Untuk mendapatkan besar rendemen arang yang dibuat, data di ambil
dari penimbangan bahan baku sebelum proses pembakaran dilaksanakan
(Input) dan bahan yang telah menjadi arang (Output) di hitung dengan rumus:
Keterangan :
Input : Banyaknya bahan baku yang dipakai (kg)
Output : Banyaknya hasil yang diperoleh
Pengujian sifat fisik dan kimia briket arang Kayu Terap (Artocarpus
odoratissimus) dan Kayu Jambu Air (Syzygium aqueum) meliputi :
1. Kadar Air
Contoh uji sebanyak kurang lebih 1 gram (X), dikeringkan dalam oven
listrik dengan suhu 103+20C sampai beratnya konstan, kemudian ditimbang (Y), maka kadar air dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Sudrajat,
1982).
Keterangan :
x = berat contoh sebelum dikeringkan y = berat contoh setelah dikeringkan
2. Kerapatan
Kerapatan dinyatakan dalam hasil perbandingan antara berat dan
volume briket serta dengan ukuran contoh 2 x 2 x 2 cm berbentuk kubus,
yaitu dengan rumus sebagai berikut (Sudrajat, 1982) :
3. Nilai Kalor
Nilai kalor suatu zat dapat diukur berdasarkan kalor reaksi dan
volume tetap. Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan menggunakan alat
Bomb Calorimeter. Prosedur kerja uji nilai kalor sebagai berikut:
a. Membuka Bomb dan terlebih dahulu membersihkannya dengan aquadest
b. Menghaluskan sampel briket arang terlebih dahulu menggunakan
penggerus dan diayak dengan ayakan mesh 40 lalu dikeringkan di
dalam oven selama 24 jam.
c. Menimbang sampel sebanyak 1 gram (tidak lebih dari 1 gram / < 1 gram)
penimbangan dengan 4 angka dibelakang koma)
d. Mengukur dan memotong kawat penyala sepanjang 10 cm
e. Menghubungkan kawat penyala pada Bomb dan meletakkan lengkungan
kawat pada posisi terkubur oleh sampel
f. Menutup Bomb dengan tutupnya hingga benar-banar rapat untuk
mencegah bahaya ledakan
g. Mengisi Bomb dengan oksigen murni melalui inlet valve dengan
melewatkannya melalui penyaring khusus untuk gas yaitu penyaring gas
diatur pada tekanan 30 bar. Setelah itu, menutup kembali inlet valve
h. Meletakkan pada inner vessel yang sudah berisi air keran sebanyak 1 liter
dan menghubungkan kabel pembakar (ignation cable). Kemudian
menutup dengan alat penutupnya serta thermometer pada posisi tercelup
i. Menyalakan tombol pemutar air dalam inner vessel
j. Selang waktu 2 menit, mengukur suhu yang terbaca pada thermometer
Beckman sampai didapatkan suhu konstan (suhu awal atau T1)
k. Menekan tombol penyala Ignation touch switch sampai lampu penyala
diatas tombol menyala. Setelah pembakaran selesai, suhu air dalam inner
vessel menjadi naik
l. Selang waktu 2 menit, mengukur suhu yang terbaca pada thermometer
Beckman, sampai didapatkan suhu konstan (suhu ahir atau T2)
m. Mematikan Bomb, membuka plat penutup dan mengeluarkan gas sisa
dalam Bomb melalui outlet valve secara perlahan-lahan untuk mencegah
jatuhnya Bomb
n. Membuka tutup Bomb, dan dibilas dengan aquadest
o. Larutan dari Bomb tersebut dipindahkan kedalam Erlenmayer 250 ml
kemudian ditambahkan indikator metil merah, dan dititrasi dengan Na2Co3
0,0709 N (jika larutan berwarna kuning ketika ditambahkan metil merah
maka tidak perlu dilakukan titrasi).
