• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KAYU TERAP (Artocarpus odoratissimus)

DAN KAYU JAMBU AIR (Syzygium aqueum )

SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BRIKET ARANG

UNTUK KONSUMSI RUMAH TANGGA

Oleh :

AKHMAD YUSRON

NIM

.

090500026

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

(2)

PEMANFAATAN KAYU TERAP (Artocarpus odoratissimus)

DAN KAYU JAMBU AIR (Syzygium aqueum)

SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BRIKET ARANG

UNTUK KONSUMSI RUMAH TANGGA

Oleh :

AKHMAD YUSRON

NIM

.

090500026

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

(3)

PEMANFAATAN KAYU TERAP (Artocarpus odoratissimus)

DAN KAYU JAMBU AIR (Syzygium aqueum)

SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BRIKET ARANG

UNTUK KONSUMSI RUMAH TANGGA

Oleh :

AKHMAD YUSRON

NIM

.

090500026

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian :Pemanfaatan Kayu Terap (Artocarpus odoratissimus) dan Kayu Jambu Air (Syzygium aqueum) sebagai Bahan Baku Pembuatan Briket Arang untuk Konsumsi Rumah Tangga.

Nama : Akhmad Yusron

NIM : 090500026

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian

Pembimbing,

Ir. Syafii.MP

NIP. 196806101995121001

Penguji I,

Eva Nurmarini, S.Hut.MP NIP. 197508081999032002

Penguji II,

Heriad Daud Salusu, S. Hut.MP NIP. 197008301997031001

Lulus Ujian pada tanggal :

Menyetujui,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Syafii, MP.

NIP. 196806101995121001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Heriad Daud Salusu, S.HUT, MP. NIP. 1970083019970310001

(5)

ABSTRAK

AKHMAD YUSRON. Pemanfatan Kayu Terap (Artocarpus ordoratissimus) dan Kayu Jambu Air (Syzygium aqueum) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Briket Arang Untuk Konsumsi Rumah Tangga (di bawah bimbingan Bapak Syafii).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum maksimalnya pemanfatan kayu Terap dan kayu Jambu Air sebagai bahan baku industri pengolahan kayu, khususnya dalam industri pembuatan briket arang. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat kayu Terap dan Jambu Air yang potensinya sangat besar dan berkesinambungan. Serta mengetahui sifat fisik dan kimia briket yang dihasilkan agar diketahui kualitasnya sebagai bahan bakar atau energi dibandingkan dengan standar impor briket.Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang baru untuk memastikan pemanfatan kayu Terap dan kayu Jambu Air sebagai bahan baku pembuatan briket arang, sehingga kedepannya limbah atau sisa dapat dipertimbangkan baik atau tidaknya pada skala industri

.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dan mengambil lokasi di Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu dan Laboratorium Sifat Kayu Dan Analisis Produk Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Proses penelitian dilakukan dengan diawali persiapan bahan baku, pembakaran bahan baku kayu terap dan jambu air untuk mendapatkan arang. Selanjutnya arang dihaluskan dan dicampur dengan tepung tapioka, tanah liat dan air dengan perbandingan masing-masing 1000 gr arang, 200 gr tapioka, 200 gr tanah liat, air + 1200 ml. penelitian dilakukan dengan mengolah kayu terap dan kayu jambu air menjadi briket arang. Masing-masing sepuluh kali ulangan. Briket kemudian melalui tahap pengujian yaitu kadar air, kerapatan, zat mudah menguap, kadar abu dan nilai kalor.

Dari hasil pengamatan sifat fisika briket yang meliputi kerapatan dan kadar air (KA) kayu Terap yaitu 0,40 gr/cm3 dan 8,07%. Sedangkan Untuk kayu jambu air yaitu 0,53 gr/cm3 dan 7,88%. Pengamatan sifat kimia pada kayu Terap meliputi zat mudah menguap 43,7768% kadar abu 21,8365% dan nilai kalor 4183,6915 cal/gr. Sedangkan untuk kayu jambu air didapatkan nilai untuk zat

mudah menguap 36,6671%, kadar abu 21,6132%, dan nilai kalor 4380,4369 cal/gr.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Akhmad Yusron lahir pada tanggal 29 September 1986 di Desa Glagahan Kabupaten Jombang Jawa Timur. Merupakan Anak keempat dari Bapak Trubus dan Ibu Suciyah (Almarhumah).

Tahun 1996 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Glagahan 1 lulus pada tahun 2001 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama PGRI 1 Perak lulus dan memperoleh ijazah pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan ke SMA Budi Utomo sekaligus pesantren dan belum sempat lulus pindah sekolah ke kota Balikpapan dan lulus tahun 2009. Pada Tahun yang sama mulai kuliah di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Hutan.

Pada bulan Maret-april 2012 mengikuti program Kerja Lapang (PKL) di

Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Gresik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah Subha nahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pelitian yang dilakukan di Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu di lingkungan Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yang kemudian di lanjutkan dengan pengujian di Laboratorium Sifat Kayu dan

Analisis

Produk. Penelitin dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Juni-Juli tahun 2012, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan dan dosen pembimbing, yaitu Bapak Ir. Syafi’i, MP.

2. Kepala Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu, yaitu Ibu Firna Novari, S.Hut.MP dan Ibu Eva Nurmarini, S.Hut. MP selaku Kepala Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk dan dosen penguji.

3. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian dan dosen penguji Bapak Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP.

4. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Bapak Ir. Wartomo, MP. 5. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Prodi Teknologi Hasil Hutan.

Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Pengertian Arang Kayu dan Briket Arang ... 5

B. Kualitas Briket arang... 7

C. Briket Arang Menurut Standar SNI... 8

D. Risalah Kayu Terap... 9

E. Risalah Kayu Jambu Air... 11

BAB III. METODE PENELITIAN... 15

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 15

B. Bahan dan Alat Penelitian... 15

C. Prosedur Kerja... 16

D. Pengolahan Data... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

1. Hasil... 23

2. Pembahasan... 24

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 26

1. Kesimpulan... 26

2. Saran... 27 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Stratifikasi Sifat dan Standar Briket Arang Import 7

2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Briket Arang Kayu (SNI) 9

3. Hasil Perhitungan Rata-rata dari 10 Ulangan Briket Arang Kayu Terap. Untuk Nilai Kalor dilakukan 1 Kali Ulangan.

23

4. Hasil Perhitungan Rata-rata dari 10 Ulangan Briket Arang Kayu Jambu Air. Untuk Nilai Kalor dilakukan Hanya 1 kali Ulangan.

