• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN BENIH JAGUNG UNTUK PELABELAN ULANG

Dalam dokumen PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG Zea ma (Halaman 28-41)

Langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah menyediakan suatu contoh yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ada empat macam contoh benih, yaitu contoh primer, contoh komposit, contoh kirim, dan contoh kerja. Contoh primer adalah benih yang diambil dalam jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk. Contoh komposit adalah semua contoh primer yang dijadikan satu dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak, atau tray) dan biasanya contoh komposit jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi. Contoh kirim adalah contoh komposit yang telah dikurangi sampai jumlah berat tertentu yang telah ditetapkan (untuk benih jagung 1 000 gram) dan kemudian dikirim ke laboratorium penguji benih. Contoh kerja adalah contoh benih yang diambil dari contoh kirim dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium. Berikut mekanisme dari contoh primer hingga mendapatkan contoh kerja seperti pada Gambar 12.

Gambar 12 Proses mendapatkan contoh kerja

Contoh benih yang telah sampai di laboratorium, sebelum dibagikan kepada para analis, terlebih dahulu dilakukan pencatatan di Tata Usaha Laboratorium (buku kendali) sesuai dengan yang tertera pada label-labelnya, kemudian dilakukan penomoran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Deskripsi dari contoh benih tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 14.

Contoh Kirim (1 008.5 gram)

252. 125 252. 125

63.03

Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer Contoh Primer

Contoh Komposit 504.25 504.25 126.1 126.1 63.03 CONTOH KERJA 1 + 2 + 3 + 4 = 900.7 gram

Sumber: Data pribadi

Gambar 13 Mengisi buku kendali

Penetapan Kadar Air

Menurut Budiarti (2011), kadar air contoh benih adalah bobot air yang hilang karena pengeringan sesuai dengan metode yang ditentukan. Kadar air dinyatakan sebagai persentase dari bobot awal contoh benih. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan kadar air benih dengan metode oven untuk rutin. Metode yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi, atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap lainnya, tetapi menjamin penguapan air sebanyak mungkin. Metode yang digunakan untuk pengujian kadar air ini menggunakan oven suhu konstan rendah.

Langkah awal untuk mendapatkan kadar air contoh benih, cawan harus terbuat dari bahan logam, tidak berkarat pada saat pengujian atau dapat menggunakan bahan kaca, mempunyai penutup, luas permukaan yang cukup sehingga memungkinkan penyebaran contoh uji per unit area tidak lebih dari 0.3 g/cm2. Alat yang digunakan untuk menimbang cawan adalah timbangan AND nomor seri 12200387 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Alat ini mempunyai empat desimal.

Sumber: Data pribadi

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 15 Pengadukan benih jagung (a) dan ulangan sampel benih jagung untuk pelabelan ulang

Contoh kerja diperoleh dengan mencampur benih agar homogen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15 (a) dan membagi menjadi beberapa bagian kecil secara acak (Gambar 15 (b)). Mengambil contoh kerja minimal tiga sub contoh benih dengan sendok dari posisi yang berbeda dan mencampurkan sub contoh benih, sehingga memperoleh volume contoh benih yang dibutuhkan, yaitu 10 gram dengan diameter cawan < 8 cm. Selama pengurangan contoh kerja benih jagung, tidak boleh berhubungan langsung dengan udara lebih dari 30 detik.

Benih berukuran besar dan benih dengan kulit yang menghalangi hilangnya air dari benih harus dihancurkan sebelum dikeringkan, kecuali yang mempunyai kadar minyak tinggi yang sulit untuk dihancurkan atau benih yang rentan terjadi penambahan bobot akibat oksidasi. Pengirisan atau pemotongan dilakukan jika penghancuran tidak memungkinkan.

Penghancuran benih menggunakan alat grinding mill, yaitu alat yang terbuat dari material yang tidak menyerap air seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16 (a). Mudah dibersihkan dan mempunyai celah sekecil mungkin.

