BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menunjukkan hubungan
logis antar faktor/variabel yang telah diidentifikasikan penting untuk menganalisis
masalah penelitian. Dengan perkataan lain kerangka konseptual menjelaskan pola
hubungan semua faktor/variabel yang terkait atau dijelaskan dalam landasan teori.
Pola hubungan antar variabel dalam kerangka konseptual, pada umumnya
ditampilkan dalam model skematik (Sinulingga, 2014).
Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teoritis sebagaimana telah
dijelaskan pada Bab II, kerangka konseptual penelitian yang dibangun
sebagaimana disajikan pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan Gambar 3.1 maka untuk menyelesaikan persoalan tersebut
digunakan path analysis (analisis jalur). Kepemimpinan
Transformasional (X1)
Kepemimpinan Transaksional
(X2)
Motivasi (Y1)
Kinerja Karyawan
(Y2) H1
H2
H3
H4
3.2 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori tersebut, hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hipotesis asosiatif (hubungan), yaitu yang menyatakan
hubungan antara dua variabel atau lebih dalam sebuah populasi.
Berdasarkan kerangka teori tersebut, hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hipotesis asosiatif (hubungan), yaitu yang menyatakan
hubungan antara dua variabel atau lebih dalam sebuah populasi. Adapun hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ho.1 : Kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh terhadap
motivasi pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
2. Ho.2 : Kepemimpinan transaksional tidak berpengaruh terhadap
motivasi pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
3. Ho.3 : Kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh terhadap
kinerja karyawan pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
4. Ho.4 : Kepemimpinan transaksional tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
5. Ho.5 : Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasional (correlational research) yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan
dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
Penelitian korelasional hanya tertarik untuk mendapatkan jawaban tentang ada
tidaknya hubungan satu faktor dengan faktor lain. Pendekatan dalam penelitian ini
adalah cross sectional, yaitu mengkaji variabel independen dan variabel dependen
secara bersamaan pada satu waktu tertentu. (Sinulingga, 2014).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakn di PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa yang terletak
di Jalan Raya Tanjung Morawa, Km. 14,5 Deli Serdang 20362. Waktu penelitian
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Maret
2015.
4.3 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variabel independent (eksogen), satu variabel
intervening (endogen) dan satu variabel dependen (endogen). Variabel eksogen
variabel intervening adalah motivasi dan variabel endogen adalah kinerja
karyawan. Defenisi variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Pengukuran setiap variabel yang ada dalam kerangka teoritis adalah bagian
integral dari kegiatan penelitian dan merupakan salah satu aspek terpenting dalam
rancangan penelitian bersangkutan. Salah satu aspek penting dalam pengukuran
variabel operasional penelitian adalah cara memberi nilai atas setiap variabel yang
diukur. Nilai dari setiap variabel diukur dengan menggunakan skala tertentu
sesuai dengan sifat dari variabel tersebut.
Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel ini adalah skala Likert,
skala ini merupakan pernyataan deklaratif yang mengindikasikan berbagai derajat
kesetujuan (degree of agreeness) responden terhadap suatu pernyataan. Tingkat
kesetujuan itu pada umumnya dibagi atas lima tingkatan yaitu Sangat Tidak
Setuju diberi skor nilai (1), Tidak Setuju diberi skor nilai (2), Netral diberi skor
nilai (3), Setuju diberi skor nilai (4), dan Sangat Setuju diberi skor nilai (5).
Pengukuran variabel dilakukan bukan melalui pertanyaan (question) tetapi melalui
pernyataan (statement) dan respon diminta membuat pilihan tentang tingkat
kesetujuannya sesuai dengan persepsinya dengan memilih salahsatu angka
(Sinulingga, 2014)
4.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek
yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sekaran, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi PT. Sinar Sosro Tanjung
Sampel adalah sebuah subset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari
sejumlah elemen dari populasi ditari sebagai sampel melalui mekanisme tertentu
dengan tujuan tertentu. Elemen-elemen yang ditarik dari populasi akan disebut
sampel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan seluruh elemen-elemen
yang ditarik tersebut merepresentasikan karakteristik dari populasi (Sinulingga,
2014)
Juliandi dan Irfan (2013) menyatakan beberapa langkah-langkah yang dapat
dijadikan pedoman dalam menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Target populasi : menentukan populasi yang menjadi target penelitian. Dalam
hal ini adalah karyawan PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa
2. Desain pengambilan sampel : menentukan bentuk sampel yang akan
digunakan, apakah probability sampling dan non probability sampling
3. Ukuran sampel : menentukan jumlah sampel yang diambil dari populasi
Teknik Pengambilan sampel dalam penelitin ini menggunakan simple
random sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu hal ini
dilakukan apabila karakteristik atau ciri dari populasi adalah relatif homogen.
Dengan kata lain tidak ada diskriminasi dalam pengambilan sampel, siapa saja
anggota populasi dapat dipilih untuk menjadi sampel penelitian (Sugiyono, 2014).
Penentuan pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini diambil
mengacu pada Table For Determining Sample Size From A Given Population oleh
Krejcie dan Morgan (2000) dalam Juliandi & Irfan (2013). Berdasarkan Tabel 4.2,
123 orang. Dalam memulai observasi penelitian akan diambil sampel 30
responden sebagai langkah awal dalam menentukan tingkat validasi dan
reliabilitas indikator dari kuisioner yang akan diberikan.
4.5 Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
sumber data primer dan sekunder.
1) Data primer
Data yang diperoleh langsung dari sumber data, yaitu dari karyawan pada
PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh tidak langsung dari sumber data, yang akan tetapi
melalui sumber data lainnya seperti dokumentasi dan hasil studi.
4.6 Instrument Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, dibutuhkan instrumen atau peralatan yang perlu
dirancang secara spesifik. Instrumen pengumpulan data adalah peralatan yang
digunakan dalam mengukur variabel-variabel independen dan dependen dari
konsep penelitian (Sinulingga, 2014). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik kuisioner, dan untuk
selanjutnya instrument ini kemudian akan diuji validitas dan reliabilitasnya, hal
ini akan mendapatkan kualitas instrumen penelitian dan pengumpulan kualitas
data.
