PENGUJIAN MUTU BENIH CABAI (Capsicum annuum L.)
HIBRIDA DI LABORATORIUM BPSBTPH
PROVINSI JAWA BARAT
EVAN YONDA PRATAMA
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan karya ilmiah ini adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini.
Bogor, Juni 2014
Evan Yonda Pratama NIM J3G111027
ABSTRAK
EVAN YONDA PRATAMA. Pengujian Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum L.) Hibrida di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN.
Kegiatan pengujian mutu benih cabai pada kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan selama 9 minggu di BPSBTPH Provinsi Jawa Barat, bertujuan mengetahui secara langsung serta mengikuti semua kegiatan-kegiatan yang ada di BPSBTPH khususnya pada kegiatan pengujian benih cabai dan melatih mahasiswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pengujian benih. Pengujian mutu benih yang dilakukan di BPSBTPH Jawa Barat adalah pengujian rutin yang meliputi pengujian kadar air, pengujian kemurnian benih, dan pengujian daya berkecambah benih. Benih cabai yang diuji diantaranya benih cabai besar hibrida varietas Inko hot dengan No. Lab S4 dan benih cabai keriting hibrida varietas Kaka 99 dengan No. Lab S3. Benih cabai yang diuji harus memenuhi administrasi laboratorium terlebih dahulu. Metode pengujian kadar air yang dilakukan menggunakan oven suhu konstan 1030C ± 20C selama 17 jam. Hasil dari pengujian mutu benih terhadap benih cabai varietas Inko hot dengan No. Lab S4 dan varietas Kaka 99 dengan No. Lab S3 dinyatakan lulus dari pengujian mutu benih. Benih yang lulus dinyatakan benih yang bersertifikat dengan warna label biru.
Kata kunci: daya berkecambah benih, kadar air benih, kemurnian benih, dan hibrida
ABSTRACT
EVAN YONDA PRATAMA. Seed Quality Testing of Chili Hybrids (Capsicum annuum L.) in Seed Certification Agency and Supervision of Food Crops and Horticulture, West Java Province. Guided by MEMEN SURAHMAN.
Chili seed quality testing activities on the practice field work activities (PKL) conducted for 9 weeks in BPSBTPH West Java Province, aiming directly know and follow all existing activities in BPSBTPH especially the chili seed testing activities and to train students to play an active role in seed testing activities. Seed quality testing conducted in West Java is BPSBTPH routine testing which includes testing of water content, seed purity testing, and testing of seed germination. Chili seeds were tested including a large hybrid varieties with Inko hot No. Lab S4 and seeds of hybrid varieties of chili curly Kaka 99 with No.Lab S3. Chili seeds tested must meet the first laboratory administration. Test methods for water content were performed using a constant temperature oven 1030C ± 20C for 17 hours. The results of testing seed quality of the seed varieties Inko hot of chili seeds with No. Lab S4 and Kaka 99 varieties with No.Lab S3 graduated from seed quality testing. Seeds were declared pass with the certified seed label color blue.
RINGKASAN
EVAN YONDA PRATAMA.Pengujian Mutu Benih Cabai Besar (Capsicum annuum L.) Hibrida di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN.
Cabai merah besar (Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tanaman cabai berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan lalu mulai menyebar ke Benua Eropa dan Asia.
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama 9 minggu di BPSBTPH Provinsi Jawa Barat. Kegiatan yang dilaksanakan dalam PKL meliputi kegiatan yang berhubungan langsung dengan fungsi yang terdapat di BPSBTPH Jawa Barat terutama dalam hal melakukan pengujian benih cabai di laboratorium. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ini adalah mengetahui secara langsung serta mengikuti semua kegiatan yang ada di BPSBTPH khususnya pada kegiatan pengujian benih dan melatih mahasiswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pengujian benih.
Pengujian mutu benih merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan sertifikasi benih untuk mendapatkan sertifikat benih sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Pengujian benih dilaksanakan di laboratorium benih tanaman pangan dan hortikultura yang terdapat di seluruh provinsi Indonesia. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dari suatu jenis atau kelompok benih. Keterangan tersebut sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih karena informasi yang dapat dipercaya tentang mutu benih tersebut.
Pengujian mutu benih di laboratorium dibagi menjadi dua yaitu pengujian rutin dan pengujian khusus. Pengujian khusus dilakukan atas permintaan penangkar benih atau lembaga merasa perlu melakukannya karena alasan meningkatkan mutu benih yang dipasarkan. Hasil pengujian di laboratorium dan hasil pengawasan di lapangan dipakai untuk menentukan apakah benih layak diberi sertifikat atau tidak dan juga merupakan faktor menentukan berapa lama masa berlakunya sertifikat (kadaluarsa).
Proses sebelum dilakukannya kegiatan pengujian benih adalah pengambilan contoh benih oleh petugas BPSBTPH. Pengambilan contoh kerja benih cabai yaitu 15 g dari contoh kirim cabai 150 g dengan menggunakan alat soil divider. Pengujian benih cabai hibrida yang dilakukan meliputi pengujian kadar air benih, pengujian kemurnian benih dan pengujian daya berkecambah benih. Apabila salah satu dari pengujian tersebut tidak memenuhi standar maka perlu dilakukan pengujian ulang.
Pengujian kadar air benih cabai hibrida menggunakan metode oven suhu rendah dengan suhu 1030C ± 20C selama 17 jam. Pengujian ini dilakukan sebanyak dua ulangan dengan masing-masing ulangan sebanyak 5 g benih cabai. Persentase kadar air pada benih cabai hibrida dengan No.Lab S4 varietas Inko hot yaitu 6.5% dan varietas Kaka 99 dengan No.Lab S3 yaitu 6.5% maka pengujian kadar air tersebut dinyatakan lulus karena nilai kadar airnya tidak melebihi standar maksimum yang telah ditentukan yaitu 8%.
Pengujian kemurnian benih cabai hibrida dilakukan dengan memisahkan tiga komponen yaitu benih murni, kotoran benih dan benih tanaman lain dari contoh kerja. Hasil pengujian kemurnian benih cabai hibrida varietas Inko hot
dengan No.Lab S4 dan varietas Kaka 99 dengan No.Lab S3 masing-masing memiliki persentase komponen benih murni 99.9%, persentase benih tanaman lain 0.0% dan persentase kotoran benih 0.1%. Hasil pengujian kemurnian benih pada kedua varietas tersebut dinyatakan lulus pengujian kemurnian benih karena persentase masing-masing komponen sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida dilakukan terhadap benih murni yang diambil dari fraksi benih murni hasil pengujian kemurnian benih. Benih disusun dalam 4 ulangan, masing-masing ulangan sebanyak 100 butir dengan metode uji diatas kertas. Pengamatan daya berkecambah cabai dilakukan pada hari ke-7 setelah tabur dan pengamatan kedua dilakukan pada hari ke-14 setelah tabur. Pengamatan daya berkecambah dinilai dan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati. Pada benih cabai hibrida varietas Inko hot dengan No.Lab S4 menunjukan rata-rata persentase kecambah normal sebesar 92% dan varietas Kaka 99 dengan No.Lab S3 menunjukan rata-rata persentase kecambah normal yaitu sebesar 94%. Hasil pengujian daya berkecambah pada kedua varietas tersebut dinyatakan lulus karena persentase kecambah normal melebihi standar minimum yang telah ditetapkan yaitu 85%.
