• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.7 Pengujian Aktivitas Antihiperurisemia

Pengujian aktivitas antihiperurisemia meliputi pembuatan sediaan uji, penyiapan hewan uji, uji pendahuluan dan pengujian ekstrak etanol teripang terhadap kadar asam urat.

3.7.1 Pembuatan larutan suspensi Na-CMC 0,5%b/v

Pembuatan suspensi Na-CMC 0.5% (b/v) dilakukan dengan cara sebagai berikut, ditimbang sebanyak 500 mg Na-CMC, ditaburkan kedalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak dua puluh kali berat Na-CMC yaitu 10 ml, didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air kemudian dituangkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling sampai batas.

3.7.2 PembuatanSuspensiekstrak etanol teripang (EET)

Ditimbang masing-masing 50 mg, 100 mg, 200 mg dan 300 mg ekstrak etanol teripang dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na-CMC 0.5% sampai homogen, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na-CMC 0.5%. Perhitungan dosis ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 72.

3.7.3 Pembuatan suspensi allopurinol 10 mg/kg bb

Ditimbang Allopurinol secara seksama sebanyak 10 mg dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus dan disuspensikan dengan Na-CMC 0,5 % sedikit demi sedikit hingga homogen. Larutan yang homogen dituang kedalam

labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan Na-CMC 0,5 % hingga 10 ml. Suspensi allopurinol yang telah siap kemudian diberikan oral pada hewan uji dengan volume yang sesuai dengan berat badan. Perhitungan dosis allopurinol dapat dilihat pada Lampiran 16a halaman 71.

3.7.4 Pembuatan kafein 135 mg/kg bb

Ditimbang secara seksama kafein 135 mg dimasukkan kedalam lumpang, kemudian ditambahkan sedikit Na-CMC 0,5 % digerus sampai homogen, dituang kedalam labu tentukur 10 ml, ditambah Na-CMC 0,5 % sampai batas tanda. kemudian diberikan secara oral kepada hewan uji sesuai dengan berat badan. Perhitungan dosis kafein dapat dilihat pada Lampiran 16b halaman 71.

3.7.5 Pembuatan induksi hati ayam

Ditimbang 200 g hati ayam lalu dicuci sampai bersih, dipotong-potong untuk mempermudah pada waktu dihaluskan, diblender sampai halus, tanpa penambahan air, diberikan kepada hewan uji secara oral sebanyak 2 ml/200 g bb (Fitrya dan muharni, 2014).

3.7.6 Penyiapan hewan uji

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat dan dewasa sebanyak 25 ekor dengan berat badan 150-250 g, yang terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini telah disetujui penggunaannya oleh Ketua Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Sumatera Utara (Animal Research Ethics Commitees/AREC). Rekomendasi Persetujuannya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 65.

3.7.7 Penentuan kadar asam urat

Sebelum percobaan dilakukan, tikus dipuasakan (tidak makan tetapi tetap minum) selama 10-16 jam, lalu ditimbang berat badan tikus masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing tikus diukur kadar asam uratnya yaitu dengan cara mengambil darahnya melalui pembuluh darah vena ekor. Darah yang keluar disentuhkan pada test strip yang telah terpasang pada alat pengukuran kadar asam urat Easy touch dan dibiarkan alat mengukur kadar asam urat secara otomatis. Angka yang tampil pada layar alat dicatat sebagai kadar asam urat (mg/dl).

3.7.8 Uji pendahuluan (uji orientasi dosis ekstrak etanol teripang)

Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan belum adanya penelitian terdahulu mengenai ekstrak etanol teripang Pearsonothuria graeffei sebagai penurun kadar asam urat. Dosis yang digunakan adalah 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb dan 400 mg/kg bb, setelah itu didapatkan rentang dosis uji masing-masing ekstrak untuk diujikan kepada hewan uji. Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 10-16 jam (tidak makan tetapi tetap diberi minum). Hewan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor tikus. Masing-masing tikus dalam setiap kelompok ditimbang dan diberi tanda pada bagian ekor. Tiap kelompok diukur kadar asam urat dengan meneteskan darah yang berasal dari vena ekor tikus pada test strip, darah akan langsung meresap keujung strip, dalam 20 detik, kadar asam urat dalam darah tikus akan tampil pada layar alat, kemudian tikus diberikan suspensi kafein dosis 27 mg/200 g bb tikus dan hati ayam2ml/200 g bb secara oral selama 6 hari. Setelah penginduksian tersebut, kadar asam urat

tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafein dan hati ayam dengan dosis tersebut dapat menyebabkan hiperurisemia. Selesai perlakuan, semua tikus diistirahatkan dalam kandang dan diberi makan dan minum. Hari ke-7 dilakukan pemberian dosis ekstrak etanol teripang sesuai dengan dosis yang digunakan dan hati ayam secara oral selama 3 hari setelah tikus hiperurisemia. Pengukuran kadar asam urat dilakukan 3 hari setelah dilakukan pemberian esktrak etanol teripang (Azizahwati, et al., 2005). Bagan kerja uji orientasi dosis ekstrak etanol teripang dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 61. 3.7.9 Pengujian efek ekstrak etanol teripang terhadap kadar asam urat

Sebelum pengujian tikus dipuasakan selama 10-16 jam (tidak makan tetapi tetap diberi minum). Hewan dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Masing-masing-masing tikus dalam setiap kelompok ditimbang dan diberi tanda pada bagian ekor. Tiap kelompok diukur kadar asam urat dengan meneteskan darah yang berasal dari vena ekor tikus pada test strip, darah akan langsung meresap sampai ujung strip sampai terdengar bunyi beep, dalam 20 detik, kadar asam urat tikus akan tampil pada layar alat, kemudian tikus diberikan suspensi kafein dosis 27 mg/200 g bb tikus secara oral dan hati ayam2ml/200 g bb secara oral selama 6 hari.

Setelah penginduksian tersebut, kadar asam urat tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafein dan hati ayam dengan dosis tersebut dapat menyebabkan hiperurisemia. Selesai perlakuan, semua tikus diistirahatkan dalam kandang masing-masing dan diberi makan dan minum. Hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari, masing-masing tikus diberi perlakuan sebagai berikut:

Kelompok I : Diberikan suspensi Na-CMC 0,5%

Kelompok II : Diberikan suspensi allopurinol dosis 10 mg/kg bb.

Kelompok III : Diberikan suspensi ekstrak etanol teripang dosis 100 mg/kg bb

Kelompok IV : Diberikan suspensi ekstrak etanol teripang dosis 200 mg/kg bb

Kelompok V : Diberikan suspensi ekstrak etanol teripang dosis 300 mg/kg bb. Bahan uji dan induksi hati ayam secara oral diberikan selama 9 hari setelah tikus hiperurisemia. Dilakukan pengukuran kadar asam urat pada hari ke-3, hari ke-6 dan hari ke-9 setelah dilakukan perlakuan. Bagan kerja uji penurunan kadar asam urat darah dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 62.

Dokumen terkait