalam Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di PT.. Maya Muncar,

Untuk mengetahui Critical Control Point (CCP) pada proses pengalengan ikan1. lemuru ( Sardinella lemuru ) maka digunakan decision tree atau pohon

Mengatasi hal tersebut, perusahaan menyiasati untuk memasok bahan baku dalam jumlah yang besar pada saat stok ikan melimpah sehingga untuk satu kali produksi mampu memenuhi permintaan