• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Chapter III VII"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menunjukkan hubungan

logis antar faktor/variabel yang telah diidentifikasikan penting untuk menganalisis

masalah penelitian. Dengan perkataan lain kerangka konseptual menjelaskan pola

hubungan semua faktor/variabel yang terkait atau dijelaskan dalam landasan teori.

Pola hubungan antar variabel dalam kerangka konseptual, pada umumnya

ditampilkan dalam model skematik (Sinulingga, 2014).

Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teoritis sebagaimana telah

dijelaskan pada Bab II, kerangka konseptual penelitian yang dibangun

sebagaimana disajikan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan Gambar 3.1 maka untuk menyelesaikan persoalan tersebut

digunakan path analysis (analisis jalur). Kepemimpinan

Transformasional (X1)

Kepemimpinan Transaksional

(X2)

Motivasi (Y1)

Kinerja Karyawan

(Y2) H1

H2

H3

H4

(3)

3.2 Rumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori tersebut, hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hipotesis asosiatif (hubungan), yaitu yang menyatakan

hubungan antara dua variabel atau lebih dalam sebuah populasi.

Berdasarkan kerangka teori tersebut, hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hipotesis asosiatif (hubungan), yaitu yang menyatakan

hubungan antara dua variabel atau lebih dalam sebuah populasi. Adapun hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ho.1 : Kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh terhadap

motivasi pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

2. Ho.2 : Kepemimpinan transaksional tidak berpengaruh terhadap

motivasi pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

3. Ho.3 : Kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh terhadap

kinerja karyawan pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

4. Ho.4 : Kepemimpinan transaksional tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

5. Ho.5 : Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.

(4)
(5)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional (correlational research) yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan

dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor

berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.

Penelitian korelasional hanya tertarik untuk mendapatkan jawaban tentang ada

tidaknya hubungan satu faktor dengan faktor lain. Pendekatan dalam penelitian ini

adalah cross sectional, yaitu mengkaji variabel independen dan variabel dependen

secara bersamaan pada satu waktu tertentu. (Sinulingga, 2014).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakn di PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa yang terletak

di Jalan Raya Tanjung Morawa, Km. 14,5 Deli Serdang 20362. Waktu penelitian

dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Maret

2015.

4.3 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel independent (eksogen), satu variabel

intervening (endogen) dan satu variabel dependen (endogen). Variabel eksogen

(6)

variabel intervening adalah motivasi dan variabel endogen adalah kinerja

karyawan. Defenisi variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.1.

(7)

Pengukuran setiap variabel yang ada dalam kerangka teoritis adalah bagian

integral dari kegiatan penelitian dan merupakan salah satu aspek terpenting dalam

rancangan penelitian bersangkutan. Salah satu aspek penting dalam pengukuran

variabel operasional penelitian adalah cara memberi nilai atas setiap variabel yang

diukur. Nilai dari setiap variabel diukur dengan menggunakan skala tertentu

sesuai dengan sifat dari variabel tersebut.

Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel ini adalah skala Likert,

skala ini merupakan pernyataan deklaratif yang mengindikasikan berbagai derajat

kesetujuan (degree of agreeness) responden terhadap suatu pernyataan. Tingkat

kesetujuan itu pada umumnya dibagi atas lima tingkatan yaitu Sangat Tidak

Setuju diberi skor nilai (1), Tidak Setuju diberi skor nilai (2), Netral diberi skor

nilai (3), Setuju diberi skor nilai (4), dan Sangat Setuju diberi skor nilai (5).

Pengukuran variabel dilakukan bukan melalui pertanyaan (question) tetapi melalui

pernyataan (statement) dan respon diminta membuat pilihan tentang tingkat

kesetujuannya sesuai dengan persepsinya dengan memilih salahsatu angka

(Sinulingga, 2014)

4.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek

yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sekaran, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi PT. Sinar Sosro Tanjung

(8)

Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari

sejumlah elemen dari populasi ditari sebagai sampel melalui mekanisme tertentu

dengan tujuan tertentu. Elemen-elemen yang ditarik dari populasi akan disebut

sampel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan seluruh elemen-elemen

yang ditarik tersebut merepresentasikan karakteristik dari populasi (Sinulingga,

2014)

Juliandi dan Irfan (2013) menyatakan beberapa langkah-langkah yang dapat

dijadikan pedoman dalam menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Target populasi : menentukan populasi yang menjadi target penelitian. Dalam

hal ini adalah karyawan PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa

2. Desain pengambilan sampel : menentukan bentuk sampel yang akan

digunakan, apakah probability sampling dan non probability sampling

3. Ukuran sampel : menentukan jumlah sampel yang diambil dari populasi

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitin ini menggunakan simple

random sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu hal ini

dilakukan apabila karakteristik atau ciri dari populasi adalah relatif homogen.

Dengan kata lain tidak ada diskriminasi dalam pengambilan sampel, siapa saja

anggota populasi dapat dipilih untuk menjadi sampel penelitian (Sugiyono, 2014).

Penentuan pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini diambil

mengacu pada Table For Determining Sample Size From A Given Population oleh

Krejcie dan Morgan (2000) dalam Juliandi & Irfan (2013). Berdasarkan Tabel 4.2,

(9)

123 orang. Dalam memulai observasi penelitian akan diambil sampel 30

responden sebagai langkah awal dalam menentukan tingkat validasi dan

reliabilitas indikator dari kuisioner yang akan diberikan.

(10)

4.5 Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

sumber data primer dan sekunder.

1) Data primer

Data yang diperoleh langsung dari sumber data, yaitu dari karyawan pada

PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh tidak langsung dari sumber data, yang akan tetapi

melalui sumber data lainnya seperti dokumentasi dan hasil studi.

4.6 Instrument Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, dibutuhkan instrumen atau peralatan yang perlu

dirancang secara spesifik. Instrumen pengumpulan data adalah peralatan yang

digunakan dalam mengukur variabel-variabel independen dan dependen dari

konsep penelitian (Sinulingga, 2014). Instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik kuisioner, dan untuk

selanjutnya instrument ini kemudian akan diuji validitas dan reliabilitasnya, hal

ini akan mendapatkan kualitas instrumen penelitian dan pengumpulan kualitas

data.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam

(11)

teknik pengumpulan data yang tepat akan memudahkan pelaksanaan penelitian

dan memberikan nilai yang tinggi terhadap hasil penelitian tersebut. Beberapa

teknik pengumpulan data yang telah umum digunakan ialah interview, kuisioner,

observasi dan dokumentasi. Masing-masing teknik ini digunakan sesuai dengan

keperluannya dengan memperhatikan kendala waktu dan biaya karena mutu dan

kecukupan data adalah fungsi dari waktudan dana yang tersedia untuk

mengumpulkannya (Sinulingga, 2014).