23

LAMPIRAN

5. Hasil Perhitungan Kadar Air Briket Arang Kayu Terap

(Artocarpus odoratissimus ) ……... 31

6. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang

Kayu Terap (Artocarpus odoratissimus ) ……….. 31

7. Hasil Perhitungan Kadar Abu Briket Arang Kayu Terap

(Artocarpus odoratissimus ) ………. 32

8. Hasil Perhitungan Karbon Terikat Briket Arang Kayu

Terap (Artocarpus odoratissimus) ………. 32

9. Hasil Perhitungan Kerapatan Briket Arang Kayu Terap

(Artocarpus odoratissimus ) ……… 33

10. Hasil Perhitungan Nilai Kalor Briket Arang Kayu Terap

(Artocarpus odoratissimus ) ……… 33

11. Hasil Perhitungan Kadar Air Briket Arang Kayu Jambu

Air (Syzygium aqueum)……… 34

12. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang

Kayu Jambu Air(Syzygium aqueum)…………... 34

13. Hasil Perhitungan Kadar Abu Briket Arang Kayu Jambu

Air (Syzygium aqueum)...……… 35

(10)

Kayu Jambu Air (Syzygium aqueum)....……….

15. Perhitungan Kerapatan Briket Arang Kayu Jambu Air...

36 16. Hasil Perhitungan Nilai Kalor Briket Arang Kayu Jambu

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Alat Cetak Manual 17

2. Bagan Alur Pembuatan Briket Arang 37

3. Persiapan Bahan Baku 38

4. Penimbangan Bahan Baku 38

5. Proses Hasil Pengarangan kayu Terap dan Jambu air 39

6. Pencampuran Bahan Baku 39

7. Pengempaan Pembuatan Briket Arang Kayu Manual 40

8. Hasil Pengempaan Pembuatan Briket Arang kayu 40

9. Pengujian Kerapatan 41

10. Pengujian Zat Mudah Menguap dan Kadar Abu (Thermoline Furnance)

41

11. Desikator 42

12. Timbangan Elektrik 42

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang

berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak, termasuk minyak

tanah di Indonesia. Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi

menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai

subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan

penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun (Pari, 2008).

Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha

mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada

masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM yang

meningkat pesat dalam hal minyak tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang

murah dan mudah didapat.

Briket Arang merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari arang

kayu, bahan bakar padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan

pengganti minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk

dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat

teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana serta adanya bahan

baku yang melimpah.

Indonesia termasuk salah satu negara berkembang dengan jumlah

sumber daya alam yang sangat besar dimana penyediaan produk-produk hasil

hutan termasuk produk hasil hutan non kayu (briket arang) untuk bahan baku

(13)

kehutanan pada saat ini, hal ini disebabkan karna ilmu pengatahuan tentang

briket arang kayu belum dipahami masyarakat di Indonesia dan hanya sebagian

kalangan masyarakat yang memahami tentang briket arang kayu. Dilain pihak

industri pembuatan briket arang kayu pada saat ini mempunyai kapasitas

produksi yang sangat tinggi yang sesuai dengan kemampuan hasil hutan non

kayu untuk memasok bahan baku.

Pada saat ini dan masa yang akan datang, briket arang kayu memiliki

peranan dalam kehidupan manusia. Dimana dari tahun ketahun permintaan akan

briket arang kayu dalam skala nasional semakin meningkat. Seiring dengan

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, briket arang kayu tidak

hanya digunakan untuk industri tetapi sudah mulai masuk ke skala pemakaian

rumah tangga.

Untuk mengantisipasi tuntutan akan kebutuhan briket arang kayu di masa

yang akan datang, maka diperlukan upaya pembangunan industri briket arang

kayu baik yang memiliki skala produksi besar, menengah, atau pun usaha kecil

(home industry).

Peranan sumber daya manusia dalam rangka mendukung pertumbuhan

dan perkembangan industri-industri yang ada memiliki peranan yang sangat

penting, dimana hal ini dikarenakan peralatan yang digunakan dalam kegiatan

produksi semakin berteknologi tinggi sehingga target produksi dan hasil yang

maksimum dapat dicapai.

Disamping memiliki keunggulan, kayu juga memiliki kelemahan yaitu

dapat dirusak berbagai faktor, diantaranya faktor biologis, fisik mekanis maupun

(14)

kerusakan adalah faktor biologis seperti bakteri, serangga, jamur dan binatang

laut (Marine Borer).

Organisme perusak kayu adalah mahluk hidup yang dalam aktifitasnya

merugikan dan merusak kayu dimana kayu merupakan tempat tinggal dan

tempat memperoleh makanan dari zat-zat kayu yang ditempatinya.

Tanaman kayu terap dan jambu air merupakan jenis tanaman yang

mendominasi hutan sekunder, umumnya cepat tumbuh (fast growing) pada areal

terbuka bekas eksploitasi hutan primer.

Jenis kayu terap dan jambu air belum banyak dimanfaatkan secara

ekonomis, selain karena umur biologisnya yang pendek juga karena masih

perlunya kajian/penelitian lebih lanjut.

Dengan memanfaatkan jenis kayu terap dan jambu air untuk pembuatan

arang yang selanjutnya dijadikan briket arang, sehingga dapat menjadikannya

bernilai ekonomis. Banyak jenis kayu yang sudah dimanfaatkan menjadi briket,

namun untuk jenis kayu terap dan jambu air dianggap perlu untuk diteliti sebagai

bahan baku pembuatan briket dan pengujian sifat fisika serta kimianya, sehingga

diperoleh informasi tentang jenis kayu sekunder setelah dimanfaatkan menjadi

produk briket atau produk karbonisasi lainnya.

Menurut Suryo dan Armando (2005) dalam Sekianti (2008) distribusi

BBM untuk memasok kebutuhan masyarakat di daerah terpencil, khususnya

minyak tanah, masih belum jelas. Selain itu fluktuasi harga minyak tanah akibat

sudah saatnyalah kita memikirkan suatu bahan bakar pengganti minyak

bumi tidak ada patokan harga yang jelas antara satu daerah dengan daerah

lainnya semakin menyulitkan konsumen. Peningkatan harga BBM menyebabkan

(15)

juga mengalami peningkatan harga adalah gas elpiji. Oleh karena itu perlu

diciptakan sumber energi lain yang dapat digunakan untuk mengganti peran

BBM dan gas.

Arang dikatakan lebih bersifat ekonomis karena arang dapat dibuat dari

bahan-bahan yang banyak disekitar kita, contohnya kayu dan limbah pertanian.

Kayu yang dapat dipakai dalam pembuatan arang adalah kayu yang mempunyai

berat jenis sedang hingga berat contohnya kayu Terap (Artocarpus

ordoratissimus ) dan Jambu Air (Syzygium aqueum).

