• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.3 Pengujian Analisis Jalur menggunakan Program AMOS 22 .1 Hasil Uji Normalitas (Asessment Normality)

Hasil Uji Normalitas merupakan output untuk menguji apakah data kita normal secara multivariate sebagai syarat asumsi yang harus dipenuhi dengan metode Maximum Likelihood pada pengujian AMOS 22. Multivariate normality

diuji melalui Mardia’s Statistic dan ambang batas yang digunakan adalah maksimal nilai critical ratio Mardia’s Statistic = 3 (Bagozzi & Baumgartner, 1994

dalam Ghozali 2014). Pada tingkatan univariat, normalitas data dapat dievaluasi dari skewness (=menunjukkan pemuncakan distribusi data) dimana critical ratio

untuk skewness dan kurtosistidak lebih dari ±2,58 (Bagozzi & Baumgartner, 1994 dalam Ghozali 2014). Berdasarkan kriteria-kriteria pengujian normalitas data maka disimpulkan data yang digunakan terdistribusi secara normal, sebagaimana nampak pada tabel berikut ini. Pada Tabel 6.7 diuraikan hasil dari Uji Normalitas.

Tabel 6.7 Hasil Uji Normalitas (Assesment Normality)

Nampak pada tabel diatas bahwa nilai univariate skewness tidak ada yang lebih besar dari 3 dan univariate kurtosis tidak ada yang melebihi 10 sebagaimana disarankan oleh Kline (2004). Kondisi ini didukung oleh nilai critical ratio (C.R.) untuk skewness maupun kurtosis setiap variabel tidak ada yang lebih besar dari ±2,58 sehingga bisa disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada tingkatan univariat (Byrne, 2001). Sedangkan pada basis multivariate kurtosis

nampak bahwa nilai CR. Juga tidak lebih besar dari ±2,58 sehingga disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada tingkatan multivariat (Byne, 2001).

6.3.2 Hasil Koefisien Determinasi

Priyatno (2008) menyatakan bahwa koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Koefien determinasi pada tabel square multiple correlations

pada Tabel 6.8. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat sebaiknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.

Tabel 6.8 Koefisien Korelasi (Koefisien Determinasi) Square Multiple Correlations

Estimate

Y1 0,115

Y2 0,243

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 12, 2015 (Data diolah)

Nilai koefisien determinasi pada motivasi (Y1) sebesar 0,115. Artinya 11,5% motivasi karyawan dipengaruhi oleh variabel independen kepemimpinan

transformasional dan kepemimpinan transaksional. Sedangkan sisanya 88,5% dipengaruhi oleh variabel lain. Kemudian nilai koefisien determinasi pada kinerja karyawan (Y2) sebesar 0,243. Artinya 24,3% kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional dan variabel intervening motivasi. Sedangkan sisanya 75,7% dipengaruhi oleh variabel lain.

6.3.3 Gambar Model Analisis Jalur

Gambar model persamaan diatas dalam bentuk diagram jalur seperti dibawah pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Model Kerangka Analisis Jalur Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

6.3.4 Hasil Pengujian Analisis Jalur

Dalam pola hubungan jalur, hubungan sebab akibat dapat dibedakan dua tipe pola hubungan yaitu model rekursif dan model non rekursif. Dalam model

rekursif, pola hubungan variabel eksogen dan endogen searah dalam arti tidak terjadi hubungan balik atau looping. Sebaliknya, dalam model non rekursif pola hubungan tidak seluruhnya searah atau dapat dikatakan pola hubungan dari sebagian variabel eksogen atau endogen bersifat berbalik. Pada penelitian ini model rekursif.