Grinding mill memungkinkan penghancuran dengan cepat dan seragam, tanpa ada peningkatan panas dan sedapat mungkin tidak terjadi kontak dengan udara. Tingkat penghancuran dapat diatur. Benih jagung menggunakan pengaturan nomor satu pada alat ini. Hasil dari dari alat grinding mill benih jagung berupa bubuk.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 16 Grinding mill (a) dan oven advantec tipe PV-430 (b)

Oven yang digunakan adalah oven listrik yang dapat dikendalikan. Penetapan kadar air benih jagung pada kegiatan ini menggunakan oven suhu rendah, yaitu 101-105 oC selama 17 jam + 1 jam. Periode pengeringan dimulai ketika oven mencapai suhu yang ditentukan. Oven yang digunakan adalah oven

advantec tipe PV-430 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16 (b).

Akhir periode yang telah ditentukan, wadah ditutup dan ditempatkan pada desikator untuk pendinginan seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Desikator harus cukup rapat dengan plat metal berlubang untuk mempercepat pendinginan dari wadah dan berisi silica gel yang efektif, setelah dingin wadah ditimbang beserta tutup dan isinya.

Sumber: Data pribadi

Gambar 17 Desikator

Tabel 8 Pengujian kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang No L ab Ulangan Rata-rata (%) 1 Rata-rata (%) 2 Rata-rata (%) M1 M2 M3 M1 M2 M3 SUH-098N 17.614 22.524 21.968 11.3 17.670 22.580 22.019 11.4 11.3 SU-113N 17.878 22.718 22.238 9.9 17.504 22.344 21.858 10.0 9.9

Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013

Kegiatan penetapan kadar air benih jagung untuk pelabelan ulang dinyatakan dalam persen berdasarkan bobot yang harus dihitung dalam tiga desimal untuk masing-masing ulangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐾𝐴= M2βˆ’M3

M2βˆ’M1x 100

M1 adalah bobot dalam gram dari wadah dan tutupnya, M2 adalah bobot dalam gram dariwadah, tutup, dan isinya sebelum pengeringan, dan M3 adalah bobot dalam gram dari wadah, tutup, dan isinya setelah pengeringan.

Terlihat pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada nomor laboratorium SUH-098N dan SU-113N berturut-turut mempunyai Kadar Air (KA) 11.3% dan 9.9%. Menurut Budiarti (2011), benih jagung komposit kelas BR maupun benih jagung hibrida komersial untuk kadar air (maksimal) 12.0%. Data pada Tabel 9 ini menunjukkan bahwa penetapan kadar air pada dua nomor lab tersebut tidak melewati standar kadar air yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilakukan pengulangan penetapan kadar air.

Rata-rata perulangan pada nomor laboratorium SUH-098N berturut-turut sebesar 11.3% dan 11.4%, serta pada nomor laboratorium SU-113N berturut-turut sebesar 9.9%, dan 10.0%. Selisih hasil rata-rata pada nomor laboratorium SUH-098N dan SU-113N sama, yaitu sebesar 0.1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil kedua pengujian masuk ke dalam toleransi (0.2%), menurut Budiarti (2011), sehingga hasil uji lulus dan tidak perlu dilakukan pengulangan penetapan kadar air.

Penetapan Kemurnian

Menurut Budiarti (2011), kegiatan penetapan kemurnian adalah kegiatan untuk menetapkan persentase komposisi (berdasarkan bobot) contoh yang diuji dan berdasarkan kesimpulan komposisi lot dan mengidentifikasi berbagai spesies benih dan kotoran benih dalam contoh benih. Contoh kerja dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih, dan persentase dari setiap komponen ditetapkan berdasarkan bobot. Analisis kemurnian dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim. Berat contoh kerja benih jagung minimal 900 gram, maka persentase bagian-bagian komponen tersebut sampai satu desimal.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 18 Soil divider (a) dan proses penetapan kemurnian (b)

Metode pembagi mekanik cocok untuk semua jenis benih, kecuali benih lengket. Alat pembagi mekanik yang digunakan untuk benih jagung adalah

soil divider (Gambar 18 (a)). Alat ini terdiri dari sebuah corong dengan sekitar 18 saluran atau saluran lain yang mengarah ke sisi yang berlawanan. Sebuah saluran dengan lebar sekitar 13 mm. Prinsip kerja dari alat ini adalah contoh kirim ditempatkan secara merata ke dalam wadah penuang dan kemudian dituangkan ke dalam saluran dengan kecepatan yang hampir sama disepanjang corong. Benih akan melewati saluran dan dikumpulkan dalam dua wadah penerima. Seluruh contoh dari bagian yang sama digabung untuk kedua kalinya. Contoh akan berkurang dengan proses yang berulang-ulang dan perpindahan bagian yang sama pada setiap prosesnya. Proses pengurangan ini dilanjutkan, sehingga diperoleh bobot contoh kerja yang mendekati ketentuan dan didapatkan contoh kerja untuk penetapan kemurnian benih jagung (Gambar 18 (b)).

Benih Murni (BM) adalah benih yang sesuai dengan pernyataan atau yang dimaksud sipengirim benih, atau benih yang secara dominan ditemukan di dalam contoh benih, termasuk benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut (jumlahnya > 5%). Kriteria dari BM antara lain:

1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, benih sedikit rusak, benih mulai berkecambah.

2. Benih terserang penyakit, tetapi masih bisa dikenal sebagai benih yang dimaksud. Jika bentuknya berubah menjadi sclerotia, smutballs,

nemathoda galls maka termasuk kotoran benih.

3. Pecahan benih yang ukurannya lebih dari setengah ukuran asli.

4. Pada famili Fabaceae (Leguminoceae), Brassicaceae (Cruciferae), Cupressaeae, Pinanceae, Taxaceae tanpa kulit benih termasuk kotoran benih. 5. Pada famili Leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk kotoran benih. 6. Unit kumpulan benih (Multiple Seed Unit) dari famili Compositae (bunga

matahari), Umbelliferae (wortel), Labiateae (mint), tanpa memperhatikan apakah benih-benih tersebut berisi benih sejati (true seed) atau tidak, kecuali

bila diperiksa secara visual terlihat jelas bahwa pada benih tersebut tidak terdapat benih sejati.

Benih Tanaman Lain (BTL) adalah benih-benih tanaman selain yang bukan dimaksud oleh pengirim benih. Penentuan BTL sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan BM. Kotoran Benih (KB) meliputi:

a) Benih dan bagian dari benih

1. Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati (true seed)

2. Benih dari famili Fabaceae, Brassicaceae, Cupressceae, Taxaceae tanpa kulit benih

3. Pecahan benih dengan ukuran kurang dari setengah ukuran asli 4. Benih rusak tanpa embrio atau rusak berat

5. Gabah hampa, floret steril (rangkaian bunga atau buah yang tidak berisi biji atau sekam atau kulit benih)

b) Bahan-bahan lain yang bukan bagian dari benih, antara lain butir tanah, butir pasir, pecahan batu, potongan jerami, daun, tangkai daun, tangkai bunga,

nemathoda gall, sclerotia, cendawan dan lainnya.

Komponen masing-masing benih dipisahkan dari beberapa spesies atau jenis bahan lain dan persentasenya dilaporkan berdasarkan gram dengan jumlah minimal, kemudian persentase ditulis dalam satu desimal. Contoh kiriman pada kegiatan pengujian untuk pelabelan ulang, khususnya dalam penetapan kemurnian benih jagung sebesar 1008.5 gram dan contoh kerja 900.7 gram. Rumus yang digunakan untuk persentase Benih Murni (BM), Benih Tanaman Lain (BTL), dan Kotoran Benih (KB) adalah sebagai berikut:

% 𝐡𝑀 = BM (BM + BTL + KB)x 100 % % 𝐡𝑇𝐿= BTL (BM + BTL + KB)x 100 % % 𝐾𝐡 = KB (BM + BTL + KB)x 100 %

Tabel 9 Hasil pengamatan kemurnian benih jagung

No. Lab Uraian Analis

Bobot (g) Bobot (%) SU-113N

Benih Murni (BM) 889.1 99.93

Benih Tanaman Lain (BTL) 0.0 0.00

Kotoran Benih (KB) 0.6 0.07

Jumlah 889.7 100.00

SUH-098N

Benih Murni (BM) 899.8 99.90

Benih Tanaman Lain (BTL) 0.0 0.00

Kotoran Benih (KB) 0.9 0.10

Jumlah 900.7 100.00

Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013

Tabel 10 memperlihatkan hasil penetapan kemurnian yang meliputi benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih berturut-turut dari nomor laboratorium SU-113N adalah 889.1 gram (99.93%), 0.0 gram (0.00%), dan 0.6

gram (0.07%). Nomor laboratorium SUH-098N meliputi indikator pengamatan benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang memiliki hasil penetapan kemurnian berturut-turut 899.8 gram (99.90%), 0.0 gram (0.00%), dan 0.9 gram (0.10%).