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

dengan menggunakan kuisioner.

1. Kuisioner adalah pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui

pendapat/persepsi responden penelitian tentang suatu variabel yang diteliti.

Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuisioner dilakukan dengan

menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang berhubungan

dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu.

2. Studi dokumentasi, mengumpulkan data dan informasi dari dokumen

perusahaan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian.

4.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Keabsahan data (goodnessof data) sebuah penelitian merupakan fondasi dari

mutu hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, sebelum analisis dilakukan

keabsahan data perlu terlebih dahulu diuji dan hasil pengujian harus terbuka bagi

semua pihak yang berkaita dengan hasil penelitian tersebut. Pengujian keabsahan

(12)

validity testing) dan pengujian kehandalan atau reliabilitas data (data reliability

testing). (Sinulingga, 2014)

4.8.1 Uji Validitas

Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian

antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang

valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena

itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen

pengumpulan data (kuisioner) (Sinulingga, 2014).

Melakukan uji coba kuisioner dengan meminta 30 responden menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi

skor (nilai) akan lebih menekati kurva normal (Umar, 2010).

Kriteria pengujian dengan rumus 4.1 Korelasi product moment, uji validitas

menurut Sugiyono (2014) adalah :

1. Jika rhitung ≥ 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan valid

2. Jika rhitung < 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan tidak valid

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara faktor

dan faktor total adalah

= � −( ) ( ) � �( )� � �− ( )�

(13)

� = koefisien korelasi antara X dan Y

1 = skor variabel independen X

1 = skor variabel dependen Y

4.8.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi

dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan

menggunakan instrumen tersebut (Sinulingga, 2014).

4.8.2.1Metode Koefisien Alpha Cronbach

Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan koefisien Alpha Cronbach

yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang

pertanyaan-pertanyaannya menggunakan skor dalam rentang tertentu, dalam hal ini digunakan

rentang antara 1 sampai 5. Dalam penelitian ini akan digunakan batasan tertentu

Cronbach’s Alpha sebesar 0.60 (Ghozali, 2011)

Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien Alpha

Cronbach adalah sebagai berikut:

11= ��−1 1− �� 2 � 2

Rumus 4.2. Rumus Korelasi koefisien Alpha Cronbach Dimana:

�11 = reliabilitas instrument (koefisien Alpha Cronbach)

k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen ��2= jumlah varians butir butir pertanyaan

(14)

Instrumen pengumpul data dikatakan reliable atau diindikasikan memiliki

realibilitas tinggi apabila uji Alpha Cronbach memberikan koefisien lebih besar

�ℎ� �� ≥0,60.

4.8.3 Analisis Jalur (Path Analysis) 4.8.3.1 Pengertian Analisis Jalur

Analisis Jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang

digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matriks korelasi dai dua atau lebih

model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan

lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi

dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh

model dibandingkan dengan matriks korelasi hasil observasi variabel dan nilai

goodness-of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan goodness-of-fit

(Ghozali, 2014).

Analisis jalur merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji

hubungan kausal antara dua atau lebih variabel. Path Analysis didasarkan pada

sistem persamaan linear yang pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright

pada tahun 1930an. Path analysis diadopsi oleh bidang ilmu sosial sejak tahun

1960an. Path analysis berbeda dengan teknik analisis regresi lainnya, dimana

Path Analysis memungkinkan pengujian dengan variabel mediating/ intervening/

perantara (Ghozali, 2012). Model analisis jalur menganalisis besarnya pengaruh

(15)

4.8.3.2Karakteristik Analisis Jalur

Seperti telah dijelaskan diatas, tujuan dari analisis jalur ialah menganalisis

hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen baik

hubungan langsung maupun tidak langsung. Variabel independen yang

merupakan variabel penyebab disebut variabel eksogen (exogenous variabels) dan

variabel dependen yang merupakan variabel akibat disebut (endogenous

variabels). Model-model analisis yang telah dikembangkan untuk menjelaskan

hubungan sebab akibat tersebut menuntut persyaratan sebagai berikut (schumaker

& Lomax, 1996 dalam Sinulingga, 2014):

a. Hubungan antar variabel independen dan variabel dependen harus bersifat

linier dan merupakan hubungan sebab akibat.

b. Antar variabel independen (variabel penyebab) tidak terdapat

multikolinieritas atau kalaupun ada haruslah nilainya rendah.

c. Data yang digunakan untuk menganalisis harus berskala interval. Jika

variabel-variabel diukur dengan skala nominal atau ordinal maka harus

ditransformasikan kedalam skala interval.

d. Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diobservasi dan diukur secara

langsung

e. Semua variabel residu yaitu variabel yang tidak diukur tidak berkorelasi

dengan salah satu variabel yang ada.

f. Sifat hubungan antar variabel hanya satu arah dalam arti tidak terjadi

(16)

4.8.4 Pengujian dilakukan dengan software AMOS Versi 22

Perkembangan software AMOS telah berlangsung sangat cepat dan

sekarang AMOS Versi 22 telah ada dipasaran. Metode estimasi maximum

likelihood yang digunakan oleh program AMOS 22 memerlukan asumsi yang

sangat ketat berkaitan dengan jumlah sampel harus besar dan data terdistribusi

secara normal multivariat. Asumsi ini sering tidak dapat dipenuhi oleh peneliti.

Dengan perkembangan statistic. Bayesian saat ini, persoalan jumlah sampel kecil

dan data tidak multivariate norma dapat diatasi dengan mudah (Ghozali, 2014).

Sampai tahun 1980an statistik Bayes masih dipandang sebagai alternatif

daripada statistik klasikal. Belum diterimanya statistik Bayes untuk analisa data

kuantitatif karena perhitungan distribusi posterior yang sangat sulit dilakukan.