Berdasarkan kegiatan pengujian mutu benih yang telah dilakukan pada benih cabai hibrida tersebut diperoleh data bahwa benih varietas Inko hot dengan No.Lab S4 dan varietas Kaka 99 dengan No.Lab S3 dinyatakan lulus dari pengujian mutu benih di laboratorium. Benih tersebut dinyatakan lulus karena persentase dari pengujian tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada ISTA dan berhak mendapat sertifikat benih dan mendapatkan label benih berwarna biru.
PENGUJIAN MUTU BENIH CABAI (Capsicum annuum L.)
HIBRIDA DI LABORATORIUM BPSBTPH,
PROVINSI JAWA BARAT
EVAN YONDA PRATAMA
Laporan Praktik Kerja Lapangan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul : Pengujian Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum L.) Hibrida di Laboratorium BPSBTPH, Provinsi Jawa Barat Nama Mahasiswa : Evan Yonda Pratama
NIM : J3G111027
Disetujui oleh,
Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc Agr Pembimbing
Diketahui,
Tanggal lulus :
Dr Ir Bagus P. Purwanto, MAgr Direktur
Dr Ir Abdul Qadir, MSi Koordinator Program Keahlian
xi
PRAKATA
Alhamdullilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura BPSBTPH Propinsi Jawa Barat dengan judul Pengujian Mutu Benih Cabai (Capsicum annuum L.). Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada program Keahlian Teknologi Industri Benih program Diploma, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bagus P. Purwanto, MAgr selaku Direktur Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Bapak Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku Koordinator Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Bapak Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc Agr selaku dosen pembimbing, Bapak Jumara, SP sebagai kepala seksi bidang hortikultura, Bapak Ir Dedi Ruswandi selaku pembimbing lapangan dan Manajer Teknis Bagian Laboratorium Hortikultura dan seluruh staff bagian Hortikultura yang telah membantu mengumpulkan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya serta teman-teman Teknologi Industri Benih Angkatan 45,46,47,48.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun laporan ini, semoga hasil laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat berguna bagi penulis dan bagi pembaca.
Bogor, Juni 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL X DAFTAR GAMBAR X DAFTAR LAMPIRAN X 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 1 2 METODE KAJIAN 22.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 2
2.2 Metode Pelaksanaan 2
3 KEADAAN UMUM BPSBTPH PROVINSI JAWA BARAT 3
3.1 Sejarah Perusahaan 3
3.2 Visi dan Misi 4
3.2.1 Visi 4
3.2.2 Misi 4
3.3 Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran 4
3.3.1 Tugas Pokok 4
3.3.2 Fungsi 5
3.3.3 Struktur Organisasi 5
4 PENGUJIAN MUTU BENIH CABAI HIBRIDA DI LABORATORIUM 6
4.1 Administrasi Laboratorium 7
4.2 Penerimaan Contoh Kirim 8
4.3 Pengujian Kadar Air Benih 8
4.4 Pengambilan Contoh Kerja 11
4.5 Pengujian Kemurnian Benih 12
4.6 Pengujian Daya Berkecambah 15
5 KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
DAFTAR TABEL
1. Standar laboratorium mutu benih 7
2. Hasil pengujian kadar air benih cabai hibrida 11 3. Jumlah desimal pada penimbangan contoh kerja 13 4. Hasil pengujian kemurnian benih cabai hibrida 15 5. Hasil pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida 19
DAFTAR GAMBAR
1. BPSBTPH Provinsi Jawa Barat 3
2. Struktur organisasi BPSBTPH Provinsi Jawa Barat 6
3. Peralatan pengujian Kadar Air 9
4. Pengujian kadar air benih cabai hibrida 10
5. Soil divider 12
6. Pengambilan contoh kerja 12
7. Germinator 16
8. Metode Uji di Atas Kertas 17
9. Evaluasi kecambah 18
DAFTAR LAMPIRAN
1. Form permohonan pengujian benih dari sertifikasi 24
2. Kartu contoh benih sertifikasi 24
3. Hasil pengujian kadar air benih cabai hibrida 24 4. Hasil pengujian kemurnian benih cabai hibrida 24 5. Contoh label benih cabai hibrida bersertifikat 24 6. Hasil pengujian daya tumbuh benih cabai hibrida 24 7. Laporan hasil pengujian benih cabai hibrida 24 8. Sertifikat benih cabai hibrida varietas Inko hot 24
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi cabai merah segar akhir-akhir ini semakin meningkat. Daerah-daerah yang merupakan sentra penanaman cabai merah lokal tidak mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional yang bertambah dari tahun ke tahun. Untuk mengatasinya, pemerintah melakukan impor cabai merah segar guna memenuhi kebutuhan dalam negeri (Prajnanta 1995).
Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki petani karena kurangnya informasi teknologi (Prajnanta 1995). Umumnya petani menggunakan benih lokal yang diturunkan terus menerus sehingga kualitas benihnya tidak menentu, belum menggunakan pemupukan berimbang, dan belum mengenal sistem budidaya dengan mulsa plastik. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai merah skala nasional dapat melalui pengelolaan manajemen usaha tani yang baik disertai dengan perbaikan teknik budidaya. Teknik budidaya tersebut meliputi penggunaan benih bermutu varietas unggul, pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman, pemeliharaan tanaman secara intensif, maupun pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu.
Dalam Tarigan dan Wiryanta (2003), tanaman cabai termasuk famili Solanaceae, Genus Capsicum, dan nama Species Capsicum annuum L. Menurut Wahyudi (2011), cabai berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan kemudian mulai menyebar ke Benua Eropa dan Asia. Spesies dan kultivar baru pada cabai saat ini semakin berkembang di Indonesia. Salah satunya adalah kultivar hibrida yang memiliki berbagai keunggulan genetik. Kultivar tersebut diproduksi secara komersial oleh perusahaan benih sehingga dapat memudahkan petani dalam memperoleh benih unggul dengan harga yang terjangkau.
Benih bermutu dapat dihasilkan salah satunya dari proses sertifikasi oleh pihak BPSBTPH. Pengujian mutu benih merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan sertifikasi benih untuk mendapatkan sertifikat benih sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Pengujian mutu benih juga bertujuan untuk memperoleh keterangan tentang mutu suatu kelompok benih yang dipergunakan untuk keperluan pertanaman. Keterangan mutu benih sangat diperlukan untuk produsen benih, pedagang benih, pengguna benih maupun pihak yang berkepentingan.