Hasil pengujian analisis jalur pada 123 sampel dengan menggunakan AMOS 22, metode bayesian dapat dilihat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9 Hasil Pengujian AMOS 22, Metode Bayesian

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

Hasil pengolahan data kerangka pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut: Gambar 6.2 Hasil Kerangka Pengujian

6.3.5 Pembuktian Hipotesis

Parameter ada tidaknya pengaruh secara parsial dapat diketahui berdasarkan nilai upper bound dan lower bound tidak mengandung nilai 0 (nol) pada  = 0,05. Dalam menentukan tingkat signifikan variabel tersebut dengan metode Beyesian adalah jika nilai dengan  = 0,05, cukup melihat nilai 95% lower bound sampai

95% upper bound tidak mengandung nilai 0 (nol). Jika mengandung nilai 0 (nol)

maka nilai estimasi parameter tersebut tidak signifikan pada  = 0,05.

Kesimpulan dari hasil pengujian menggunakan AMOS 22 diperoleh data seperti Tabel 6.10 berikut :

Tabel 6.10 Data Variabel Signifikan dan Tidak Signifikan

Variabel 95% Lower Bound 95% Upper Bound Keterangan Kepemimpinan transformasional

(X1) terhadap motivasi (Y1) 0,239 0,384 Signifikan

Kepemimpinan transformasional

(X1) terhadap kinerja karyawan (Y2). 0,209 0,385 Signifikan Kepemimpinan transaksional (X2)

terhadap motivasi (Y1) 0,067 0,140 Signifikan

Kepemimpinan transaksional (X2)

terhadap kinerja karyawan (Y2) 0,176 0,265 Signifikan Motivasi (Y1) terhadap kinerja

karyawan (Y1) 0,165 0,267 Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

6.4 Pembahasan

Dari hasil penelitian dengan 2 (dua) variabel eksogen dan variabel endogen 2 (dua) variabel, diperoleh seperti Tabel 6.11 berikut:

Tabel 6.11 Hasil Analisis Pengaruh

Variabel Pengaruh Keterangan/Nilai

Kepemimpinan Transformasional (X1)

terhadap motivasi (Y1) berpengaruh positif sebesar 0.309 terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif

sebesar 0.221 Kepemimpinan

Transaksional (X2)

terhadap motivasi (Y1) berpengaruh positif sebesar 0.297 terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif

sebesar 0.217 Motivasi (Y1)

terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif sebesar 0.103 Sumber : Kesimpulan hasil pengolahan AMOS versi 22, 2016 (Data Diolah)

6.4.1 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi

Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel kepemimpinan transformasional (X1) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) sebesar 0.309. Dalam hal ini jika kepemimpinan transformasional (X1) meningkat sebesar 1 satuan maka motivasi (Y1) akan meningkat sebesar 0.309. Begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan transformasional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka motivasi karyawan akan menurun sebesar 0.309.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transformasional merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatan motivasi karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi.

6.4.2 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi

Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan yaitu secara langsung terhadap motivasi (Y1) sebesar 0.297. Jadi dalam hal ini jika kepemimpinan transaksional (X2) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka motivasi akan meningkat sebesar 0.297, begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan transaksional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka motivasi karyawan akan menurun sebesar 0.297. Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transaksional merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan motivasi karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian Gomangani (2008) kepemimpinan transaksional berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi karyawan.

6.4.3 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis jalurpada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel kepemimpinan transformasional (X1) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan yaitu secara langsung terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar 0.221. Jadi dalam hal ini jika kepemimpinan transformasional (X1) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai akan meningkat sebesar 0.221, begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan transformasional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai akan menurun sebesar 0.221.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transformasional merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

6.4.4 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11,nilai koefisien dari variabel kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan yaitu secara langsung terhadap kinerja (Y1) sebesar 0.217. Jadi dalam hal ini jika kepemimpinan transaksional (X2) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0.217, begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan transaksional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan menurun sebesar 0.217.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transaksional merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan transaksional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

6.4.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel yang memiliki pengaruh signifikan yaitu secara langsung adalah variabel motivasi (Y1) terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar 0.103 artinya terjadi korelasi positif pada penghitungan persamaan kinerja karyawan (Y2). Jadi dalam hal ini jika motivasi karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0.103, begitu juga sebaliknya jika motivasi pegawai PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai akan menurun sebesar 0.103.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian Wahyu dan Poernomowati (2004) diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Dokumen terkait