Baru dalam tahun 1990an ditemukan metode Markov Chain Monte Carlo

(MCMC) yang diikuti dengan pertumbuhan personal computer membuat

perhitungan distribusi posterior menjadi sangat mudah. Dengan menggunakan

MCMC kita dapat menyelesaikan masalah yang sebelumnya tidak bisa

diselesaikan dengan metode tradisional (Ghozali, 2014).

Gambar 4.1. menyajikan metode-metode estimasi parameter yang disediakan

(17)

Gambar 4.1. AMOS Versi 22

Statistik Bayesian menggunakan iterasi jumlah re-sampling data yang

sangat besar untuk mencapai distribusi normal dengan menggunakan metode

markov Chain Monte Carlo (MCMC). Program AMOS 22 telah mengintegrasikan

MCMC ke dalam program, sehingga kita dapat menggunakan metode estimasi

Bayesian. Dalam penelitian ini digunakan metode estimasi parameter Bayesian

Estimation, dengan pertimbangan tidak membutuhkan asumsi normalitas

multivariat. Koefisien parameter disimpulkan signifikan pada 0.05 jika pada nilai

credibel interval lower bound dan upper bound, range dari lower bound ke upper

(18)
(19)

BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pembentukan perusahaan Sosro tidak lepas dari sejarah terciptanya Teh

Botol yang diciptakan oleh keluarga Sosrodjojo. Tahun 1940, Keluarga

Sosrodjojo memulai usahanya di sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa

Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering

dengan merek Teh Cap Botol dimana daerah penyebarannya masih di seputar

wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas

bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk

Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan

memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi

CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Hingga

akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas

kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat

pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu

menunggu tehnya dimasak. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh

siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974

didirikan PT Sinar Sosro. PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa merupakan

perusahaan minuman ringan yang memproduksi empat jenis produk yang terdiri

dari produk A, B, C dan D. Lini 2 dan 3 memproduksi produk A dan B selama

(20)

5.2 Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan dapat dilihat

pada Gambar 5.1. PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan menggunakan tipe

organisasi lini dan staf yang merupakan kombinasi dari organisasi lini dan

fungsional.

Pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal mulai dari pucuk

pimpinan hingga level bawah. Pimpinan berhak menetapkan keputusan,

kebijaksanaan dan merealisasikan tujuan perusahaan dengan bantuan dari staf

berupa saran, data, informasi sebagai pertimbangan untuk menetapkan

keputusan/kebijaksanaan. (Sumber: PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2012)

(21)

5.2.1 Visi dan Misi Perusahaan

Tujuan utama dari perusahaan sebagai mana visi perusahaan adalah :

Menjadi perusahaan minuman yang dapat melepas rasa dahaga konsumen, kapan

saja, di mana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua Pihak yang

terkait (“TOTAL BEVERAGE COMPANY“) . Untuk mencapai visi tersebut PT.

Sinar Sosro memiliki misi yaitu :

1. Membangun merek Sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas, dan

unggul

2. Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh,

maupun non teh, dan menjadikannya pimpinan pasar dalam kategorinya

masing-masing

3. Membangun dan memimpin jaringan distribusi.

4. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka

panjang baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan.

5. Membangun Sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai

dengan nilai – nilai utama perusahaan.

6. Memberikan kepuasan kepada para pelanggan.

7. Menyumbang devisa ke negara.

5.2.2 Jam Kerja dan Tenaga Kerja

PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan merupakan perusahaan minuman

ringan yang memproduksi empat jenis produk yang terdiri dari produk A, B, C,

dan D. Lini 2 dan 3 memproduksi produk A dan B selama tiga shift yang dikemas

dalam kemasan botol. Shift pertama dimulai pukul 08.00-16.00 WIB. Shift kedua

(22)

Produk C dan D diproduksi selama satu shift kerja dimulai dari pukul 08.00-16.00

WIB . Produk C dikemas dalam kemasan kotak sedangkan produk D dalam galon.

Jumlah tenaga kerja sebanyak 268 orang dengan total karyawan produksi

180 orang dan. Data jumlah karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 5.1 Data Jumlah Karyawan per Desember 2013

No. Departemen Jumlah (orang)

1 Accounting/Finance 7

2 Pembelian 3

3 P G A 35

5 Gudang PB/PI 25

6 Quality Control 18

7 Produksi 180

Total 268

Sumber: PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan (2013)

5.2.3 Uraian Tugas Jabatan Struktural PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan

Adapun uraian tugas serta wewenang berdasarkan jabatan masing-masing,

yaitu:

1. General Manager.

a. Tugas General Manager.

1. Mengawasi pelaksanaan proses produksi.

2. Mengawasi efisiensi dan persediaan produksi.

3. Mengawasi distribusi produk jadi maupun persediaan di gudang.

4. Mengawasi pelaksanaan kegiatan personalia dan administrasi.

5. Mengkoordinir manager untuk melaksanakan sistem mutu.

b. Wewenang GeneralManajer.

(23)

2. Menentukan sistem standar mutu dan mengaudit sistem mutu.

3. Menegur dan menindak bawahan yang melakukan pelanggaran aturan.

4. Menghentikan kegiatan bila ditemukan bahan berbahaya pada produk.

2. Manager Produksi dan Maintenance.

a. Tugas Manager Produksidan Maintenance.

1. Membuat prosedur dan instruksi kerja serta formulir catatan mutu.

2. Mengontrol dan memeriksa laporan produksi dan performansi mesin.

3. Membuat program maintenance dan overhaul tahunan.

4. Meningkatkan teknik dan metode maintenance secara terus-menerus.

5. Memastikan kebersihan, keamanan dan keselamatan kerja.

6. Memastikan sistem mutu perusahaan terlaksana dengan baik.

7. Mengusulkan rekruitment, promosi, rotasi, dan pelatihan karyawan.

8. Menjadi peserta panel test pada setiap batch pemasakan.

b. Wewenang Manager Produksidan Maintenance.

1. Mengalokasikan anggaran dalam batasan wewenang yang ditetapkan.

2. Menegur bawahan yang melakukan pelanggaran kerja.

3. Menghentikan produksi jika ditemukan bahan berbahaya pada produk.

4. Mengambil keputusan apabila terjadi hambatan operasional produksi.

3. Supervisor Produksi dan Maintenance.

a. Tugas Supervisor Produksi dan Maintenance.