4.7 Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam
teknik pengumpulan data yang tepat akan memudahkan pelaksanaan penelitian
dan memberikan nilai yang tinggi terhadap hasil penelitian tersebut. Beberapa
teknik pengumpulan data yang telah umum digunakan ialah interview, kuisioner,
observasi dan dokumentasi. Masing-masing teknik ini digunakan sesuai dengan
keperluannya dengan memperhatikan kendala waktu dan biaya karena mutu dan
kecukupan data adalah fungsi dari waktudan dana yang tersedia untuk
mengumpulkannya (Sinulingga, 2014).
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan menggunakan kuisioner.
1. Kuisioner adalah pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui
pendapat/persepsi responden penelitian tentang suatu variabel yang diteliti.
Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuisioner dilakukan dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang berhubungan
dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu.
2. Studi dokumentasi, mengumpulkan data dan informasi dari dokumen
perusahaan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian.
4.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Keabsahan data (goodnessof data) sebuah penelitian merupakan fondasi dari
mutu hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, sebelum analisis dilakukan
keabsahan data perlu terlebih dahulu diuji dan hasil pengujian harus terbuka bagi
semua pihak yang berkaita dengan hasil penelitian tersebut. Pengujian keabsahan
validity testing) dan pengujian kehandalan atau reliabilitas data (data reliability
testing). (Sinulingga, 2014)
4.8.1 Uji Validitas
Validitas data adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena
itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen
pengumpulan data (kuisioner) (Sinulingga, 2014).
Melakukan uji coba kuisioner dengan meminta 30 responden menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi
skor (nilai) akan lebih menekati kurva normal (Umar, 2010).
Kriteria pengujian dengan rumus 4.1 Korelasi product moment, uji validitas
menurut Sugiyono (2014) adalah :
1. Jika rhitung ≥ 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan valid
2. Jika rhitung < 0,30 maka variabel pertanyaan dinyatakan tidak valid
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur koefisien korelasi antara faktor
dan faktor total adalah
� = � −( ) ( ) � �−( )� � �− ( )�
� = koefisien korelasi antara X dan Y
1 = skor variabel independen X
1 = skor variabel dependen Y
4.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi
dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut (Sinulingga, 2014).
4.8.2.1Metode Koefisien Alpha Cronbach
Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan koefisien Alpha Cronbach
yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
pertanyaan-pertanyaannya menggunakan skor dalam rentang tertentu, dalam hal ini digunakan
rentang antara 1 sampai 5. Dalam penelitian ini akan digunakan batasan tertentu
Cronbach’s Alpha sebesar 0.60 (Ghozali, 2011)
Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien Alpha
Cronbach adalah sebagai berikut:
�
11= ��−1 1− �� 2 � 2
Rumus 4.2. Rumus Korelasi koefisien Alpha Cronbach Dimana:
�11 = reliabilitas instrument (koefisien Alpha Cronbach)
k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen ��2= jumlah varians butir butir pertanyaan
Instrumen pengumpul data dikatakan reliable atau diindikasikan memiliki
realibilitas tinggi apabila uji Alpha Cronbach memberikan koefisien lebih besar
�ℎ� �� ≥0,60.
4.8.3 Analisis Jalur (Path Analysis) 4.8.3.1 Pengertian Analisis Jalur
Analisis Jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matriks korelasi dai dua atau lebih
model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan
lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi
dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh
model dibandingkan dengan matriks korelasi hasil observasi variabel dan nilai
goodness-of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan goodness-of-fit
(Ghozali, 2014).
Analisis jalur merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hubungan kausal antara dua atau lebih variabel. Path Analysis didasarkan pada
sistem persamaan linear yang pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright
pada tahun 1930an. Path analysis diadopsi oleh bidang ilmu sosial sejak tahun
1960an. Path analysis berbeda dengan teknik analisis regresi lainnya, dimana
Path Analysis memungkinkan pengujian dengan variabel mediating/ intervening/
perantara (Ghozali, 2012). Model analisis jalur menganalisis besarnya pengaruh
4.8.3.2Karakteristik Analisis Jalur
Seperti telah dijelaskan diatas, tujuan dari analisis jalur ialah menganalisis
hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen baik
hubungan langsung maupun tidak langsung. Variabel independen yang
merupakan variabel penyebab disebut variabel eksogen (exogenous variabels) dan
variabel dependen yang merupakan variabel akibat disebut (endogenous
variabels). Model-model analisis yang telah dikembangkan untuk menjelaskan
hubungan sebab akibat tersebut menuntut persyaratan sebagai berikut (schumaker
& Lomax, 1996 dalam Sinulingga, 2014):
a. Hubungan antar variabel independen dan variabel dependen harus bersifat
linier dan merupakan hubungan sebab akibat.
b. Antar variabel independen (variabel penyebab) tidak terdapat
multikolinieritas atau kalaupun ada haruslah nilainya rendah.
c. Data yang digunakan untuk menganalisis harus berskala interval. Jika
variabel-variabel diukur dengan skala nominal atau ordinal maka harus
ditransformasikan kedalam skala interval.
d. Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diobservasi dan diukur secara
langsung
e. Semua variabel residu yaitu variabel yang tidak diukur tidak berkorelasi
dengan salah satu variabel yang ada.
f. Sifat hubungan antar variabel hanya satu arah dalam arti tidak terjadi
4.8.4 Pengujian dilakukan dengan software AMOS Versi 22
Perkembangan software AMOS telah berlangsung sangat cepat dan
sekarang AMOS Versi 22 telah ada dipasaran. Metode estimasi maximum
likelihood yang digunakan oleh program AMOS 22 memerlukan asumsi yang
sangat ketat berkaitan dengan jumlah sampel harus besar dan data terdistribusi
secara normal multivariat. Asumsi ini sering tidak dapat dipenuhi oleh peneliti.
Dengan perkembangan statistic. Bayesian saat ini, persoalan jumlah sampel kecil
dan data tidak multivariate norma dapat diatasi dengan mudah (Ghozali, 2014).
Sampai tahun 1980an statistik Bayes masih dipandang sebagai alternatif
daripada statistik klasikal. Belum diterimanya statistik Bayes untuk analisa data
kuantitatif karena perhitungan distribusi posterior yang sangat sulit dilakukan.
Baru dalam tahun 1990an ditemukan metode Markov Chain Monte Carlo
(MCMC) yang diikuti dengan pertumbuhan personal computer membuat
perhitungan distribusi posterior menjadi sangat mudah. Dengan menggunakan
MCMC kita dapat menyelesaikan masalah yang sebelumnya tidak bisa
diselesaikan dengan metode tradisional (Ghozali, 2014).