Potensi Kayu Terap dan kayu Jambu Air dalam hal pembuatan briket

arang kayu belum banyak dimanfaatkan dikalangan masyarakat. Briket arang

berbahan kayu Terap dan kayu Jambu air dapat dikembangkan menjadi briket

sebagai alternatif bahan bakar dalam mengatasi kelangkaan bahan baku minyak

tanah dan gas di masa datang dengan melihat harga minyak tanah dan gas yang

semakin mahal di indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan kayu Terap dan kayu

Jambu Air yang potensinya sangat besar dan berkesinambungan dengan

mengetahui sifat fisik dan kimia briket yang dihasilkan agar diketahui kualitasnya

sebagai bahan bakar/energi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kontribusi penelitan ini sebagai informasi baru tentang suatu cara pemanfaatan

kayu Terap dan kayu Jambu Air yang tadinya tidak bernilai ekonomis setelah

penelitian dapat bernilai ekonomis sebagai cadangan bahan bakar energi dan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Arang Kayu dan Briket Arang

1. Arang Kayu

Arang kayu adalah residu yang sebagian besar komponennya adalah

karbon yang terjadi karena pemanasan kayu secara langsung maupun tidak

langsung dengan menggunakan tanur dengan udara terbatas. Akibat perlakuan

panas ini terjadi proses penguraian kayu dimana selain arang dapat pula

dihasilkan destilat dan gas (Hartoyo, 1983).

Untuk menghasilkan arang yang baik diperlukan kayu dengan kualitas

tertentu. Kayu daun lebar yang mempunyai berat jenis tinggi, keras dan berkadar

resin tinggi lebih disukai karena menghasilkan arang berkualitas baik. Kayu daun

jarum banyak digunakan pada bagian tunggak karena kadar resin pada bagian

tersebut lebih tinggi dari bagian lain. (Hartoyo, 1983).

Masturin (2002), menyatakan arang adalah residu yang berbentuk padatan yang merupakan sisa dari proses pengkarbonan bahan berkarbon

dengan kondisi terkendali didalam ruangan tertutup seperti dapur arang.

Menurut Sudrajat dan soleh (1994) dalam Triono (2006) arang adalah

hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan

berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh hidrogen, ter, dan senyawa

organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur.

2. Briket Arang

Bahan baku untuk membuat briket arang umumnya adalah arang kayu

atau arang berukuran kecil yang diperoleh dari limbah penggergajian atau limbah

(17)

Menurut Hartoyo (1976) briket arang adalah arang yang berubah bentuk,

ukuran dan kerapatannya menjadi suatu produk yang dalam pemakaiannya lebih

efisien

Dikatakan juga bahwa beberapa macam limbah seperti tempurung

kelapa, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu dan jerami dapat dibuat briket

arang setelah mengalami proses pengarangan. Dilihat dari ukuran bahan baku

yang digunakan briket arang tidak memerlukan persyaratan yang ketat karena

adanya proses penghancuran arang menjadi serbuk, sehingga dalam

penggunaan bahan bakunya briket arang sangat efisien.

Bowyer (1989) menyatakan bahwa pellet dari kayu adalah sebagai bahan bakar untuk memasak saat rekreasi dan dapat bersaing dengan produk briket arang.

Briket arang adalah arang yang diubah menjadi bentuk tertentu yang

mempunyai kerapatan tinggi, diperoleh dengan cara pengempaan arang halus

yang dicampur perekat seperti pith, ter, bitumen dan lain-lain. (Anonim, 1976).

3. Perekat

Hartoyo (1976) menyatakan bahwa terdapat macam-macam jenis perekat

yang digunakan pada proses pembuatan briket arang yang tidak atau kurang

berasap dan banyak asap yaitu jika menggunakan perekat ter, pitch dan molasa,

sedangkan jenis perekat pati, desktamin dan tepung, briket yang dihasilkan

kurang atau tidak berasap.

4. Sifat Fisika dan Kimia Briket Arang

Umumnya sifat dan kimia briket arang sangat dipengaruhi oleh sifat arang

yang menjadi bahan bakunya (Sudrajat, 1982), misalnya arang berasal dari kayu

(18)

Kemudian arang dari jenis kayu yang mempunyai keadaan zat ekstraktif

tinggi pula sifat fisika meliputi : kadar air, kerapatan. Sifat kimia meliputi :

kadar abu, zat terbang, karbon sisa, nilai kalor.

Kegunaan briket arang adalah untuk keperluan bahan bakar, briket arang

memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak mengambil tempat bersih, mudah

diangkut dan praktis.

B. Kualitas Briket Arang

Hartoyo (1983), berpendapat bahwa untuk arang dengan kadar zat mudah menguap atau kadar karbon terikat rendah kurang baik untuk keperluan

industri, tetapi cukup baik untuk bahan bakar rumah tangga. Kadar zat mudah

menguap yang tinggi akan memudahkan pembakaran atau titik nyala lebih

rendah dan pada proses pembakaran memberi sedikit nyala. Sedangkan kadar

abu tergantung kepada jenis kayu dan proporsi kulit dan mengenai kadar air

besarnya dapat diatur dengan suatu perlakuan.

Untuk mengetahui baik tidaknya briket arang yang dihasilkan dari suatu

bahan maka perlu adanya standar acuan sebagai bahan perbandingan untuk

menilai kualitas briket seperti yang terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Stratifikasi Sifat dan Standar Briket Arang Impor

No Sifat-Sifat

Briket Arang

Standar

Jepang Inggris U.S.A

1 Kadar Air (%) 6 – 8 3 – 6 6

2 Zat Mudah Menguap (%) 15 – 30 16 19

3 Kadar Abu (%) 3 – 6 8 – 10 18

4 Karbon Terikat (%) 60 – 80 75 58

5 Kerapatan (gr/cm3) 1 – 2 0.84 1

6 Nilai Kalor (cal/gr) 6000-7000 7500 6500

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) dalam Triono (2006). SNI no. 1/6235/2000

(19)

Bowyer (1987) menyatakan bahwa pellet dari kayu adalah sebagai bahan bakar untuk memasak saat rekreasi dan dapat bersaing dengan produk briket

arang.

Hartoyo (1976) menyatakan bahwa terdapat macam-macam jenis perekat yang digunakan pada proses pembuatan briket arang yang tidak atau

kurang berasap dan banyak asap yaitu jika menggunakan perekat ter, pitch dan

molasa, sedangkan jenis perekat pati, desktamin dan tepung, briket yang

dihasilkan kurang atau tidak berasap.

C. Briket Arang Menurut SNI

1. Ruang Lingkup

Standar SNI ini meliputi ruang lingkup, acuan, definisi, syarat mutu,

pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan

pengemasan untuk briket arang kayu.

2. Acuan

SNI.06-3730-1995. Arang aktif teknis. BSI (BS 1016: part 5: 1997)

methods for analysis and testing of coal and cake

3. Difinisi

Briket arang kayu adalah serbuk arang kayu dan bahan penolong

dicetak dengang bentuk dan ukuran tertentu yang dikeraskan melalui

(20)

4. Syarat mutu

Syarat mutu briket kayu seperti yang tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Briket Arang Kayu (SNI)

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Kadar air b/b % Maksimum 8

2 Bagian yang hilang pada pemanasan 900C

% Maksimum 15

3 Kadar abu % Maksimum 8

4 Kalori (ADBK) Kal/gr Minimum 5000

D. Risalah Kayu Terap (Artocarpus odoratissimus)

Kayu

Terap atau tarap adalah sejenis pohon buah dari marga pohon nangka (Artocarpus). Tarap bahasa Kalimantan. Nama ilmiahnya: Artocarpus

odoratissimus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia terap adalah pohon sukun hutan, daunnya lebar-lebar, kayunya sangat cocok untuk bahan rumah karena

tahan rayap.