1. Menyiapkan bahan baku, mesin, sarana produksi dan SDM.

(24)

3. Mengecek pelaksanaan SOP produksi.

4. Melaksanakan sistem mutu perusahaan.

5. Membuat jadwal maintenance.

6. Membuat laporan performansi mesin dan pemakaian spare part.

7. Menjaga kebersihan, keamanan dan keselamatan kerja.

b. Wewenang Supervisor Produksi dan Maintenance.

1. Menegur bawahan yang bekerja tidak sesuai peraturan yang berlaku.

2. Mengambil keputusan yang perlu pada tugas setiap shift.

4. Operator Produksi.

a. Tugas Operator Produksi.

1. Menjaga kebersihan, sanitasi mesin dan ruangan kerja.

2. Menyiapkan dan menjalankan mesin sesuai perencanaan produksi.

3. Mengisi formulir laporan mesin maupun administrasi produksi.

4. Mengikuti pelatihan dan pengarahan dari supervisor atau manager.

5. Melaksanakan ketentuan sistem mutu perusahaan.

b. Wewenang Operator Produksi.

Mencatat kerusakan bahan baku dalam formulir laporan kerja.

5. Operanik.

a. Tugas Operanik.

1. Melaksanakan maintenance sesuai dengan jadwal.

2. Menjaga ketertiban, kebersihan, keamanan, dan keselamatan kerja.

3. Melaksanakan sistem mutu perusahaan.

(25)

1. Melaporkan pada atasan apabila terjadi hambatan dalam operasional.

2. Melakukan perbaikan mesin/peralatan apabila terjadi breakdown.

5.3 Proses Produksi

Produksi adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan

produk atau jasa (Sukaria, 2009).

5.3.1 Proses Produksi Produk A.

Uraian proses produksi untuk produk A adalah sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan.

a. Bahan baku.

Bahan baku merupakan bahan utama pada proses produksi sampai

dihasilkan barang jadi. Bahan baku yang digunakan adalah air yang

merupakan bahan utama serta bahan pendukung proses produksi, teh melati

yaitu campuran teh hijau dengan bunga melati dan gula dengan standar gula

> 9°brix (persentase sukrosa pada gula).

b. Bahan penolong.

Bahan penolong merupakan bahan yang dimasukkan pada produk akhir

dengan tujuan untuk meningkatkan mutu produk. Bahan penolong yang

digunakan adalah kemasan teh (botol), penutup botol (crown cork), kemasan

akhir (crate) dan ink untuk mencetak kode produksi pada botol.

c. Bahan tambahan.

Bahan tambahan tidak termasuk ke produk jadi tetapi berfungsi

(26)

dan sirup (celaton),pembunuh bakteri pada air (chlorine), pasir silika untuk

menyaring benda asing dalam air dan kaustik soda (NaOH) yang merupakan

deterjen pada proses pencucian botol.

2. Uraian proses produksi.

a. Pengolahan air (water treatment).

Proses pengolahan air bertujuan untuk memurnikan air dengan memompa

air menuju bak reservoir kemudian menyaring kotoran yang terlarut

menggunakan pasir silika. Selanjutnya air disaring menggunakan arang

karbon untuk menghilangkan bau air tanah. Kemudian air disaring

menggunakan resin untuk menghilangkan kesadahan air menjadi nol.

b. Proses pembuatan teh cair pahit.

Teh dimasukkan ke extract tea tank kemudian air dari buffer tank III

dialirkan melalui plate heat exchanger untuk mendidihkan air hingga suhu

105ºC. Penyeduhan dilakukan selama 60 menit pada suhu 90ºC.

c. Proses pembuatan sirup.

Gula dimasukkan sebanyak 500 kg/batch ke dalam sugar dissolver

kemudian dicampur air dengan suhu 105ºC selama 30 menit.

d. Proses pembuatan teh cair manis.

Sirup dan teh dicampur di mix tank kemudian disaring dengan bag filter.

Warna teh disesuaikan dengan standar perusahaan yaitu standar A, B, dan

C. Standar A berwarna pucat, standar B gelap dan standar C lebih gelap dari

(27)

e. Pembotolan.

Teh yang telah sesuai standar perusahaan dimasukkan ke dalam botol kaca

dengan proses sebagai berikut:

1. Pensortiran botol.

Mensortir botol kotor berat, kena cat, pecah, berjamur/lumut secara

manual oleh karyawan dan dengan mesin autz packer.

2. Pencucian botol.

Proses pencucian botol pada mesin washer bertujuan agar botol bersih

dan steril yang terdiri dari beberapa tahap pencucian, yaitu:

a. Preposition spraying, yaitumembilas botol dengan air.

b. Preposition soaking, yaitumembersihkan kotoran yang tersisa.

c. LYE I, yaitu menyabun botol menggunakan larutan NaOH.

d. LYEII, yaitu membersihkan botol dari kotoran yang melekat.

e. Hot water I, yaitumembilas sisa NaOH untuk membunuh bakteri.

f. Hot water II, yaitumenyemprot ulang botol dengan air panas.

g. Light inspection I, yaitumemeriksa botol secara visual.

f. Pengisian teh ke dalam botol.

Mengalirkan teh ke pasteurizer untuk menaikkan suhu teh dan botol agar

bebas bakteri dan awet selama setahun tanpa menambah zat pengawet.

g. Pemberian tutup botol (crown cork).

Memasang dan mensterilkan tutup botol berisi teh dengan mesin crowner.

1. Light inspection II.

Memeriksa produk yang tidak sesuai standar dengan mesin dan

operator.

2. Pencetakan kode produksi botol.

Mencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa pada botol.

(28)

Menyemprot air pada krat yang melalui conveyor menuju mesin

crater.

4. Penyimpanan dan masa inkubasi.

Menyusun krat pada palet berdasarkan batch produksi dan diberi

nomor, nama supervisor dan tanggal inkubasi. Inkubasi berlangsung

2-3 hari untuk memeriksa perubahan produk kemudian produk siap

dipasarkan.

5.3.2 Proses Produksi Produk B dan C

Produk B dan C hanya berbeda pada kemasan, produk B dengan kemasan

botol dan Produk C dengan kemasan kotak. Bahan baku yang digunakan adalah

teh hitam, gula, air, dan konsentrat sari buah. Bahan penolong yang digunakan

adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener. Bahan tambahan yang digunakan adalah

botol kaca, tetrapack, kardus, tutup botol dan sedotan.

