• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Asumsi Klasik

Dalam dokumen SETYO ANUNG DEWANTOKO NIM. F (Halaman 36-47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

4. Pengujian Asumsi Klasik

Hasil dari pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan garfik scatterplot. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3

36

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diamati bahwa titik-titik tersebar di atas dan di bawah angka nol dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode pengamatan dengan kesalahan pada periode sebelumnya (Pratisto, 2009). Untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson N K

d

L

d

U Keterangan

1,879 129 5 1,557 1,693 Tidak ada autokorelasi

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa nilai Uji Durbin-Watson sebesar 1,879 berada di daerah tidak ada autokorelasi (DW > dU). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada persamaan regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi.

37

c. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan korelasi antar variabel-variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel independen. Cara mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Sebuah model regresi akan bebas dari multikolinieritas apabila ditandai nilai VIF disekitar 1 dengan batas atas 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 dan tidak lebih dari 1. Hasil dari pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen Tolerance VIF Pertumbuhan Posisi Kas Profitabilitas Ukuran Perusahaan 0,986 0,637 0,628 0,992 1,014 1,571 1,591 1,008

Sumber: Data sekunder yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolinieritas. Hal ini ditunjukan oleh nilai tolerance semua variabel yang mendekati angka 1 dan nilai VIF semua variabel berada disekitar angka 1 dan kurang dari 10.

38

5. Pengujian Hipotesis

Hasil dari pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 4.6 dan dijabarkan sebagai berikut ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Variabel

Independen

t

hitung

t

sig. (p-value) Pertumbuhan Posisi Kas Profitabilitas Ukuran Perusahaan -2,395 1,114 1,322 3,036 0,018 0,268 0,189 0,003 F hitung F sig. (p-value) R squre Adjusted R squre 4,515 0,002 0,127 0,099 Variabel dependen : Dividen Tunai

Sumber: Data sekunder yang diolah

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas maka pengaruh variabel-variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen diuraikan sebagai berikut ini.

1) Pengaruh pertumbuhan terhadap dividen tunai

Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh pertumbuhan terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,018. Berdasarkan nilai signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

39

pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan terhadap dividen kas. Hal tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,018) lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian hipotesis ke satu (H1) yang menyatakan bahwa pertumbuhan berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, diterima. 2) Pengaruh posisi kas terhadap dividen tunai

Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh posisi kas terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,268. Berdasarkan nilai signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari posisi kas terhadap dividen kas. Hal tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,268) lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian hipotesis ke dua (H2) yang menyatakan bahwa posisi kas berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, ditolak. 3) Pengaruh profitabilitas terhadap dividen tunai

Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh profitabilitas terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,189. Berdasarkan nilai signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari posisi kas terhadap dividen kas. Hal tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,189) lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian hipotesis ke tiga (H3) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, ditolak.

40

4) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap dividen tunai

Nilai signifikansi aktual (p-value) pengaruh ukuran perusahaan terhadap dividen tunai adalah sebesar 0,003. Berdasarkan nilai signifikansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan terhadap dividen kas. Hal tersebut terjadi karena nilai signifikansi (0,003) lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan (0,05). Dengan demikian hipotesis ke empat (H4) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen tunai, diterima.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai signifikansi aktual (p-value) sebesar 0,002. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen tunai. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikansi aktual (p-value) dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,002 yang berarti angka ini jauh berada di bawah tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.

c. Koefisien Determinasi (R square)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kelima variabel independen memberikan adjusted R squre sebesar 0,099. Hal ini berarti bahwa 9,9% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh

41

variasi kelima variabel independen yaitu pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sedangan sisanya sebasar 90,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model yang di uji dalam penelitian ini.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas maka pembahasan atas hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis 1

Weston dan Brigham (1983) dalam Rosdini (2009) menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (residual theory). Hasil uji hipotesis ke satu pada penelitian ini mendukung pernyataan Weston dan Brigham di atas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung variabel pertumbuhan -2,395 dan signifikan pada α = 5% dengan p-value 0,018. Koefisien negatif t hitung pada variabel pertumbuhan mengandung arti bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin rendah dividen tunai yang dibayarkan. Hasil uji hipotesis ke satu ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan Nupikso (2002) dan Hatta (2002). Perbedaan ini terjadi dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan sampel) dan penggunaan proksi variabel penelitian.

42

2. Hipotesis 2

Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis ke dua ditolak. Meskipun hipotesis ini ditolak karena p-value > 0,05, tetapi arah positif koefisien t hitung sebesar 0,268 menggambarkan bahwa semakin kuat posisi kas maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Arah positif koefisien t hitung variabel posisi kas memang sejalan konsisten dengan pernyataan dari Nupikso (2002) yang mengatakan bahwa posisi kas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting dan harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Oleh karena pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan membayar dividen. Hasil uji hipotesis ke dua ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan Hakim (2007). Perbedaan ini terjadi dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan sampel) dan penggunaan proksi variabel penelitian.

3. Hipotesis 3

Weston dan Brigham (1983) dalam Rosdini (2009) menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (residual theory). Jadi semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka sisa laba yang dimiliki juga akan

43

semakin besar sehingga semakin besar pula dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis ke tiga ditolak. Meskipun hipotesis ini ditolak karena p-value > 0,05, tetapi arah positif koefisien t hitung sebesar 1,322 sejalan dengan residual theory yang menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin tinggi pula dividen yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham. Hasil uji hipotesis ke dua ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan profitabilitas perusahaan terhadap kebijakan dividen tunai. Hal ini mengandung arti bahwa tidak selamanya perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi akan membayarkan dividen yang tinggi pula. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan dari penelitian terdahulu yang dilakukan Nupikso (2002) dan Hakim (2007). Perbedaan ini terjadi dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan sampel) dan penggunaan proksi variabel penelitian.

4. Hipotesis 4

Menurut Hidayati (2006), perusahaan besar akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat mengakses ke pasar modal dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang relatif cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang

44

lebih besar, sehingga akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Hasil uji hipotesis ke empat pada penelitian ini mendukung pernyataan Hidayati di atas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien t hitung variabel ukuran perusahaan 3,036 dan signifikan pada α = 5% dengan p-value 0,003. Arah positif koefisien t hitung pada variabel pertumbuhan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lloyd, Jahera, dan Page (1985) dan Vogt (1994) dalam Hatta (2002), yang mengindikasikan bahwa besarnya perusahaan memainkan peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran deviden dalam perusahaan. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal, dimana hal tersebut akan mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal, sehingga perusahaan akan memberikan rasio pembayaran dividen yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hatta (2002) tetapi tidak sejalan dengan temuan Hakim (2007). Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terjadi dikarenakan terdapat perbedaan dalam pengambilan objek (populasi dan sampel) dan penggunaan proksi variabel penelitian.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kebijakan pembagian dividen tunai yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2008. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebalumnya maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut ini.

1. Pada pengujian secara parsial, variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008 adalah pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai probabilitas signifikansinya yang lebih kecil dari 5%, sehingga hipotesis 1 dan 4 diterima atau terbukti. Sedangkan posisi kas dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansinya yang lebih besar dari 5%, sehingga hipotesis 2 dan 3 tidak terbukti atau ditolak.

2. Pertumbuhan, posisi kas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

pembagian dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008, karena nilai probabilitas signifikansinya yang lebih kecil dari 5%. Selanjutnya adjusted R square yang merupakan koefisien determinasi menunjukkan nilai sebesar 0,095. Angka tersebut menunjukkan hanya 9,9% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi keempat variabel independen, sedangkan sisanya 90,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model regresi yang diuji dalam penelitian ini.

Dalam dokumen SETYO ANUNG DEWANTOKO NIM. F (Halaman 36-47)

Dokumen terkait