Seperti yang ditunjukkan oleh nama ilmiah Artocarpus odoratissimus ,

buahnya memiliki aroma yang kuat. Buah dianggap unggul dalam rasa untuk

kedua Nangka dan Cempedak.

Buah berubah warna ke kuning kehijauan ketika matang. Buah yang

matang dibuka dengan memotong kulit di sekitar, berputar dan lembut menarik.

Bagian dalam buah agak mirip dengan nangka, tapi warna putih dan daging

biasanya lebih lembut. Benih juga dapat dimakan setelah direbus atau

dipanggang.

Pohon ini tidak toleran dingin (seperti pohon sukun). Dapat tumbuh antara

15 ºC lintang utara dan selatan, dan di kawasan pesisir dimana suhu pernah

tinggal di bawah 7 °C. Hal ini dibudidayakan untuk buah di Indonesia, Malaysia,

(21)

lokal. Jenis pohon terap ini tidak sama dengan pohon benda atau bendo

(Artocarpus el asticus), yang juga disebut terap (di Serawak) atau teureup (di Jawa Barat).

Pohon terap tingginya mencapai 25 m, dan batangnya dapat mempunyai

diameter sampai 40 cm, keabu-abuan. Ranting dengan bulu-bulu panjang kuning

sampai kemerahan. Daun berbentuk jorong sampai bundar telur terbalik bertepi

rata atau menggerigi dangkal, berujung tumpul atau sedikit meluncip, bertangkai

2-3 cm. Daun penumpu bundar telur, 1-8 cm, berbulu kuning atau merah, bila

rontok meninggalkan bekas cincin pada ranting.

Perbungaan dalam bongkol soliter, yang muncul pada ketiak daun.

Bongkol bunga jantan berbentuk jorong. Buah majemuk agak bulat, kuning

kehijauan bila masak, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak pendek,

bertangkai panjang 5-14 cm, muncul di ujung ranting seperti pada sukun. Daging

buah berwarna keputihan, mengandung banyak sari buah, manis dan harum

sekali, terasa licin lunak dan agak seperti jeli di lidah. Penyebaran pohon Terap

atau Tehap dalam bahasa Lubai kurang menyebar luas di Daerah Lubai dan

sekitarnya, Kayu ini dianggap sebagian masyarakat Lubai tidak mempunyai nilai

ekonomi yang unggul, sehingga mereka tidak suka membudidaya pohon Tehap.

Terap lebih dikenal di Filipina, masyarakat disana membudidayakan secara luas

(misalnya di Mindoro, Mindanao, Basilan dan Sulu), Borneo bagian utara (Brunei,

Sabah, Serawak, dan juga Kalimantan Timur) dan Thailand. Asal-usulnya

diperkirakan dari bagian utara Borneo, di mana ditemukan jenis liarnya di alam.

(22)

Jenis pohon terap tidak sama dengan pohon benda atau bendo

(Artocarpus elasticus ), yang juga disebut terap (di Serawak) atau teureup (di

Jawa Barat).

Terap dapat tumbuh sejak daerah dekat pantai hingga ketinggian sekitar

1000 m dpl. Pohon ini menyenangi tanah liat berpasir dan wilayah dengan curah

hujan cukup tinggi dan merata. Buah biasa didapati di awal musim hujan, antara

Agustus hingga Januari bergantung pada lokasinya (

Verheij, E.W.M. dan R.E.

Coronel 1997)

E. Risalah Kayu Jambu Air (Syzygium aqueum)

Syzygium adalah nama marga tumbuhan berbunga, anggota suku Myrtaceae. Marga ini beranggotakan sekitar 500 spesies, menyebar luas di wilayah tropis dan ugahari (subtropis) Dunia Lama. Pada masa lalu marga ini

kerap kali dimasukkan sebagai bagian dari marga Eugenia, akan tetapi penelitian

yang dilakukan menunjukkan bahwa kedua Negara itu berlainan (Schmid, 1972).

Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke

Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai

tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya

sekedar manis menyegarkan, tetapi memiliki keragaman dalam penampilan.

Jambu air (Eugenia aquea burm) dikategorikan salah satu jenis buah-buahan

potensial yang belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial.

Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan.

(23)

1. JENIS TANAMAN

Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantarum

Sub Kingdom : Kormophyta

Super Divisio : Kormophyta biji

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dycotyledoneae

Ordo : Myrtales

Familia : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Species : Eugenia aquea

Menurut Sarwono (1990) terdapat 2 jenis jambu air yang banyak

ditanam, tetapi keduanya tidak begitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis

tersebut adalah Syzygium aquaeum (jambu air kecil) dan Syzygium

samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air besar yakni: jambu

Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merah dan

hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan),

Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem,

Lonceng (super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling

komersil adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2

(24)

2. SYARAT TUMBUH

Menurut Guntur dan Henny. (1985). Iklim sangat mempengarui tempat

tumbuh pohon jambu air diantaranya yaitu:

1) Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi

dalam membantu penyerbukan pada bunga.

2) Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannya

rendah/kering sekitar 500–3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4

bulan.

3) Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan.

Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah

40–80 %.

4) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 OC. 5) Kelembaban udara antara 50-80 %.

3. MEDIA TANAM

1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur,

banyak mengandung bahan organik.

2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air

adalah 5,5–7,5.

3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah

0-50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm.

(25)

4. KETINGGIAN TEMPAT

Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan

tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl.

Kebanyakan anggota marga Syzygium merupakan pohon, atau perdu

yang selalu hijau, tidak menggugurkan daun. Kebanyakan gundul, sebagian

spesies memiliki banir atau akar tunjang. Ranting-ranting membulat atau persegi,

dengan buku-buku yang menggembung ataupun tidak, ruas-ruas kerap

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dengan waktu 2 bulan yaitu Juni sampai Juli 2012 meliputi

pengambilan bahan baku, pengeringan bahan baku, pengarangan dan

pembuatan briket. satu bulan pengujian briket, pengumpulan dan pengolahan

data serta membuat laporan tempat penelitian Laboratorium Sifat Kayu Dan

Analisis Produk dan Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu Jurusan Teknologi

Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

a. Kayu Terap dan kayu Jambu Air

b. Tepung Tapioka (kanji)

c. Air

d. Tanah Liat

2. Alat

a. Ayakan mess 50

b. Mesin penghancur arang

c. Cetakan briket manual

d. Oven

e. Desikator

f. Timbangan elektrik

g. Cawan porselin

(27)

i. Cutter

j. Alat tulis menulis

k. Kalkulator

l. Ember dan pengaduk

m. Thermoline furnance

n. Peroxide Bomb Calorimeter

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Arang

metode yang lebih moderen Proses pengarangan (karbonisasi) kayu

terap dan kayu jambu air ini dengan menggunakan metode yang lebih

modern. Kayu dipotong 30 cm dengan diameter 15 cm di susun di dalam

drum besi lalu di tutup rapat. siram dengan minyak tanah baru di

bakar,kemudian dibiarkan sampai menghasilkan arang.