Proses produksi dimulai dengan mensterilkan air tanah melalui proses water

treatment, yaitu air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan

ke tanki 2 yang berisi karbon, selanjutnya dimasukkan ke tanki 3 yang berisi

softener dan dipanaskan hingga 1000C. Air panas dialirkan ke tanki teh untuk

menyeduh teh hitam dan ke tanki gula untuk melarutkan gula menjadi sirup gula.

Sirup gula ditambahkan konsentrat sari buah sesuai jenis rasa produk kemudian

teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas.

Selanjutnya teh dialirkan ke tanki pencampuran dengan sirup gula. Teh cair manis

dialirkan ke mesin filler.

Botol yang telah steril dibawa ke mesin filler dengan belt conveyor. Teh

(29)

langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan. Botol dimasukkan ke

dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina kemudian produk siap

dipasarkan.

5.3.3 Proses Produksi Produk D

Bahan baku yang digunakan adalah air, bahan penolong terdiri dari pasir

kuarsa, karbon, dan softener dan bahan tambahan meliputi galon dan tutup galon.

Bagian luar galon dibersihkan dengan mesin filling kemudian dimasukkan

ke ruang pencucian bagian dalam galon. Air disterilkan di tanki 1 yang berisi pasir

kuarsa, kemudian tanki 2 yang berisi karbon, kemudian tanki 3 yang berisi

softener, tanki 4 merupakan tanki buffer 1 dan tanki 5 merupakan buffer 2 untuk

proses demineralisasi. Pada tanki 6 merupakan buffer 3 yang berisi karbon dan

softener. Air dimasukkan ke mesin ozonator untuk menambah ozon ke dalam air

kemudian dimasukkan ke final filler tank dan air diisi ke dalam galon. Galon yang

telah berisi ditutup dan disegel kemudian disusun ke rak galon untuk memeriksa

(30)
(31)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian 6.1.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajad kesesuaian

antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang

valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Suatu

instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen

(kuisioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Analisis

validitas dan reliabilitas dilakukan bersamaan yang diolah secara program SPSS

versi 17 melalui menu Analyze, Scale dan Reliability Analysis dan pada sampel

30 responden.

Dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, maka dilakukan analisis

korelasi antar skor pertanyaan dengan nilai standar validitas (rkritis). Untuk nilai r

product momen (rkritis), pada 30 sampel dengan taraf signifikansi 5% adalah 0,361.

Apabila nilai rhitung lebih besar atau sama dengan 0,361 maka dapat dinyatakan

item tersebut valid, sehingga seluruh pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid

(32)

Tabel 6.1 Hasil Uji Validitas

Variabel Pertanyaan Nilai rkritis Nilai rhitung Keterangan Kepemimpinan

(33)

Seluruh pertanyaan pada tiap variabel dengan masing-masing indikator

pada Tabel 6.1 memiliki nilai validitas lebih besar dari 0,361 sehingga dinyatakan

valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

6.1.2 Hasil Uji Realiabilitas

Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas

instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua

karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian Koefisien Alpha Cronbach yaitu

memberikan indikasi seberapa baik item-item dalam set saling berkorelasi secara

positif. Koefisien Alpha Cronbachdihitung sebagai interkorelasi rata-rata antara

item-item dalam set tersebut. Makin dekat nilai koefesien alpha cronbach kepada

angka 1 maka kuat konsistensi internal realiabilitas (Sinulingga, 2014). Dalam

suatu kelompok item-item pertanyaan dinyatakan reliabel bilamana angka

koefisien alpha cronbach ≥0,60 (Ghozali, 2011).

Pengujian dilakukan dengan teknik alpha cronbach, dengan jumlah sampel

30 responden. Perhitungan reliabilitas penelitian dilakukan dengan bantuan

program SPSS versi 17. Pada Tabel 6.2 diuraikan hasil reliabilitas.

Tabel 6.2 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Alpha Cronbach Keterangan

Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,966 Reliabel

Kepemimpinan Transaksional (X2) 0,946 Reliabel

Motivasi (Y1) 0,954 Reliabel

Kinerja Karyawan (Y2) 0,907 Reliabel

(34)

Dari Tabel 6.2 terlihat bahwa nilai alpha cronbach semua variabel lebih

besar dari 0,60 hal ini menunjukkan bahwa variabel reliabel atau handal untuk

digunakan dalam penelitian.

6.2 Hasil Analisis Responden

6.2.1 Kepemimpinan Transformasional (X1)

Data hasil kuisioner variabel kepemimpinan transformasional terhadap

responden karyawan diperoleh pada Tabel 6.3, yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.3 Hasil kuesioner responden untuk variabel kepemimpinan transformasional

No Pertanyaan STS 1 Pimpinan selalu mendorong bawahan untuk

menitikberatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai.

5,7 62,6 31,7

2 Pimpinan menekankan pentingnya komitmen pada

kepercayaan yang dipegang. 9,8 59,3 30,9

3 Pimpinan bertindak konsisten dengan nilai-nilai

yang diyakini. 9,8 52,8 37,4

4 Pimpinan selalu menetapkan standar kerja yang

tinggi 6,5 49,6 43,9

5 Pimpinan memberikan gambaran peluang-peluang

baru yang menarik. 29,3 45,5 25,2

6 Pimpinan tidak pernah lelah untuk terus mendorong

bawahannya dalam mencapai tujuan. 3,2 65,9 30,9

7 Pimpinan mendorong bawahan untuk berani

menyampaikan ide-ide dan opini di perusahaan ini. 12,2 71,5 16,3 8 Pimpinan mengarahkan bawahan untuk melihat

permasalahan dari segi yang berbeda. 17,1 62,6 20,3

9 Pimpinan menyarankan cara baru bagi karyawan

untuk melaksanakan pekerjaan. 9,7 64,2 26,1

10 Pimpinan selalu mengajarkan bawahan untuk jeli

melihat kemampuan orang lain 13 53,7 33,3

11 Pimpinan membantu mengembangkan potensi dan

keunggulan yang dimiliki bawahan. 23,6 69,9 6,5

12 Pimpinan memfokuskan karyawan untuk

mengembangkan kelebihan pribadi. 3,3 60,9 35,8

Rata-Rata 14,4 57 28,6

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)

Tabel 6.3 menunjukkan variabel kepemimpinan transformasional sudah

(35)

setuju adalah sebanyak 28,6%, setuju sebanyak 57% dan kurang setuju sebanyak

14,4%.