Menghitung besarnya kapasitas panas yang terdapat dalam sampel
dengan rumus SNI 06-3730-1999 sebagai berikut :
Dimana :
Q = Besarnya panas (kalori) yang dikeluarkan sampel (J)
?T = Selisih suhu konstan setelah dan sebelum pengeboman (oC) W = Kalor jenis dari suhu yaitu 2426 kal/oC
e1 = Faktor koreksi untuk kawat (?1 x 2,3 kal/cm) e2 = Faktor koreksi untuk gas (volume titrasi x 1 kal/ml) e3 = Faktor koreksi untuk kandungan sulfur
4. Kadar Abu
Abu terdiri dari mineral-mineral yang tidak dapat hilang atau menguap
pada proses pengembunan. Cawan porselin yang berisikan contoh uji dari
penentuan kadar zat mudah menguap ditempatkan dalam thermolyne
furnace pada suhu ± 7500C selama 6 jam. Setelah waktu tempuh dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, selanjutnya dianalisis. Kadar abu
dinyatakan dalam persen dengan rumus Sudrajat (1982) sebagai berikut :
Keterangan :
S = Berat sisa contoh uji (g)
W = Berat contoh uji kering tanur (g)
5. Kadar Zat Mudah Menguap
Zat mudah menguap diperoleh dengan cara menguapkan seluruh zat
yang mudah menguap dalam briket arang selain air. Cawan porselin yang
berisikan contoh uji dari penentuan kadar air, dipanaskan dalam Thermolyne
furnance pada suhu ± 950 0C. Suhu dinaikan secara langsung pada saat alat dihidupkan. Skala alat kemudian menunjukkan kenaikkan secara bertahap.
Setelah suhu tersebut tercapai, pertahankan selama 6 menit, kemudian alat
dimatikan dan sampel dikeluarkan langsung dimasukkan dalam desikator
Kadar zat mudah menguap dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
(ASTTMD 1762 – 64).
Keterangan :
VM = Zat mudah menguap (%) Y = Kehilangan berat contoh uji (g) W = Berat contoh uji kering tanur (g)
6. Kadar Karbon Terikat
Fraksi karbon (c) dalam arang, selain fraksi abu dan zat mudah
menguap penentuannya dilakukan degan persamaan sebagai berikut :
Kadar karbon terikat = (100 – zat mudah menguap – Kadar abu ) %,
sedangkan untuk mencari rata - rata pada keseluruhan pengujian adalah
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
X : Nilai rata - rata sampel yang diuji
?xi : Jumlah nilai sampel yang diuji
n : Banyaknya sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Hasil pengujian dari sifat fisik dan kimia kayu terap (Artocarpus
odoratissimus) dan kayu jambu air (Syzygium aqueum) yang meliputi kadar air, kerapatan, kadar abu, zat mudah menguap, dan nilai kalor.
Umumnya sifat dan kimia briket arang sangat dipengaruhi oleh sifat arang
yang menjadi bahan bakunya (Sudrajat, 1982), misalnya arang berasal dari kayu
yang berkerapatan tinggi maka fixed carbon tinggi, dan nilai kalornya tinggi pula.
Dari hasil pengujian sifat fisika dan kimia briket arang kayu terap dan
jambu air meliputi kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon
terikat, kerapatan, nilai kalor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Nilai rata-rata pengujian Briket Arang kayu Terap.
No Pengujian Rata-rata ulangan
1 Kadar Air (%) 8.07
2 Zat Mudah Menguap (%) 43.77
3 Kadar Abu (%) 21.83
4 Karbon Terikat (%) 34.38
5 Kerapatan (gr/cm3) 0.40
6 Nilai Kalor (kal/gr) 4183
Tabel 4. . Nilai rata-rata pengujian Briket Arang Kayu Jambu Air
No Pengujian Rata-rata ulangan
1 Kadar Air (%) 7,88
2 Zat Mudah Menguap (%) 36,66
3 Kadar Abu (%) 21.61
4 Karbon Terikat (%) 41.71
5 Kerapatan (gr/cm3) 0.53
B. Pembahasan
1. Kadar Air
Dari hasil pengamatan kadar air briket arang diperoleh nilai rata-rata 8.07%
untuk kayu terap dan 7.88% untuk kayu jambu air. Apabila nilai kadar air tersebut
dibandingkan standar Jepang berkisar 6-8% maka nilai rataan yang didapatkan
dari dua perlakuan kadar air briket kayu terap dan jambu air telah sesuai standar
SNI yaitu 8%. Kadar air briket arang erat kaitannya dengan kerapatan. Kadar air
briket arang yang berkerapatan rendah lebih baik dibanding kadar air briket
arang yang berkerapatan tinggi (Sudrajat, 1982).
Kadar air briket arang dipengaruhi oleh kerapatannya. Semakin tinggi
kerapatan briket arang maka semakin rendah daya serap briket terhadap air
dilingkungan sekitarnya.
2. Kerapatan
Dari hasil pengamatan kerapatan briket kayu terap dan jambu air diperoleh nilai
rata-rata 0,40gr/cm3 untuk kayu terap dan 0,53 gr/cm3 untuk jambu air. Dibandingkan nilai yang terdapat pada standar Inggris sebesar 0,8 gr/cm3, maka dengan demikian hasil kerapatan briket arang kayu terap dan jambu air belum
mendekati nilai standar Inggris.
3. Kadar Abu
Dari hasil pengamatan kadar abu briket kayu terap dan jambu air diperoleh
nilai rata-rata 21,83 % untuk kayu terap dan 21,61 % untuk jambu air. Apabila
nilai kadar abu yang didapatkan dari sepuluh hasil ulangan masih sangat tinggi
bila dibandingkan dengan standar SNI yang mencapai 8 %. Maka hasil yang
diperoleh dari pengujian kadar abu briket arang kayu terap dan jambu air masih
dalam briket arang/jenis kayunya. maka semakin tinggi pula presentase kadar
abu briket yang dihasilkan.
4. Zat mudah menguap
Dari hasil pengamatan zat mudah menguap briket kayu terap dan jambu air
diperoleh nilai rata-rata 43,77 % untuk kayu terap dan 36,66 % untuk kayu jambu
air. Dibandingkan nilai yang terdapat pada standar SNI 15 %, maka dengan
demikian hasil zat mudah menguap briket kayu terap dan jambu air telah sesuai
dengan standar. Pengaruh suhu dan lamanya proses pengolahan arang jika
semakin tinggi suhu maksimum pengarangan maka proses karbonisasi
sempurna sehingga memiliki kadar zat mudah menguap akan rendah dan begitu
pula untuk lamanya proses pengolahan arang akan memberikan kesempatan
untuk menguapkan kadar zat mudah menguap sebanyak-banyaknya sehingga
didapatkan kadar zat mudah menguap yang rendah dan keadaan ini akan
memberikan kualitas briket arang yang lebih tinggi.
Tinggi rendahnya kadar zat mudah menguap briket arang dipengaruhi oleh
suhu dan lamanya proses pengarangan, semakin tinggi suhu dan lama proses
karbonisasi menyebabkan penguapan terjadi pada zat mudah menguap semakin
besar sehingga diperoleh kadar zat mudah menguap yang rendah (Badri, 1987).
5. Nilai Kalor
Dari hasil pengamatan nilai kalor briket kayu kayu terap dan jambu air
diperoleh nilai rata-rata 4183 kal/gr untuk kayu terap dan 4380 kall/gr untuk kayu
jambu air. Apabila nilai yang terdapat pada standar SNI yaitu 5000 kall/gr, maka
dengan demikian hasil nilai kalor briket arang kayu terap dan jambu air belum
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian kadar air briket arang kayu terap dan jambu air diperoleh
yang nilai terendah adalah briket arang kayu jambu air yaitu 7,88% dan nilai
tertinggi yaitu 8,07% untuk kayu terap. Pengujian kadar air ini telah sesuai
dengan standar SNI yaitu 8%.
2. Nilai hasil penelitian untuk uji kerapatan briket arang kayu terap dan jambu
air adalah briket arang kayu jambu air yaitu 0,53% dan kayu terap 0,40%
3. Hasil penelitian nilai kadar abu dari sepuluh kali ulangan untuk briket arang
kayu terap dan jambu air belum sesuai dengan standar SNI yaitu 8%
4. Hasil penelitian nilai zat mudah menguap untuk briket arang kayu terap dan
kayu jambu air belum sesuai dengan standar SNI yaitu 15%.
5. Hasil penelitian nilai kalori diperoleh nilai rata-rata 4183 kal/gr untuk kayu
terap dan 4380 kall/gr untuk kayu jambu air. Ini menunjukkan bila
B. Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan dsarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas menggunakan briket kayu terap dan
jambu air sebagai sumber energi bagi masyarakat. Perlu juga di lakukan
kajian ekonomis untuk penggunaan bahan tersebut sebagai bahan baku.
Dengan adanya pemanfaatan kayu terap (Artocarpus odoratissimus ) dan
kayu jambu air (Syzygium aqueum) sebagai bahan baku pembuatan briket
arang untuk konsumsi rumah tangga. masyarakat diharapkan mau beralih
menggunakan briket sebagai bahan alternatif pengganti BBM yang mudah di
nyalakan.
2. Dengan adanya pemanfaatan kayu terap (Artocarpus odoratissimus ) dan
kayu jambu air (Syzygium aqueum) sebagai bahan baku pembuatan briket
arang, diharapkan para ibu rumah tangga bisa menghemat pengeluaran
anggaran belanja.
3. Produk yang dihasilkan dari penelitian berupa briket arang dari kayu terap
(Artocarpus odoratissimus ) dan kayu jambu air (Syzygium aqueum) bisa
digunakan untuk penggunaan lain seperti pemanas ayam potong dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1976. Feasibility Studi Industri Briket Arang di Areal Transmigrasi IV Sangkulirang dan Muara Wahau. Laporan Kerjasama Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor dengan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.
Badri, 1987. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Pembuatan Briket Arang. Skripsi Sarjana Kehutanan UNMUL Samarinda Thn. 1987.
Bowyer, 1987 Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Penerbit Gajah Mada Pres. Yogyakarta.
Dumanauw, JF. 1990. Mengenal Kayu Cetakan Pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Guntur dan Henny. 1985. Jambu Baron. Jakarta, Asri. TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 3/12 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Hartoyo, 1978. Pembuatan Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk dan Limbah Industri Perkayuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Bogor.
Hartoyo, 1983. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Limbah Jenis Kayu, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Departemen Pertanian Bogor.
Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana Dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang Limbah Gergajian Kayu (Skripsi), Bogor. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Pari. G. 2008, Proses Produksi dan Pemanfaatan Arang, Briket Arang dan Cuka Kayu, Pusat Penelitian dan Hasil Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Sekianti, R. 2008. Analisis Teknik dan Finansial Pada Produk Bahan Bakar
Briket. www.indoskripsi.com (14 Mei 2008)
Schmid, R. 1972. A resolution of the Eugenia-Syzygium controversy (Myrtaceae). Amer. J. Bot. 59: 423–436.
Schmid, R. 1972. Floral anatomy of Myrtaceae, I. Syzygium. Bot. Jahrb. Syst. 92:433-489. 19 Dec. 1972.
Sidusuwarno DAN D. I. UTOMO. 1979. Acacia Mangium Jenis Pohon Yang Belum Banyak Dikenal. Dirjen Kehutanan. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 1989. Mutu Arang Kayu. Badan Standar Nasional Indonesia (SNI). Jakarta.
Sudrajat, R. 1982. Produksi Arang dan Briket Serta Prospek Pengusahanya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Bogor.
Sarwono B. (1990). Jenis-jenis Jambu Air Top. Jakarta, Trubus. TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 2/ 12 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 0213169166-69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes Falkataria L. Nielsen) dengan Penambahan tempurung Kelapa (Cocos Micifera L). (Skripsi). Bogor. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor
Verheij, E.W.M. DAN R.E. CORONEL (EDS.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2
Tabel 5. Hasil Perhitungan Kadar Air Briket Arang Kayu Terap
Tabel 6. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang Kayu Terap No Berat Awal (gr) Berat Kering Tanur
(gr) Kadar Air (%) 1 1.0945 1.0167 7.6522 2 1.0673 0.9867 8.1686 3 1.0959 1.0192 7.5255 4 1.0652 0.9809 8.5941 5 1.0922 1.0161 7.4894 6 1.0716 0.984 8.9024 7 1.0908 1.0022 8.8405 8 1.0839 1.0004 8.3466 9 1.0524 0.973 8.1603 10 1.0538 0.9838 7.1603 ? X 80.7948 ? 8.0794
No Berat Akhir/ Y (gr) Berat kering tanur/
W (gr) Hasil/ VW (%) 1 0.5157 1.0167 50.7229 2 0.4682 0.9867 47.4510 3 0.503 1.0192 49.3524 4 0.4945 0.9809 50.4128 5 0.417 1.0161 41.0392 6 0.4676 0.984 47.5203 7 0.4618 1.0022 46.0786 8 0.3422 1.0004 34.2063 9 0.3291 0.973 33.8232 10 0.3656 0.9838 37.1620 ? X 437.7687 ? 43.7768
Tabel 7. Hasil Perhitungan Kadar Abu Briket Arang Kayu Terap
Tabel 8. Hasil Perhitungan Kadar Karbon Terikat Briket Arang Kayu Terap No Berat Akhir/ S (gr) Berat Kering Tanur/
W (gr) Abu (%) 1 0.233 1.0167 22.9172 2 0.2181 0.9867 22.1039 3 0.2189 1.0192 21.4776 4 0.2086 0.9809 21.2661 5 0.2066 1.0161 20.3326 6 0.2159 0.984 21.9410 7 0.2208 1.0022 22.0315 8 0.224 1.0004 22.3910 9 0.2106 0.973 21.6443 10 0.219 0.9838 22.2606 ? X 218.3658 ? 21.8365
No % Zat Mudah Menguap Kadar Abu Karbon Terikat
1 100 50.7229 22.9172 26.3599 2 100 47.4510 22.1039 30.4451 3 100 49.3524 21.4776 29.17 4 100 50.4128 21.2661 28.3211 5 100 41.0392 20.3326 38.6282 6 100 47.5203 21.9410 30.5387 7 100 46.0786 22.0315 31.8899 8 100 34.2063 22.3910 43.4027 9 100 33.8232 21.6443 44.5325 10 100 37.1620 22.2606 40.5774 ? X 343.8655 ? 34.3865
Tabel 9. Hasil Perhitungan Kerapatan Briket Arang Kayu Terap
Tabel 10. Hasil Perhitungan Nilai Kalor Briket Arang Kayu Terap
No Berat (gr) Volume (cm3) Kerapatan (gr/cm3)
1 5.8955 15.5664 0.3787 2 5.1187 13.3593 0.3831 3 4.7912 12.3198 0.3889 4 4.532 11.7164 0.3868 5 4.9953 12.4378 0.4016 6 4.5493 11.2390 0.4047 7 5.2824 12.5108 0.4222 8 5.1456 11.4220 0.4504 9 4.8095 11.5095 0.4179 10 4.9398 11.5915 0.4261 ? X 4.0604 ? 0.4060 Berat Sampel
Temp. Konstan (oC) Panjang Kawat (cm) Volume Penitar
(ml)
Nilai Kalor (kal/gr) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tabel 11. Hasil Perhitungan Kadar Air Briket Arang Kayu Jambu Air
Tabel 12. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang Kayu Jambu Air No Berat Awal (gr) Berat Kering Tanur
(gr) Kadar Air (%) 1 1,0862 1,009 7,6511 2 1,0949 1,0126 8,1275 3 1,0208 0,9427 8,2847 4 1,0634 0,9869 7,7515 5 1,0748 0,9953 7,9875 6 1,0579 0,9789 8,0702 7 1,0912 1,0131 7,7090 8 1,0822 1,0016 8,0471 9 1,0348 0,9613 7,6458 10 1,0262 0,9539 7,5794 ? X 78,8538 ? 7,8853
No Berat Akhir/ Y (gr) Berat Kering Tanur/
W (gr) Hasil/ VW (%) 1 0,4102 1,009 40,6541 2 0,4016 1,0126 39,6602 3 0,3151 0,9427 33,4252 4 0,3848 0,9869 38,9907 5 0,3253 0,9953 32,6836 6 0,3541 0,9789 36,1732 7 0,4176 1,0131 41.2200 8 0,4521 1,0016 45,1377 9 0,2859 0,9613 29,7409 10 0,2765 0,9539 28,9862 ? X 366,6718 ? 36,6671
Tabel 13. Hasil Perhitungan Kadar Abu Briket Arang Kayu Jambu Air
Tabel 14. Hasil Perhitungan Karbon Terikat Briket Arang Kayu Kayu Jambu Air No Berat Akhir/ S (gr) Berat Kering Tanur/
W (gr) Abu (%) 1 0.1987 1,009 19.6927 2 0.2145 1,0126 21.1830 3 0.2153 0,9427 22.8386 4 0.213 0,9869 21.5827 5 0.2244 0,9953 22.5459 6 0.2076 0,9789 21.2074 7 0.2135 1,0131 21.0739 8 0.2153 1,0016 21.4956 9 0.2204 0,9613 22.9272 10 0.2059 0,9539 21.5850 ? X 216.132 ? 21.6132
No % Zat Mudah Menguap Kadar Abu Karbon Terikat
1 100 40,6541 19.6927 39.6532 2 100 39,6602 21.1830 39.1568 3 100 33,4252 22.8386 43.7362 4 100 38,9907 21.5827 39.4266 5 100 32,6836 22.5459 44.7705 6 100 36,1732 21.2074 42.6194 7 100 41.2200 21.0739 37.7061 8 100 45,1377 21.4956 33.3667 9 100 29,7409 22.9272 47.3319 10 100 28,9862 21.5850 49.4288 ? X 412.1962 ? 41.7196
Tabel 15. Hasil Perhitungan Kerapatan Briket Arang Kayu Kayu Jambu Air
Tabel 16. Hasil Perhitungan Nilai Kalor Briket Arang Kayu Jambu Air
No Berat (gr) Volume (cm3) Kerapatan (gr/cm3)
1 6.4552 11.1887 0.5769 2 6.1822 11.6161 0.5322 3 6.1806 11.6741 0.5294 4 6.008 11.3091 0.5312 5 6.1878 11.8631 0.5216 6 5.9831 10.8799 0.5499 7 5.8907 11.0289 0.5341 8 5.7343 11.4139 0.5023 9 6.766 12.2073 0.5542 10 6.4512 12.2544 0.5264 ? X 5.3582 ? 0.5358 Berat Sampel
Temp. Konstan (oC) Panjang Kawat (cm) Volume Penitar
(ml)
Nilai Kalor (kal/gr) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Gambar 2. Bagan Alur Pembuatan Briket Arang Bahan Baku Pengeringan Karbonisasi (Pengarangan) Pengayakan Serbuk Arang Pencampuran Pengujian Penghancuran Pencetakan Pengeringan Tapioka + Air Serbuk Tanah Liat
Gambar 3. Proses Persiapan Bahan Baku
Gambar 5.
ProsesHasil Pengarangan
Gambar 7. Proses Pengempaan Manual
Gambar 8. Proses Hasil Pengempaan Briket Manual
Gambar 10. Tempat Pengujian Kadar Abu dan Zat Mudah Menguap (Thermoline Furnance) Gambar 9. Sampel Pengujian Kerapatan
Gambar 11. Desikator
Gambar 13. Pengujian Nilai kalor (Peroxide Bomb Calorimeter)