ABSTRAK
PENGARUHEFFLUENTSAPI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN ULTISOL DI PT GREAT GIANT
PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH
Oleh
JAMAL HAMDAN SANJAYA
Effluentsapi adalah pupuk organik tanah yang berasal dari limbah cair campuran kotoran sapi padat, urin, air dan sisa kandang lainnya. Kandungan unsur kimia
yang terdapat padaeffluentsapi diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
effluentsapi terhadap beberapa sifat fisik dan kimia tanah pada ultisol di PT Great Giant Pineapple. Hipotesis yang diajukan yaitu pemberianeffluentsapi
memberikan pengaruh positif dan semakin tinggi taraf perlakuan yang diberikan
semakin besar pengaruhnya dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga bukan November 2014
pada lahan Ultisol di PT Great Giant Pineapple lokasi 90A. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor perlakuan penelitian yaitu
effluentsapi dengan taraf perlakuan 0 lha-1, 200.000 lha-1, 300.000 lha-1, dan 450.000 lha-1. Variabel pengamatan sifat fisik meliputi stabilitas agregat tanah
N-Total serta Nisbah C/N. Data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium
kemudian dianalisis menggunakan Analisis Ragam dan dilanjutkan dengan Uji
BNT pada α = 0,05. Data tersebut kemudian juga diharkatkan berdasarkan kriteria
tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasieffluentsapi berpengaruh positif dalam memperbaiki stabilitas agregat tanah dan pH tanah, namun tidak
berpengaruh terhadap C-Organik, N-Total, maupun nisbah C/N tanah. Aplikasi
effluent sapi sampai dengan taraf 450.000 lha-1masih cukup rendah dan belum
efisien untuk meningkatkan C-Organik, N-Total, maupun nisbah C/N tanah.
Kata kunci:Effluentsapi, sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan Ultisol.
PENGARUH
EFFLUENT
SAPI TERHADAP BEBERAPA
SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN ULTISOL
DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH
Oleh
JAMAL HAMDAN SANJAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUHEFFLUENTSAPI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN ULTISOL
DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE LAMPUNG TENGAH (Skripsi)
Oleh
JAMAL HAMDAN SANJAYA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kriteria kekuatan tanah. ………....…….…. 20
2. Great Giant Livestock. ………. ………... 42
3. Bak penampunganeffluentsebelum dipisahkan dengan separator.. 42
4. Lokasi dosis effluent 0 lha-1. ………...………....……… 43
5. Lokasi dosis effluent 200.000 lha-1. ………... 43
6. Lokasi dosis effluent 300.000 lha-1. …….………... 44
7. Lokasi dosis effluent 450.000 lha-1. ………..……..…... 44
8. Pengambilan data kekuatan tanah. ………..……... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Harkat kemantapan agregat. ... 19
2. Pengaruh effluent sapi terhadap stabilitas agregat tanah. ...…. 22
3. Pengaruh effluent sapi terhadap kekuatan tanah. ... 22
4. Hasil analisa kandungan kimiaeffluentsapi. ... 23
5. Pengaruh effluent sapi terhadap pH H2O. ...……..………... 24
6. Pengaruh effluent sapi terhadap C-Organik Tanah. ... 25
7. Pengaruh effluent sapi terhadap N-Total Tanah. ... 26
8. Pengaruh effluent sapi terhadap Nisbah C/N. ... 27
9. Data sebaran ayakan kering agregat lolos ayakan 8 mm. ...….. 37
10. Data sebaran ayakan basah agregat lolos ayakan 8 mm. ... 37
11. Data sebaran ayakan kering agregat lolos ayakan 4,75 mm... 37
12. Data sebaran ayakan basah agregat lolos ayakan 4,75 mm... 37
13. Data sebaran ayakan kering agregat lolos ayakan 2,83 mm... 38
14. Data sebaran ayakan basah agregat lolos ayakan 2,83 mm ... 38
15. Data sebaran ayakan kering agregat lolos ayakan 2 mm. ... 38
16. Data sebaran ayakan basah agregat lolos ayakan 2 mm. ... 38
17. Data sebaran ayakan kering agregat lolos ayakan 0,5 mm. ... 39
iv
19. Data sebaran ayakan kering agregat > 2 mm. ... 39
20. Data sebaran ayakan basah agregat >2 mm. ... 39
21. Data kekuatan tanah kedalaman 30 cm. ... 40
22. Data tekstur tanah. ... 40
23. Analisis ragam stabilitas agregat tanah. ... 40
24. Analisis ragam kekuatan tanah. ... 40
25. Analisis ragam pH H2O. ... 40
26. Analisis ragam C-Organik tanah. ... 41
27. Analisis ragam N-Total tanah. ... 41
“Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS Ar-Ra’d : 11)
“Pilihan hidup ada dua:memiliki rencana pribadiataumenjadi bagian dari rencana orang lain”