Standar kemurnian benih jagung komposit kelas BR untuk benih murni (minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0 %, dan benih warna lain (maksimal) 1.0%, sedangkan standar pengujian laboratorium benih jagung hibrida komersial untuk benih murni (minimal) 98%, kotoran benih (maksimal) 2.0%, dan CVL atau tipe simpang sebesar 0.3% (Budiarti 2011). Terlihat pada Tabel 10 menunjukan bahwa kedua nomor laboratorium tersebut tidak perlu dilakukan uji ulang.

Penetapan Daya Tumbuh

Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya kecambah hingga mencapai stadia dimana bagian dari struktur-struktur pentingnya menunjukkan kemampuan apakah kecambah tersebut dapat berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang tumbuh normal dalam kondisi pertanaman yang optimum di lapang (Budiarti 2011). Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan potensi perkecambahan suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai pertanaman di lapang. Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir pada hari ketujuh.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 19 Menyiapkan media pasir (a) dan membuat lubang tanam (b) Kegiatan penetapan daya tumbuh pada benih jagung dilakukan dengan menggunakan media pasir (Gambar 19 (a)). Media pertumbuhan yang digunakan dalam pengujian daya tumbuh adalah media yang menyediakan cukup pori-pori untuk udara dan air, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan sistem perakaran dan pertumbuhan tanaman. Media pertumbuhan pasir harus cukup seragam dan bebas dari partikel yang sangat kecil dan sangat besar. Bentuk partikel yang bulat lebih sesuai dan disarankan menghindari partikel berbentuk tajam karena dapat mempengaruhi perkembangan tanaman. Partikel dapat lolos saringan ukuran 0.8 mm dan tertahan pada saringan 0.05 mm minimal 90%, kemudian media pasir dibuat lubang tanam (Gambar 19 (b)).

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 20 Menanam benih jagung satu butir per lubang (a) dan green house (b) Empat ratus butir diambil secara acak dari fraksi benih murni dan ditabur dengan jarak yang mencukupi dan seragam. Satu lubang berisi satu butir benih jagung (Gambar 20 (a)). Hal yang harus diperhatikan bahwa tidak melakukan pemilihan benih yang dapat menyebabkan hasil yang bias. Setiap ulangan digunakan 100 butir benih, hal ini untuk memberi ruang yang cukup bagi benih dan untuk meminimalkan pengaruh benih yang bertautan selama perkembangan tanaman. Ulangan-ulangan tersebut diletakkan dalam green house untuk pengamatan (Gambar 20 (b)).

Periode pengujian untuk benih jagung dengan media pasir adalah pada hari ketujuh. Waktu yang dibutuhkan untuk pematahan dormansi sebelum pengujian tidak termasuk dalam periode pengujian. Saat evaluasi masih ada beberapa benih yang belum mulai tumbuh, maka waktu pengujian diperpanjang sampai tujuh hari atau setengah dari waktu pengujian yang telah ditetapkan. Sebaliknya, apabila daya tumbuh maksimal telah dicapai sebelum akhir periode pengujian, maka pengujian dapat diakhiri. Waktu pengamatan pertama adalah perkiraan, tapi harus sudah memungkinkan tanaman yang mulai tumbuh mencapai suatu tingkat perkembangan yang memenuhi evaluasi yang akurat. Pengujian dalam pasir hari terakhir tidak lebih dari tujuh sampai 10 hari dan perhitungan pertama boleh dihilangkan.

