• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Uji Identifikasi Bakteri Salmonella spp

Uji identifikasi Salmonella spp bertujuan untuk mengetahui apakah sampel jamu beras kencur mengandung cemaran bakteri Salmonella atau tidak. Uji identifikasi bakteri patogen merupakan salah satu parameter dari keamanan obat tradisional. Menurut Radji (2010), Salmonella merupakan bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia, bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella spp. Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Salmonella spp. Orang yang terinfeksi akan mengalami gejala demam, diare, kram perut, pusing, sakit kepala, dan rasa mual. Gejala yang tampak terkadang disertai dengan demam, dimana suhu tubuh antara 37,10- 38,50C. Gejala paling serius adalah dehidrasi yang pada akhirnya akan menimbulkan kematian apabila tidak segera diobati. Uji identifikasi bakteri Salmonella spp dalam sampel jamu beras kencur terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengkayaan, tahap isolasi, dan uji penegasan melalui uji biokimiawi.

1. Uji pengkayaan pada media Selenite Broth

Uji pengkayaan merupakan uji yang bertujuan untuk menumbuhkan mikroba dari sampel jamu berus kencur, sehingga dapat tumbuh optimal dalam media pengkaya, yaitu Selenite Broth. Menurut Bridson (2006), Selenite Broth adalah media pengkaya yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses, produk makanan maupun produk minuman. Media ini mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella. Pada tahap pengkayaan dilakukan 3 kali replikasi, bertujuan untuk menegaskan hasil yang dilakukan sehingga hasil pengujian yang diperoleh akan lebih valid. Pada uji ini menggunakan kontrol positif yang dibuat dengan menginokulasikan biakan murni Salmonella typhi ATCC 14028 pada media Selenite Broth. Salmonella typhi ATCC 14028 merupakan Salmonella enterica dengan subspesies enterica dan serotype Typhimurium (ATCC, 2015). Kontrol positif sebagai pembanding apakah reaksi dan karakteristiknya sama dengan sampel, apabila sama maka hasilnya adalah positif. Salmonella dapat tumbuh baik dalam media ini, yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada media Salenite Broth. Sampel kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Suhu 370C adalah suhu optimum bagi pertumbuhan Salmonella spp.

Gambar 2. Uji pengkayaan dalam media selenite Broth Keterangan : K+: kontrol positif ; A: sampel uji replikasi 1 ; B: sampel uji

replikasi 2 ; C: sampel uji replikasi 3.

Berdasarkan data yang diperoleh (gambar 2), sampel dari pedagang A yaitu pada replikasi 2 dan replikasi 3 terjadi perubahan warna dari bening menjadi orange keruh, sedangkan pada replikasi 1 kekeruhannya hampir sama dengan kontrol positif. Sampel dari pedagang B dan C juga terjadi perubahan warna dari bening menjadi orange keruh pada replikasi 1, 2, dan 3. Hal ini sesuai dengan Bridson (2006) yang mengatakan bahwa adanya kekeruhan menunjukkan hasil positif. Setelah didapatkan hasil positif pada media Selenite Broth, maka untuk menegaskan hasil dilakukan isolasi sampel dari media Selenite Broth pada media selektif pertumbuhan Salmonella spp.

2. Isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dalam media

Hektoen Enteric Agar (HEA)

Isolasi Salmonella spp bertujuan untuk menegaskan bakteri yang tumbuh selama uji pengkayaan adalah Salmonella spp. Pada tahap isolasi ini dilakukan penanaman sampel dari media pengkayaan ke media selektif dan diamati

Pedagang A K+ K+ K+ A B C A B C A B C Pedagang B Pedagang C

pertumbuhan koloni bakteri yang muncul. Media selektif yang digunakan pada uji isolasi Salmonella spp adalah Hektoen Enteric Agar (HEA). Media HEA merupakan media selektif untuk pertumbuhan Salmonella spp dan Shigella. Menurut Bridoson (2006), Hektoen Enteric Agar mengandung peptone, yeast extract, laktosa, sukrosa, salicin, bile salts , sodium chloride, sodium thiosulphate, ammonium ferric citrate, acid fuchsin, bromothymol blue, agar. Media HEA tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Tiosulfat berfungsi sebagai indikator adanya produksi H2S dimana koloni bakteri yang memproduksi H2S akan tampak warna hitam ditengah koloni. Salmonella tidak dapat memfermentasikan laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol biru. Pertumbuhan salmonella pada media Hektoen Enteric Agar terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam.