Gambar 4.1. menyajikan metode-metode estimasi parameter yang disediakan
Gambar 4.1. AMOS Versi 22
Statistik Bayesian menggunakan iterasi jumlah re-sampling data yang
sangat besar untuk mencapai distribusi normal dengan menggunakan metode
markov Chain Monte Carlo (MCMC). Program AMOS 22 telah mengintegrasikan
MCMC ke dalam program, sehingga kita dapat menggunakan metode estimasi
Bayesian. Dalam penelitian ini digunakan metode estimasi parameter Bayesian
Estimation, dengan pertimbangan tidak membutuhkan asumsi normalitas
multivariat. Koefisien parameter disimpulkan signifikan pada 0.05 jika pada nilai
credibel interval lower bound dan upper bound, range dari lower bound ke upper
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pembentukan perusahaan Sosro tidak lepas dari sejarah terciptanya Teh
Botol yang diciptakan oleh keluarga Sosrodjojo. Tahun 1940, Keluarga
Sosrodjojo memulai usahanya di sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa
Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering
dengan merek Teh Cap Botol dimana daerah penyebarannya masih di seputar
wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas
bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk
Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan
memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi
CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Hingga
akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas
kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat
pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu
menunggu tehnya dimasak. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh
siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974
didirikan PT Sinar Sosro. PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa merupakan
perusahaan minuman ringan yang memproduksi empat jenis produk yang terdiri
dari produk A, B, C dan D. Lini 2 dan 3 memproduksi produk A dan B selama
5.2 Organisasi dan Manajemen
Struktur organisasi PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan dapat dilihat
pada Gambar 5.1. PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan menggunakan tipe
organisasi lini dan staf yang merupakan kombinasi dari organisasi lini dan
fungsional.
Pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal mulai dari pucuk
pimpinan hingga level bawah. Pimpinan berhak menetapkan keputusan,
kebijaksanaan dan merealisasikan tujuan perusahaan dengan bantuan dari staf
berupa saran, data, informasi sebagai pertimbangan untuk menetapkan
keputusan/kebijaksanaan. (Sumber: PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, 2012)
5.2.1 Visi dan Misi Perusahaan
Tujuan utama dari perusahaan sebagai mana visi perusahaan adalah :
Menjadi perusahaan minuman yang dapat melepas rasa dahaga konsumen, kapan
saja, di mana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua Pihak yang
terkait (“TOTAL BEVERAGE COMPANY“) . Untuk mencapai visi tersebut PT.
Sinar Sosro memiliki misi yaitu :
1. Membangun merek Sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas, dan
unggul
2. Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh,
maupun non teh, dan menjadikannya pimpinan pasar dalam kategorinya
masing-masing
3. Membangun dan memimpin jaringan distribusi.
4. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka
panjang baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan.
5. Membangun Sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai
dengan nilai – nilai utama perusahaan.
6. Memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
7. Menyumbang devisa ke negara.
5.2.2 Jam Kerja dan Tenaga Kerja
PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan merupakan perusahaan minuman
ringan yang memproduksi empat jenis produk yang terdiri dari produk A, B, C,
dan D. Lini 2 dan 3 memproduksi produk A dan B selama tiga shift yang dikemas
dalam kemasan botol. Shift pertama dimulai pukul 08.00-16.00 WIB. Shift kedua
Produk C dan D diproduksi selama satu shift kerja dimulai dari pukul 08.00-16.00
WIB . Produk C dikemas dalam kemasan kotak sedangkan produk D dalam galon.
Jumlah tenaga kerja sebanyak 268 orang dengan total karyawan produksi
180 orang dan. Data jumlah karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 5.1 Data Jumlah Karyawan per Desember 2013
No. Departemen Jumlah (orang)
1 Accounting/Finance 7
2 Pembelian 3
3 P G A 35
5 Gudang PB/PI 25
6 Quality Control 18
7 Produksi 180
Total 268
Sumber: PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan (2013)
5.2.3 Uraian Tugas Jabatan Struktural PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan
Adapun uraian tugas serta wewenang berdasarkan jabatan masing-masing,
yaitu:
1. General Manager.
a. Tugas General Manager.
1. Mengawasi pelaksanaan proses produksi.
2. Mengawasi efisiensi dan persediaan produksi.
3. Mengawasi distribusi produk jadi maupun persediaan di gudang.
4. Mengawasi pelaksanaan kegiatan personalia dan administrasi.
5. Mengkoordinir manager untuk melaksanakan sistem mutu.
b. Wewenang GeneralManajer.
2. Menentukan sistem standar mutu dan mengaudit sistem mutu.
3. Menegur dan menindak bawahan yang melakukan pelanggaran aturan.
4. Menghentikan kegiatan bila ditemukan bahan berbahaya pada produk.
2. Manager Produksi dan Maintenance.
a. Tugas Manager Produksidan Maintenance.
1. Membuat prosedur dan instruksi kerja serta formulir catatan mutu.
2. Mengontrol dan memeriksa laporan produksi dan performansi mesin.
3. Membuat program maintenance dan overhaul tahunan.
4. Meningkatkan teknik dan metode maintenance secara terus-menerus.
5. Memastikan kebersihan, keamanan dan keselamatan kerja.
6. Memastikan sistem mutu perusahaan terlaksana dengan baik.
7. Mengusulkan rekruitment, promosi, rotasi, dan pelatihan karyawan.
8. Menjadi peserta panel test pada setiap batch pemasakan.
b. Wewenang Manager Produksidan Maintenance.
1. Mengalokasikan anggaran dalam batasan wewenang yang ditetapkan.
2. Menegur bawahan yang melakukan pelanggaran kerja.
3. Menghentikan produksi jika ditemukan bahan berbahaya pada produk.
4. Mengambil keputusan apabila terjadi hambatan operasional produksi.
3. Supervisor Produksi dan Maintenance.
a. Tugas Supervisor Produksi dan Maintenance.
1. Menyiapkan bahan baku, mesin, sarana produksi dan SDM.
3. Mengecek pelaksanaan SOP produksi.
4. Melaksanakan sistem mutu perusahaan.
5. Membuat jadwal maintenance.
6. Membuat laporan performansi mesin dan pemakaian spare part.
7. Menjaga kebersihan, keamanan dan keselamatan kerja.
b. Wewenang Supervisor Produksi dan Maintenance.