Pengamatan antara (intermediate) untuk mencabut tanaman yang telah cukup berkembang baik untuk mempermudah perhitungan dan menghindari pengaruhnya terhadap perkembangan tanaman lainnya. Jumlah dan tanggal perhitungan antara tergantung kebijaksanaan analis, tapi harus dijaga pada tingkatan minimal untuk mengurangi risiko kerusakan tanaman yang kurang berkembang.

Sumber: Data pribadi Sumber: Kartasapoetra 2003

Gambar 21 Kecambah jagung normal di lapang (a) dan struktur kecambah normal (b)

Kecambah normal menunjukan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada kondisi yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 21 (a), sehingga yang termasuk dalam kecambah normal meliputi (Gambar 21 (b)):

A. Kecambah lengkap atau sempurna, yaitu semua struktur penting kecambah berkembang dengan baik, lengkap, seimbang, dan sehat ditandai dengan: a. Sumbu kecambah

1. Sistem perakaran berkembang dengan baik.

2. Akar primer panjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu akar dan ujung akar sehat, akar sekunder berkembang, merupakan penunjang akar primer, akar seminal minimal dua buah pada Graminal.

3. Hipokotil utuh, panjang, ramping pada tipe perkecambahan epigeal. 4. Epikotil berkembang baik pada tipe perkecambahan hipogeal, hipokotil

pendek atau tidak terlihat.

5. Hipokotil dan epikotil keduanya memanjang pada beberapa tipe perkecambahan epigeal.

6. Ada pemanjangan mesokotil pada beberapa genera tertentu dari Poaceae (Graminae).

b. Kotiledon

1. Satu kotiledon untuk monokotil, mungkin hijau seperti daun atau modifikasi.

2. Dua kotiledon untuk dikotil, pada tipe epigeal berwarna hijau seperti daun, bentuk dan ukuran bervariasi. Pada tipe hipogeal berbentuk setengah lingkaran, berdaging tertinggal di dalam kulit biji.

3. Variasi jumlah kotiledon, dua sampai 18 pada conifer (pinus-pinusan), hijau, panjang, dan menyempit.

4. Hijau berkembang jadi daun primer, satu daun primer (terkadang) disertai sisik daun pada kecambah dengan susunan daun berselang-seling, dua daun primer kecambah dengan susunan daun berhadapan.

c. Tunas ujung

1. Sangat bervariasi, tergantung spesies, berada dalam koleoptil atau terkadang keluar menembus koleoptil pada Graminae.

B. Kecambah dengan sedikit kerusakan atau cacat ringan, yaitu kecambah mengalami kerusakan ringan dapat diperbaiki sehingga kecambah berkembang normal dan seimbang laiknya kecambah normal, ditandai dengan: a. Sumbu kecambah

1. Akar primer mengalami kerusakan ringan (bercak nekrotik, berubah warna, belah tapi tidak mencapai jaringan).

2. Akar primer rusak, tetapi akar sekunder berkembang dengan baik, sehingga bisa menggantikan fungsi akar primer (Legume, Graminae, Cucurbitaceae, Marvaceae).

3. Hanya dua akar seminal yang kuat.

4. Hipokotil, epikotil atau mesokotil dengan sedikit kerusakan (berubah warna, bercak nekrotik, terpilin atau belah ringan).

b. Kotiledon

1. Kotiledon sedikit rusak (jika > setengah totl jaringan kotiledon masih berfungsi dengan normal dan tidak ada pembusukan pada plumula), bercak nekrotik, berubah warna.

2. Hanya satu kotiledon yang berfungsi pada dikotil dan tidak disertai kerusakan atau pembusukan pada titik tumbuh atau jaringan sekitarnya. c. Daun primer rusak ringan

1. Berubah warna, bercak nekrotik, bentuk sedikit rubah > 50 % jaringan masih qberfungsi.

2. Hanya satu daun primer normal, tetapi tidak terlihat adanya kerusakan atau busuk di titik tumbuh.

d. Koleoptil rusak ringan

1. Belah < sepertiga bagian dari atas.

2. Terpilih dengan satu membentuk lingkaran plumula tumbuh > setengah panjang koleoptil.

C. Kecambah dengan infeksi sekunder, yaitu bentuk kecambah masih tetap terlihat sempurna atau mengalami sedikit kerusakan sekalipun mengalami pembusukan karena serangga, bakteri, atau cendawan yang bukan berasal dari benih tersebut.

