• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pengujian Angka Kapang Khamir

Uji angka kapang khamir merupakan salah satu parameter mikrobiologis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar jumlah kapang khamir yang terdapat dalam sediaan obat tradisional dan sebagai penanda kualitas produk obat tradisional. Jumlah angka kapang khamir yang melebihi batas yang sudah

ditetapkan yaitu >103 koloni/ml, menunjukkan kemunduran mutu obat tradisional dan memungkinkan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan yang mengkonsumsinya.

Pertumbuhan kapang khamir pada bahan makanan maupun bahan baku obat tradisional dapat mengurangi kualitas makanan maupun obat tradisional dikarenakan kapang dapat menghasilkan toksin yang berbahaya terhadap tubuh manusia. Menurut Pratiwi (2008), aflatoksin merupakan toksin yang dihasilkan oleh kapang kelas Deuteomycetes genus Aspergilllus. Apabila seseorang mengkonsumsi aflatoksin secara terus menerus dapat menyebabkan keracunan akut dan mengakibatkan terjadinya kerusakan hati, serta pada kasus serius dapat menimbulkan kematian. Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen pada manusia. Candida albicans adalah khamir yang bersifat patogen dan paling sering menyebabkan infeksi pada mulut, sinus, tenggorokan, dan saluran reproduksi.

Menurut Radji (2010), prinsip pengujian angka kapang khamir adalah pertumbuhan kapang khamir setelah sampel diinokulasikan pada media yang mempunyai nutrisi yang sesuai. Kapang membutuhkan oksigen untuk tetap dapat hidup sedangkan khamir bersifat fakultatif yang berarti dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Suhu optimum pertumbuhan kapang dan khamir adalah 25-300C. Penelitian ini menggunakan suhu inkubasi 250C dan diinkubasi selama 5 hari. Inkubasi dilakukan selama 5 hari dikarenakan kapang khamir memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan bakteri sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk membentuk spora. Bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana,

yaitu materi genetik (DNA) yang tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, struktur eksternal sel (glikokaliks, flagella, fimbria, fili), dinding sel (peptidoglikan), dan struktur internal sel (membran sitoplasma, sitoplasma, area nukleus, ribosom, dan mesosom). Sedangkan khamir memiliki morfologi tidak mempunyai flagel dan ukurannya lebih besar dari sel bakteri dengan lebar 1 – 5 mm dan panjang berkisar 5 – 30 mm. Pada kapang terdapat meselium dan spora, diperlukan beberapa hari pada kondisi yang optimal untuk pembentukan spora (Radji, 2010).

Media yang digunakan pada pengujian angka kapang khamir adalah media Potato Dextrose Agar (PDA) yang ditambah dengan kloramfenikol. Penggunaan media PDA sebagai media pertumbuhan kapang khamir, dikarenakan media ini mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang khamir. Media PDA mengandung dektrosa dan ekstrak kentang yang berfungsi sebagai sumber energi untuk menstimulasi pertumbuhan konidia kapang khamir. Selain itu, media PDA memiliki pH yang sesuai dengan pH optimum pertumbuhan kapang khamir yaitu 5,6 + 0,2. Menurut Radji (2010), kapang dan khamir dapat tumbuh pada rentang pH pertumbuhan 6,5 – 7,5, sedangkan pertumbuhan optimumnya berada pada pH 5 – 6, sehingga media yang digunakan cocok untuk pertumbuhan kapang dan khamir. Potato Dextrose Agar adalah media yang direkomendasikan untuk menumbuhkan dan menghitung kapang khamir pada produk makanan atau minuman (Bridson, 2006).

Media Potato Dextrose Agar yang digunakan ditambah kloramfenikol yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga diharapkan koloni yang tumbuh pada media PDA adalah kapang khamir sebagai parameter uji.

Menurut Susanti (2009), kloramfenikol digunakan sebagai antibakteri karena kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik spektrum luas sehingga banyak bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya. Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri dengan mengikat sub unit ribosom 50-S dan menghambat pembentukan ikatan peptida bakteri. Ikatan peptida berperan untuk pembentukan dinding sel bakteri. Apabila pembentukan ikatan peptida dihambat, maka pembentukan dinding sel akan terganggu dan sel akan lisis. Kloramfenikol hanya menghambat pertumbuhan bakteri bukan menghambat pertumbuhan kapang khamir dikarenakan kapang khamir merupakan sel eukariotik yang tidak memiliki peptidoglikan sebagai penyusun dinding sel. Dinding sel fungi terbentuk dari kitin, sehingga antibiotik kloramfenikol tidak dapat menghambat pembentukan dinding sel pada fungi.