Jangan pernah menyerah untuk sesuatu yang belum terlihat hasilnya (Aulia Agristika, S.Ked)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Ir. Afandi, M.P. selaku Pembimbing I, atas bimbingan, motivasi, saran
dan fasilitas yang telah diberikan selama penelitian hingga penyusunan
skripsi ini selesai;
2. Nur Afni Afrianti, S.P., M.Sc. selaku Pembimbing II, atas bimbingan,
motivasi, saran dan nasihat selama penelitian dan penulisan skripsi;
3. Ir. Heri Novpriansyah, M.S. selaku Pembahas atas segala petunjuk, saran,
serta masukan dalam penulisan skripsi;
4. Ir. Eko Pramono, M.P. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan kepada penulis selama masa perkuliahan;
5. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
7. Keluarga Besar PT Great Giant Pineapple yang telah memberikan
8. Ayah A. Sanusi Sanjaya, Ummah Ainun Siha, Aing Via, Yunda Pipit, Ade
Indah, Ede Dela, Paduka Hambali, Ponakan tercinta si Laa dan semua
keluarga besar yang selalu mendoakan kelancaran dan kesuksesan Penulis,
memberi semangat, dukungan dan kasih sayang;
9. Civitas akademika Agroteknologi Fakultas Pertanian pada umumnya yang
telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan kepada penulis;
10. Keluarga Besar Agroteknologi 2009, teman-teman seperjuangan: Ali, Gagat,
Lek Deni, Java, Ganda, Syarif, Doni, Hardy, Andre, Ricky, Deri, Okto,
Komeng, Panji, Reza, Ketut.
11. Adik dan teman sekamar seperjuangan Mahatir “muis” muhammad yang selalu bangun kesiangan dan jadi sasak berjalan.
12. Aulia Agristika, S.Ked.,“if I told you how much I appreciate you, I would be
taking the rest of my life”.
Semoga Allah melimpahkan rahmat atas bantuan yang telah diberikan kepada
Penulis dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat.
Bandar Lampung, November 2015.
Penulis,
Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT,
Kupersembahkan karya kecil ini :
Untuk setiap tarikan nafas kasih sayang Ummahku tercinta, yang tak pernah
putus dalam setiap sujudnya mendo’akanku sepanjang waktu untuk
menanti keberhasilanku.
Untuk setiap tetes keringat kerja keras Ayahku tersayang, dukungan moral,
spiritual dan materiil yang tak pernah henti, semata-mata hanya ingin
melihatku memiliki pendidikan yang lebih tinggi darinya.
Untuk kedua kakak ku Christy Olivia Nuari Sanjaya, Amd. Keb, Fitri Juliana
Sanjaya, S.I.P, M.A dan Paduka Hambali yang selalu memberikan
perhatian, dukungan dan motivasi yang takkan ku lupa.
Untuk kedua adik ku Indah Febrina Sari, Adela Friska Aini serta keponakan
tercinta Zahratushita Al-Balvi yang selalu memberikan kebahagian dan
canda tawa.
Dan..
Untuk “Aulia Agristika, S.Ked” yang selalu setia mendampingi, terima kasih
tuk dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kerangka Pemikiran ... 4
1.4 Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Pupuk Organik (EffluentSapi)... 6
2.2 Iklim dan Jenis Tanah... 8
2.3 Ultisol ... 9
2.4 Sifat Fisika Tanah ... 10
2.4.1Stabilitas Agregat Tanah ... 10
2.4.2Kekuatan Tanah... 12
2.5 Sifat Kimia Tanah... 13
2.5.1Nitrogen ... 13
2.5.2pH Tanah ... 14
2.5.3C-Organik... 15
III. BAHAN DAN METODE ... 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 17
3.2 Bahan dan Alat ... 17
3.3 Metode Penelitian ... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian... 18
ii
3.6 Analisis Data ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 21
4.1 Analisis Fisika Tanah ... 21
4.1.1 Stabilitas Agregat Tanah ... 21
4.1.2 Kekuatan Tanah... 22
4.2 Analisis Kimia Tanah ... 23
4.2.1 Analisis Kimia Effluent Sapi... 23
4.2.2 pH Tanah ... 24
4.2.3 C-Organik Tanah... 24
4.2.4 N-Total Tanah ... 25
4.2.5 Nisbah C/N ... 26
4.3. Pembahasan ... 27
V. KESIMPULAN Kesimpulan ... 31
PUSTAKA ACUAN ... 32
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Nanas merupakan salah satu komoditas ekspor dari sektor perkebunan hortikutura.
Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring
peningkatan permintaan di pasar dunia. Salah satu perusahan perkebunan yang
membudidayakan tanaman nanas adalah PT Great Giant Pineapple (GGP) yang
berlokasi di Provinsi Lampung. PT Great Giant Pineapple berdiri sejak tahun
1979. Saat itu lahan yang dipergunakan 10.000 ha, hingga saat ini berkembang
menjadi 30.000 ha diolah dan ditanam sebagian besar dengan tanaman nanas.