Sumber: Data pribadi Sumber: Data pribadi

Gambar 22 Kecambah jagung abnormal (a) dan biji mati (b)

Kecambah abnormal tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal, bila ditumbuhkan pada tanah yang baik, serta di bawah kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22 (a). Kriteria yang dikelompokkan sebagai kecambah abnormal, meliputi:

1. Struktur penting kecambah hilang, rusak berat, sehingga tidak terjadi pertumbuhan yang seimbang.

2. Kecambah dengan pertumbuhan lain dari biasanya, seperti geotrop negatif, bagian hipokotil atau epikotil atau mesokotil membentuk kumparan, hipokotil membengkak, kecambah transparan.

3. Struktur penting kecambah busuk.

4. Akar primer kerdil, terhambat, rusak, hilang, belah diujung, mengkerut, panjang tapi kurus, terjebak dalam kulit benih, transparan, seminal lemah, geotropisme negatif.

5. Hipokotil, epikotil, mesokotil kerdil, pecah sampai jaringan dalam, mengkerut, membentuk kumparan, panjang kurus, transparan, busuk karena infeksi primer.

6. Kotiledon kerdil, berubah bentuk, rusak > 50%, busuk karena infeksi primer. 7. Daun primer, tunas pucuk berubah bentuk ukuran < seperempat ukuran

normal tidak ada.

8. Koleoptil berubah bentuk, membelah > sepertiga panjang dari ujung, membelah dipangkal koleptil, kurus kecil, rusak akibat infeksi primer.

Benih-benih yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian, diklasifikasikan menjadi:

A. Biji keras adalah biji yang tidak berimbibisi, tetap keras di akhir pengujian. B. Biji segar adalah biji yang mampu berimbibisi, tetapi perkembangan

selanjutnya terhenti (> 5% benih harus diberi perlakuan).

C. Biji mati, biasanya lembek sering kali tertutup cendawan, tidak ada tanda-tanda perkembangan kecambah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22 (b). D. Kategori lain (benih hampa, benih tidak berembrio, dan benih rusak karena

serangga).

Hasil dari pengujian daya tumbuh dilaporkan sebagai persentase penjumlahan dari kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras, benih segar, dan benih mati. Persentase rata-rata dinyatakan dalam bilangan bulat

terdekat. Mengacu standar pengujian laboratorium kelas BR benih jagung komposit untuk daya tumbuh minimal 80%, sedangkan standar pengujian laboratorium jagung hibrida komersial untuk daya berkecambah minimal sebesar 85%. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase daya tumbuh adalah sebagai berikut:

% 𝐷𝑇= kecambah normal

benih yang ditanamx 100 %

Tabel 10 Hasil pengamatan daya tumbuh jagung

No. Lab Ulangan Jumlah (%) βˆ‘

(N+AB+BM) N AB BM SU-113N 1 98 1 1 100 2 97 0 3 100 3 99 0 1 100 4 100 0 0 100 Jumlah 394 1 5 400 Rata-rata 98.5 0.25 1.25 100 SUH-098N 1 78 14 8 100 2 83 7 10 100 3 76 15 9 100 4 80 7 13 100 Jumlah 317 43 40 400 Rata-rata 79.25 10.75 10 100

Sumber: Laboratorium satgas UPT PSBTPH wilayah IV Malang 2013 Keterangan: N : Normal, AB : Abnormal, BM : Biji Mati

Tabel 10 menunjukkan rata-rata untuk benih normal, benih abnormal, dan biji mati pada dua nomor laboratorium SU-113N berturut-turut adalah 98.5%, 0.25%, dan 1.25%, artinya nomor laboratorium tersebut dinyatakan lulus, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang. Nomor laboratorium SUH-098N berturut-turut 79.25%, 10.75%, dan 10%, maka nomor laboratorium tersebut dinyatakan tidak lulus, sehingga harus dilakukan pengujian ulang.

Dalam dokumen PENGAWASAN PEREDARAN BENIH JAGUNG Zea ma (Halaman 28-41)

Dokumen terkait