Pada tahap isolasi, satu sengkelit dari biakan pengkayaan diinokulasikan pada media HEA dengan metode streak plate dan dinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Metode streak plate digunakan untuk mendapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Hal ini juga dilakukan terhadap kontrol positif yaitu menginokulasikan 1 sengkelit kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028 sebagai pembanding. Metode streak plate menggunakan jarum ose untuk menggoreskan biakan secara zig-zag. Jarum ose dipijarkan diatas nyala api bunsen sampai berpijar,

kemudian didinginkan dan selanjutnya diambil satu ose dari media pengkayaan dan digoreskan pada satu ujung di media agar. Penggoresan pada media ada empat tahap (empat kuadran). Tahap pertama penggoresan dilakukan pada permukaan media agar dimulai pada satu ujung sebagai kuadran pertama. Kemudian jarum ose dipijarkan dan didinginkan, selanjutnya dilakukan penggoresan pada kuadran kedua dengan mengenai ujung kuadran pertama, setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, ose terlebih dahulu dipijarkan dan biarkan dingin. Tujuan penggoresan dengan empat kuadran, diharapkan masing – masing goresan saling berhubungan sehingga diperoleh koloni terpisah pada titik pertemuan antara kuadran.

Salmonella typhi ATCC 14028 Sampel jamu beras kencur Gambar 3. Hasil uji isolasi Salmonella spp pada jamu beras kencur dalam

media Hektoen Enteric Agar (HEA)

Berdasarkan data (gambar 3), karakteristik pertumbuhan koloni bakteri pada kontrol positif dan sampel jamu beras kencur berbeda. Pada kontrol positif, koloni bakteri yang tumbuh memiliki ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk bulat, terlihat berwarna hijau kebiruan dengan titik hitam. Sedangkan pada sampel jamu beras kencur, koloni bakteri yang tumbuh memiliki ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk

bulat dan berwarna merah muda. Menurut Bridson (2006), pada media HEA bakteri yang dapat tumbuh adalah bakteri Salmonella spp dan Shigella, pada media HEA juga memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri lain, seperti bakteri yang mampu memfermentasikan glukosa. Bakteri yang mampu memfermentasikan glukosa memiliki karakteristik koloni berwarna merah muda atau merah dengan bentuk bulat.

Hasil yang diperoleh dari tahap isolasi adalah tidak semua media sampel terdapat pertumbuhan koloni bakteri. Media yang ditumbuhi bakteri yaitu media yang berisi sampel jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B, sedangkan media yang berisi sampel dari pedagang C tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri. Koloni bakteri yang tumbuh pada media tidak sesuai dengan kontrol positif (Lampiran 10,11,12). Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat cemaran Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dari ketiga pedagang. Maka, perlu dilakukan uji konfirmasi (uji biokimiawi) terhadap koloni yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar untuk menegaskan hasil tersebut.

3. Uji konfirmasi keberadaan Salmonella pada sampel jamu beras kencur Uji konfirmasi bertujuan untuk memastikan dan menegaskan bahwa koloni bakteri yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar bukan bakteri Salmonella spp. Tahapan uji konfirmasi yaitu koloni yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar diambil satu sengkelit, kemudian diinokulasikan pada media NA miring selanjutnya diinokulasikan pada media glukosa, laktosa, manitol, sukrosa, maltosa untuk uji fermentasi gula-gula, pada media Sulphur Indol Motility Agar (SIM)

untuk uji motilitas, sulfur dan indol serta pada media Simmons sitrat untuk uji sitrat dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hal ini juga dilakukan terhadap kontrol positif yaitu menginokulasikan 1 sengkelit kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028 sebagai pembanding.

