• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 PENGUJIAN MUTU BENIH CABAI HIBRIDA DI LABORATORIUM

4.6 Pengujian Daya Berkecambah

Perkecambahan benih dalam pengujian benih adalah muncul dan berkembangnya kecambah dimana bagian dari struktur-struktur penting menunjukan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pengujian daya berkecambah penting untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan tanaman berproduksi normal pada kondisi optimum (Murniati et al. 2011). Tujuan dari pengujian daya berkecambah benih adalah untuk menentukan potensi perkecambahan maksimal suatu lot benih yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda serta untuk menduga nilai pertanaman di lapangan.

Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan nilai kepercayaan yang tinggi. Metode uji laboratorium dapat mengatasi hal tersebut, dimana faktor luar dapat dikendalikan untuk memberikan perkecambahan teratur, cepat dan lengkap bagi sebagian besar contoh benih spesies tertentu.

Pengujian daya berkecambah dilakukan terhadap benih murni yang diambil dari fraksi benih murni hasil pengujian kemurnian benih. Benih disusun dalam 4 ulangan sebanyak 400 butir benih dengan masing-masing ulangan 100 butir benih dan diuji dalam kondisi kelembapan yang sesuai dengan metode yang ditetapkan.

Pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida dilakukan dengan metode uji diatas kertas.

Media perkecambahan yang dapat digunakan pada pengujian daya berkecambah harus sesuai untuk suatu benih. Media perkecambahan tersebut adalah media yang dapat menyediakan cukup pori-pori untuk udara dan air, untuk tempat menahan bagi sistem perakaran serta untuk kontak dengan air yang dibutuhkan bagi perkecambahan. Media dapat berupa kertas, pasir atau campuran dari senyawa organik. Media perkecambahan harus mempunyai nilai pH antara 6.0-7.5. Sangat disarankan media perkecambahan hanya digunakan sekali.

Peralatan yang digunakan untuk pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida antara lain germinator (Gambar 7) dengan suhu dan kelembapan terkendali serta mendapatkan sinar matahari yang cukup, boks plastik transparan/wadah/tempat perkecambahan, pinset dan substrat kertas merang. Substrat kertas merang yang digunakan sebagai media perkecambahan harus memenuhi syarat-syarat:

a. Tidak mengandung bahan yang bersifat racun, zat penghambat bagi perkecambahan.

b. Dapat menyediakan air yang cukup selama periode perkecambahan sehingga setiap waktu harus diberikan tambahan air.

c. Kertas substrat harus cukup kuat, tidak mudah rusak/sobek oleh pertumbuhan akar atau plumula tetapi juga tidak menghambat pertumbuhan kecambah.

d. Kertas substrat tidak boleh mengandung mikroorganisme patogen.

Gambar 7.Germinator IPB 73

Prosedur pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida yang dilakukan di laboratorium menggunakan metode uji di atas kertas seperti pada gambar 9 yaitu :

1. Substrat merang dilembabkan dengan larutan KNO3 0.2% (2 gram dilarutkan dalam satu liter air) untuk pematahan dormansi. Pelembapan berikutnya cukup menggunakan air.

17

2. Substrat merang yang telah dilembabkan di atas wadah/boks persegi. 3. Benih cabai diambil 400 butir secara acak dari fraksi benih murni untuk 4

ulangan dan masing-masing ulangan sebanyak 100 butir benih cabai. 4. Benih ditabur pada permukaan substrat merang lembab dengan

meletakkan setiap seratus butir benih cabai satu arah.

5. Kemudian wadah perkecambahan diletakkan pada germinator.

Gambar 8. Metode Uji di Atas Kertas

Setelah sampai pada waktu yang ditetapkan kemudian dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap kecambah dalam berbagai kategori sesuai dengan yang diperlukan dalam pelaporan. Pengamatan daya berkecambah pada benih cabai hibrida dilakukan sebanyak dua kali pengamatan. Pengamatan hari pertama dilakukan pada hari ke-7 setelah tabur dan pengamatan hari kedua dilakukan pada hari ke-14 setelah tabur. Benih cabai yang sudah berkecambah harus dinilai dan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu kecambah normal dan abnormal.

Kecambah dinilai normal jika perkembangan struktur terpenting dari embrio benih tersebut seperti sistem perakaran (akar primer, akar sekunder), poros kecambah (hipokotil, epikotil) dan kotiledon dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan (tanah, kelembapan, suhu dan cahaya) menunjukan kemampuan berkembang menjadi tanaman normal, sebuah kecambah harus memiliki salah satu dari kriteria tersebut:

1. Kecambah lengkap/sempurna yaitu kecambah yang semua struktur penting kecambah berkembang dengan baik, lengkap, seimbang dan sehat ditandai dengan:

a. Sistem perakaran berkembang dengan baik.

b. Akar primer panjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu akar dan ujung akar sehat, akar sekunder berkembang dan merupakan penunjang akar primer.

c. Hipokotil utuh, panjang dan ramping.