Sejak tahun 1979 hingga 2015 (± 30 tahun), tanah di perkebunan nanas PT GGP
telah diolah dan dimanfaatkan secara intensif. Hal ini menyebabkan tanah di
perkebunan tersebut mengalami degradasi, sehingga terjadi penurunan kualitas
tanah baik pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Menurut Banuwa (2013),
lahan terdegradasi didefinisikan sebagai lahan dengan produktivitas rendah atau
tidak produktif untuk pertanian. Degradasi tanah menyiratkan penurunan
produktivitas tanah dan kemampuan lahan. Menurut Foth (1989), degradasi lahan
berkaitan dengan penurunan kualitas sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah
dengan drainase buruk, mengalami kompaksi tanah, pencucian unsur hara, pH
2
dan perkembangan tanaman serta produksi tanaman nanas. Saat ini permasalahan
degradasi pada lahan perkebunan PT GGP harus ditangani dengan serius, karena
telah berimbas terhadap produksi, kualitas tanaman, dan buah nanas. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh PT GGP untuk memperbaiki kualitas tanah akibat
penggunaan secara intensif selama ini, baik secara kimia, fisik maupun biologi.
Pengelolaan kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persiapan kondisi lahan bagi tanaman. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan
kesuburan tanah yang baik agar dapat menjaga produktivitas tanah secara
berkelanjutan, mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal,
dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman itu sendiri. Pengolahan tanah
merupakan kegiatan yang paling pertama dilakukan. Adanya degradasi lahan
menyebabkan perlu adanya strategi pengolahan tanah yang tepat untuk
memperbaiki keadaan tanah. Salah satunya adalah pemanfaataneffluentsapi yang merupakan bahan organik dan diaplikasikan pada kegiatan pengolahan tanah.
Effluentsapi adalah pupuk organik tanah yang berasal dari limbah cair campuran kotoran sapi padat, urin, air dan sisa kandang lainnya. Cairan tersebut didominasi
oleh urin, berwarna kuning kecoklatan. Dalam proses pembuataneffluentsapi melalui separator, kotoran sapi dipisahkan menjadi dua yaitu cairan (effluent) dan
padatan (solid manure).
PT Great Giant Pineapple (PT GGP) mulai membuat kebijakan baru pada tahun
2013, yaitu dengan mengaplikasikaneffluentsapi pada lahan sebelum tanam dengan tujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah perkebunan nanas
3
dari PT Great Giant Livestock (GGL). PT GGLC adalah salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang penggemukan sapi dengan kapasitas mencapai 30.000
ekor yang menghasilkan limbah padat dan cair dalam jumlah yang besar yang
sangat potensial digunakan dalam bidang pertanian.
Effluentsapi merupakan salah satu contoh bahan organik yang berperan dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Hardjowigeno (2007), bahan
organik selain menambah hara dapat pula memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air,
dan meningkatkan kegiatan biologi tanah. Pada beberapa tanah masam, pupuk
organik dapat meningkatkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk
kompleks Al-organik). Pupuk organik juga dapat meningkatkan ketersediaan
unsur mikro misalnya melalui khelat unsur mikro dengan bahan organik. Selain
itu pupuk organik tidak menimbulkan polusi lingkungan. Subowo dkk. (1990)
juga menyatakan bahwa bahan organik memiliki peran sebagai bahan perekat
antar partikel tanah untuk dapat meningkatkan aerasi tanah, memperbaiki aerasi
dan perkolasi serta membuat struktur tanah menjadi remah dan mudah diolah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
4
1.3 Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan media alami bagi pertumbuhan tanaman. Tanah yang produktif
harus dapat menyediakan lingkungan yang optimum baik secara fisik, kimia,
maupun biologi guna menghasilkan biomassa dan produksi tanaman yang tinggi,
serta dapat digunakan secara berkelanjutan. Namun karena lahan digunakan
secara terus menerus menyebabkan kualitas tanah terus mengalami penurunan.
Beberapa bentuk penurunan kualitas tanah diantaranya adalah pemadatan tanah,
pH tanah masam, rendahnya kandungan nitrogen dan C-organik di dalam tanah.
Pemberian pupuk organik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kandungan bahan organik tanah. Bahan organik yang berupa pupuk organik dapat
berfungsi sebagaibuffer(penyangga) dan penahan lengas tanah. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kondisi tanah dengan cara pemberian pupuk organik
(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Bahan organik di dalam tanah sangat berperan dalam proses kimia, fisika dan
biologi. Ditinjau dari fisika tanah, bahan organik dapat berperan dalam
meningkatkan butir-butir tanah menjadi agregat-agregat, sehingga mempertinggi
kapasitas memegang air. Hal ini menyebabkan, daya menahan air dan
kation-kation meningkat sehingga pencucian oleh air hujan dan erosi dapat dikurangi.
Ditinjau dari sifat kimia tanah, bahan organik sangat penting karena dapat
meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) dalam tanah dan menyumbangkan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain mengandung unsur hara makro,
bahan organik juga mengandung unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.
5
jasad mikro sehingga dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah (Carter,
2001).
Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan untuk perbaikan kesuburan tanah
Ultisol adalaheffluentsapi. Effluentsapi yang didominasi oleh urin ini memiliki beberapa manfaat. Menurut Sutanto (2002), Urin sapi sering juga disebut pupuk
kandang cair. Urin sapi mengandung unsur hara N, P, K dan bahan organik yang
juga berperan memperbaiki struktur tanah. Urin sapi dapat digunakan langsung
sebagai pupuk, baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan. Dengan
pemberianeffluent sapi terhadap tanah, lahan persiapan tanaman diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
1.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pemberianeffluentsapi berpengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Organik (Effluentsapi)
Pupuk organik cair (effluentsapi) ialah cairan hasil pemisahan oleh separator pada
bak penampung yang di dalamnya terdapat campuran kotoran padat, urin, air dan
limbah lain yang terdapat pada kandang sapi. PT GGP membuat kebijakan baru
yaitu dengan mengaplikasikan effluent sapi pada saat sebelum tanam untuk
meningkatkan unsur hara pada tanah dan dapat meningkatkan aktivitas
mikrobiologi tanah serta memperbaiki struktur tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah terhadap peningkatan
porositas tanah. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir) akan
meningkatkan pori meso dan menurunkan pori makro, dengan demikian akan
meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1994).
Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus
menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan
menurunkan produksi tanaman. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menurunkan penggunaan pupuk anorganik dan
mensubstitusikannya dengan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang
7
tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk cair dapat menggunakan bahan yang
berasal dari urin dan kotoran ternak yang padat. Pupuk kandang cair merupakan
pupuk kandang berbentuk cair yang berasal dari kotoran hewan yang masih segar
yang bercampur dengan urin hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air
dengan perbandingan tertentu.
Potensi urin ternak sapi jantan dengan berat ± 300 kg rata-rata menghasilkan 4,8
liter–12 liter urin perhari, sedangkan sapi induk dengan berat ± 250 kg
menghasilkan 7,5 liter–9 liter urin perhari, sehingga perbulan satu ekor sapi
jantan dengan berat ± 300 kg akan menghasilkan 240 liter–360 liter urin dan satu
ekor sapi induk dengan berat ± 250 kg menghasilkan 225 liter–270 liter urin.
Penelitian pemanfaatan urin sapi yang dilakukan pada rumput raja menunjukkan
bahwa urin sapi dosis 7.500 liter ha-1, mampu meningkatkan biomassa rumput raja
pada panen pertama sebesar 90,18 %, dibandingkan tanpa pemupukan.
Pemupukan dengan 7.500 liter ha-1urin sapi memberikan biomassa rumput raja
54,05 t ha-1, sedangkan kontrol (tanpa pemupukan) menghasilkan biomassa 28,42
t ha-1(Adijaya, dkk., 2007).
Pupuk kandang cair selain dapat bekerja cepat, juga mengandung hormon tertentu
yang nyata dapat merangsang perkembangan tanaman. Dalam pupuk kandang
cair kandungan N dan K cukup besar, sedangkan dalam pupuk kandang padat
8
kandang merupakan pupuk yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Sutedjo, 1999).
2.2 Iklim dan Jenis Tanah
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Pertanian
Khusus (SMPK) PT GGP memiliki rata-rata curah hujan antara 2.527 mm per
tahun (periode Januari 1984 s.d Juni 2005) dengan jumlah curah hujan antara
2.200 s.d 3000 mm per tahun. Jika digolongkan menurut klasifikasi Oldeman
yang dihitung berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir (1995 s.d 2005),
areal perkebunan PT GGP termasuk kedalam zona agroklimat D2, dengan bulan
basah 3-4 bulan dan bulan kering 2-3 bulan.
Lokasi perkebunan PT GGP memiliki rerata temperatur maksimum 33°C dan
minimum 22°C dengan kelembaban relatif antara 82–91 %. Areal perkebunan
PT GGP berada pada ketinggian antara 40-60 m di atas permukaan laut, dengan
kemiringan rata-rata 0,3 % yang termasuk kategori datar. Lokasi yang menjadi
penelitian ini tergolong jenis tanah Ultisol, golongan ini meliputi tanah yang dulu
dinamakan Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan ketebalan lapisan olah tanah
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan solum tanah sedang. Tanah Ultisol
termasuk tanah yang mengalami pelapukan sehingga kandungan unsur haranya
tergolong rendah.