1. Menegur bawahan yang bekerja tidak sesuai peraturan yang berlaku.
2. Mengambil keputusan yang perlu pada tugas setiap shift.
4. Operator Produksi.
a. Tugas Operator Produksi.
1. Menjaga kebersihan, sanitasi mesin dan ruangan kerja.
2. Menyiapkan dan menjalankan mesin sesuai perencanaan produksi.
3. Mengisi formulir laporan mesin maupun administrasi produksi.
4. Mengikuti pelatihan dan pengarahan dari supervisor atau manager.
5. Melaksanakan ketentuan sistem mutu perusahaan.
b. Wewenang Operator Produksi.
Mencatat kerusakan bahan baku dalam formulir laporan kerja.
5. Operanik.
a. Tugas Operanik.
1. Melaksanakan maintenance sesuai dengan jadwal.
2. Menjaga ketertiban, kebersihan, keamanan, dan keselamatan kerja.
3. Melaksanakan sistem mutu perusahaan.
1. Melaporkan pada atasan apabila terjadi hambatan dalam operasional.
2. Melakukan perbaikan mesin/peralatan apabila terjadi breakdown.
5.3 Proses Produksi
Produksi adalah keseluruhan proses yang dilakukan untuk menghasilkan
produk atau jasa (Sukaria, 2009).
5.3.1 Proses Produksi Produk A.
Uraian proses produksi untuk produk A adalah sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan.
a. Bahan baku.
Bahan baku merupakan bahan utama pada proses produksi sampai
dihasilkan barang jadi. Bahan baku yang digunakan adalah air yang
merupakan bahan utama serta bahan pendukung proses produksi, teh melati
yaitu campuran teh hijau dengan bunga melati dan gula dengan standar gula
> 9°brix (persentase sukrosa pada gula).
b. Bahan penolong.
Bahan penolong merupakan bahan yang dimasukkan pada produk akhir
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu produk. Bahan penolong yang
digunakan adalah kemasan teh (botol), penutup botol (crown cork), kemasan
akhir (crate) dan ink untuk mencetak kode produksi pada botol.
c. Bahan tambahan.
Bahan tambahan tidak termasuk ke produk jadi tetapi berfungsi
dan sirup (celaton),pembunuh bakteri pada air (chlorine), pasir silika untuk
menyaring benda asing dalam air dan kaustik soda (NaOH) yang merupakan
deterjen pada proses pencucian botol.
2. Uraian proses produksi.
a. Pengolahan air (water treatment).
Proses pengolahan air bertujuan untuk memurnikan air dengan memompa
air menuju bak reservoir kemudian menyaring kotoran yang terlarut
menggunakan pasir silika. Selanjutnya air disaring menggunakan arang
karbon untuk menghilangkan bau air tanah. Kemudian air disaring
menggunakan resin untuk menghilangkan kesadahan air menjadi nol.
b. Proses pembuatan teh cair pahit.
Teh dimasukkan ke extract tea tank kemudian air dari buffer tank III
dialirkan melalui plate heat exchanger untuk mendidihkan air hingga suhu
105ºC. Penyeduhan dilakukan selama 60 menit pada suhu 90ºC.
c. Proses pembuatan sirup.
Gula dimasukkan sebanyak 500 kg/batch ke dalam sugar dissolver
kemudian dicampur air dengan suhu 105ºC selama 30 menit.
d. Proses pembuatan teh cair manis.
Sirup dan teh dicampur di mix tank kemudian disaring dengan bag filter.
Warna teh disesuaikan dengan standar perusahaan yaitu standar A, B, dan
C. Standar A berwarna pucat, standar B gelap dan standar C lebih gelap dari
e. Pembotolan.
Teh yang telah sesuai standar perusahaan dimasukkan ke dalam botol kaca
dengan proses sebagai berikut:
1. Pensortiran botol.
Mensortir botol kotor berat, kena cat, pecah, berjamur/lumut secara
manual oleh karyawan dan dengan mesin autz packer.
2. Pencucian botol.
Proses pencucian botol pada mesin washer bertujuan agar botol bersih
dan steril yang terdiri dari beberapa tahap pencucian, yaitu:
a. Preposition spraying, yaitumembilas botol dengan air.
b. Preposition soaking, yaitumembersihkan kotoran yang tersisa.
c. LYE I, yaitu menyabun botol menggunakan larutan NaOH.
d. LYEII, yaitu membersihkan botol dari kotoran yang melekat.
e. Hot water I, yaitumembilas sisa NaOH untuk membunuh bakteri.
f. Hot water II, yaitumenyemprot ulang botol dengan air panas.
g. Light inspection I, yaitumemeriksa botol secara visual.
f. Pengisian teh ke dalam botol.
Mengalirkan teh ke pasteurizer untuk menaikkan suhu teh dan botol agar
bebas bakteri dan awet selama setahun tanpa menambah zat pengawet.
g. Pemberian tutup botol (crown cork).
Memasang dan mensterilkan tutup botol berisi teh dengan mesin crowner.
1. Light inspection II.
Memeriksa produk yang tidak sesuai standar dengan mesin dan
operator.
2. Pencetakan kode produksi botol.
Mencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa pada botol.
Menyemprot air pada krat yang melalui conveyor menuju mesin
crater.
4. Penyimpanan dan masa inkubasi.
Menyusun krat pada palet berdasarkan batch produksi dan diberi
nomor, nama supervisor dan tanggal inkubasi. Inkubasi berlangsung
2-3 hari untuk memeriksa perubahan produk kemudian produk siap
dipasarkan.
5.3.2 Proses Produksi Produk B dan C
Produk B dan C hanya berbeda pada kemasan, produk B dengan kemasan
botol dan Produk C dengan kemasan kotak. Bahan baku yang digunakan adalah
teh hitam, gula, air, dan konsentrat sari buah. Bahan penolong yang digunakan
adalah pasir kuarsa, karbon, dan softener. Bahan tambahan yang digunakan adalah
botol kaca, tetrapack, kardus, tutup botol dan sedotan.