Konsentrasi sel fungi di dalam spesimen tidak diketahui sebelumnya, sehingga perlu dilakukan pengenceran hingga beberapa tingkat. Pengenceran bertujuan untuk memperoleh koloni – koloni yang terpisah diatas permukaan media serta untuk memudahkan perhitungan hasil. Pengenceran dilakukan hingga 10-4, karena pada tingkat pengenceran keempat sudah didapatkan koloni terpisah. Prinsip dari seri pengenceran adalah diperolehnya individu fungi yang tumbuh secara terpisah pada media setelah inkubasi. Uji AKK ini menggunakan metode pour plate agar sampel yang ditanam dapat tersebar merata pada cawan petri, sehingga lebih mudah dalam melakukan pengamatan serta perhitungan jumlah koloni yang tumbuh. Untuk memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh pada media PDA benar – benar berasal dari sampel bukan kontaminan dari cara kerja dan untuk

melihat apakah cara kerja yang dilakukan sudah aseptis yaitu dengan cara uji sterilitas media dan uji sterilitas pengencer PDF. Uji sterilisasi media bertujuan untuk memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh bukan berasal dari media, sedangkan uji sterilisasi pengencer berisi media PDA dan pengencer PDF yang bertujuan memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh bukan berasal dari larutan pengencer.

Sampel diinkubasi terbalik selama 5 hari pada suhu 250C setelah sampel diencerkan dan ditanam pada media PDA. Semua sampel yang sudah ditaman pada media dalam cawan petri diinkubasi secara terbalik supaya uap air yang terbentuk selama masa inkubasi tidak menetes pada media dan mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Pengamatan angka kapang khamir dilakukan pada hari ke-3 dan hari k-5. Koloni kapang yang dihitung adalah koloni tunggal yang mempunyai serabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula – mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah terbentuk maka akan terjadi perubahan warna tergantung dari jenis kapang. Sedangkan koloni khamir yang dihitung adalah koloni terpisah yang berbentuk bulat dan berwarna putih tanpa berserabut. Jika terdapat koloni yang bertumpuk, maka dianggap sebagai 1 koloni. Pengamatan juga dilakukan pada hari ke-3 untuk menghindari adanya kesalahan perhitungan jumlah koloni yang bertumpuk, maka pengamatan tidak hanya dilakukan pada hari ke-5 yang merupakan puncak pertumbuhan fungi. Pada hari ke-3 pertumbuhan kapang khamir belum maksimal sehingga koloni mudah dihitung.

Untuk mengetahui jumlah kapang khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur, maka dapat digunakan metode hitungan cawan petri yang didasarkan pada

anggapan bahwa sel yang hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Perhitungan sel – sel hidup dilakukan dengan metode plate count yaitu menghitung jumlah sel yang mampu membentuk koloni pada media pembenihan yang sesuai. Koloni yang tampak pada media pertumbuhan merupakan suatu indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel dan berkembang menjadi satu koloni.

Tabel III. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang A inkubasi 5 hari

Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras kencur

Sampel Pengenceran Replikasi Jumlah koloni AKK (koloni/ml) Cawan 1 Cawan 2 Rata-rata koloni A 10-1 I ∞ ∞ ∞ 6,8 x 105 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 187 179 183 10-4 61 75 68 10-1 II ∞ ∞ ∞ 7,6 x 105 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 181 168 175 10-4 94 58 76 10-1 III ∞ ∞ ∞ 6,2 x 105 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 191 187 189 10-4 59 64 61,5

RATA-RATA AKK PEDAGANG A

6,9 x 105 koloni/ml

Tabel IV. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang B inkubasi 5 hari

Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras kencur

Tabel V. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang C inkubasi 5 hari Sampel Pengenceran Replikasi Jumlah koloni AKK

(koloni/ml) Cawan 1 Cawan 2 Rata-rata kloni B 10-1 I ∞ ∞ ∞ 2,6 x 106 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ ∞ 10-4 250 268 259 10-1 II ∞ ∞ ∞ 2,9 x 106 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ ∞ 10-4 291 298 294 10-1 III ∞ ∞ ∞ 3,1 x 106 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ ∞ 10-4 321 296 308