a. Uji fermentasi gula-gula

Uji fermentasi gula-gula dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat seperti glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan sakarosa. Untuk mengetahui adanya pembentukan asam, maka ditambahkan indikator Phenol red. Pada uji fermentasi gula-gula, pembentukan asam ditandai dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Perubahan warna menjadi kuning disebabkan adanya indikator Phenol red yang berubah warna dari warna merah menjadi kuning apabila terjadi penurunan pH menjadi lebih asam. Penurunan pH disebabkan oleh kondisi asam yang dihasilkan mikroba dari proses fermentasi gula yang menghasilkan asam piruvat dan asam laktat. Keadaan asam akan menyebabkan terjadi penurunan pH yang ditandai dengan perubahan warna indikator menjadi warna kuning. Pertumbuhan bakteri Salmonella pada media pembenihan khusus setelah diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam, mempunyai metabolisme aktif dan dapat meragikan karbohidrat seperti glukosa, manitol, maltosa tetapi tidak memfermentasikan sakarosa dan laktosa (Soemarno, 2000).

Kemampuan mikroba dalam memfermentasikan berbagai karbohidrat dan produk fermentasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi

mikroba. Menurut Aprilyanto dan Sembiring (2010), mikroba menggunakan molekul karbohidrat sebagai sumber karbon dan sumber energi bergantung pada tipe nutrisi mikroba tersebut. Penggunaan karbohidrat melibatkan proses oksidasi molekul tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi karbon dioksida untuk menghasilkan energi. Secara umum, jalur oksidasi karbohidrat untuk menghasilkan energi dikelompokkan menjadi dua, yaitu oksidasi sempurna menjadi karbondioksida dan oksidasi parisial yang sering disebut sebagai fermentasi.

1) Uji fermentasi glukosa

Glukosa merupakan senyawa yang paling sering digunakan oleh mikroba dalam proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dan yang bertindak sebagai substrat adalah karbohidrat. Uji fermentasi karbohidrat merupakan pembentukan asam yang akan terlihat dari perubahan warna medium menjadi kuning dan pembentukan gas yang terlihat dari adanya gas dalam tabung durham (Nugraheni, 2010).

Uji fermentasi glukosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pada uji fermentasi glukosa ditambahkan tabung durham ke dalam media untuk melihat adanya pembentukan gas. Apabila terbentuk gas, maka gas akan

masuk ke dalam tabung dan mendesak cairan di dalam tabung, sehingga akan terlihat adanya gelembung udara. Terjadi perubahan warna media dari warna merah menjadi kuning menandakan bakteri dapat memfermentasi glukosa dan terjadi pembentukan gas.

Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif, sedangkan koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan sampel dari pedagang B menunjukkan hasil positif (Lampiran 14), terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan terjadi pembentukan gas. Menurut Soemarno (2000), Salmonella spp dapat memfermentasikann glukosa dan dapat membentuk gas.

2) Uji fermentasi laktosa

Uji fermentasi laktosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan laktosa. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif tidak terjadi perubahan warna media menjadi kuning, sedangkan koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) terjadi perubahan warna media menjadi kuning. Kontrol positif menunjukkan kesesuaian dengan Soemarno (2000), bahwa Salmonella spp tidak memfermentasikan laktosa.

3) Uji fermentasi manitol

Uji fermentasi manitol bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan manitol. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif, koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Hal ini menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan manitol. Menurut Soemarno (2000), Salmonella mampu memfermentasikan manitol.

4) Uji fermentasi maltosa

Uji fermentasi maltosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan maltosa. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil menunjukkan bahwa kontrol possitif, koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) mengalami perubahan warna dari merah menjadi kuning. Perubahan warna menjadi kuning menandakan, bahwa bakteri mampu memfermentasikan maltosa.

5) Uji fermentasi sakarosa

Uji fermentasi sakarosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan sakarosa. Pengujian dilakukan dengan

mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pada kontrol positif tidak mengalami perubahan warna dari merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa Salmonella tidak dapat memfermentasikan sakarosa. Sedangkan pada sampel jamu beras kencur dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) mengalami perubahan warna pada media dari merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bakteri dalam sampel mampu memfermentasikan sakarosa. Menurut Soemarno (2000), Salmonella tidak mampu memfermentasikan sakarosa.

b. Uji sulfur

Uji sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghasilkan hydrogen sulfide (H2S) dengan menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi (Cappucino, 2008). Hasil peruraian sulfur dapat diamati dengan penambahan garam-garam logam berat kedalam medium. Media yang digunakan untuk uji sulfur adalah media Sulpfur Indol Motility (SIM). Menurut Bridson (2006), media SIM mengandung peptone dan sodium thiosulfate sebagai substrat sulfur, ferrous sulfate (FeSO4) sebagai indikator H2S yang akan membentuk warna hitam apabila terdapat H2S. Menurut Holt dkk (2000), hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam disepanjang bekas inokulasi. Hasil negatif adalah tidak terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium.

Hasil yang diperoleh setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C yaitu pada kontrol positif menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam disepanjang bekas inokulasi, yang berarti Salmonella dapat menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi. Hal ini sesuai dengan Holt dkk (2000) yang menyatakan Salmonella dapat mengunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi. Sedangkan, pada sampel (Lampiran 13 dan 14) tidak terbentuk warna hitam disepanjang bekas inokulasi, hal ini menunjukkan bahwa bakteri dalam jamu beras kencur tidak menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energy.

Gambar 4. Hasil uji identifikasi sulfur pada media Sulphur Indol Motility Agar

c. Uji indol

Uji indol bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menggunakan triptofan sebagai sumber karbon dan menghasilkan indol. Triptofan adalah asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi oleh beberapa bakteri. Konversi dari triptofan menjadi produk metabolik (indol,

asam piruvat, ammonia) diperantarai oleh enzim tryptophanase. Produksi indol dapat dideteksi dengan penambahan reagen Kovac’s setelah diinkubasi selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin berwarna merah cherry setelah ditetesi reagen Kovac’s. Terbentuknya warna merah cherry dikarenakan terjadinya kompleks dengan p-dimethylaminobenzaldehyde dari reagen.

Menurut Holk dkk (2000), Salmonella tidak mampu memecah asam amino triptofan menjadi indol. Pada kontrol positif tidak terbentuk cincin berwarna merah cherry, hal ini menunjukkan bahwa Salmonella tidak membentuk indol dari triptofan sebagi sumber energi. Sedangkan pada sampel terbentuk cincin berwarna merah cherry (Gambar 4), hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B dapat menggunakan triptofan sebagai sumber energi untuk membentuk indol. Uji indol dilakukan setelah pengamatan motilitas, sehingga tidak mengganggu pengamatan motilitas pada media SIM.

d. Uji motilitas

Uji motilitas bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan penyebaran koloni. Salmonella memiliki kemampuan bergerak dalam media SIM. Kandungan NA semisolid dalam media SIM memungkinkan bakteri yang memiliki flagel melakukan pergerakan dalam media SIM. Salmonella memiliki flagel di seluruh badan (peritrich) sebagai alat gerak. Hasil positif menunjukkan adanya pergerakan bakteri yang terjadi tidak hanya pada bekas inokulasi. Menurut Holt dkk (2000), adanya pertumbuhan bakteri yang menyebar, maka

dinyatakan bakteri yang diidenifikasi tersebut adalah golongan Enterobacter termasuk Salmnoella.

Hasil yang diperoleh setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C yaitu pada kontrol positif, sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B menunjukkan hasil positif yang ditunjukkan dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar dan tidak hanya tumbuh disepanjang bekas inokulasi. Hal ini menunjukkan bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur memiliki alat gerak.

Gambar 5. Hasil uji motilitas pada media Sulphur Indol Motility Agar e. Uji Methyl Red

Uji metil merah bertujuan untuk mengetahui adanya fermentasi asam campuran. Pada penelitian ini dilakukan uji metil merah untuk mengetahui kemampuan bakteri Salmonella dalam memfermentasi glukosa dan menghasilkan berbagai produk asam yaitu asam format, asam laktat, dan asam

Sampel K+

asetat. Berbagai produk asam yang dihasilkan sehingga dapat menurunkan pH media pertumbuhan. Indikator yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan pH akibat asam yang dihasilkan adalah terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan indikator metil merah. Indikator metil merah berubah warna menjadi merah pada suasana asam dengan pH 4,4 dan menjadi kuning pada suasana basa dengan pH 6,2.

Media yang digunakan yaitu media MR-VP yang mengandung fosfat, dextrosa, dan pepton. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media dari kuning menjadi merah. Setelah diinkubasi 48 jam dan ditambahkan metil merah pada sampel dan kontrol terjadi perubahan warna media dari kuning keruh menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B dapat memfermentasikan asam campuran.

Gambar 6. Hasil uji metil merah pada media MR-VP

f. Uji Voges Proskaeur

Uji Voges-Proskauer bertujuan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menghasilkan produk akhir yang tidak bersifat asam. Produk akhir yang tidak bersifat asam seperti asetilmetilcarbinol atau asetoin dari asam-asam organik yang dihasilkan dari proses metabolisme glukosa. Asetoin adalah suatu senyawa awal dalam sintesis 2,3-butanadiol.

Media yang digunakan pada uji Voges-Proskauer adalah media MR-VP yang mengandung dextrosa, pepton,dan fosfat. Menurut Sylvia (2013), penambahan larutan KOH 40% dan larutan α-naftol dapat menunjukkan terbentuknya asetoin pada media. Adanya asetoin yang merupakan perkusor 2,3-butanadiol ditunjukkan dengan perubahan warna media menjadi merah setelah

penambahan KOH 40%, kemudian ditambahkan dengan α-naftol untuk

memperjelas warna merah yang terbentuk. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna merah pada media, sedangkan hasil negatif tidak terjadi perubahan warna.

Berdasarkan hasil uji voges proskaeur (Gambar 7), tidak terjadi perubahan warna merah pada media yang berisi sampel pedagang A dan pedagang B. Hasil uji pada kontrol positif tidak menunjukkan perubahan warna merah pada media. Hasil ini menunjukkan bakteri yang terdapat dalam sampel tidak menghasilkan produk 2,3-butanadiol dalam proses fermentasi glukosa. Berdasarkan Soemarno (2000), Salmonella memberikan hasil negatif untuk uji Voges-Proskauer yang ditandai tidak terjadi perubahan warna pada media.

Gambar 7. Hasil uji Voges-Proskaeur pada media MR-VP g. Uji Sitrat

Uji Sitrat bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri Enterobacteriaceae menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Menurut Williams (2013), Salmonella dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Pada uji sitrat menggunakan media Simmon’s Citrate Agar yang merupakan medium sintetik dengan komposisi NH4 sebagai sumber N, Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, dan Brom Tyhmol Blue sebagai indikator pH. Bakteri yang dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon akan menunjukkan perubahan warna media dari warna hijau menjadi warna biru. Menurut Williams (2013), terbentuknya warna biru dikarenakan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon akan menghilangkan asam dari medium biakan sehingga terjadi peningkatan pH. Proses metabolisme bakteri dapat menghasilkan asam priuvat dan CO2 sehingga terjadi peningkatan pH. Na sitrat pada media akan berinteraksi dengan asam piruvat dan CO2 menjadi Na karbonat. Adanya Na karbonat

Sampel K+

mengakibatkan perubahan pH menjadi lebih basa sehingga indikator Brom Tyhmol Blue akan berubah warna dari hijau menjadi biru.

Berdasarkan hasil uji sitrat pada kontrol positif terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, hal ini menandakan Salmonella typhi ATCC 14028 menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Sedangkan pada sampel dari pedagang A (Lampiran 10) dan sampel dari pedagang B (Lampiran 11) tidak terjadi perubahan warna pada media (Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa bakteri dalam sampel jamu beras kencur tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.

Gambar 8. Hasil identifikasi uji sitrat pada media Simmons Sitrat Agar h.Uji Katalase

Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Menurut Reiner (2013), bakteri yang memerlukan oksigen menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat toksik bagi bakteri sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup dikarenakan menghasilkan enzim

katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang merupakan hasil dari O2 yang menguap dari penguraian H2O2. Uji katalase dilakukan dengan menginokulasikan satu sengkelit biakan murni bakteri sampel pada gelas objek yang ditetesi dengan H2O2.

Menurut Reiner (2013), Salmonella memiliki enzim katalase. Pada kontrol positif dan sampel jamu beras kencur terbentuk buih (Gambar 9 ) setelah ditetesi H2O2. Hal ini menunjukkan Salmonella dan bakteri yang terdapat dalam jamu beras kencur memiliki enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2.

Gambar 9. Hasil identifikasi uji katalase

f. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Pedagang A dan B

Dokumen terkait