2. Persiapan Membuat Briket Arang

Kayu terap dan kayu jambu air yang sudah menjadi arang dihaluskan

dengan cara dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling, kemudian di

ayak dengan mesh 50 untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

3. Pencampuran

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam membuat briket arang

dari kayu terap dan kayu jambu air, pertama-tama serbuk arang yang telah

diayak halus dengan menggunakan mesh 50 masing-masing ditimbang

sebanyak 1 kg, dicampur dengan tepung tapioka 200 gr + air 1.500 ml dan

(28)

4. Pencetakan Briket

Pencetakan di lakukan setelah adonan merata, lalu di cetak dengan alat

cetak briket manual dengan cara memasukan campuran adonan briket

kedalam lubang cetak sebanyak 8 lubang. kemudian ditekan atau dipres,

dengan sekali adonan menghasilkan 32 biji yang berbentuk silinder. Gambar

alat pencetak briket manual dapat dilihat sebagai berikut:

5. Pengeringan

Adonan briket arang dari kayu terap dan kayu jambu air yang selesai

dicetak akan berbentuk silinder (bulat panjang) yang masih dalam keadaan

basah dan rapuh sehingga perlu perlakuan khusus yaitu dikeringkan dengan

menggunakan metode penjemuran kering udara diruangan terbuka/bebas

selama 7 hari.

(29)

D. PENGOLAHAN DATA

Untuk mendapatkan besar rendemen arang yang dibuat, data di ambil

dari penimbangan bahan baku sebelum proses pembakaran dilaksanakan

(Input) dan bahan yang telah menjadi arang (Output) di hitung dengan rumus:

Keterangan :

Input : Banyaknya bahan baku yang dipakai (kg)

Output : Banyaknya hasil yang diperoleh

Pengujian sifat fisik dan kimia briket arang Kayu Terap (Artocarpus

odoratissimus) dan Kayu Jambu Air (Syzygium aqueum) meliputi :

1. Kadar Air

Contoh uji sebanyak kurang lebih 1 gram (X), dikeringkan dalam oven

listrik dengan suhu 103+20C sampai beratnya konstan, kemudian ditimbang (Y), maka kadar air dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Sudrajat,

1982).

Keterangan :

x = berat contoh sebelum dikeringkan y = berat contoh setelah dikeringkan

(30)

2. Kerapatan

Kerapatan dinyatakan dalam hasil perbandingan antara berat dan

volume briket serta dengan ukuran contoh 2 x 2 x 2 cm berbentuk kubus,

yaitu dengan rumus sebagai berikut (Sudrajat, 1982) :

3. Nilai Kalor

Nilai kalor suatu zat dapat diukur berdasarkan kalor reaksi dan

volume tetap. Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan menggunakan alat

Bomb Calorimeter. Prosedur kerja uji nilai kalor sebagai berikut:

a. Membuka Bomb dan terlebih dahulu membersihkannya dengan aquadest

b. Menghaluskan sampel briket arang terlebih dahulu menggunakan

penggerus dan diayak dengan ayakan mesh 40 lalu dikeringkan di

dalam oven selama 24 jam.

c. Menimbang sampel sebanyak 1 gram (tidak lebih dari 1 gram / < 1 gram)

penimbangan dengan 4 angka dibelakang koma)

d. Mengukur dan memotong kawat penyala sepanjang 10 cm

e. Menghubungkan kawat penyala pada Bomb dan meletakkan lengkungan

kawat pada posisi terkubur oleh sampel

f. Menutup Bomb dengan tutupnya hingga benar-banar rapat untuk

mencegah bahaya ledakan

g. Mengisi Bomb dengan oksigen murni melalui inlet valve dengan

melewatkannya melalui penyaring khusus untuk gas yaitu penyaring gas

diatur pada tekanan 30 bar. Setelah itu, menutup kembali inlet valve

(31)

h. Meletakkan pada inner vessel yang sudah berisi air keran sebanyak 1 liter

dan menghubungkan kabel pembakar (ignation cable). Kemudian

menutup dengan alat penutupnya serta thermometer pada posisi tercelup

i. Menyalakan tombol pemutar air dalam inner vessel

j. Selang waktu 2 menit, mengukur suhu yang terbaca pada thermometer

Beckman sampai didapatkan suhu konstan (suhu awal atau T1)

k. Menekan tombol penyala Ignation touch switch sampai lampu penyala

diatas tombol menyala. Setelah pembakaran selesai, suhu air dalam inner

vessel menjadi naik

l. Selang waktu 2 menit, mengukur suhu yang terbaca pada thermometer

Beckman, sampai didapatkan suhu konstan (suhu ahir atau T2)

m. Mematikan Bomb, membuka plat penutup dan mengeluarkan gas sisa

dalam Bomb melalui outlet valve secara perlahan-lahan untuk mencegah

jatuhnya Bomb

n. Membuka tutup Bomb, dan dibilas dengan aquadest

o. Larutan dari Bomb tersebut dipindahkan kedalam Erlenmayer 250 ml

kemudian ditambahkan indikator metil merah, dan dititrasi dengan Na2Co3

0,0709 N (jika larutan berwarna kuning ketika ditambahkan metil merah

maka tidak perlu dilakukan titrasi).

Menghitung besarnya kapasitas panas yang terdapat dalam sampel

dengan rumus SNI 06-3730-1999 sebagai berikut :

Dimana :

Q = Besarnya panas (kalori) yang dikeluarkan sampel (J)

?T = Selisih suhu konstan setelah dan sebelum pengeboman (oC) W = Kalor jenis dari suhu yaitu 2426 kal/oC

(32)

e1 = Faktor koreksi untuk kawat (?1 x 2,3 kal/cm)

e2 = Faktor koreksi untuk gas (volume titrasi x 1 kal/ml)

e3 = Faktor koreksi untuk kandungan sulfur

4. Kadar Abu

Abu terdiri dari mineral-mineral yang tidak dapat hilang atau menguap

pada proses pengembunan. Cawan porselin yang berisikan contoh uji dari

penentuan kadar zat mudah menguap ditempatkan dalam thermolyne

furnace pada suhu ± 7500C selama 6 jam. Setelah waktu tempuh dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, selanjutnya dianalisis. Kadar abu

dinyatakan dalam persen dengan rumus Sudrajat (1982) sebagai berikut :

Keterangan :

S = Berat sisa contoh uji (g)

W = Berat contoh uji kering tanur (g)

5. Kadar Zat Mudah Menguap

Zat mudah menguap diperoleh dengan cara menguapkan seluruh zat

yang mudah menguap dalam briket arang selain air. Cawan porselin yang

berisikan contoh uji dari penentuan kadar air, dipanaskan dalam Thermolyne

furnance pada suhu ± 950 0C. Suhu dinaikan secara langsung pada saat alat dihidupkan. Skala alat kemudian menunjukkan kenaikkan secara bertahap.