RATA-RATA AKK PEDAGANG B 2,9 x 106

koloni/ml

Sampel Pengenceran Replikasi lJumlah koloni AKK (koloni/ml) Cawan 1 Cawan 2 Total C 10-1 I ∞ ∞ ∞ 1,9 x 106 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ ∞ 10-4 198 178 376 10-1 II ∞ ∞ ∞ 2,6 x 106 10-2 ∞ ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ ∞ 10-4 267 244 255 10-1 ∞ ∞ ∞

Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras kencur

Analisis hasil pengujian kapang khamir dilakukan berdasarkan PPOMN (2006). Nilai Angka Kapang Khamir yang dapat dihitung dari cawan petri yaitu yang menunjukkan 10 – 150 koloni. Pada tabel IV dan V tidak ada satupun jumlah koloni pada cawan petri yang masuk dalam kriteria perhitungan berdasarkan PPOMN 2006, sehingga perhitungan berdasarkan prosedur Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta (2000) dengan ketentuan, apabila pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 terdapat pertumbuhan koloni kapang khamir yang sangat banyak sehingga tidak dapat dihitung maka jumlah koloni yang dihitung yaitu pada pengenceran 10-4 sebagai nilai angka kapang khamir. Data yang digunakan adalah jumlah koloni pada pengenceran 10-4 (data yang berwarna kuning pada tabel IV dan tabel V). Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak tumbuh mikroba yang menandakan bahwa tidak ada kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh pada tabel III, IV, dan V menunjukkan bahwa nilai Angka Kapang Khamir dari ketiga pedagang jamu beras kencur melebihi batas yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka kapang khamir yang diperbolehkan tidak melebihi 103 koloni/mL. Nilai Angka

10-2 III ∞ ∞ ∞ 2,2 x 106

10-3 ∞ ∞ ∞

10-4 233 215 224

RATA-RATA AKK PEDAGANG C 2,2 x 106

Kapang Khamir pada jamu beras kencur pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml, pada pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x 106 koloni/ml. Nilai Angka Kapang Khamir yang melebihi batas yang ditetapkan yaitu >103 koloni/ml dipengaruhi oleh cara pembuatan jamu beras kencur, bahan baku yang digunakan, serta cara penyimpanan jamu beras kencur. Berdasarkan observasi dan wawancara pada satu pedagang jamu yang dianggap dapat mewakili pedagang jamu lainnya, pada saat pencucian rimpang kencur dan beras yang merupakan bahan baku pembuatan jamu hanya satu kali dilakukan pencucian. Hal ini memungkinkan kapang khamir masih menempel pada rimpang kencur apabila pada saat pencucian tidak bersih. Menurut Pratiwi (2008), salah satu habitat kapang khamir terdapat di dalam tanah dan bahan baku yang digunakan yaitu berupa rimpang yang tumbuh di dalam tanah. Oleh karena itu, kapang khamir sangat mudah mencemari bahan baku tersebut dan apabila rimpang tidak dicuci dengan bersih, maka kontaminasi kapang khamir semakin tinggi, sehingga nilai angka kapang khamir juga semakin tinggi.

Jamu beras kencur setelah pembuatan langsung disimpan pada wadah tertutup yang dapat menimbulkan uap air, sehingga uap yang ditimbulkan menyebabkan kelembaban pada wadah meningkat. Kelembaban yang tinggi dapat memicu pertumbuhan kapang khamir. Kelembaban merupakan tempat yang baik bagi kapang dan khamir untuk tumbuh. Adanya kapang khamir dalam sediaan jamu perlu diwaspadai terutama kapang khamir yang bersifat patogen akan dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia. Menurut Riza (2009), salah satu khamir yang bersifat patogen adalah Candida albicans yang dapat menyebabkan sariawan,

sedangkan contoh kapang yang bersifat patogen adalah kelas Deuteromycetes genus Aspergillus yang menghasilkan alfatoksin yang bersifat karsinogenik dan hepatotoksik terhadap tubuh. Kapang dan khamir yang bersifat patogen dapat tumbuh pada kondisi yang lembab dan kondisi lingkungan yang tidak bersih. Proses pengolahan jamu yang tidak higienis sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi kontaminasi oleh spora-spora dari kapang dan khamir. Oleh karena itu, diperlukan uji lebih lanjut untuk mengetahui jenis kapang dan khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur.

Dokumen terkait