Plumula

Akar Primer

Akar primer yang melengkung Benih-benih cabai yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian diklasifikasikan menjadi (Murniati et al. 2011):

1. Benih keras yaitu biji yang tidak berimbibisi, tetap keras di akhir pengujian. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap air. Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi. 2. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih yang sampai batas akhir

pengamatan tidak berkecambah pada kondisi perkecambahan yang diberikan tetapi masih bersih, kuat dan memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih segar tidak tumbuh tersebut mampu berimbibisi pada kondisi perkecambahan yang diberikan tetapi perkembangan selanjutnya terhenti (≥ 5%, benih harus diberi perlakuan).

3. Benih mati yaitu benih yang tidak dapat berkecambah hingga batas akhir pengamatan dan tidak dapat digolongkan ke dalam benih keras, benih segar tidak menunjukan sedikitpun adanya pertumbuhan. Benih mati biasanya lunak, berubah warna, tertutup cendawan dan tidak ada tanda-tanda perkembangan benih.

Evaluasi kecambah cabai dilakukan pada pengamatan kedua, kecambah normal pada cabai yang diuji ditandai dengan akar primer memanjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu, akar sekunder berkembang dan merupakan penunjang akar primer, hipokotil dan epikotil keduanya memanjang dan berkembang dengan baik serta terdapat dua kotiledon berwarna hijau seperti daun. Kecambah abnormal pada cabai tersebut ditandai dengan akar primer dan hipokotil kerdil serta kotiledonnya hilang. Benih cabai mati ditandai dengan benih yang tertutup cendawan. Berdasarkan kategorinya, evaluasi kecambah cabai dikelompokkan kedalam (Gambar 9):

Gambar 9. Evaluasi kecambah (A) Kecambah normal (B) Kecambah abnormal (C) Benih mati

Hipokotil

19

Rumus perhitungan:

Keterangan :

KN I = Kecambah normal pada pengamatan pertama KN II = Kecambah normal pada pengamatan kedua

Pengujian daya berkecambah cabai hibrida ini dilakukan terhadap sampel benih cabai besar hibrida varietas Inko hot dan cabai keriting hibrida varietas Kaka 99 dari PT. Inko Seed Makmur di Bandung. Hasil pengujian daya berkecambah cabai hibrida ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 5. Hasil pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida

No. Lab. / varietas Ulangan Kecambah normal (%) Kecambah abnormal (%) Benih Keras (%) Benih segar tidak tumbuh (%) Benih Mati (%) S4 / (Inko Hot) 1 92 4 0 0 4 2 93 3 0 0 4 3 92 4 0 0 4 4 92 2 0 0 6 Rata-rata 92 3 0 0 5 S3 / (Kaka 99) 1 95 5 0 0 0 2 94 4 0 0 2 3 94 5 0 0 1 4 93 3 0 0 4 Rata-rata 94 4 0 0 2

Data hasil pengujian daya berkecambah cabai besar varietas Inko hot dengan No. Lab S4 dan cabai keriting hibrida varietas Kaka 99 dengan No. Lab S3 menunjukkan rata-rata persentase kecambah normal yaitu 92% dan 94%. Hasil pengujian daya berkecambah tersebut dinyatakan lulus karena persentase kecambah normal melebihi standar minimum yang telah ditetapkan yaitu 85%. Hasil pengujian daya berkecambah dicatat pada pengujian daya berkecambah contoh benih sertifikasi dan dapat dilihat pada lampiran 5.

Dalam pengujian daya berkecambah benih cabai menggunakan larutan KNO3 0.2% untuk mematahkan dormansi pada benih. Tidak terdapat batas toleransi antar ulangan dalam pengujian daya berkecambah, sebab pengujian ini menggunakan 4 ulangan. Dalam uji daya berkecambah benih digunakan metode Uji Diatas Kertas (UDK) sebab benih membutuhkan cahaya matahari yang tinggi. Benih cabai hibrida tersebut diuji memenuhi standar laboratorium, maka benih cabai tersebut dinyatakan lulus pengujian mutu benih di laboratorium sehingga

benih cabai tersebut dinyatakan sebagai benih bersertifikat. Warna label untuk benih cabai hibrida tersebut berwarna biru (dapat dilihat pada lampiran 6).

Dokumen terkait