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja lapangan yaitu :
1. Memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir pada program keahlian Teknologi Industri Benih, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.
2. Meningkatkan keterampilan pengujian benih khususnya pengujian benih cabai hibrida (Capsicum annuum L.).
3. Mengidentifikasikan masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah dalam dunia kerja melalui penerapan ilmu sesuai dengan bidang keahlian.
2 METODE KAJIAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan PKL ini dilaksanakan dari tanggal 10 Februari sampai dengan tanggal 12 April 2014, dilaksanakan di Balai Pengujian dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat.
2.2 Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan selama praktik kerja lapang di BPSBTPH Provinsi Jawa Barat meliputi:
1. Kuliah umum
Mahasiswa mengikuti kegiatan perkuliahan yang disampaikan oleh penanggung jawab dari masing-masing fungsional sebagai bahan pembekalan teknis selama praktik kerja lapangan berlangsung.
2. Praktik Langsung
Praktik kerja langsung di lapangan dengan mengikuti dan berperan aktif dalam proses kegiatan pengujian benih.
3. Diskusi
Diskusi dilakukaan dengan pembimbing di BPSB dan staf lain yang terkait dengan pengujian benih.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka didapatkan dari buku dan pustaka-pustaka lain sebagai pelengkap data dalam laporan dan bentuk untuk memperoleh landasan ilmiah terhadap hal-hal yang dihadapi dan yang tidak dimengerti di lapangan.
5. Penyusunan Laporan Akhir
Menyusun laporan akhir sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan selama sembilan minggu praktik kerja lapang.
3
3 KEADAAN UMUM BPSBTPH PROVINSI JAWA BARAT
3.1 Sejarah Perusahaan
Balai Pengawasan dan Serifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Jawa Barat merupakan unit pelaksanaan teknis Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang bertanggung jawab langsung kepada kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 529/Kpts/Org/8/1978 Tanggal 24 Agustus 1978 yang mempunyai tugas dan fungsi dalam bidang pengawasan mutu perbenihan.
Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 174 tahun 1971 dibentuk 13 BPSB dengan 14 satgas di seluruh Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 468/Kpts/OT.210/6/94 Tanggal 9 Juni 1994 BPSB berubah menjadi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH).
Sejak otonomi daerah BPSBTPH Jawa Barat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Berita Acara No. 08/3/TIM Kepres/157/2001 Tanggal 15 Maret 2001. Melalui Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur No. 53 Tahun 2002 BPSBTPH kini berada di bawah UPTD Dinas Pertanian Tanaman Pangan dengan nama Balai Pengawasan dan Serifikasi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010 UPTD BPSBTPH Provinsi Jawa Barat diubah kembali menjadi BPSBTPH Provinsi Jawa Barat (Gambar.1).
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 Visi
Terjaminnya kualitas mutu benih bersertifikasi dalam mendukung agribisnis tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat.
3.2.2 Misi
1. Menumbuh kembangkan komoditas unggul tanaman pangan dan holtikultura Jawa Barat menjadi Unggulan Nasional.
2. Meningkatkan ketersediaan benih tanaman pangan dan holtikultura bersertifikat di Jawa Barat, baik kualitas maupun kuantitas.
3. Meningkatkan kemampuan Balai menjadi Lembaga Sertifikasi Produk. 4. Meningkatkan jaminan mutu terhadap benih-benih yang beredar di pasaran.
3.3 Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran
3.3.1 Tugas Pokok
Tugas pokok BPSBTPH Jawa Barat adalah melaksanakan sebagian tugas dinas pertanian tanaman pangan Propinsi Jawa Barat dibidang pelayanan pengawasan mutu dan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura serta informasi perbenihan padi, palawija, dan hortikultura.
1. Kepala Balai BPSBTPH
Memimpin, mengendalikan, dan mengkoordinasi kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih padi, palawija, hortikultura dan aneka tanaman.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengolahan administrasi kepegawaian, perlengkapan umum, dan keuangan.
3. Kepala Seksi Informasi
Melaksanakan penyusunan bahan informasi perbenihan padi, palawija, hortikultura, dan aneka tanaman.
4. Kepala Seksi Pengawasan Mutu Benih Padi dan Palawija
Melaksanakan penyusunan bahan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih padi dan palawija.
5. Kepala Seksi Pengawasan Mutu Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Melaksanakan penyusunan bahan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih hortikultura dan aneka tanaman.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Menyiapkan, melaksanakan, menganalisis, mengevaluasi, mengembangkan, dan melaporkan kegiatan pengawasan mutu sertifikasi benih padi, palawija, hortikultura dan aneka tanaman yang terdiri dari penilaian kultivar, sertifikasi benih, pengujian benih dilaboratorium serta pengawasan peredaran mutu benih.
5
7. Instalasi
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 22 tahun 2003, tugas pokok penanggung jawab instalasi adalah memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan mutu dan sertifikasi benih padi, palawija, hortikultura, dan aneka tanaman.
3.3.2 Fungsi
1. Melaksanakan pelayanan di bidang pengawasan mutu dan sertifikasi benih padi dan palawija.
2. Melaksanakan pelayanan di bidang pengawasan mutu dan sertifikasi benih hortikultura dan aneka tanaman.
3. Melaksanakan pelayanan di bidang informasi perbenihan padi, palawija dan hortikultura.
3.3.3 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 5 Tahun 2002 tanggal 12 April tentang perubahan atas peraturan daerah Provinsi Jawa Barat no. 15 tahun 2002 tentang tugas pokok, fungsi dan rincian tugas BPSBTPH Jawa Barat, maka BPSBTPH Provinsi Jawa Barat dipimpin oleh seorang kepala balai dengan eselon IIIA yang membawahi dua jenjang jabatan yaitu struktural dan fungsional. Jenjang jabatan struktural terdiri dari satu kepala tata usaha (KTU) yang membawahi tiga kepala seksi yakni seksi informasi pengendalian mutu benih, seksi pengendalian mutu benih padi dan palawija, dan seksi pengendalian mutu benih hortikultura dan aneka tanaman. Jenjang jabatan fungsional terdiri dari dua kelompok jabatan yaitu kelompok fungsional padi dan palawija, serta fungional hortikultura dan aneka tanaman.
Sebagai langkah efisiensi pelaksanaan tugas, BPSBTPH Provinsi Jawa Barat mempunyai lima subunit di daerah yaitu (1) Subunit Cianjur meliputi Kabupaten atau Kota Cianjur, Sukabumi, Bogor, Depok, Cimahi dan Bandung, (2) Subunit Karawang meliputi Kabupaten atau Kota Karawang, Bekasi dan Purwakarta, (3) Subunit Subang meliputi Kabupaten Subang dan Indramayu, (4) Subunit Majalengka meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten atau kota Cirebon (5) SubunitGarut meliputi Kabupaten atau Kota Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan Kota Banjar. Tugas subunit tersebut adalah melakukan pelayanan kepada masyarakat (produsen benih) yang meliputi kegiatan pengawasan mutu benih padi dan palawija, pengawasan mutu benih hortikultura dan aneka tanaman serta informasi perbenihan padi palawija, hortikultura dan aneka tanaman. Struktur Organisasi BPSBTPH Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada (Gambar 2).
Gambar 2. Struktur organisasi BPSBTPH Provinsi Jawa Barat
4 PENGUJIAN MUTU BENIH CABAI HIBRIDA DI
LABORATORIUM
Pengujian mutu benih merupakan salah satu kegiatan dari proses sertifikasi benih. Pengujian mutu benih ditujukan untuk mengetahui mutu dari suatu jenis atau kelompok benih. Keterangan pengujian mutu benih bermanfaat bagi produsen, penjual, maupun konsumen benih karena memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang mutu benih tersebut.
Pengujian mutu benih di laboratorium dibagi menjadi dua yaitu pengujian benih standar atau rutin dan pengujian benih khusus atas permintaan produsen benih atau bila lembaga merasa perlu melakukannya karena alasan meningkatkan mutu benih yang dipasarkan. Pengujian benih standar merupakan pengujian yang
KEPALA BALAI
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Pengawasan Mutu
Benih Padi dan Palawija
Kepala Seksi Pengawasan Mutu Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Kelompok Fungsional Ketua Kelompok Fungsional Padi dan Palawija Ketua Kelompok Fungsional Aneka Tanaman dan Hortikultura
Subunit Pengawasan Mutu dan Serifikasi Benih
7
dilakukan oleh lembaga sertifikasi dalam rangka pemberian sertifikat benih untuk keperluan pengecekan data label yang diproduksi oleh produsen benih. Adapun pengujian mutu benih standar yang dilakukan terhadap cabai merah besar hibrida antara lain pengujian kemurnian benih, pengujian kadar air benih, dan pengujian daya berkecambah benih. Hasil dari pengujian-pengujian tersebut akan dicantumkan dalam label benih sebagai identitas mutu benih. Standar mutu benih laboratorium ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar laboratorium mutu benih
No Parameter Kelas Benih BS (%) BD (%) BP (%) BR (%) Hibrida (%) 1 Kadar Air (Maks) 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 2 Benih Murni (Min) 99.9 99.8 99.5 99.0 99.5 3 Kotoran Benih (Maks) 0.1 0.2 0.5 1.0 0.5 4 Benih tanaman lain
(Maks) 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 5 Daya berkecambah (Min) Cabai besar 85 85 80 75 85 Cabai keriting 85 85 80 75 85 Cabai rawit 80 80 75 70 80
Sumber: Ditjen Hortikultura (2013)
4.1 Administrasi Laboratorium
Proses pengujian mutu benih di laboratorium diawali dengan pengajuan permohonan pengambilan contoh benih oleh produsen ditujukan untuk BPSBTPH (Lampiran 1). Tugas pengujian laboratorium harus ditunjang dengan administrasi yang efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Tugas pokok bagian administrasi yang dilakukan sebelum melakukan pengujian laboratorium yaitu :
1. Menerima contoh benih cabai besar hibrida dari pengirim benih, contoh benih cabaihibrida disertai dengan keterangan nama pengirim benih, beserta alamatnya, jenis tanaman dan varietas, nomor kelompok benih, jumlah benih, berat contoh benih, tanggal penerimaan contoh benih, tanggal panen dan jenis pengujian yang diperlukan oleh pengirim benih. 2. Mencatat kondisi contoh benih cabai besar hibrida yang diterima.
3. Mencocokkan keterangan benih dengan isinya, apabila tidak sesuai persyaratan maka dilakukan konfirmasi ulang dengan pengirim benih. 4. Memberikan nomor kode laboratorium pada setiap contoh kirim benih
dan warna kartu pengujian contoh benih yang berbeda yaitu nomor kode pengujian dalam rangka sertifikasi (S) dengan warna kartu biru, pengawasan pemasaran (P) dengan warna kartu putih, pelabelan (L)
dengan warna kartu merah jambu dan umum/servis (U) dengan warna kartu kuning.
5. Mencatat jenis pengujian yang diminta seperti kadar air, kemurnian, daya berkecambah,dll.
6. Mencatat data contoh kirim berdasarkan blanko permohonan pengujian dari pengirim benih.
7. Mengisi buku induk pengujian dan kartu induk pengujian.
8. Membagikan contoh kirim benih tersebut kepada analisis benih disertai kartu contoh benih seperti ditunjukan pada Lampiran 2 dan kartu pengujian.
9. Setelah pengujian laboratorium selesai dilakukan, mencatat hasil pengujian tersebut kedalam kartu induk pengujian dan buku induk pengujian.
4.2 Penerimaan contoh kirim
Contoh kirim diterima oleh administrasi laboratorium. Contoh kirim cabai hibrida varietas Kaka 99 diberi No. Lab S3 dengan bobot sebesar 35.058 g. Contoh kirim cabai hibrida varietas Inko hot diberi No. Lab S4 dengan bobot sebesar 35.092 g. Menurut standar ISTA (2004), contoh kirim minimum sebesar 150 g, pada kenyataan dilapang contoh kirim kurang dari 150 g. Menurut informasi dari petugas BPSBTPH Provinsi Jawa Barat, penangkar merasa keberatan jika harus memenuhi standar contoh kirim yang ditetapkan oleh ISTA, dikarenakan harga benih cabai hibrida yang mahal. Contoh kirim tetap diterima BPSBTPH walaupun kurang dari standar karena contoh kirim masih diatas contoh kerja sehingga tetap dapat dilakukan pengujian selanjutnya.
Contoh kirim yang diterima diberi blanko pengujian laboratorium oleh administrasi laboratorium. Data contoh kirim dicatat didalaam buku induk pengujian. Contoh kirim yang telah dicatat dibuku induk, diberikan kepada analis untuk dilakukan pengujian.
4.3 Pengujian Kadar Air Benih
Kadar air benih adalah berat air yang hilang karena pengeringan yang diukur dengan metode oven dinyatakan dalam persen terhadap berat basah (awal) contoh benih (Ditjen Hortikultura 2009). Dalam kegiatan sertifikasi benih pengujian kadar air merupakan pengujian rutin yang dilakukan di tiap laboratorium pengujian. Tujuan pengujian kadar air benih adalah untuk mengetahui berapa besar kandungan air yang terdapat dalam benih dan apakah kadar air benih telah memenuhi peraturan yang berlaku sesuai dengan kelas benih yang diproduksi. Kadar air benih sangat penting karena berkaitan dengan kualitas benih, daya simpan benih, daya berkecambah benih, serangan hama dan penyakit, dan harga benih (Kuswanto 1997).
Metode pengukuran kadar air benih antara lain metode langsung dan metode tidak langsung. Pada metode langsung, kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat akibat hilangnya air dari benih dengan cara pemanasan menggunakan oven suhu konstan. Pada metode tidak langsung, kadar air benih
9
diukur tanpa mengeluarkan air dari dalam benih, tetapi dengan memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air. Alat yang digunakan dalam metode tidak langsung ini adalah moisture tester.
Metode langsung menggunakan oven merupakan metode yang dianjurkan oleh International Seed Testing Association (ISTA) untuk menghitung kadar air benih dan hasil pengujiannya dicantumkan dalam sertifikat benih. Metode tidak langsung disebut juga metode uji cepat. Penggunaan metode ini lebih praktis namun hasil pengujian dengan metode ini kurang tepat jika dibandingkan dengan metode langsung.
Pada pengujian kadar air di BPSBTPH Jawa Barat menggunakan metode oven suhu rendah konstan dengan suhu 1030C ± 20C selama 17 jam ± 1 jam dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Metode oven suhu konstan terbagi menjadi dua yaitu metode oven suhu rendah dan metode oven suhu tinggi. Pengujian kadar air benih cabai besar hibrida menggunakan metode oven suhu rendah konstan.
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 3. Peralatan pengujian Kadar Air (A) Oven (B) Timbangan Analitik (C) Cawan Porselen (D) Desikator
a. Metode oven suhu rendah konstan (1030C ± 20C) selama 17 jam ± 1 jam, penetapan kadar air benih cabai dengan metode ini dilakukan dengan cara: - Sebelum dipakai untuk mengeringkan, oven harus dipanaskan terlebih
dahulu sampai mencapai suhu yang di inginkan dan suhunya harus konstan.
- Cawan beserta tutupnya ditimbang beratnya (M1).
- Benih cabai yang akan diuji kadar airnya disiapkan. Berat benih untuk pengujian kadar air cabai sebesar 5 g.
- Cawan yang telah berisi benih cabai (M2) ditimbang kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu 1030C selama 17 jam. Tutup cawan harus dibuka selama di oven seperti pada Gambar 4.
- Pada waktu benih dimasukkan kedalam oven maka suhu akan turun. Suhu ini harus kembali ke keadaan semula paling lama 30 menit karena jika lebih lama maka jumlah air yang dapat diuapkan akan berkurang sehingga hasil pengujian kadar air akan menjadi lebih rendah.
- Setelah dipanaskan, cawan ditutup kembali dan dikeluarkan dari oven. Kemudian cawan yang dalam keadaan tertutup tersebut didinginkan dalam desikator selama 30-45 menit kemudian timbang kembali (M3). - Lakukan perhitungan kadar air dengan rumus
Keterangan :
KA = Kadar air (%)
M1 = Berat wadah + tutup (g)
M2 = Berat wadah + tutup + benih sebelum dipanaskan (g) M3 = Berat wadah + tutup + benih setelah dipanaskan (g)
- Pengujian kadar air harus dilakukan secara duplo (dua ulangan). Selisih hasil perhitungan dari kedua ulangan tersebut tidak boleh lebih dari 0.2%. Jika selisihnya lebih besar dari 0.2%, maka pengujian kadar air harus diulang. Hasil ketelitian satu angka di belakang koma dan dinyatakan dalam persen.
Pengujian kadar air benih cabai besar hibrida tersebut dilakukan terhadap sampel benih cabai besar hibrida varietas Inko hot dan Kaka 99 dari produsen
11
benih PT. Inko Seed Makmur di Bandung. Hasil pengujian kadar air benih cabai besar hibrida tersebut dapat ditunjukan pada Tabel 4.
Tabel 2. Hasil pengujian kadar air benih cabai hibrida No. Lab / Varietas No. Cawan M1 (g) M2 (g) M3 (g) Kadar Air (%) Toleransi S4 / (Inko Hot) 8A 51.283 56.285 55.960 6.497 0.2 % 8B 47.461 52.459 52.133 6.522 Rata-rata 49.372 54.372 54.047 6.500 S3 / (Kaka 99) 4A 50.671 56.177 55.824 6.411 0.2 % 4B 53.947 59.453 54.045 6.502 Rata-rata 52.309 57.815 54.934 6.500
Berdasarkan Tabel 4, kadar air pada benih cabai besar hibrida dengan No. Lab S4 varietas Inko hot dari hasil rata-rata kedua ulangan yaitu 6.5 %, dan varietas Kaka 99 dengan No. Lab S3 dari hasil rata-rata kedua ulangan yaitu 6.5%. Pengujian kadar air benih pada kedua varietas tersebut dapat dinyatakan lulus karena persentase kadar airnya tidak melebihi standar maksimum yang telah ditetapkan yaitu 8% dan dapat melanjutkan pengujian mutu benih selanjutnya. Hasil pengujian kadar air benih tersebut dicatat pada kartu pengujian kadar air (Lampiran 3).
Dalam pengujian kadar air hanya menggunakan dua ulangan sehingga ada batas toleransi antar ulangan 0.2% untuk memastikan hasil yang didapat falid. Hasil pengujian kadar air menggunakan oven yang meragukan diuji ulang menggunakan alat Steinlite Moisture Tester dan batas toleransi tetap berlaku. Steinlite Moisture Tester dikalibrasi setiap 6 bulan untuk falidasi alat.
4.4 Pengambilan Contoh Kerja
Contoh benih yang diuji di laboratorium merupakan sebagian kecil dari lot benih yang di dalamnya mungkin terdapat keragaman oleh karena itu lot benih tidak pernah benar-benar homogen. Contoh benih yang diuji di laboratorium merupakan sebagian kecil dari lot benih yang di dalamnya mungkin terdapat berbagai keagaman. Oleh karena itu lot benih tidak pernah benar-benar homogen.
Contoh kerja berasal dari contoh kirim yang jumlahnya diperkecil. Contoh kerja diambil menggunakan metoda dan alat yang sesuai dengan jenis benihnya serta memenuhi berat minimum contoh kerja. Contoh kerja diambil di laboratorium pengujian benih, ditujukan untuk berbagai pengujian baik rutin/standar maupun khusus (Murniati et al. 2011). Contoh kerja digunakan sebagai bahan uji benih untuk pengujian mutu benih standar di laboratorium selanjutnya yaitu pengujian kemurnian, kadar air, dan daya berkecambah benih.
Contoh kerja harus mewakili lot benih, dengan cara memenuhi ketentuan yang berlaku. Pengambilan contoh kerja untuk benih cabai sebesar 15 g dari contoh kirim sebesar 150 g. Pengambilan contoh kerja di BPSBTPH Provinsi Jawa Barat menggunakan metode pembagi mekanis Soil Divider, adapun cara pengerjaannya sebagai berikut :
1. Metode pembagi mekanis Soil divider
Prinsip kerja alat ini untuk membagi benih yang telah dimasukkan menjadi dua bagian. Sebelum dimasukkan alat tersebut dibersihkan terlebih dahulu, benih cabai dimasukkan ke alat, kemudian mengulanginya sebanyak 3 kali agar homogen. Pengambilan contoh kerja benih cabai (Gambar 3) menggunakan alat Soil divider (Gambar 4) dan mendapatkan contoh kerja minimal sebesar 15 g dari contoh kirim 150 g.
Varietas kaka 99 dengan No. Lab S3 memiliki contoh kirim seberat 35.058 g dan berat contoh kerja 15.015 g. Varietas Inko hot dengan No. Lab S4 memiliki contoh kirim seberat 35.092 g dan contoh kerja seberat 15.026 g. Contoh kerja ini selanjutnya digunakan untuk uji kemurnian benih.
4.5 Pengujian Kemurnian Benih
Pengujian kemurnian dilakukan untuk mengetahui komposisi contoh kerja. Hasil uji pada dasarnya akan mencerminkan komposisi lot benih darimana contoh benih berasal. Pada pengujian kemurnian, contoh kerja akan dipisahkan ke dalam tiga komponen yaitu benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih, oleh karena itu pengujian ini didasarkan pada kemurnian fisik bukan kemurnian genetik (Murniati et al. 2011). Kemurnian benih dinyatakan dalam persentase (%).Tujuan dari pengujian kemurnian adalah menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih (Heddy G 2000).
Benih murni merupakan sumber benih untuk pengujian-pengujian lain seperti pengujian daya berkecambah, pengujian bobot 1 000 butir benih, uji cepat viabilitas dan lainnya. Benih murni adalah benih yang sesuai dengan yang dimaksud pengirim benih atau benih yang secara dominan ditemukan di dalam contoh benih. Kategori benih murni di antaranya:
1. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, benih sedikit rusak, benih mulai berkecambah.
2. Benih terserang penyakit tetapi masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika bentuknya berubah menjadi sclerotia, smutballs, nemathoda galls maka termasuk kotoran benih.
3. Pecahan benih yang berukuran > setengah ukuran asli.
4. Untuk famili Leguminoceae, jika kotiledon terpisah termasuk kotoran benih. Gambar 5. Pengambilan contoh
kerja
13
5. Unit kumpulan benih dari famili Composite (bunga matahari), Umbelliferae (wortel), Labiatae (mint), tanpa memperhatikan apakah benih-benih tersebut berisi benih sejati (true seed) atau tidak kecuali bila diperiksa secara visual terlihat jelas bahwa pada benih tersebut tidak terdapat benih sejati.
Benih tanaman lain adalah benih-benih tanaman selain yang dimaksud oleh pengirim benih. Penentuan benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih murni. Benih lain yang tercampur perlu dipilah apakah benih dari spesies lain atau dari spesies yang sama tetapi beda varietasnya berbeda. Penentuan benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih murni. Kotoran benih meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-bahan lain yang bukan dari benih.
1. Benih dan bagian benih
a. Benih yang terlihat jelas bukan benih sejati.
b. Benih dari famili Fabaceae (leguminoceae), Brassicaceae (cruciferae), Cupressaeae, Taxaceae tanpa kulit benih.
c. Pecahan benih dengan ukuran < setengah ukuran asli. d. Benih rusak tanpa embrio/rusak berat.
e. Floret steril (rangkaian bunga/buah yang tidak berisi biji), kulit benih dan lainnya.
2. Bahan-bahan lain yang bukan bagian dari benih yaitu butir tanah, butir pasir, pecahan batu, potongan jerami, daun, tangkai daun, tangkai bunga, nemathoda galls, sclerotia, cendawan dan lainnya.
Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian kemurnian benih antara lain :
1. Pinset dan spatula merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan benih murni dari benih tanaman lain dan kotoran benih.
2. Meja kemurnian merupakan tempat yang digunakan untuk menganalisis kemurnian benih.
3. Kaca pembersar digunakan untuk memudahkan dalam menganalisis kemurnian benih.
4. Timbangan analitik merupakan alat yang digunakan untuk menimbang contoh kerja dan komponen-komponen hasil dari analisis kemurnian. Sampel untuk uji kemurnian benih jumlahnya sangat sedikit sehingga komponen yang tercampur pun masing-masing jumlahnya sangat sedikit. Berdasarkan peraturan ISTA, timbangan yang digunakan untuk menimbang komponen benih harus memiliki ketelitian yang tinggi dan kepekaannya tergantung berat komponen yang akan ditimbang seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah desimal pada penimbangan contoh kerja Berat contoh kerja (g) Desimal Contoh (g)
<1.000 4 0.8036
1.000-9.999 3 8.036
10.00-99.99 2 80.36
100.00-999.9 1 803.6
>1000 0 8 036
Prosedur dalam pengujian kemurnian benih cabai adalah :
1. Contoh kerja untuk pengujian kemurnian benih cabai mula-mula ditimbang dan beratnya harus memenuhi syarat, untuk setiap varietasnya berat contoh kerjanya berbeda.
2. Contoh kerja ditaburkan secara merata di atas meja kemurnian.
3. Benih cabai kemudian dipisahkan dan di identifikasi dari komponen-komponen benih murni dari benih tanaman lain dan kotoran benih yang tercampur.
4. Masing-masing komponen kemudian ditimbang dan dihitung persentasenya. 5. Perbedaan total berat masing-masing komponen tidak boleh lebih dari 1%
terhadap berat awal contoh kerja, apabila perbedaan lebih dari 1% pengujian kemurnian benih harus diulang dari contoh kerja yang baru.
Bobot semua penimbangan komponen ini menggunakan satuan gram. Untuk menghitung persentase kemurnian benih perlu diperhatikan hasil perhitungan persentase komponen-komponen dibulatkan menjadi satu desimal di belakang koma dan total akhir harus 100%.
Rumus perhitungan: % Benih Murni
% Benih Tanaman Lain % Kotoran Benih
Faktor kehilangan yang diperbolehkan maksimal 5% dihitung dengan rumus:
Keterangan :
BM = Benih Murni
BTL = Benih Tanaman Lain KB = Kotoran Benih CK = Contoh Kerja
Pengujian kemurnian benih cabai hibrida ini dilakukan terhadap sampel benih cabai hibrida varietas Inko hot dan Kaka 99 dari produsen benih PT. Inko Seed Makmur di Bandung. Hasil pengujian kemurnian benih cabai hibrida tersebut dapa ditunjukan pada Tabel 4.
15
Tabel 4. Hasil pengujian kemurnian benih cabai hibrida
No. Lab Komponen Benih Berat (g) % Berat
S4 (Inko Hot)
Benih Murni 15.022 99.9
Benih Tanaman Lain 0.000 0.0
Kotoran Benih 0.008 0.1
Jumlah 15.03 100
S3 (Kaka 99)
Benih Murni 15.005 99.9
Benih Tanaman Lain 0.000 0.0
Kotoran Benih 0.015 0.1
Jumlah 15.02 100
Data hasil pengujian kemurnian benih tersebut dapat diketahui bahwa benih cabai hibrida varietas Inko hot dengan No.Lab S4 dan varietas Kaka 99 dengan No.Lab S3 masing-masing memiliki persentase komponen benih murni 99.9%, persentase komponen benih tanaman lain 0.0% dan persentase komponen kotoran benih 0.1%. Benih murni yang ditemukan adalah benih utuh, benih berukuran kecil dan pecahan benih yang ukurannya > setengah ukutran asli. Kotoran benih yang ditemukan adalah pecahan benih cabai hibrida dengan ukuran < setengah ukuran asli.
Hasil pengujian kemurnian benih cabai hibrida pada kedua varietas tersebut dinyatakan lulus pengujian kemurnian benih karena persentase masing-masing komponen tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat melanjutkan pada proses pengujian berikutnya yaitu pengujian daya berkecambah. Hasil dari pengujian kemurnian tersebut dicatat pada contoh kerja kemurnian (Lampiran 4).
4.6 Pengujian Daya Berkecambah
Perkecambahan benih dalam pengujian benih adalah muncul dan berkembangnya kecambah dimana bagian dari struktur-struktur penting menunjukan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pengujian daya berkecambah penting untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan tanaman berproduksi normal pada kondisi optimum (Murniati et al. 2011). Tujuan dari pengujian daya berkecambah benih adalah untuk menentukan potensi perkecambahan maksimal suatu lot benih yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda serta untuk menduga nilai pertanaman di lapangan.
Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan nilai kepercayaan yang tinggi. Metode uji laboratorium dapat mengatasi hal tersebut, dimana faktor luar dapat dikendalikan untuk memberikan perkecambahan teratur, cepat dan lengkap bagi sebagian besar contoh benih spesies tertentu.
Pengujian daya berkecambah dilakukan terhadap benih murni yang diambil dari fraksi benih murni hasil pengujian kemurnian benih. Benih disusun dalam 4 ulangan sebanyak 400 butir benih dengan masing-masing ulangan 100 butir benih dan diuji dalam kondisi kelembapan yang sesuai dengan metode yang ditetapkan.
Pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida dilakukan dengan metode uji diatas kertas.
Media perkecambahan yang dapat digunakan pada pengujian daya berkecambah harus sesuai untuk suatu benih. Media perkecambahan tersebut adalah media yang dapat menyediakan cukup pori-pori untuk udara dan air, untuk tempat menahan bagi sistem perakaran serta untuk kontak dengan air yang dibutuhkan bagi perkecambahan. Media dapat berupa kertas, pasir atau campuran dari senyawa organik. Media perkecambahan harus mempunyai nilai pH antara 6.0-7.5. Sangat disarankan media perkecambahan hanya digunakan sekali.
Peralatan yang digunakan untuk pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida antara lain germinator (Gambar 7) dengan suhu dan kelembapan terkendali serta mendapatkan sinar matahari yang cukup, boks plastik transparan/wadah/tempat perkecambahan, pinset dan substrat kertas merang. Substrat kertas merang yang digunakan sebagai media perkecambahan harus memenuhi syarat-syarat:
a. Tidak mengandung bahan yang bersifat racun, zat penghambat bagi perkecambahan.
b. Dapat menyediakan air yang cukup selama periode perkecambahan sehingga setiap waktu harus diberikan tambahan air.
c. Kertas substrat harus cukup kuat, tidak mudah rusak/sobek oleh pertumbuhan akar atau plumula tetapi juga tidak menghambat pertumbuhan kecambah.
d. Kertas substrat tidak boleh mengandung mikroorganisme patogen.
Gambar 7.Germinator IPB 73
Prosedur pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida yang dilakukan di laboratorium menggunakan metode uji di atas kertas seperti pada gambar 9 yaitu :
1. Substrat merang dilembabkan dengan larutan KNO3 0.2% (2 gram
dilarutkan dalam satu liter air) untuk pematahan dormansi. Pelembapan berikutnya cukup menggunakan air.
17
2. Substrat merang yang telah dilembabkan di atas wadah/boks persegi. 3. Benih cabai diambil 400 butir secara acak dari fraksi benih murni untuk 4
ulangan dan masing-masing ulangan sebanyak 100 butir benih cabai. 4. Benih ditabur pada permukaan substrat merang lembab dengan
meletakkan setiap seratus butir benih cabai satu arah.
5. Kemudian wadah perkecambahan diletakkan pada germinator.
Gambar 8. Metode Uji di Atas Kertas
Setelah sampai pada waktu yang ditetapkan kemudian dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap kecambah dalam berbagai kategori sesuai dengan yang diperlukan dalam pelaporan. Pengamatan daya berkecambah pada benih cabai hibrida dilakukan sebanyak dua kali pengamatan. Pengamatan hari pertama dilakukan pada hari ke-7 setelah tabur dan pengamatan hari kedua dilakukan pada hari ke-14 setelah tabur. Benih cabai yang sudah berkecambah harus dinilai dan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu kecambah normal dan abnormal.
Kecambah dinilai normal jika perkembangan struktur terpenting dari embrio benih tersebut seperti sistem perakaran (akar primer, akar sekunder), poros kecambah (hipokotil, epikotil) dan kotiledon dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan (tanah, kelembapan, suhu dan cahaya) menunjukan kemampuan berkembang menjadi tanaman normal, sebuah kecambah harus memiliki salah satu dari kriteria tersebut:
1. Kecambah lengkap/sempurna yaitu kecambah yang semua struktur penting kecambah berkembang dengan baik, lengkap, seimbang dan sehat ditandai dengan:
a. Sistem perakaran berkembang dengan baik.
b. Akar primer panjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu akar dan ujung akar sehat, akar sekunder berkembang dan merupakan penunjang akar primer.
c. Hipokotil utuh, panjang dan ramping.
Plumula
Akar Primer
Akar primer yang melengkung Benih-benih cabai yang tidak berkecambah sampai akhir periode pengujian diklasifikasikan menjadi (Murniati et al. 2011):
1. Benih keras yaitu biji yang tidak berimbibisi, tetap keras di akhir pengujian. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap air. Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi. 2. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih yang sampai batas akhir
pengamatan tidak berkecambah pada kondisi perkecambahan yang diberikan tetapi masih bersih, kuat dan memiliki potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih segar tidak tumbuh tersebut mampu berimbibisi pada kondisi perkecambahan yang diberikan tetapi perkembangan selanjutnya terhenti (≥ 5%, benih harus diberi perlakuan).