Proses produksi dimulai dengan mensterilkan air tanah melalui proses water
treatment, yaitu air disaring dengan pasir kuarsa di tanki 1, kemudian dimasukkan
ke tanki 2 yang berisi karbon, selanjutnya dimasukkan ke tanki 3 yang berisi
softener dan dipanaskan hingga 1000C. Air panas dialirkan ke tanki teh untuk
menyeduh teh hitam dan ke tanki gula untuk melarutkan gula menjadi sirup gula.
Sirup gula ditambahkan konsentrat sari buah sesuai jenis rasa produk kemudian
teh dialirkan ke tanki filtrox untuk memisahkan ekstrak teh dari ampas.
Selanjutnya teh dialirkan ke tanki pencampuran dengan sirup gula. Teh cair manis
dialirkan ke mesin filler.
Botol yang telah steril dibawa ke mesin filler dengan belt conveyor. Teh
langsung ditutup dengan crown cock yang telah disterilkan. Botol dimasukkan ke
dalam crate dan dipindahkan ke kamar karantina kemudian produk siap
dipasarkan.
5.3.3 Proses Produksi Produk D
Bahan baku yang digunakan adalah air, bahan penolong terdiri dari pasir
kuarsa, karbon, dan softener dan bahan tambahan meliputi galon dan tutup galon.
Bagian luar galon dibersihkan dengan mesin filling kemudian dimasukkan
ke ruang pencucian bagian dalam galon. Air disterilkan di tanki 1 yang berisi pasir
kuarsa, kemudian tanki 2 yang berisi karbon, kemudian tanki 3 yang berisi
softener, tanki 4 merupakan tanki buffer 1 dan tanki 5 merupakan buffer 2 untuk
proses demineralisasi. Pada tanki 6 merupakan buffer 3 yang berisi karbon dan
softener. Air dimasukkan ke mesin ozonator untuk menambah ozon ke dalam air
kemudian dimasukkan ke final filler tank dan air diisi ke dalam galon. Galon yang
telah berisi ditutup dan disegel kemudian disusun ke rak galon untuk memeriksa
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil Penelitian 6.1.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang mengacu kepada derajad kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Suatu
instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen
(kuisioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Analisis
validitas dan reliabilitas dilakukan bersamaan yang diolah secara program SPSS
versi 17 melalui menu Analyze, Scale dan Reliability Analysis dan pada sampel
30 responden.
Dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, maka dilakukan analisis
korelasi antar skor pertanyaan dengan nilai standar validitas (rkritis). Untuk nilai r
product momen (rkritis), pada 30 sampel dengan taraf signifikansi 5% adalah 0,361.
Apabila nilai rhitung lebih besar atau sama dengan 0,361 maka dapat dinyatakan
item tersebut valid, sehingga seluruh pertanyaan dalam kuisioner dinyatakan valid
Tabel 6.1 Hasil Uji Validitas
Variabel Pertanyaan Nilai rkritis Nilai rhitung Keterangan Kepemimpinan
Seluruh pertanyaan pada tiap variabel dengan masing-masing indikator
pada Tabel 6.1 memiliki nilai validitas lebih besar dari 0,361 sehingga dinyatakan
valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
6.1.2 Hasil Uji Realiabilitas
Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas
instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua
karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian Koefisien Alpha Cronbach yaitu
memberikan indikasi seberapa baik item-item dalam set saling berkorelasi secara
positif. Koefisien Alpha Cronbachdihitung sebagai interkorelasi rata-rata antara
item-item dalam set tersebut. Makin dekat nilai koefesien alpha cronbach kepada
angka 1 maka kuat konsistensi internal realiabilitas (Sinulingga, 2014). Dalam
suatu kelompok item-item pertanyaan dinyatakan reliabel bilamana angka
koefisien alpha cronbach ≥0,60 (Ghozali, 2011).
Pengujian dilakukan dengan teknik alpha cronbach, dengan jumlah sampel
30 responden. Perhitungan reliabilitas penelitian dilakukan dengan bantuan
program SPSS versi 17. Pada Tabel 6.2 diuraikan hasil reliabilitas.
Tabel 6.2 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Alpha Cronbach Keterangan
Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,966 Reliabel
Kepemimpinan Transaksional (X2) 0,946 Reliabel
Motivasi (Y1) 0,954 Reliabel
Kinerja Karyawan (Y2) 0,907 Reliabel
Dari Tabel 6.2 terlihat bahwa nilai alpha cronbach semua variabel lebih
besar dari 0,60 hal ini menunjukkan bahwa variabel reliabel atau handal untuk
digunakan dalam penelitian.
6.2 Hasil Analisis Responden
6.2.1 Kepemimpinan Transformasional (X1)
Data hasil kuisioner variabel kepemimpinan transformasional terhadap
responden karyawan diperoleh pada Tabel 6.3, yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.3 Hasil kuesioner responden untuk variabel kepemimpinan transformasional
No Pertanyaan STS 1 Pimpinan selalu mendorong bawahan untuk
menitikberatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai.
5,7 62,6 31,7
2 Pimpinan menekankan pentingnya komitmen pada
kepercayaan yang dipegang. 9,8 59,3 30,9
3 Pimpinan bertindak konsisten dengan nilai-nilai
yang diyakini. 9,8 52,8 37,4
4 Pimpinan selalu menetapkan standar kerja yang
tinggi 6,5 49,6 43,9
5 Pimpinan memberikan gambaran peluang-peluang
baru yang menarik. 29,3 45,5 25,2
6 Pimpinan tidak pernah lelah untuk terus mendorong
bawahannya dalam mencapai tujuan. 3,2 65,9 30,9
7 Pimpinan mendorong bawahan untuk berani
menyampaikan ide-ide dan opini di perusahaan ini. 12,2 71,5 16,3 8 Pimpinan mengarahkan bawahan untuk melihat
permasalahan dari segi yang berbeda. 17,1 62,6 20,3
9 Pimpinan menyarankan cara baru bagi karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan. 9,7 64,2 26,1
10 Pimpinan selalu mengajarkan bawahan untuk jeli
melihat kemampuan orang lain 13 53,7 33,3
11 Pimpinan membantu mengembangkan potensi dan
keunggulan yang dimiliki bawahan. 23,6 69,9 6,5
12 Pimpinan memfokuskan karyawan untuk
mengembangkan kelebihan pribadi. 3,3 60,9 35,8
Rata-Rata 14,4 57 28,6
Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)
Tabel 6.3 menunjukkan variabel kepemimpinan transformasional sudah
setuju adalah sebanyak 28,6%, setuju sebanyak 57% dan kurang setuju sebanyak
14,4%.
