• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

C. Pengorganisasian Kurikulum

Pengorganisasian dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni secara struktural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional dalam konteks akademik atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum seyogyanya dilihat dari kedua pendekatan tersebut, yakni dalam konteks akademik (Hamalik, 2008: 136).

Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai social, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum,

35

diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan (squence), kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).

1. Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan salah satu factor yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum.

2. Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan, terutama berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, jangan sampai terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya, pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam menerapkan factor ini. Artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama semakin mendalam yang dikembangkan berdasarkan keluasan secara vertical maupun horisontal.

3. Keseimbangan bahan pelajaran perlu dipertimbngkan dalam organisasi kurikulum. Semakin dinamis perubahan dan perkembangan dalamilmu pengetahuan, social budaya, maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap dimensi kurikulum. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbngan pada organisasi kurikulum: (1) keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum; dan (2) keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar.

4. Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum harus menjadi bahan pertimbangan dalam organisasi kurikulum.

Secara umum ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum, yaitu sebagai berikut:

36

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah, satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain dengan demikian sukar terdapat kebulatan pengetahuan pada anak (Suryosubroto, 2005: 1).

Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan maupun kelebihan.

Kekurangan mata pelajaran terpisah-pisah (sparated subject curriculum) adalah sebagai berikut.

1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang menggambarkan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya

2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat aktual.

3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa cenderung pasif.

4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan social yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.

5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang.

37

6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa.

Sementara itu, kelebihan mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) adalah sebagai berikut :

1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana, dan mudah dipelajari.

2) Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu.

3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.

4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain, bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.

Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh siswa dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas sehingga kemampuan siswa kurang berkembang dan cenderung kurang mengoptimalkan potensi siswa sebagai individu.

b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Currriculum)

Kurikulum bentuk ini pun sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field pada hakikatnya adalah penyatuan mata pelajaran yang sejenis, seperti IPA (di dalamnya tergabung fisika, biologi, dan kimia) dan IPS. Kurikulum bentuk ini sebagai upaya penggabungan dari mata

38

pelajajaran yang terpisah-pisah dengan maksud untuk mengurangi kekurangan yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran.

Korelasi kurikulum merupakan penggabungan dari mata pelajaran yang sejenis secara insidental. Dari bahan-bahan kurikulum yang terlepas-lepas diupayakan disatukan dengan bahan kurikulum atau mata pelajaran yang sejenis sehingga dapat memperkaya wawasan siswa dari berbagai disiplin ilmu. Namun, kenyataan dilapangan atau dusekolah terbukti bahwa guru-guru masih berpegang pada latar belakang pendidikannya. Salah satu penyebabnya karena guru yang bersangkutan belum memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran tersebut.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum ini, kekurangannya adalah sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam.

2) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktualyang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa. 3) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan

siswa.

4) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.

Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan (correlated curriculum) adalah sebagai berikut:

39

1) Bahan bersifat korelasi meskipun sebatas beberapa mata pelajaran. 2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang

studi.

3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang sejenis.

Bahan pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi pelajarannya, memiliki pengertian-pengertian yang lebih mendalam disbanding dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah.

c. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan harus integrated atau terpadu secara menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan mata pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas antara mata pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar, memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.

Dalam penerapan kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengimplementasikan berbagai strategi belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut. Pembelajaran yang mungkin banyak digunakan seperti pemecahan masalah, metode

40

proyek, pengajaran unit (unit teaching), inkuiri, discovery dan pendekatan tematik yang dilakukan dalam pembelajaran kelompok maupun secara perorangan. Bahan pelajaran yang dipelajari siswa dirumuskan dalam pokok bahasan berupatopik atau pernyataan yang dapat mendorong siswa untuk memecahkan permasalahan yang diajukan.

Proses pembelajaran lebih bersifat fleksibel disesuaikan dengan kemampuan dan potensi siswa, sehingga tidak mengharapkan hasil belajar yang sama dari semua siswa. Jika dilihat dari prosesnya, kurikulum ini dalam pengembangannya lebih banyak dipercayakan pada guru-guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri.

Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam kurikulum ini. Kekurangan kurikulum ini diantaranya sebagai berikut: 1) Ditinjuau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka

kurikulum ini akan banyak menimbulkan keberatan.

2) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis. 3) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan

kebutuhan siswa maupun kelompok.

4) Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum bentuk ini.

5) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini.

41

1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran, secara menyeluruh dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.

2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara bekerjasama (cooperative) (Rusman, 2011: 50-66).

Dari definisi tiga pola pengorganisasian kurikulum diatas masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun dari beberapa pola tersebut sangat penting kaitannya dengan terlaksananya sebuah kurikulum yang baik dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional demi terbentuknya sistem pendidikan yang memiliki pandangan kedepan dan perkembngan yang signifikan.

Dokumen terkait