Setiap limbah mempunyai cara pengolaham tersendiri tergantung dari jenisnya. Berikut adalah cara pengolahan limbah berdasarkan jenisnya.
A. Pengolahan Limbah Padat Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Di lahan penimbunan
terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.
B. Pengolahan Limbah Pada Fasa Cair (Water Phase Treatment)
Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut: Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum
Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam penggunaannya sehari-hari
Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit Tidak terbuka dan harus tertutup
Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: 1. Pengolahan secara Fisika
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
3. Pengolahan secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.
Secara garis besar, pengolahan biologi dibedakan menjadi dua yaitu
Proses Pengolahan dengan Pertumbuhan Tersuspensi ( Suspended Growth
Treatment Processes – SGTP )
Pada pengolahan tersuspensi (SGTP), proses dilakukan oleh biomassa (mikroorganisme) yang tersuspensi dalam limbah cair. Beberapa proses pengolahan tersuspensi adalah sebagai berikut:
Activated Sludge (Pengolahan Lumpur Aktif)
Pada proses ini memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan polutan, baik dalam suasana aerobik (dengan aerasi) maupun anaerobik (tanpa aerasi). Activated Sludgedigunakan pada pengolahan limbah cair domistik dan limbah cair industri yang
memiliki kandungan zat organik yang tinggi (Lancester, 2002). Diagram Activated
Sludge dapat ditunjukkan pada Gambar 2.3. Reaksi penguraian zat organik oleh
mikroorganisme berlangsung pada lumpur aktif dalam tangki aerasi, yang berasal dari lumpur yang diresirkulasi dari clarifier dan dicampur dengan influen limbah cair yang disebut mixed liquor suspended solid (MLSS). Udara dialirkan pada tangki aerasi untuk memberikan oksigen pada proses serabik. Kelemahan proses ini memerlukan lahan yang luas dan menimbulkan polutan baru. Untuk mengurangi
ActivatedSludgekonvensional dikembangkan Sequential Batch Reactor (SBR) dan
Contact Stabilization System.
Sequential Batch Reactor (SBR)
Merupakan mudifikasi dari proses Activated sludgedengan mengubah aliran (inflow) dan aerasi kontinu menjadi batch (diskrit). SBR menggabungkan tangki ekualisasi, tangki aerasi, dan tangki sedimentasi sekunder (clarifier) menjadi satu reaktor. Operasi SBR dikontrol melalui suatu sistem monitoring dan kontroling yang terdiri atas komputer, programable logical controlling (PLC), dan alat-alat ukur (DO meter, pH
meter untuk memonitor kondisi operasi. Diagram Activated Sludge dapat ditunjukkan pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Diagram Activated sludge
Prinsip kerja SBR adalah :
Limbah cair dialirkan kedalam tangki dan diaduk (mixing). Pada tahap ini berlangsung reaksi anaerobik.
Udara dialirkan kedalam tangki untuk mensuplai oksigen yang diperlukan dalam proses oksidasi. Pada tahap ini berlangsung reaksi aerobik.
Limbah cair berpisah menjadi dua fase yaitu fase padat (lumpur aktif/actived
sludge) dan fase cair (air jernih/supernatant).
Air jernih dikeluarkan dari tangki dan siklus kerja kembali ke No.1
Contact Stabilization System (Nelleman, 2009)
Contact Stabilization Systemmerupakan modifikasi dari proses actived sludge yang
memanfaatkan proses biosorption. Biosorption adalah proses pengikatan polutan oleh biomassa dalam reaktor. Diagram Contact Stabilization System dapat ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Diagram proses control stabilization
Upflow Anaerobic Sludge Bed (UASB)
Merupakan teknologi pengolahan yang umumnya digunakan dalam pengolahan limbah
cair secara anaerobik. Pada teknologi ini, limbah cair dialirkan dari bawah ke atas (upflow). Melalui sludge bed. Proses ini didapatkan air jernih dan gas hasil proses anaerobik yang dapat dimanfaatkan. UASB digunakan untuk pengolahan limbah cair industri pengolahan makanan, minuman, pulp dan kertas, tekstil, kimia, dan petrokimia. Diagram Upflow Anaerobic Sludge Bed dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Salah satu bentuk prototipe pada pengolahan limbah yang dapat digunakan juga seperti pada Gambar 2.7 yaitu dengan penambahan adsorben pada bak pengolahan yang mengandung limbah kemudian air yang telah dipisahkan dari proses pengolahan tersebut dapat digunakan untuk kehidupan biota yang ada disekitarnya.
Gambar 2.7 Prototipe pengolahan limbah dengan penambahan adsorben
Mengontrol Emisi Gas Buang
Emisi gas buang dapat dikurangi dengan mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong.
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
Dengan pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik untuk mengionkan limbah. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.
Prinsip Pengolahan limbah B3
Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.
Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama penyimpanan.
Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan kemasan lain.
Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian
pengelolaan limbah.