6.2.2 Kepemimpinan Transaksional (X2)
Data hasil kuesioner variabel kepemimpinan transaksional terhadap
responden karyawan diperoleh pada Tabel 6.4, yaitu sebagai berikut :
Tabel 6.4 Hasil kuesioner responden untuk variabel kepemimpinan transaksional
No Pertanyaan STS melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik.
9,8 63,4 26,8
2 Pimpinan memberikan pedoman kerja kepada
saya untuk melakukan pekerjaan. 15,5 64,2 20,3
3 Pimpinan mempromosikan saya, setiap saya
bekerja dengan keras. 9,8 58,5 31,7
4 Pimpinan mengawasi secara langsung kinerja saya agar sesuai denganstandar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.
5,7 62,6 31,7
5 Pimpinan melakukan tindakan perbaikan atas
kesalahan yang saya lakukan. 31,7 45,5 22,8
6 Pimpinan membimbing saya sebelum terjadi
penyimpangan dari aturan standar. 12,3 47,9 39,8
7 Pimpinan memberikan peringatan dan saksi apabila terjadi kesalahan dalam proses kerja yang saya lakukan.
17,9 49,6 32,5
8 Pimpinan selalu memantau kesalahan yang saya
lakukan dalam bekerja. 13 58,5 28,5
9 Pemimpin melakukan kritik dan koreksi kepada
saya setelah target yang disepakati tidak tercapai. 13,8 62,6 23,6
Rata-Rata 11,9 59,9 28,2
Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)
Tabel 6.4 menunjukkan variabel kepemimpinan transaksional sudah dilaksanakan
dengan baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah
6.2.3 Motivasi (Y1)
Data hasil kuisioner variabel motivasi kerja terhadap responden karyawan
diperoleh pada Tabel 6.5, yaitu sebagai berikut :
Tabel 6.5 Hasil kuesioner responden untuk variabel motivasi
No Pertanyaan STS
1 Saya terdorong untuk mendapat kepercayaan dari
pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan. 10,6 58,5 30,9
2 Saya terdorong karena pimpinan mampu menghargai hasil kerja bawahan dan pimpinan memberi penghargaan terhadap bawahan yang berprestasi.
16,3 68,3 15,4
3 Saya terdorong karena pimpinan menunjukkan perilaku kepemimpinan nyata dan sangat menghargai pegawainya.
7,3 52,1 40,6
4 Saya terdorong karena memandang gaji yang
diterima sebanding dengan kerja. 10,6 45,5 43,9
5 Saya terdorong karena gaji yang diterima sesuai dengan perubahan harga kebutuhan pokok sehari-hari.
18,7 55,3 26
6 Saya terdorong karena memandang gaji yang
diterima dapat memacu kinerja. 37,4 52,1 10,5
7 Saya terdorong melihat pimpinan berupaya mencari
tahu keinginan dan harapan bawahannya 37,4 46,3 16,3
8 Saya terdorong melihat pimpinan mampu mengkomunikasikan harapan atau keinginannya terhadap bawahannya
21,1 55,3 23,6
9 Saya terdorong karena pimpinan mampu memberikan masukan dalam setiap permasalahan yang dihadapi bawahan
33,3 56,9 9,8
10 Saya terdorong karena merasa bahwa aturan atau prosedur yang diterapkan oleh pimpinan tidak mengekang
30,1 53,7 16,2
11 Saya terdorong karena merasa bahwa pimpinan
mampu menyelesaikan permasalahan organisasi 7,3 62,6 30,1 12 Saya terdorong karena pimpinan memiliki
pengalaman penanganan organisasi yang baik dan memiliki pengetahuan secara baik
39,1 51,2 9,7
13 Saya terdorong karena memandang pimpinan
memahami prosedur dan tata laksana pekerjaan 30,1 56,9 13,0 14 Saya terdorong karena merasa pimpinan sering
memberi pengarahan sesuai peraturan dan prosedur kerja
16,3 59,3 24,4
15 Saya terdorong karena merasa pimpinan bersifat adil
dalam memberikan penilaian terhadap hasil kerja 32,5 52,8 14,7
Rata-Rata 15,9 55,1 28,9
Tabel 6.5 menunjukkan variabel motivasi sudah dilaksanakan dengan baik,
dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak
28,9%, setuju sebanyak 55,1% dan kurang setuju sebanyak 15,9%.
6.2.4 Kinerja Karyawan (Y2)
Data hasil kuesioner variabel kinerja karyawan terhadap responden
diperoleh pada Tabel 6.6, yaitu sebagai berikut :
Tabel 6.6 Hasil kuesioner responden untuk variabel kinerja karyawan
No Pertanyaan STS menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan.
33,3 60,2 6,5
2 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan
pimpinan dengan memperhatikan kualitas. 7,3 62,6 30,1
3 Pimpinan memiliki standard kualitas bekerja
membuat saya semakin produktif. 10,6 59,3 30,1
4 Dalam menyelesaikan pekerjaan, saya bekerja dibawah waktu yang ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
17 72,4 10,6
5 Pimpinan memberikan target jumlah dalam
bekerja, saya selalu menyelesaikannya. 17,3 60,2 32,5
6 Sistem kerja pimpinan selalu memperhatikan
kuantitas dari kualitas kerja yang saya lakukan. 17,1 52,8 30,1 7 Sebelum melakukan setiap pekerjaan dari
pimpinan, saya selalu membuat perencanaan yang baik.
30,1 50,4 19,5
8 Saya selalu bekerja dengan penuh tanggung
jawab dan menunjukan kinerja yang baik. 11,4 56,1 32,5 9 Pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan menuntut
saya untuk melakukan kinerja yang baik. 29,3
60,9
9,8
Rata-Rata 18,2 59,4 22,4
Sumber : Hasil Pengolahan Microsoft Office Excel, 2007(Data Diolah)
Tabel 6.6 menunjukkan variabel kinerja karyawan sudah dilaksanakan dengan
baik, dimana rata-rata responden yang menyatakan sangat setuju adalah sebanyak
dapat dijelaskan bahwasanya karyawan sangat memahami pentingnya kinerja
dalam bekerja untuk menghasilkan target perusahaan maupun kuantitasnya.