Menurut Hardjowigeno (2003), Ultisol adalah tanah dengan horison argilik atau
kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah
9
sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau
lebih tinggi dari 35 persen. Permasalahan tanah ini adalah reaksi masam, kadar
Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara
rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan.
2.3 Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang ada di Indonesia yang memiliki luas
mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan di Indonesia
(Subagyo, dkk., 2004). Ciri morfologi pada tanah Ultisol adalah adanya
peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon B(subsoil). Horizon dengan peningkatan liat tersebut dikenal dengan horizon argilik. Oleh karena itu,
horizon tersebut merupakan horizon penimbunan liat maksimum, maka horizon
argilik umumnya lebih padat dibandingkan lapisan-lapisan di atas maupun di
bawah argilik. Lapisan-lapisan padat tersebut merupakan penghalang bagi akar
untuk melakukan penetrasi. Horizon argilik tersebut umumnya kaya akan Al
sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar
tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon
argilik.
Menurut sistem klasifikasi tanah Soepraptohardjo (1961), Ultisol setara dengan
tanah Podsolik Merah Kuning ( PMK). Warna tanah pada horizon argilik sangat
bervariasi dengan hue dari 10 YR hingga 10 R, nilai 3-6 dan kroma 4-8 (Prasetyo
dan Suriadikarta, 2006). Ultisol memiliki beberapa masalah lain jika digunakan
10
bahan organik yang rendah, kekurangan unsure hara penting bagi tanaman, seperti
N, P, Ca, Mg dan Mo serta tingginya kelarutan Al, Fe dan Mn.
2.4 Sifat Fisik Tanah
2.4.1 Stabilitas Agregat Tanah
Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel tanah
(pasir, debu dan liat) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel
primer yang disebut ped) atau gumpalan yang membentuk agregat (bongkah).
Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal atau bentuk masif
(Hanafiah, 2007).
Struktur tanah yang baik adalah struktur tanah yang dapat mempertahankan
kemantapan agregat terhadap perubahan kelengasan yang mendadak dan curah
hujan yang kuat. Ultisol memiliki sifat struktur tanah yang kurang diinginkan
karena kandungan liat yang lebih rendah dalam horizon A dan agregat aslinya
yang berbongkah-bongkah.
Peningkatan ukuran dan stabilitas agregat akan berpengaruh positif terhadap sifat
fisik tanah lainnya, diantaranya meningkatkan kapasitas retensi air dan jumlah air
tersedia, pori makro dan meso, porositas total, aerasi tanah serta permeabilitas
tanah maupun infiltrasi serta dapat menurunkan kepekaan tanah terhadap erosi
11
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas. Aerasi dan
daya menahan air kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut
akan mudah hancur. Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari
luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif melaluiAggregate Stability Index(ASI). Indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan agregat (Laksmita, 2008).
Agregat stabil tahan air merupakan agregat berukuran makro > 0,25 mm yang
dapat dirinci lagi berdasarkan berbagai ukuran agregat yaitu 0,25-0,5 mm, 0,5-8,0
mm, dan 2,0-8,0 mm. Agregat stabil tahan air (ASA), MWD dan indeks stabilitas
agregat (ISA) digunakan sebagai indikator kualitas agregasi tanah. Makin tinggi
persentase ASA dan ISA serta makin besar ukuran MWD, makin baik kualitas
agregasi tanah (Nurida dan Kurnia, 2009).
Menurut Martin, dkk.(1955), proses awal pembentukkan agregat tanah adalah
flokulasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada awalnya dalam keadaan
terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat. Dampak interaksi antar
partikel liat, maka akan mengakibatkan gaya tolak menolak dan tarik menarik
akan bekerja dan besarnya tergantung dari kondisi fisik-kimia. Jika gaya tolak
menolak merajai, maka partikel tanah akan terpisah satu dari lainnya. Dalam
kondisi ini liat dikatakan telah mengalami dispersi atau peptisasi. Jika gaya tarik
12
analog dan koagulasi dari koloid organik, dimana partikel bergabung dalam satu
paket atau floks (Afandi, 2005a).
2.4.2 Kekuatan Tanah
Suatu benda yang bersifat plastis atau rapuh seperti tanah, jika dikenai suatu
tekanan, akan mengalami perubahan bentuk yang ditandai oleh adanya
keruntuhan, baik berupa hancuran, pecahan atau aliran. Oleh adanya tekanan,
tanah dapat mengalami perubahan bentuk yang dicirikan oleh makin memadatnya
tanah. Penetrometer merupakan salah satu alat pengukur kekuatan tanah yang
bersifat serba cakup (komprehensif). Jika jarum penetrometer ditusukkan ke
dalam tanah, berbagai proses akan terjadi secara bersamaan, seperti pemotongan
atau pemisahan tanah, keruntuhan geser, aliran plastis, kompresi, serta geseran
antara logam-tanah dan tanah-tanah (Afandi, 2005).
Pemadatan menurunkan porositas tanah dan infiltrasi, selanjutnya tanah mudah
tererosi, menghambat aerasi yang dibutuhkan oleh pertumbuhan akar, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanah yang
terdispersi menyumbat pori-pori tanah, sehingga menurunkan laju infiltrasi dan
mengakibatkan terjadinya aliran permukaan sambil membawa koloid-koloid tanah
dan unsur hara, termasuk N (Syaifuddin dan Buhaerah, 2010).
Menurut Duiker (2004), tiga komponen dampak dari pemadatan tanah ialahBulk Density, ruang pori dan daya tahan penetrasi akar. Secara umum, yaitu hilangnya atau pecahnya agregat tanah; menghancurkan ruang pori aerasi, menurunkan
13
kandungan bahan organik yang tinggi dan berkembang dengan organisme tanah
akan lebih tahan terhadap pemadatan dan lebih baik dalam memulihkan diri dari
kerusakan pemadatan ringan. Beberapa cara untuk meningkatkan kandungan
bahan organik adalah mengembalikan sisa tanaman ke dalam tanah, menanam
tanaman penutup di musim off, dan menggunakan kompos dan pupuk kandang.
Produktivitas maksimum dapat dicapai dengan mengoptimalkan masukan bahan
organik di dalam tanah.
2.5 Sifat Kimia Tanah
2.5.1 Nitrogen
Nitrogen merupakan hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
banyak. Unsur hara ini merupakan konstituen dari protein dan asam nukleat, dan
terlibat dalam sintesis dan transfer energi. Nitrogen merupakan unsur hara yang
banyak dipasok dari pemupukan. Aplikasi nitrogen melalui pemupukan bertujuan
untuk meningkatkan keuntungan secara ekonomi, akan tetapi kelebihan nitrogen
dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi baik penurunan kualitas tanaman
maupun kerusakan lingkungan (Purwanto, 2007).
Nitrogen yang tersedia di dalam tanah yang dapat diserap tanaman ialah dalam
bentuk ion-ion nitrat dan amonium. Kedua bentuk N diperoleh sebagai hasil
dekomposisi bahan organik, baik berasal dari tumbuhan atau binatang (Nyakpa
dkk., 1988). Salah satu contoh bahan organik yang dapat diberikan kedalam tanah
14
satunya adalah Nitrogen dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Atmojo (2003)
juga menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber nitrogen (protein)
pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal
dengan prosesaminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia
heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai prosesamonifikasi. Amonium ini dapat secara langsung diserap dan digunakan tanaman untuk
pertumbuhannya. Menurut Sutejo (1999), semakin tinggi pemberian nitrogen
semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang diubah menjadi protein dan
protoplasma.
Nitrogen terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam tanah mineral. Sebagian besar
dari kedua unsur ini berada dalam senyawa tidak larut dan tidak tersedia bagi
tanaman. Senyawa tidak larut, menyebabkan unsur ini sedikit tersedia jumlahnya
rendah dan akhirnya kritis bagi tanaman. Nitrogen dalam tanah berada dalam
bentuk organik. Dengan demikian dekomposisi bahan organik merupakan sumber
utama nitrogen tanah. Bahan organik ini merupakan proses kimia yang
menghasilkan nitrogen dalam bentuk ammonium dan dioksidasikan lagi menjadi
nitrat.
2.5.2 pH Tanah
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+)
di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah semakin masam
15
pada OH-, sedangkan pada tanah alkalis (basa), kandungan OH-lebih banyak
daripada H+. Bila kandungan H+sama dengan OH-maka tanah bereaksi netral.
Reaksi tanah sangat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan mikroorganisme.
Pada umumnya pH yang diinginkan oleh tumbuhan tingkat tinggi sesuai dengan
yang diinginkan oleh mikroorganisme tanah. Aktivitas jasad renik akan menurun
dengan menurunnya pH tanah (Mukhlis, 2007; Hasibuan dan Ritonga, 1981).
Mukhlis (2007) juga mengatakan bahwa nilai pH tanah tidak sekedar
menunjukkan suatu tanah bersifat masam atau alkali, tetapi juga memberikan
informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti ketersediaan fosfor, status
kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dan sebagainya. Kebanyakan
tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8. Menurut Atmojo (2003),
pemberian bahan organik dapat meningkatkan pH tanah terutama pada
tanah-tanah masam, karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan
mineralnya yang berupa kation-kation basa.
2.5.3 C-Organik
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik
tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat
memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah yang
tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah
penting untuk menjamin produktivitas pertanian. Bahan organik tanah terdiri dari
sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat pelapukan bahan organik
16
disebabkan oleh kandungan bahan organik yang semakin tinggi dan mengalami
dekomposisi sehingga menghasilkan senyawa-senyawa organik (Antari, dkk.,
2012).