Setelah suhu tersebut tercapai, pertahankan selama 6 menit, kemudian alat

dimatikan dan sampel dikeluarkan langsung dimasukkan dalam desikator

(33)

Kadar zat mudah menguap dinyatakan dengan rumus sebagai berikut

(ASTTMD 1762 – 64).

Keterangan :

VM = Zat mudah menguap (%) Y = Kehilangan berat contoh uji (g) W = Berat contoh uji kering tanur (g)

6. Kadar Karbon Terikat

Fraksi karbon (c) dalam arang, selain fraksi abu dan zat mudah

menguap penentuannya dilakukan degan persamaan sebagai berikut :

Kadar karbon terikat = (100 – zat mudah menguap – Kadar abu ) %,

sedangkan untuk mencari rata - rata pada keseluruhan pengujian adalah

dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

X : Nilai rata - rata sampel yang diuji

?xi : Jumlah nilai sampel yang diuji

n : Banyaknya sampel

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Hasil pengujian dari sifat fisik dan kimia kayu terap (Artocarpus

odoratissimus) dan kayu jambu air (Syzygium aqueum) yang meliputi kadar air, kerapatan, kadar abu, zat mudah menguap, dan nilai kalor.

Umumnya sifat dan kimia briket arang sangat dipengaruhi oleh sifat arang

yang menjadi bahan bakunya (Sudrajat, 1982), misalnya arang berasal dari kayu

yang berkerapatan tinggi maka fixed carbon tinggi, dan nilai kalornya tinggi pula.

Dari hasil pengujian sifat fisika dan kimia briket arang kayu terap dan

jambu air meliputi kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon

terikat, kerapatan, nilai kalor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Nilai rata-rata pengujian Briket Arang kayu Terap.

No Pengujian Rata-rata ulangan

1 Kadar Air (%) 8.07

2 Zat Mudah Menguap (%) 43.77

3 Kadar Abu (%) 21.83

4 Karbon Terikat (%) 34.38

5 Kerapatan (gr/cm3) 0.40

6 Nilai Kalor (kal/gr) 4183

Tabel 4. . Nilai rata-rata pengujian Briket Arang Kayu Jambu Air

No Pengujian Rata-rata ulangan

1 Kadar Air (%) 7,88

2 Zat Mudah Menguap (%) 36,66

3 Kadar Abu (%) 21.61

4 Karbon Terikat (%) 41.71

5 Kerapatan (gr/cm3) 0.53

(35)

B. Pembahasan

1. Kadar Air

Dari hasil pengamatan kadar air briket arang diperoleh nilai rata-rata 8.07%

untuk kayu terap dan 7.88% untuk kayu jambu air. Apabila nilai kadar air tersebut

dibandingkan standar Jepang berkisar 6-8% maka nilai rataan yang didapatkan

dari dua perlakuan kadar air briket kayu terap dan jambu air telah sesuai standar

SNI yaitu 8%. Kadar air briket arang erat kaitannya dengan kerapatan. Kadar air

briket arang yang berkerapatan rendah lebih baik dibanding kadar air briket

arang yang berkerapatan tinggi (Sudrajat, 1982).

Kadar air briket arang dipengaruhi oleh kerapatannya. Semakin tinggi

kerapatan briket arang maka semakin rendah daya serap briket terhadap air

dilingkungan sekitarnya.

2. Kerapatan

Dari hasil pengamatan kerapatan briket kayu terap dan jambu air diperoleh nilai

rata-rata 0,40gr/cm3 untuk kayu terap dan 0,53 gr/cm3 untuk jambu air. Dibandingkan nilai yang terdapat pada standar Inggris sebesar 0,8 gr/cm3, maka

dengan demikian hasil kerapatan briket arang kayu terap dan jambu air belum

mendekati nilai standar Inggris.

3. Kadar Abu

Dari hasil pengamatan kadar abu briket kayu terap dan jambu air diperoleh

nilai rata-rata 21,83 % untuk kayu terap dan 21,61 % untuk jambu air. Apabila

nilai kadar abu yang didapatkan dari sepuluh hasil ulangan masih sangat tinggi

bila dibandingkan dengan standar SNI yang mencapai 8 %. Maka hasil yang

diperoleh dari pengujian kadar abu briket arang kayu terap dan jambu air masih

(36)

dalam briket arang/jenis kayunya. maka semakin tinggi pula presentase kadar

abu briket yang dihasilkan.

4. Zat mudah menguap

Dari hasil pengamatan zat mudah menguap briket kayu terap dan jambu air

diperoleh nilai rata-rata 43,77 % untuk kayu terap dan 36,66 % untuk kayu jambu

air. Dibandingkan nilai yang terdapat pada standar SNI 15 %, maka dengan

demikian hasil zat mudah menguap briket kayu terap dan jambu air telah sesuai

dengan standar. Pengaruh suhu dan lamanya proses pengolahan arang jika

semakin tinggi suhu maksimum pengarangan maka proses karbonisasi

sempurna sehingga memiliki kadar zat mudah menguap akan rendah dan begitu

pula untuk lamanya proses pengolahan arang akan memberikan kesempatan

untuk menguapkan kadar zat mudah menguap sebanyak-banyaknya sehingga

didapatkan kadar zat mudah menguap yang rendah dan keadaan ini akan

memberikan kualitas briket arang yang lebih tinggi.

Tinggi rendahnya kadar zat mudah menguap briket arang dipengaruhi oleh

suhu dan lamanya proses pengarangan, semakin tinggi suhu dan lama proses

karbonisasi menyebabkan penguapan terjadi pada zat mudah menguap semakin

besar sehingga diperoleh kadar zat mudah menguap yang rendah (Badri, 1987).

5. Nilai Kalor

Dari hasil pengamatan nilai kalor briket kayu kayu terap dan jambu air

diperoleh nilai rata-rata 4183 kal/gr untuk kayu terap dan 4380 kall/gr untuk kayu

jambu air. Apabila nilai yang terdapat pada standar SNI yaitu 5000 kall/gr, maka

dengan demikian hasil nilai kalor briket arang kayu terap dan jambu air belum

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil penelitian kadar air briket arang kayu terap dan jambu air diperoleh

yang nilai terendah adalah briket arang kayu jambu air yaitu 7,88% dan nilai

tertinggi yaitu 8,07% untuk kayu terap. Pengujian kadar air ini telah sesuai

dengan standar SNI yaitu 8%.

2. Nilai hasil penelitian untuk uji kerapatan briket arang kayu terap dan jambu

air adalah briket arang kayu jambu air yaitu 0,53% dan kayu terap 0,40%

3. Hasil penelitian nilai kadar abu dari sepuluh kali ulangan untuk briket arang

kayu terap dan jambu air belum sesuai dengan standar SNI yaitu 8%

4. Hasil penelitian nilai zat mudah menguap untuk briket arang kayu terap dan

kayu jambu air belum sesuai dengan standar SNI yaitu 15%.

5. Hasil penelitian nilai kalori diperoleh nilai rata-rata 4183 kal/gr untuk kayu

terap dan 4380 kall/gr untuk kayu jambu air. Ini menunjukkan bila

(38)

B. Saran

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan dsarankan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas menggunakan briket kayu terap dan

jambu air sebagai sumber energi bagi masyarakat. Perlu juga di lakukan

kajian ekonomis untuk penggunaan bahan tersebut sebagai bahan baku.

Dengan adanya pemanfaatan kayu terap (Artocarpus odoratissimus ) dan

kayu jambu air (Syzygium aqueum) sebagai bahan baku pembuatan briket

arang untuk konsumsi rumah tangga. masyarakat diharapkan mau beralih

menggunakan briket sebagai bahan alternatif pengganti BBM yang mudah di

nyalakan.

2. Dengan adanya pemanfaatan kayu terap (Artocarpus odoratissimus ) dan

kayu jambu air (Syzygium aqueum) sebagai bahan baku pembuatan briket

arang, diharapkan para ibu rumah tangga bisa menghemat pengeluaran

anggaran belanja.

3. Produk yang dihasilkan dari penelitian berupa briket arang dari kayu terap

(Artocarpus odoratissimus ) dan kayu jambu air (Syzygium aqueum) bisa

digunakan untuk penggunaan lain seperti pemanas ayam potong dan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1976. Feasibility Studi Industri Briket Arang di Areal Transmigrasi IV Sangkulirang dan Muara Wahau. Laporan Kerjasama Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor dengan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.

Badri, 1987. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Pembuatan Briket Arang. Skripsi Sarjana Kehutanan UNMUL Samarinda Thn. 1987.

Bowyer, 1987 Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Penerbit Gajah Mada Pres. Yogyakarta.

Dumanauw, JF. 1990. Mengenal Kayu Cetakan Pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Guntur dan Henny. 1985. Jambu Baron. Jakarta, Asri. TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 3/12 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Hartoyo, 1978. Pembuatan Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk dan Limbah Industri Perkayuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Bogor.

Hartoyo, 1983. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Limbah Jenis Kayu, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Departemen Pertanian Bogor.

Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana Dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang Limbah Gergajian Kayu (Skripsi), Bogor. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Pari. G. 2008, Proses Produksi dan Pemanfaatan Arang, Briket Arang dan Cuka Kayu, Pusat Penelitian dan Hasil Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Sekianti, R. 2008. Analisis Teknik dan Finansial Pada Produk Bahan Bakar

Briket. www.indoskripsi.com (14 Mei 2008)

Schmid, R. 1972. A resolution of the Eugenia-Syzygium controversy (Myrtaceae). Amer. J. Bot. 59: 423–436.

Schmid, R. 1972. Floral anatomy of Myrtaceae, I. Syzygium. Bot. Jahrb. Syst. 92:433-489. 19 Dec. 1972.

(40)

Sidusuwarno DAN D. I. UTOMO. 1979. Acacia Mangium Jenis Pohon Yang Belum Banyak Dikenal. Dirjen Kehutanan. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia, 1989. Mutu Arang Kayu. Badan Standar Nasional Indonesia (SNI). Jakarta.

Sudrajat, R. 1982. Produksi Arang dan Briket Serta Prospek Pengusahanya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sarwono B. (1990). Jenis-jenis Jambu Air Top. Jakarta, Trubus. TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 2/ 12 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 0213169166-69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes Falkataria L. Nielsen) dengan Penambahan tempurung Kelapa (Cocos Micifera L). (Skripsi). Bogor. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor

Verheij, E.W.M. DAN R.E. CORONEL (EDS.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2

(41)
(42)

Tabel 5. Hasil Perhitungan Kadar Air Briket Arang Kayu Terap

Tabel 6. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang Kayu Terap No Berat Awal (gr) Berat Kering Tanur

(gr) Kadar Air (%) 1 1.0945 1.0167 7.6522 2 1.0673 0.9867 8.1686 3 1.0959 1.0192 7.5255 4 1.0652 0.9809 8.5941 5 1.0922 1.0161 7.4894 6 1.0716 0.984 8.9024 7 1.0908 1.0022 8.8405 8 1.0839 1.0004 8.3466 9 1.0524 0.973 8.1603 10 1.0538 0.9838 7.1603 ? X 80.7948 ? 8.0794

No Berat Akhir/ Y (gr) Berat kering tanur/

W (gr) Hasil/ VW (%) 1 0.5157 1.0167 50.7229 2 0.4682 0.9867 47.4510 3 0.503 1.0192 49.3524 4 0.4945 0.9809 50.4128 5 0.417 1.0161 41.0392 6 0.4676 0.984 47.5203 7 0.4618 1.0022 46.0786 8 0.3422 1.0004 34.2063 9 0.3291 0.973 33.8232 10 0.3656 0.9838 37.1620 ? X 437.7687 ? 43.7768

(43)

Tabel 7. Hasil Perhitungan Kadar Abu Briket Arang Kayu Terap

Tabel 8. Hasil Perhitungan Kadar Karbon Terikat Briket Arang Kayu Terap No Berat Akhir/ S (gr) Berat Kering Tanur/

W (gr) Abu (%) 1 0.233 1.0167 22.9172 2 0.2181 0.9867 22.1039 3 0.2189 1.0192 21.4776 4 0.2086 0.9809 21.2661 5 0.2066 1.0161 20.3326 6 0.2159 0.984 21.9410 7 0.2208 1.0022 22.0315 8 0.224 1.0004 22.3910 9 0.2106 0.973 21.6443 10 0.219 0.9838 22.2606 ? X 218.3658 ? 21.8365

No % Zat Mudah Menguap Kadar Abu Karbon Terikat

1 100 50.7229 22.9172 26.3599 2 100 47.4510 22.1039 30.4451 3 100 49.3524 21.4776 29.17 4 100 50.4128 21.2661 28.3211 5 100 41.0392 20.3326 38.6282 6 100 47.5203 21.9410 30.5387 7 100 46.0786 22.0315 31.8899 8 100 34.2063 22.3910 43.4027 9 100 33.8232 21.6443 44.5325 10 100 37.1620 22.2606 40.5774 ? X 343.8655 ? 34.3865

(44)

