• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.2. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan meningkatkan kemampuan GAPOKTAN dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah GAPOKTAN. Kegiatan Penguatan-LDPM dibiayai melalui APBN dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening GAPOKTAN (Badan Ketahanan Pangan Pusat, 2010).

Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Timur, (2009) menyebutkan bahwa Dana Bantuan Sosial (Bansos) yang dimaksud dalam Petunjuk Teknis adalah:

1. Uang yang ditransfer kepada GAPOKTAN untuk pembangunan dan penguatan unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan atau unit usaha pengolahan serta pengolahan cadangan pangan.

2. Fasilitas bantuan sosial ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan GAPOKTAN dengan penguatan kelembagaan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui pembinaan, pemantauan, evaluasi dan dukungan lainnya.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, POKTAN dan GAPOKTAN dalam mengolah, menyimpandan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Menurut Badan Ketahanan Pangan Nasional (2010), Tujuan dari penyaluran dana untuk pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM adalah:

1. Memperkuat modal usaha GAPOKTAN dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) untuk dapat mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi petani anggotanya, dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta tercapainya stabilisasi harga pangan di tingkat petani saat panen raya;

2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: 1) melakukan musyawarah rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya, 2) melakukan pembelian-penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah khususnya bagi unit usaha GAPOKTAN yang mengelolanya;

3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya.

Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (a) mendukung upaya petani memperoleh harga produksi yang lebih baik disaat panen raya. (b) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produksi pangan dan usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di tingkat petani, dan (c) memperkuat kemampuan GAPOKTAN dalam melakukan pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses pangan pada saat menghadapi paceklik kepada anggota petani yang tergabung dalam wadah GAPOKTAN. (Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010)

Dengan memberdayakan GAPOKTAN, mereka mampu untuk: (a) meningkatkan kerja sama antar GAPOKTAN dengan unit-unit usaha yang dikelola dalam wadah GAPOKTAN : (b) menghimpun dan mengembangkan/memupuk dana yang dikelola oleh unit usaha/GAPOKTAN secara transparan, dengan aturan dan sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah dan mufakat oleh petani anggotanya : dan (c) meningkatkan keterampilan dalam hal : administrasi, pembukuan (pembelian-penjualan,pengadaan-penyaluran, keuangan), pemantauan secara partisipatif, pengawasan internal, dan bermitra serta bernegosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya.(Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010).

Strategi yang dilaksanakan pada program Penguatan-LDPM ini antara lain: (a) memberikan dukungan kepada GAPOKTAN dan unit usaha distribusi/pemasaran/pengolahan untuk memperkuat kemampuannya

mendistribusikan/memasarkan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya baik di dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sehingga tercapai stabilisasi harga di tingkat petani, dan (b) memberikan dukungan kepada GAPOKTAN dan unit pengelolaan cadangan pangan dalam mengelola cadangan pangan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pengadaan gabah/beras danatau jagung danatau pangan pokok lokal spesifik lainnya sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan. (Badan Ketahanan Pangan Nasional, 2010).

2.1.3. Efektivitas

Pengertian Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif (Ravianto, 1986). Kemudian Siagian (1997), mengemukakan bahwa efektivitas adalah

“pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar diterapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya”. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sebagai suatu kegiatan yang tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan dalam implementasi suatu kegiatan tertentu. Pengertian lain menyatakan bahwa efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan

kata lain, efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins, 2001). Menurut Sedarmayanti (2009), efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efesiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efetivitas belum tentu efesiensi meningkat.

Menurut Ravianto dalam Masruri (2014), Pengertian efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya mau pun mutunya, maka dapat dikatakan efektif. Sedangkan menurut Bungkaes (2013), efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan.

Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang yang ditetapkan.

Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan efektivitas. Bila ditelusuri efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya :1) ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya), 2) penggunaan metode/cara, sarana/alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna (mencapai hasil yang optimal).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan kondisi dimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dengan menggunakan berbagai sumberdaya dan kemampuan secara tepat.

Menurut Richard M Steers (1993) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu organisasi, yaitu:

a. Karakteristik Organisasi b. Karakteristik Lingkungan c. Karakteristik Pekerja dan d. Karakteristik Manajemen

Sasaran yang diharapkan dengan menggunakan berbagai sumberdaya dan kemampuan secara tepat. Menurut Homans dalam Sanders (1953), ada 3 elemen perilaku yang perlu digambarkanuntuk menjelaskan kerja sebuah kelompok yakni, sentimen (rasa), kegiatan dan interaksi. Sentimen mengacu pada kondisi internal individu, biasanya berhubungan dengan psikologi individu, misalnya tentang suka dan tidak suka atau setuju atau tidak setuju terhadap rencana yang akan mereka lakukan. Kegiatan atau aktivitas adalah apa yang akan mereka lakukan. Sedangkan interaksi terjadi ketika ada reaksi antar individu dan reaksi yang berasal dari luar organisasi. Gibson (1987), menyatakan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan terhadap kinerja: 1) faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang, 2) faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja, dan 3) faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

Dokumen terkait