C-organik merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga
pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon dalam tanah.
Tingginya karbon dalam tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih
baik dalam sifat fisik, kimia, dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan
mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu
kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan respirasi tanah yang di tandai
besarnya keluaran CO2dan proses dekomposisi bahan organik (Utami dan
17
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di lokasi 90A, lahan perkebunan nanas di PT
Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan September hingga bulan November 2014.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang diaplikasieffluent pada lahan perkebunan nanas lokasi 90A di PT Great Giant Livestock, zat kimia
untuk analisis,aquades, label dan plastik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini secara umum meliputi peralatan lapang dan peralatan laboratorium. Peralatan
lapang digunakan untuk mengambil sampel tanah dan peralatan laboratorium
adalah peralatan yang mendukung untuk analisis dari masing-masing perlakuan
18
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan lapangan yang dilaksanakan di lokasi 90A,
lahan perkebunan nanas PT GGP dengan luas lahan penelitiannya adalah 3.600m2.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan
faktor perlakuan penelitian ini adalah dosis aplikasieffulentsapi dengan empat (4) taraf perlakuan, yaitu 0 lha-1, 200.000 lha-1, 300.000 lha-1, dan 450.000 lha-1.
Masing-masing taraf perlakuan (aplikasi dosiseffluentsapi) diterapkan pada lahan yang berukuran 18 m x 50 m dan pengambilan sampel yang dianalisis diambil
sebanyak 3 ulangan. Penentuan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan
metode diagonal pada kedalaman 0-20 cm.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu
aplikasieffluentsapi, pengambilan contoh tanah, dan analisis tanah. Pengambilan contoh tanah dilakukan setelah aplikasieffluentsapi yang berupa contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu. Contoh tanah utuh diambil dengan
menggunakan agregat utuh sedangkan contoh tanah terganggu diambil dengan
menggunakan ring sampel. Contoh tanah terganggu tersebut kemudian
dikeringudarakan dan dianalisis di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Sifat fisik yang dianalisis adalah stabilitas agregat tanah
(metode ayakan pada kondisi tanah kering dan basah), kekuatan tanah
(penetrometer). Sedangkan sifat kimia yang dianalisis pH H2O, C-organik
19
3.5 Variabel Yang Diamati
Adapun variabel yang diamati adalah:
1. Stabilitas Agregat Tanah (Metode Ayakan Kering-Basah)
2. Kekuatan Tanah (Penetrometer)
3. pH H2O (pH meter)
4. C-Organik Tanah (Metode Walkey and Black)
5. N-Total Tanah (Metode Kjedahl)
6. Nisbah C/N
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium kemudian dianalisis
menggunakan Analisis Ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNT pada α = 0,05.
Data hasil analisis kimia tanah kemudian diharkatkan menggunakan kriteria dari
Balai Penelitian Tanah (2005), data hasil analisiseffluentsapi menggunakan kriteria dari Permentan No 70/Permentan/S.R.140/10/2011 dan data hasil analisis
fisika tanah menggunakan kriteria berikut ini:
Tabel 1. Harkat kemantapan agregat
Harkat Kemantapan Agregat tanah
> 200 sangat mantap sekali 80–200 sangat mantap 61–80 mantap 50–60 agak mantap 40–50 kurang mantap < 40 tidak mantap
20
2. Kriteria kekuatan tanah dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1. Kriteria kekuatan tanah (Guginodkk., 2009). = kekuatan tanah < 200 psi (zona hijau atau zona baik untuk pertumbuhan akar tanaman),
= kekuatan tanah antara 200 – 300 psi (zona kuning), dan =
kekuatan tanah >300 psi (zona merah atau zona pertumbuhan akar
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Aplikasi effluent sapi berpengaruh positif dalam memperbaiki stabilitas agregat tanah dan pH tanah, namun tidak berpengaruh terhadap kandungan
C-Organik, N-Total, maupun nisbah C/N tanah.
2. Aplikasi effluent sapi sampai dengan taraf 450.000 lha-1 masih cukup rendah
dan belum efisien untuk meningkatkan C-Organik, N-Total, maupun nisbah
32
PUSTAKA ACUAN
Adijaya, I.N., Yasa, I.M.R. 2007.Pemanfaatan Bio Urin dalam Produksi Hijauan Pakan Ternak (Rumput Raja). Prosiding Seminar Nasional Dukungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan dalam Mewujudkan Agribisnis Industrial Pedesaan.Mataram, 22-23 Juli 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Afandi. 2005a.Fisika Tanah I. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Afandi. 2005b.Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Antari, R., Wawan dan G.ME. Manurung. 2012.Pengaruh Mulsa Organik Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta Pertumbuhan Akar Kelapa Sawit.Jur. Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Atmojo, S.W. 2003.Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Banuwa, I.S. 2013.Erosi. Kencana Perdana Media Group. Jakarta.