Tabel 9. Hasil Perhitungan Kerapatan Briket Arang Kayu Terap

Tabel 10. Hasil Perhitungan Nilai Kalor Briket Arang Kayu Terap

No Berat (gr) Volume (cm3) Kerapatan (gr/cm3)

1 5.8955 15.5664 0.3787 2 5.1187 13.3593 0.3831 3 4.7912 12.3198 0.3889 4 4.532 11.7164 0.3868 5 4.9953 12.4378 0.4016 6 4.5493 11.2390 0.4047 7 5.2824 12.5108 0.4222 8 5.1456 11.4220 0.4504 9 4.8095 11.5095 0.4179 10 4.9398 11.5915 0.4261 ? X 4.0604 ? 0.4060 Berat Sampel

Temp. Konstan (oC) Panjang Kawat (cm) Volume Penitar

(ml)

Nilai Kalor (kal/gr) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

(45)

Tabel 11. Hasil Perhitungan Kadar Air Briket Arang Kayu Jambu Air

Tabel 12. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang Kayu Jambu Air No Berat Awal (gr) Berat Kering Tanur

(gr) Kadar Air (%) 1 1,0862 1,009 7,6511 2 1,0949 1,0126 8,1275 3 1,0208 0,9427 8,2847 4 1,0634 0,9869 7,7515 5 1,0748 0,9953 7,9875 6 1,0579 0,9789 8,0702 7 1,0912 1,0131 7,7090 8 1,0822 1,0016 8,0471 9 1,0348 0,9613 7,6458 10 1,0262 0,9539 7,5794 ? X 78,8538 ? 7,8853

No Berat Akhir/ Y (gr) Berat Kering Tanur/

W (gr) Hasil/ VW (%) 1 0,4102 1,009 40,6541 2 0,4016 1,0126 39,6602 3 0,3151 0,9427 33,4252 4 0,3848 0,9869 38,9907 5 0,3253 0,9953 32,6836 6 0,3541 0,9789 36,1732 7 0,4176 1,0131 41.2200 8 0,4521 1,0016 45,1377 9 0,2859 0,9613 29,7409 10 0,2765 0,9539 28,9862 ? X 366,6718 ? 36,6671

(46)

Tabel 13. Hasil Perhitungan Kadar Abu Briket Arang Kayu Jambu Air

Tabel 14. Hasil Perhitungan Karbon Terikat Briket Arang Kayu Kayu Jambu Air No Berat Akhir/ S (gr) Berat Kering Tanur/

W (gr) Abu (%) 1 0.1987 1,009 19.6927 2 0.2145 1,0126 21.1830 3 0.2153 0,9427 22.8386 4 0.213 0,9869 21.5827 5 0.2244 0,9953 22.5459 6 0.2076 0,9789 21.2074 7 0.2135 1,0131 21.0739 8 0.2153 1,0016 21.4956 9 0.2204 0,9613 22.9272 10 0.2059 0,9539 21.5850 ? X 216.132 ? 21.6132

No % Zat Mudah Menguap Kadar Abu Karbon Terikat

1 100 40,6541 19.6927 39.6532 2 100 39,6602 21.1830 39.1568 3 100 33,4252 22.8386 43.7362 4 100 38,9907 21.5827 39.4266 5 100 32,6836 22.5459 44.7705 6 100 36,1732 21.2074 42.6194 7 100 41.2200 21.0739 37.7061 8 100 45,1377 21.4956 33.3667 9 100 29,7409 22.9272 47.3319 10 100 28,9862 21.5850 49.4288 ? X 412.1962 ? 41.7196

(47)

Tabel 15. Hasil Perhitungan Kerapatan Briket Arang Kayu Kayu Jambu Air

Tabel 16. Hasil Perhitungan Nilai Kalor Briket Arang Kayu Jambu Air

No Berat (gr) Volume (cm3) Kerapatan (gr/cm3)

1 6.4552 11.1887 0.5769 2 6.1822 11.6161 0.5322 3 6.1806 11.6741 0.5294 4 6.008 11.3091 0.5312 5 6.1878 11.8631 0.5216 6 5.9831 10.8799 0.5499 7 5.8907 11.0289 0.5341 8 5.7343 11.4139 0.5023 9 6.766 12.2073 0.5542 10 6.4512 12.2544 0.5264 ? X 5.3582 ? 0.5358 Berat Sampel

Temp. Konstan (oC) Panjang Kawat (cm) Volume Penitar

(ml)

Nilai Kalor (kal/gr) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

(48)

Gambar 2. Bagan Alur Pembuatan Briket Arang Bahan Baku Pengeringan Karbonisasi (Pengarangan) Pengayakan Serbuk Arang Pencampuran Pengujian Penghancuran Pencetakan Pengeringan Tapioka + Air Serbuk Tanah Liat

(49)

Gambar 3. Proses Persiapan Bahan Baku

(50)

Gambar 5.

Proses

Hasil Pengarangan

(51)

Gambar 7. Proses Pengempaan Manual

Gambar 8. Proses Hasil Pengempaan Briket Manual

(52)

Gambar 10. Tempat Pengujian Kadar Abu dan Zat Mudah Menguap (Thermoline Furnance) Gambar 9. Sampel Pengujian Kerapatan

(53)

Gambar 11. Desikator

(54)

Gambar 13. Pengujian Nilai kalor (Peroxide Bomb Calorimeter)

Gambar

Tabel 1. Stratifikasi Sifat dan Standar Briket Arang Impor
Gambar 1. Alat Cetak Briket Manual
Tabel 4. . Nilai rata-rata pengujian Briket Arang Kayu Jambu Air
Tabel 6. Hasil Perhitungan Zat Mudah Menguap Briket Arang Kayu Terap NoBerat Awal (gr)Berat Kering Tanur
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil uji korelasi produc moment yang dilakukan, terbukti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan promosi terhadap keputusan nasabah memilih bank

Tindakan diindikasikan jika dimungkinkan tumor atau kanker telah metastase pada jaringan sekitar, fungsi vesika urinaria yang sudah rusak dan penyebaran tumor sangat cepat.. Pada

teori sosiologi pengetahuan serta melihat ideologi dan kaitannya dengan perilaku kolektif sebagai gerakan sosial keagamaan, akan dibahas dalam bab ini.. Sosiologi

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Persepsi Kinestetik Terhadap Peningkatan Ketepatan Memukul Bola Softball (Studi Eksperimen Metode Latihan Jarak Pukul Bertahap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan permainan lempar shuttlecock terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob siswa usia 10-12 tahun di

Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan artritis reumatoid.. tentu saja akan berdampak pada ekonomi keluarga tersebut karena

Tersedianya SDM yang profesional (cakap dan ahli, beretos kerja tinggi dan amanah) demi tercapainya efisiensi sumberdaya, optimasi proses dan peningkatan kinerja organisasi,

Media komik akan dikembangkan sebagai media penanaman pembelajaran pendidikan karakter berbasis cerita pada siswa kelas V SD dengan menggunakan metode Penelitian