6.2.2 Kepemimpinan Transaksional (X2)

Data hasil kuesioner variabel kepemimpinan transaksional terhadap

responden karyawan diperoleh pada Tabel 6.4, yaitu sebagai berikut :

Tabel 6.4 Hasil kuesioner responden untuk variabel kepemimpinan transaksional

No Pertanyaan STS melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik.

9,8 63,4 26,8

2 Pimpinan memberikan pedoman kerja kepada

saya untuk melakukan pekerjaan. 15,5 64,2 20,3

3 Pimpinan mempromosikan saya, setiap saya

bekerja dengan keras. 9,8 58,5 31,7

4 Pimpinan mengawasi secara langsung kinerja saya agar sesuai denganstandar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.

5,7 62,6 31,7

5 Pimpinan melakukan tindakan perbaikan atas

kesalahan yang saya lakukan. 31,7 45,5 22,8

6 Pimpinan membimbing saya sebelum terjadi

penyimpangan dari aturan standar. 12,3 47,9 39,8

7 Pimpinan memberikan peringatan dan saksi apabila terjadi kesalahan dalam proses kerja yang saya lakukan.

17,9 49,6 32,5

8 Pimpinan selalu memantau kesalahan yang saya

lakukan dalam bekerja. 13 58,5 28,5

9 Pemimpin melakukan kritik dan koreksi kepada

saya setelah target yang disepakati tidak tercapai. 13,8 62,6 23,6

Rata-Rata 11,9 59,9 28,2

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)

Tabel 6.4 menunjukkan variabel kepemimpinan transaksional sudah dilaksanakan

dengan baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah

(36)

6.2.3 Motivasi (Y1)

Data hasil kuisioner variabel motivasi kerja terhadap responden karyawan

diperoleh pada Tabel 6.5, yaitu sebagai berikut :

Tabel 6.5 Hasil kuesioner responden untuk variabel motivasi

No Pertanyaan STS

1 Saya terdorong untuk mendapat kepercayaan dari

pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan. 10,6 58,5 30,9

2 Saya terdorong karena pimpinan mampu menghargai hasil kerja bawahan dan pimpinan memberi penghargaan terhadap bawahan yang berprestasi.

16,3 68,3 15,4

3 Saya terdorong karena pimpinan menunjukkan perilaku kepemimpinan nyata dan sangat menghargai pegawainya.

7,3 52,1 40,6

4 Saya terdorong karena memandang gaji yang

diterima sebanding dengan kerja. 10,6 45,5 43,9

5 Saya terdorong karena gaji yang diterima sesuai dengan perubahan harga kebutuhan pokok sehari-hari.

18,7 55,3 26

6 Saya terdorong karena memandang gaji yang

diterima dapat memacu kinerja. 37,4 52,1 10,5

7 Saya terdorong melihat pimpinan berupaya mencari

tahu keinginan dan harapan bawahannya 37,4 46,3 16,3

8 Saya terdorong melihat pimpinan mampu mengkomunikasikan harapan atau keinginannya terhadap bawahannya

21,1 55,3 23,6

9 Saya terdorong karena pimpinan mampu memberikan masukan dalam setiap permasalahan yang dihadapi bawahan

33,3 56,9 9,8

10 Saya terdorong karena merasa bahwa aturan atau prosedur yang diterapkan oleh pimpinan tidak mengekang

30,1 53,7 16,2

11 Saya terdorong karena merasa bahwa pimpinan

mampu menyelesaikan permasalahan organisasi 7,3 62,6 30,1 12 Saya terdorong karena pimpinan memiliki

pengalaman penanganan organisasi yang baik dan memiliki pengetahuan secara baik

39,1 51,2 9,7

13 Saya terdorong karena memandang pimpinan

memahami prosedur dan tata laksana pekerjaan 30,1 56,9 13,0 14 Saya terdorong karena merasa pimpinan sering

memberi pengarahan sesuai peraturan dan prosedur kerja

16,3 59,3 24,4

15 Saya terdorong karena merasa pimpinan bersifat adil

dalam memberikan penilaian terhadap hasil kerja 32,5 52,8 14,7

Rata-Rata 15,9 55,1 28,9

(37)

Tabel 6.5 menunjukkan variabel motivasi sudah dilaksanakan dengan baik,

dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak

28,9%, setuju sebanyak 55,1% dan kurang setuju sebanyak 15,9%.

6.2.4 Kinerja Karyawan (Y2)

Data hasil kuesioner variabel kinerja karyawan terhadap responden

diperoleh pada Tabel 6.6, yaitu sebagai berikut :

Tabel 6.6 Hasil kuesioner responden untuk variabel kinerja karyawan

No Pertanyaan STS menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan.

33,3 60,2 6,5

2 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan

pimpinan dengan memperhatikan kualitas. 7,3 62,6 30,1

3 Pimpinan memiliki standard kualitas bekerja

membuat saya semakin produktif. 10,6 59,3 30,1

4 Dalam menyelesaikan pekerjaan, saya bekerja dibawah waktu yang ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.

17 72,4 10,6

5 Pimpinan memberikan target jumlah dalam

bekerja, saya selalu menyelesaikannya. 17,3 60,2 32,5

6 Sistem kerja pimpinan selalu memperhatikan

kuantitas dari kualitas kerja yang saya lakukan. 17,1 52,8 30,1 7 Sebelum melakukan setiap pekerjaan dari

pimpinan, saya selalu membuat perencanaan yang baik.

30,1 50,4 19,5

8 Saya selalu bekerja dengan penuh tanggung

jawab dan menunjukan kinerja yang baik. 11,4 56,1 32,5 9 Pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan menuntut

saya untuk melakukan kinerja yang baik. 29,3

60,9

9,8

Rata-Rata 18,2 59,4 22,4

Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)

Tabel 6.6 menunjukkan variabel kinerja karyawan sudah dilaksanakan dengan

baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak

(38)

dapat dijelaskan bahwasanya karyawan sangat memahami pentingnya kinerja

dalam bekerja untuk menghasilkan target perusahaan maupun kuantitasnya.