Balittan, 2005.Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Buckman, H. O. And N. C. Brady. 1971.The Nature and propertis of soil. Diterjemahkan oleh Soegiman. 1982. Ilmu Tanah Penerbit Bharata Karya Akasara. Jakarta.
Carter, M.R. 2001.Critical Level of Soil Organic Matter: The Evidence for England and Wales. Dalam: R.M. Reeset al., (eds)Sustainable
Management of Soil Organic Matter. CAB Int., Wallingford, UK. P 2 (7) 9-23.
Duiker, S.W. 2004.Effects of Soil Compaction. The Publications Distribution Center, The Pennsylvania State University. Pennsylvania. US.
Ferraris, R. 1992. Seedbed factor affecting establishmentof summer crops in a vertisol.Journal ofSoil Science and Tillage Research. Vol 23:1-2. Foth, H.D. 1989.Fundamentals of Soil Science. New York : John Wiley dan
33
Gugino, B.K., O.J. Idowu., R.R. Schindelbeck., H.M. Van Es., D.W. Wolfe., B.N. Moebius-Clune., J.E. Thies., and G.S. Abawi. 2009.Cornell Soil Health Assessment Training Manual. 2nd Ed. Cornell University, Geneva, New York.
Hanafiah, K., A. 2007.Dasar-Dasar ILmu Tanah. Jakarta :Rajawali Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh bahan organik terhadap
pencucian hara tanah Ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk.
Hardjowigeno, S. 2003.Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2007.Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hasibuan, B. E dan M. D. Ritonga. 1981.Ilmu Tanah Umum. Fakultas Pertanian USU. Medan.
Islam, K. R, and R. R. Weil. 2000.Soil Quality Indicator Properties in Mid-Atlantic Soils ar Influenced by Conservation Management. J. Soil and water Corns. 55:69-78.
Jain NK, Gupta VB, Garg R, Silawat N. Efficacy of cow urinetherapy on various cancer patients in Mandsaur District, India -A survey. Int J Green Pharm 2010; 4: 29-35.
Kurnia, U. 1996. Kajian Metode Rehabilitasi Lahan untuk Meningkatkan dan Melestarikan Produktivitas Tanah.Disertasi Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Laksmita, P.S. 2008. Peningkatan Kemantapan Agregat Tanah Mineral oleh Bakteri Penghasil Eksopolisakarida.Menara Perkebunan76 (2): 93-103. Martin, J.P., W.P. Martin., J.B. Page., W.A. Raney., dan J.D. De Ment. 1955.
Soil Agregation.Adv. Agron. 7: 1-38.
Mukhlis. 2007.Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press, Medan.
Nurida, N.L., dan U. Kurnia. 2009. Perubahan Agregat Tanah Pada Ultisols Jasinga Terdegradasi Akibat Pengolahan Tanah dan Pemberian Bahan Organik.Jurnal Tanah dan Iklim. Vol 5 (30) 5-9.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, Go Bang Hong, dan Hakim. 1988.Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas
34
Prasetyo, B.H., dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia.Jurnal litbang pertanian25 (2) 7-11. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Purwanto, B. H. 2007. Teknologi Perunut 15N Untuk Mengkaji Transformasi Nitrogen pada Tanah dan Tanaman dengan Menggunakan
Spektrofotometer emisi.Jurnal ilmu tanah dan lingkunganVol 7 no 1 (2007) p:1-7. JT FP UGM
Rosmarkam, A., dan N.W. Yuwono. 2002.Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Rahmat, A., Afandi., Manik, T.K.B., Cahyono, P. 2014. Pengaruh Irigasi dan Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Nanas (Ananas comosus) di daerah tropika basah.J. Agrotek Tropika.Vol 2 (1): 155-158.
Sarkar, S., S.R. Singh, and R.P. Singh. 2003. The Effect of Organic and
Inorganic Fertilizers on Soil Physical Condition and The Productivity of a Rice-Lentil Cropping Sequence in India.Journal of Agricultural Science. 3 (140): 419- 425.
Sentana, S. 2010. Pupuk Organik, Peluang dan kendalanya. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “kejuangan”. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumberdaya Alam Indonesia. Yogyakarta, 26 januari 2010.
Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Pencucian Hara Tanah Ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. 9: 26-31.
Suriadikarta, D.A., dan R.D.M. Simanungkalit. 2006.Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Sutanto, R. 2002.Penerapan Pertanian Organik.Kanisius. Yogyakarta. Sutedjo, M.M. 1999.Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Soepraptohardjo, M. 1961.Jenis-Jenis Tanah di Indonesia. LPT. Bogor: Syaifuddin, dan Buhaerah. 2010. Pengaruh Urea Terhadap Dispersi Tanah
Ultisol Pada Regim Air yang Berbeda.Jurnal Agrisistem,Vol. 6 (2): 7-9. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Gowa.
35