3. Benih mati yaitu benih yang tidak dapat berkecambah hingga batas akhir pengamatan dan tidak dapat digolongkan ke dalam benih keras, benih segar tidak menunjukan sedikitpun adanya pertumbuhan. Benih mati biasanya lunak, berubah warna, tertutup cendawan dan tidak ada tanda-tanda perkembangan benih.
Evaluasi kecambah cabai dilakukan pada pengamatan kedua, kecambah normal pada cabai yang diuji ditandai dengan akar primer memanjang dan ramping biasanya ditutupi bulu-bulu, akar sekunder berkembang dan merupakan penunjang akar primer, hipokotil dan epikotil keduanya memanjang dan berkembang dengan baik serta terdapat dua kotiledon berwarna hijau seperti daun. Kecambah abnormal pada cabai tersebut ditandai dengan akar primer dan hipokotil kerdil serta kotiledonnya hilang. Benih cabai mati ditandai dengan benih yang tertutup cendawan. Berdasarkan kategorinya, evaluasi kecambah cabai dikelompokkan kedalam (Gambar 9):
Gambar 9. Evaluasi kecambah (A) Kecambah normal (B) Kecambah abnormal (C) Benih mati
Hipokotil
19
Rumus perhitungan:
Keterangan :
KN I = Kecambah normal pada pengamatan pertama KN II = Kecambah normal pada pengamatan kedua
Pengujian daya berkecambah cabai hibrida ini dilakukan terhadap sampel benih cabai besar hibrida varietas Inko hot dan cabai keriting hibrida varietas Kaka 99 dari PT. Inko Seed Makmur di Bandung. Hasil pengujian daya berkecambah cabai hibrida ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 5. Hasil pengujian daya berkecambah benih cabai hibrida
No. Lab. / varietas Ulangan Kecambah normal (%) Kecambah abnormal (%) Benih Keras (%) Benih segar tidak tumbuh (%) Benih Mati (%) S4 / (Inko Hot) 1 92 4 0 0 4 2 93 3 0 0 4 3 92 4 0 0 4 4 92 2 0 0 6 Rata-rata 92 3 0 0 5 S3 / (Kaka 99) 1 95 5 0 0 0 2 94 4 0 0 2 3 94 5 0 0 1 4 93 3 0 0 4 Rata-rata 94 4 0 0 2
Data hasil pengujian daya berkecambah cabai besar varietas Inko hot dengan No. Lab S4 dan cabai keriting hibrida varietas Kaka 99 dengan No. Lab S3 menunjukkan rata-rata persentase kecambah normal yaitu 92% dan 94%. Hasil pengujian daya berkecambah tersebut dinyatakan lulus karena persentase kecambah normal melebihi standar minimum yang telah ditetapkan yaitu 85%. Hasil pengujian daya berkecambah dicatat pada pengujian daya berkecambah contoh benih sertifikasi dan dapat dilihat pada lampiran 5.
Dalam pengujian daya berkecambah benih cabai menggunakan larutan KNO3 0.2% untuk mematahkan dormansi pada benih. Tidak terdapat batas
toleransi antar ulangan dalam pengujian daya berkecambah, sebab pengujian ini menggunakan 4 ulangan. Dalam uji daya berkecambah benih digunakan metode Uji Diatas Kertas (UDK) sebab benih membutuhkan cahaya matahari yang tinggi. Benih cabai hibrida tersebut diuji memenuhi standar laboratorium, maka benih cabai tersebut dinyatakan lulus pengujian mutu benih di laboratorium sehingga
benih cabai tersebut dinyatakan sebagai benih bersertifikat. Warna label untuk benih cabai hibrida tersebut berwarna biru (dapat dilihat pada lampiran 6).
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kegiatan pengujian mutu benih yang dilakukan di BPSBTPH Jawa Barat pada benih cabai hibrida mengacu kepada ISTA dan Ditjen Hortikultura dengan beberapa penyesuaian di lapang. Pengujian dimulai dari pengujian kadar air benih, pengujian kemurnian benih, dan pengujian daya berkecambah benih. Berdasarkan kegiatan pengujian mutu benih yang telah dilakukan pada benih cabai hibrida tersebut diperoleh data benih cabai varietas Inko hot dengan No. Lab S4 dan varietas Kaka 99 dengan No. Lab S3 dinyatakan lulus dari pengujian mutu benih laboratorium karena persentase dari ketiga pengujian tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada ISTA sehingga dinyatakan sebagai benih bersertifikat. Hasil pengujian tersebut akan dicantumkan dalam label benih sebagai identitas mutu benih. Warna label untuk benih cabai hibrida yaitu berwarna biru.
5.2 Saran
Sebaiknya pengujian mutu benih yang dilakukan di BPSBTPH Jawa Barat seperti pengujian kadar air benih juga menggunakan alat steinlite moisture tester untuk membandingkan hasil pengujian kadar air benih yang menggunakan metode oven suhu konstan. Penambahan jumlah analis benih juga diperlukan untuk mengatasi hambatan dalam pengujian benih dan apabila terdapat banyak sampel contoh kirim benih yang masuk dalam waktu bersamaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortiukultura 2009. Sertifikasi Benih Cabai. Jakarta (ID): Departemen Pertanian. 290 hal.
[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura 2012. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih. Bandung (ID): Departemen Pertanian. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura 2013. Pedoman Teknis
Sertifikasi Benih Tanaman Hortikultura. Bandung (ID): Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat.
Heddy G. 2000. Biologi Pertanian. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Kuswanto H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta.
Murniati E, Rosliany Y, Supriatna. 2011. Penuntun Praktikum Teknik Pengujian Benih. Bogor (ID): Direktorat Diploma IPB.
Prajnanta F. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Bekasi (ID): PT Penebar Swadaya Prayudi B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah (ID).
Tarigan S dan W. Wiryanta. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Wahyudi. 2011. Lima Jurus Sukses Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
23
25
Lampiran 2.Kartu contoh benih sertifikasi
27
Lampiran 5. Contoh label benih cabai hibrida bersertifikat
29
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Agustus 1993 di Jakarta Provinsi DKI Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Djoni Bambang Suroso dan Ibu Mahdayani Wahyu Lestari. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Swasta (SDS) Taman Rejeki Cibinong dan lulus tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Cibinong dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMA PLUS YPHB BOGOR yang diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma III Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Keahlian Teknologi Industri Benih melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Mengikuti organisasi Gabungan Mahasiswa Pertanian (GAMAPERTA) pada tahun 2011-2013.