6.3 Pengujian Analisis Jalur menggunakan Program AMOS 22 6.3.1 Hasil Uji Normalitas (Asessment Normality)

Hasil Uji Normalitas merupakan output untuk menguji apakah data kita

normal secara multivariate sebagai syarat asumsi yang harus dipenuhi dengan

metode Maximum Likelihood pada pengujian AMOS 22. Multivariate normality

diuji melalui Mardia’s Statistic dan ambang batas yang digunakan adalah

maksimal nilai critical ratio Mardia’s Statistic = 3 (Bagozzi & Baumgartner, 1994

dalam Ghozali 2014). Pada tingkatan univariat, normalitas data dapat dievaluasi

dari skewness (=menunjukkan pemuncakan distribusi data) dimana critical ratio

untuk skewness dan kurtosistidak lebih dari ±2,58 (Bagozzi & Baumgartner, 1994

dalam Ghozali 2014). Berdasarkan kriteria-kriteria pengujian normalitas data

maka disimpulkan data yang digunakan terdistribusi secara normal, sebagaimana

nampak pada tabel berikut ini. Pada Tabel 6.7 diuraikan hasil dari Uji Normalitas.

Tabel 6.7 Hasil Uji Normalitas (Assesment Normality)

(39)

Nampak pada tabel diatas bahwa nilai univariate skewness tidak ada yang

lebih besar dari 3 dan univariate kurtosis tidak ada yang melebihi 10 sebagaimana

disarankan oleh Kline (2004). Kondisi ini didukung oleh nilai critical ratio (C.R.)

untuk skewness maupun kurtosis setiap variabel tidak ada yang lebih besar dari

±2,58 sehingga bisa disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada

tingkatan univariat (Byrne, 2001). Sedangkan pada basis multivariate kurtosis

nampak bahwa nilai CR. Juga tidak lebih besar dari ±2,58 sehingga disimpulkan

bahwa data terdistribusi secara normal pada tingkatan multivariat (Byne, 2001).

6.3.2 Hasil Koefisien Determinasi

Priyatno (2008) menyatakan bahwa koefisien determinasi bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen mempengaruhi

variabel dependen. Koefien determinasi pada tabel square multiple correlations

pada Tabel 6.8. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukan seberapa besar hubungan

yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R

berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang

terjadi semakin kuat sebaiknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang

terjadi semakin lemah.

Tabel 6.8 Koefisien Korelasi (Koefisien Determinasi) Square Multiple Correlations

Estimate

Y1 0,115

Y2 0,243

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 12, 2015 (Data diolah)

Nilai koefisien determinasi pada motivasi (Y1) sebesar 0,115. Artinya

(40)

transformasional dan kepemimpinan transaksional. Sedangkan sisanya 88,5%

dipengaruhi oleh variabel lain. Kemudian nilai koefisien determinasi pada kinerja

karyawan (Y2) sebesar 0,243. Artinya 24,3% kinerja karyawan dipengaruhi oleh

variabel kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional dan

variabel intervening motivasi. Sedangkan sisanya 75,7% dipengaruhi oleh

variabel lain.

6.3.3 Gambar Model Analisis Jalur

Gambar model persamaan diatas dalam bentuk diagram jalur seperti

dibawah pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Model Kerangka Analisis Jalur Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

6.3.4 Hasil Pengujian Analisis Jalur

Dalam pola hubungan jalur, hubungan sebab akibat dapat dibedakan dua

(41)

rekursif, pola hubungan variabel eksogen dan endogen searah dalam arti tidak

terjadi hubungan balik atau looping. Sebaliknya, dalam model non rekursif pola

hubungan tidak seluruhnya searah atau dapat dikatakan pola hubungan dari

sebagian variabel eksogen atau endogen bersifat berbalik. Pada penelitian ini

model rekursif.

Hasil pengujian analisis jalur pada 123 sampel dengan menggunakan

AMOS 22, metode bayesian dapat dilihat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9 Hasil Pengujian AMOS 22, Metode Bayesian

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

Hasil pengolahan data kerangka pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut:

Gambar 6.2 Hasil Kerangka Pengujian

(42)

6.3.5 Pembuktian Hipotesis

Parameter ada tidaknya pengaruh secara parsial dapat diketahui berdasarkan

nilai upper bound dan lower bound tidak mengandung nilai 0 (nol) pada  = 0,05.

Dalam menentukan tingkat signifikan variabel tersebut dengan metode Beyesian

adalah jika nilai dengan  = 0,05, cukup melihat nilai 95% lower bound sampai

95% upper bound tidak mengandung nilai 0 (nol). Jika mengandung nilai 0 (nol)

maka nilai estimasi parameter tersebut tidak signifikan pada  = 0,05.

Kesimpulan dari hasil pengujian menggunakan AMOS 22 diperoleh data seperti

Tabel 6.10 berikut :

Tabel 6.10 Data Variabel Signifikan dan Tidak Signifikan

Variabel 95% Lower

(X1) terhadap motivasi (Y1) 0,239 0,384 Signifikan

Kepemimpinan transformasional

(X1) terhadap kinerja karyawan (Y2). 0,209 0,385 Signifikan

Kepemimpinan transaksional (X2) terhadap motivasi (Y1)

0,067 0,140 Signifikan

Kepemimpinan transaksional (X2) terhadap kinerja karyawan (Y2)

0,176 0,265 Signifikan

Motivasi (Y1) terhadap kinerja karyawan (Y1)

0,165 0,267 Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)

6.4 Pembahasan

Dari hasil penelitian dengan 2 (dua) variabel eksogen dan variabel endogen

(43)

Tabel 6.11 Hasil Analisis Pengaruh

Variabel Pengaruh Keterangan/Nilai

Kepemimpinan Transformasional (X1)

terhadap motivasi (Y1)

berpengaruh positif

terhadap motivasi (Y1)

berpengaruh positif sebesar 0.297

terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif sebesar 0.217 Motivasi (Y1)

terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif sebesar 0.103 Sumber : Kesimpulan hasil pengolahan AMOS versi 22, 2016 (Data Diolah)

6.4.1 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi

Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel

kepemimpinan transformasional (X1) yang memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) sebesar 0.309. Dalam hal ini jika

kepemimpinan transformasional (X1) meningkat sebesar 1 satuan maka motivasi

(Y1) akan meningkat sebesar 0.309. Begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan

transformasional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan,

maka motivasi karyawan akan menurun sebesar 0.309.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transformasional

merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatan motivasi karyawan di PT.

Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan

mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan

(44)

6.4.2 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi

Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel

kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan

yaitu secara langsung terhadap motivasi (Y1) sebesar 0.297. Jadi dalam hal ini jika

kepemimpinan transaksional (X2) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat

sebesar 1 satuan, maka motivasi akan meningkat sebesar 0.297, begitu juga

sebaliknya jika kepemimpinan transaksional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

menurun sebesar 1 satuan, maka motivasi karyawan akan menurun sebesar 0.297.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transaksional

merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan motivasi karyawan di

PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan

mendukung hasil penelitian Gomangani (2008) kepemimpinan transaksional

berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi karyawan.

6.4.3 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis jalurpada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel

kepemimpinan transformasional (X1) yang memiliki pengaruh positif dan

signifikan yaitu secara langsung terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar 0.221.

Jadi dalam hal ini jika kepemimpinan transformasional (X1) PT. Sinar Sosro

Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai akan

meningkat sebesar 0.221, begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan

transformasional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan,

(45)

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transformasional

merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatan kinerja karyawan di PT.

Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan

mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan

transformasional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

6.4.4 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11,nilai koefisien dari variabel

kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan

yaitu secara langsung terhadap kinerja (Y1) sebesar 0.217. Jadi dalam hal ini jika

kepemimpinan transaksional (X2) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat

sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0.217, begitu

juga sebaliknya jika kepemimpinan transaksional PT. Sinar Sosro Tanjung

Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan menurun sebesar

0.217.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transaksional

merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kinerja karyawan di PT.

Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan

mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan

transaksional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

(46)

6.4.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel yang

memiliki pengaruh signifikan yaitu secara langsung adalah variabel motivasi (Y1)

terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar 0.103 artinya terjadi korelasi positif pada

penghitungan persamaan kinerja karyawan (Y2). Jadi dalam hal ini jika motivasi

karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka

kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0.103, begitu juga sebaliknya jika

motivasi pegawai PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan,

maka kinerja pegawai akan menurun sebesar 0.103.

Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa motivasi merupakan salah satu

faktor yang mampu meningkatkan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung

Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian

Wahyu dan Poernomowati (2004) diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

6.5 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil uji hipotesis sebagaimana telah dijelaskan bahwa faktor

yang diteliti, yaitu kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional

dan motivasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.

Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung

Morawa, beberapa kebijakan yang harus ditempuh oleh perusahaan antara lain:

(47)

Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel

kepemimpinan transformasional (X1) memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) dan variabel kinerja karyawan (Y2)

yaitu sebesar 0.309 dan 0.221. Kepemimpinan transformasional

mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan dengan indikator dari

kepemimpinan seperti karisma, inspirasional, perhatian individual, serta

stimulus intelektual. Agar dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan

melalui kepemimpinan transformasional adalah:

a. Pimpinan agar membantu mengembangkan potensi dan keunggulan yang

dimiliki karyawan

b. Pimpinan agar mendorong karyawan untuk berani menyampaikan ide-ide

dan opini di perusahaan.

c. Pimpinan agar tidak pernah lelah untuk terus mendorong bawahannya

dalam mencapai tujuan.

d. Pimpinan agar selalu mendorong bawahan untuk menitikberatkan

perhatian pada tujuan yang akan dicapai.

2. Kepemimpinan Transaksional

Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel

kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) dan variabel kinerja karyawan (Y2)

yaitu sebesar 0.297 dan 0.217. Kepemimpinan transaksional mempengaruhi

(48)

manajemen eksepsi aktif dan manajemen eksepsi pasif. Agar dapat

meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan melalui kepemimpinan

transaksional adalah:

a. Pimpinan agar memberikan imbalan berupa pujian jika karyawan mampu

melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik.

b. Pimpinan agar mengawasi secara langsung kinerja karyawan agar sesuai

dengan standar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.

c. Pimpinan agar memberikan peringatan apabila terjadi kesalahan dalam

proses kerja yang dilakukan oleh karyawan.

d. Pimpinan agar melakukan kritik dan koreksi kepada karyawan setelah

(49)
(50)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kepemimpinan transformasional (X1) dan Kepemimpinan transaksional (X2)

menjelaskan motivasi kerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

adalah sebesar 11,5% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

2. Kepemimpinan transformasional (X1), Kepemimpinan transaksional (X2) dan

motivasi (Y1) menjelaskan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung

Morawa adalah sebesar 24,3% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.

3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan

transformasional, kepemimpinan transaksional dan motivasi terhadap kinerja

karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa.

4. Faktor yang paling besar berpengaruh di dalam meningkatkan kinerja

karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa adalah kepemimpinan

(51)

7.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pimpinan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa

Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, bagi pimpinan PT. Sinar Sosro

Tanjung Morawa hendaknya mempertahankan kepemimpinan

transformasional dan kepemimpinan transaksional karena keduanya

berpengaruh positif terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Jika melihat

pada hasil penelitian kepemimpinan transformasional lebih berpengaruh

positif terhadap peningkatan motivasi dan kinerja tetapi mengingat kembali

bahwa kepemimpinan yang efektif adalah kombinasi dari kedua

kepemimpinan tersebut

2. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Magister Manajemen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional dan

kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan dan positif, maka

penting mengintegrasikan materi ini dalam perkuliahan mengenai konsep dan

cara meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan melalui kepemimpinan

transformasional dan kepemimpinan transaksional

3. Bagi Penelitian selanjutnya

Bagi peneliti lain yang ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan

transformasional dan kepemimpinan transaksional terhadap motivasi dan

kinerja dapat menambahkan variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Operasional Variabel
Tabel  4.2. Table For Determining Sample Size From a Given Population
Gambar 4.1. AMOS Versi 22
+7

Referensi

Dokumen terkait

hidayah serta taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan judul: “ ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui faktor- faktor Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai Kepemimpinan Transformasional lebih kecil nilainya dari nilai ttabel artinya variabel Kepemimpinan Transformasional

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai Kepemimpinan Transformasional lebih kecil nilainya dari nilai ttabel artinya variabel Kepemimpinan Transformasional

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional terhadap Kinerja Karyawan dengan

Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Kepemimpinan Transformasional (X) dan Kinerja Karyawan (Y).. Analisis

Hasil analisis jalur Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan dapat diketahui bahwa Gaya Kepemimpinan Transformasional

Hasil analisis jalur Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan dapat diketahui bahwa Gaya Kepemimpinan Transformasional