6.3 Pengujian Analisis Jalur menggunakan Program AMOS 22 6.3.1 Hasil Uji Normalitas (Asessment Normality)
Hasil Uji Normalitas merupakan output untuk menguji apakah data kita
normal secara multivariate sebagai syarat asumsi yang harus dipenuhi dengan
metode Maximum Likelihood pada pengujian AMOS 22. Multivariate normality
diuji melalui Mardia’s Statistic dan ambang batas yang digunakan adalah
maksimal nilai critical ratio Mardia’s Statistic = 3 (Bagozzi & Baumgartner, 1994
dalam Ghozali 2014). Pada tingkatan univariat, normalitas data dapat dievaluasi
dari skewness (=menunjukkan pemuncakan distribusi data) dimana critical ratio
untuk skewness dan kurtosistidak lebih dari ±2,58 (Bagozzi & Baumgartner, 1994
dalam Ghozali 2014). Berdasarkan kriteria-kriteria pengujian normalitas data
maka disimpulkan data yang digunakan terdistribusi secara normal, sebagaimana
nampak pada tabel berikut ini. Pada Tabel 6.7 diuraikan hasil dari Uji Normalitas.
Tabel 6.7 Hasil Uji Normalitas (Assesment Normality)
Nampak pada tabel diatas bahwa nilai univariate skewness tidak ada yang
lebih besar dari 3 dan univariate kurtosis tidak ada yang melebihi 10 sebagaimana
disarankan oleh Kline (2004). Kondisi ini didukung oleh nilai critical ratio (C.R.)
untuk skewness maupun kurtosis setiap variabel tidak ada yang lebih besar dari
±2,58 sehingga bisa disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal pada
tingkatan univariat (Byrne, 2001). Sedangkan pada basis multivariate kurtosis
nampak bahwa nilai CR. Juga tidak lebih besar dari ±2,58 sehingga disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal pada tingkatan multivariat (Byne, 2001).
6.3.2 Hasil Koefisien Determinasi
Priyatno (2008) menyatakan bahwa koefisien determinasi bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Koefien determinasi pada tabel square multiple correlations
pada Tabel 6.8. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukan seberapa besar hubungan
yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R
berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang
terjadi semakin kuat sebaiknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang
terjadi semakin lemah.
Tabel 6.8 Koefisien Korelasi (Koefisien Determinasi) Square Multiple Correlations
Estimate
Y1 0,115
Y2 0,243
Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 12, 2015 (Data diolah)
Nilai koefisien determinasi pada motivasi (Y1) sebesar 0,115. Artinya
transformasional dan kepemimpinan transaksional. Sedangkan sisanya 88,5%
dipengaruhi oleh variabel lain. Kemudian nilai koefisien determinasi pada kinerja
karyawan (Y2) sebesar 0,243. Artinya 24,3% kinerja karyawan dipengaruhi oleh
variabel kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional dan
variabel intervening motivasi. Sedangkan sisanya 75,7% dipengaruhi oleh
variabel lain.
6.3.3 Gambar Model Analisis Jalur
Gambar model persamaan diatas dalam bentuk diagram jalur seperti
dibawah pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Model Kerangka Analisis Jalur Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)
6.3.4 Hasil Pengujian Analisis Jalur
Dalam pola hubungan jalur, hubungan sebab akibat dapat dibedakan dua
rekursif, pola hubungan variabel eksogen dan endogen searah dalam arti tidak
terjadi hubungan balik atau looping. Sebaliknya, dalam model non rekursif pola
hubungan tidak seluruhnya searah atau dapat dikatakan pola hubungan dari
sebagian variabel eksogen atau endogen bersifat berbalik. Pada penelitian ini
model rekursif.
Hasil pengujian analisis jalur pada 123 sampel dengan menggunakan
AMOS 22, metode bayesian dapat dilihat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Hasil Pengujian AMOS 22, Metode Bayesian
Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)
Hasil pengolahan data kerangka pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut:
Gambar 6.2 Hasil Kerangka Pengujian
6.3.5 Pembuktian Hipotesis
Parameter ada tidaknya pengaruh secara parsial dapat diketahui berdasarkan
nilai upper bound dan lower bound tidak mengandung nilai 0 (nol) pada = 0,05.
Dalam menentukan tingkat signifikan variabel tersebut dengan metode Beyesian
adalah jika nilai dengan = 0,05, cukup melihat nilai 95% lower bound sampai
95% upper bound tidak mengandung nilai 0 (nol). Jika mengandung nilai 0 (nol)
maka nilai estimasi parameter tersebut tidak signifikan pada = 0,05.
Kesimpulan dari hasil pengujian menggunakan AMOS 22 diperoleh data seperti
Tabel 6.10 berikut :
Tabel 6.10 Data Variabel Signifikan dan Tidak Signifikan
Variabel 95% Lower
(X1) terhadap motivasi (Y1) 0,239 0,384 Signifikan
Kepemimpinan transformasional
(X1) terhadap kinerja karyawan (Y2). 0,209 0,385 Signifikan
Kepemimpinan transaksional (X2) terhadap motivasi (Y1)
0,067 0,140 Signifikan
Kepemimpinan transaksional (X2) terhadap kinerja karyawan (Y2)
0,176 0,265 Signifikan
Motivasi (Y1) terhadap kinerja karyawan (Y1)
0,165 0,267 Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan AMOS versi 22, 2015 (Data diolah)
6.4 Pembahasan
Dari hasil penelitian dengan 2 (dua) variabel eksogen dan variabel endogen
Tabel 6.11 Hasil Analisis Pengaruh
Variabel Pengaruh Keterangan/Nilai
Kepemimpinan Transformasional (X1)
terhadap motivasi (Y1)
berpengaruh positif
terhadap motivasi (Y1)
berpengaruh positif sebesar 0.297
terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif sebesar 0.217 Motivasi (Y1)
terhadap kinerja (Y2) berpengaruh positif sebesar 0.103 Sumber : Kesimpulan hasil pengolahan AMOS versi 22, 2016 (Data Diolah)
6.4.1 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi
Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel
kepemimpinan transformasional (X1) yang memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) sebesar 0.309. Dalam hal ini jika
kepemimpinan transformasional (X1) meningkat sebesar 1 satuan maka motivasi
(Y1) akan meningkat sebesar 0.309. Begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan
transformasional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan,
maka motivasi karyawan akan menurun sebesar 0.309.
Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatan motivasi karyawan di PT.
Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan
mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan
6.4.2 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi
Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel
kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan
yaitu secara langsung terhadap motivasi (Y1) sebesar 0.297. Jadi dalam hal ini jika
kepemimpinan transaksional (X2) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat
sebesar 1 satuan, maka motivasi akan meningkat sebesar 0.297, begitu juga
sebaliknya jika kepemimpinan transaksional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
menurun sebesar 1 satuan, maka motivasi karyawan akan menurun sebesar 0.297.
Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transaksional
merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan motivasi karyawan di
PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan
mendukung hasil penelitian Gomangani (2008) kepemimpinan transaksional
berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi karyawan.
6.4.3 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis jalurpada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel
kepemimpinan transformasional (X1) yang memiliki pengaruh positif dan
signifikan yaitu secara langsung terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar 0.221.
Jadi dalam hal ini jika kepemimpinan transformasional (X1) PT. Sinar Sosro
Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja pegawai akan
meningkat sebesar 0.221, begitu juga sebaliknya jika kepemimpinan
transformasional PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan,
Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatan kinerja karyawan di PT.
Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan
mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan
transformasional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
6.4.4 Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11,nilai koefisien dari variabel
kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan
yaitu secara langsung terhadap kinerja (Y1) sebesar 0.217. Jadi dalam hal ini jika
kepemimpinan transaksional (X2) PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat
sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0.217, begitu
juga sebaliknya jika kepemimpinan transaksional PT. Sinar Sosro Tanjung
Morawa menurun sebesar 1 satuan, maka kinerja karyawan akan menurun sebesar
0.217.
Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa kepemimpinan transaksional
merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan kinerja karyawan di PT.
Sinar Sosro Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan
mendukung hasil penelitian Soekarini (2014) menunjukkan bahwa kepemimpinan
transaksional memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
6.4.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel yang
memiliki pengaruh signifikan yaitu secara langsung adalah variabel motivasi (Y1)
terhadap kinerja karyawan (Y2) sebesar 0.103 artinya terjadi korelasi positif pada
penghitungan persamaan kinerja karyawan (Y2). Jadi dalam hal ini jika motivasi
karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa meningkat sebesar 1 satuan, maka
kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0.103, begitu juga sebaliknya jika
motivasi pegawai PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa menurun sebesar 1 satuan,
maka kinerja pegawai akan menurun sebesar 0.103.
Dengan hasil penelitian ini, jelas bahwa motivasi merupakan salah satu
faktor yang mampu meningkatkan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung
Morawa. Hasil penelitian ini telah membuktikan dan mendukung hasil penelitian
Wahyu dan Poernomowati (2004) diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja karyawan.
6.5 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil uji hipotesis sebagaimana telah dijelaskan bahwa faktor
yang diteliti, yaitu kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional
dan motivasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.
Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung
Morawa, beberapa kebijakan yang harus ditempuh oleh perusahaan antara lain:
Berdasarkan hasil analisis jalur Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel
kepemimpinan transformasional (X1) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) dan variabel kinerja karyawan (Y2)
yaitu sebesar 0.309 dan 0.221. Kepemimpinan transformasional
mempengaruhi motivasi dan kinerja karyawan dengan indikator dari
kepemimpinan seperti karisma, inspirasional, perhatian individual, serta
stimulus intelektual. Agar dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan
melalui kepemimpinan transformasional adalah:
a. Pimpinan agar membantu mengembangkan potensi dan keunggulan yang
dimiliki karyawan
b. Pimpinan agar mendorong karyawan untuk berani menyampaikan ide-ide
dan opini di perusahaan.
c. Pimpinan agar tidak pernah lelah untuk terus mendorong bawahannya
dalam mencapai tujuan.
d. Pimpinan agar selalu mendorong bawahan untuk menitikberatkan
perhatian pada tujuan yang akan dicapai.
2. Kepemimpinan Transaksional
Berdasarkan hasil analisis jalur pada Tabel 6.11, nilai koefisien dari variabel
kepemimpinan transaksional (X2) yang memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel motivasi (Y1) dan variabel kinerja karyawan (Y2)
yaitu sebesar 0.297 dan 0.217. Kepemimpinan transaksional mempengaruhi
manajemen eksepsi aktif dan manajemen eksepsi pasif. Agar dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan melalui kepemimpinan
transaksional adalah:
a. Pimpinan agar memberikan imbalan berupa pujian jika karyawan mampu
melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan dengan baik.
b. Pimpinan agar mengawasi secara langsung kinerja karyawan agar sesuai
dengan standar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan.
c. Pimpinan agar memberikan peringatan apabila terjadi kesalahan dalam
proses kerja yang dilakukan oleh karyawan.
d. Pimpinan agar melakukan kritik dan koreksi kepada karyawan setelah
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan transformasional (X1) dan Kepemimpinan transaksional (X2)
menjelaskan motivasi kerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
adalah sebesar 11,5% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
2. Kepemimpinan transformasional (X1), Kepemimpinan transaksional (X2) dan
motivasi (Y1) menjelaskan kinerja karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung
Morawa adalah sebesar 24,3% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
transformasional, kepemimpinan transaksional dan motivasi terhadap kinerja
karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa.
4. Faktor yang paling besar berpengaruh di dalam meningkatkan kinerja
karyawan di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa adalah kepemimpinan
7.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pimpinan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, bagi pimpinan PT. Sinar Sosro
Tanjung Morawa hendaknya mempertahankan kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional karena keduanya
berpengaruh positif terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Jika melihat
pada hasil penelitian kepemimpinan transformasional lebih berpengaruh
positif terhadap peningkatan motivasi dan kinerja tetapi mengingat kembali
bahwa kepemimpinan yang efektif adalah kombinasi dari kedua
kepemimpinan tersebut
2. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Magister Manajemen
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan dan positif, maka
penting mengintegrasikan materi ini dalam perkuliahan mengenai konsep dan
cara meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan melalui kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional
3. Bagi Penelitian selanjutnya
Bagi peneliti lain yang ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan
transformasional dan kepemimpinan transaksional terhadap motivasi dan
kinerja dapat menambahkan variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi