• Tidak ada hasil yang ditemukan

bertahap yang diawali dengan pengumpulan dan entri data.

Penelitian 2. Pengujian Ekstrak Pegagan pada Hewan Model Tujuan:

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan terhadap pertambahan bobot badan, asupan pakan, gambaran darah, aktivitas dan fungsi kognitif pada tikus.

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari ekstrak etanol dan ekstrak air pegagan, tikus jantan breed Wistar yang berumur lebih kurang 2 bulan sebanyak 40 ekor, sonde lambung, kandang dan peralatannya serta maze model Multiple T yang telah dimodifikasi. Pakan tikus yang digunakan adalah pakan standar (PT Indofeed) yang sesuai dengan status fisiologis hewan coba. Kandungan nutrisi pakan yang diberi untuk semua tikus disajikan pada Tabel 5.

Sebelum dimulai penelitian, semua tikus terlebih dahulu diadaptasi dengan pakan yang digunakan dalam penelitian ini selama 7 hari. Selama masa adaptasi, pakan dan air minum diberi secara ad libitum dan pada masa perlakuan jumlah

pakan yang diberi adalah sebanyak 10% dari bobot badan. Setiap tikus dari masing-masing perlakuan diberi kesempatan untuk memperoleh pakan dan minuman secara bebas. Pakan diberi dalam wadah khusus dan terhindar dari pencemaran. Bentuk kandang yang digunakan adalah bentuk kandang kelompok yang terpisah, yang dilengkapi dengan wadah pakan, minuman, dan tempat penampungan kotoran.

Tabel 5 Kandungan nutrisi pakan tikus Komposis nutrisi Kandungan Protein Lemak Serat Abu TDN Ca:P 23% 4% 5% 9% 2 650 ME/kkal 1:0,8

Penentuan Level Pegagan

Penentuan level yang digunakan mengacu kepada jumlah pegagan yang layak dikonsumsi per hari, dan juga berdasarkan kepada level yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya. Level yang pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya tidak mengacu kepada kandungan bahan aktifnya. Level yang digunakan adalah berdasarkan gram bahan ekstrak per kg bobot badan hewan coba. Level pemberian oral yang telah pernah dicoba berkisar antara 0,5 – 300 mg per kg bobot badan dengan lama pemberian paling sedikit satu kali dan paling lama 4 bulan. Rao et al. (2006) menggunakan level 0,158 – 0,474 mg ekstrak daun segar per kg bobot badan per hari untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan neuron dendritik hipokampus CA3. Dilaporkan bahwa level tertinggi dengan waktu pemberian yang paling lama memberi pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan neuron dendritik dibandingkan dengan level rendah dengan waktu pemberian yang singkat (Rao et al. 2006). Oleh karena terdapat variasi level yang sangat tinggi, maka pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan untuk mendapatkan level yang tepat. Setelah diperoleh level yang tepat, selanjutnya ditetapkan 4 level perlakuan yaitu level 0 (kontrol), 100, 300 dan 600 mg ekstrak/kg bobot badan yang diuji pada tikus selama 8 minggu.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari satu perlakuan pada empat tingkatan level dan lima ulangan. Desain penelitian dimaksud seperti disajikan Gambar 8. Unit percobaan terdiri dari 40 ekor tikus yang berumur lebih kurang 2 bulan yang diuji dengan ekstrak air dan ekstrak etanol pegagan. Pengujian ekstrak air dan etanol dilakukan pada waktu yang berbeda.

Gambar 8 Desain penelitian

Untuk mendapatkan validitas eksternal yang tinggi maka masing-masing set percobaan (kontrol dan perlakuan) didesain atas 5 ulangan. Hewan percobaan dan ekstrak pegagan diperoleh dari sumber yang seragam sehingga dapat mengurangi pengaruh variabel lain selain variabel yang diteliti atau variabel perlakuan. Penempatan tikus di masing-masing set percobaan didasarkan kepada pola aktivitasnya yaitu aktif dan tidak aktif. Tikus-tikus yang aktif dan tidak aktif

Tikus n = 40 ekor

Ekstrak Air Ekstrak Etanol

Kontrol 0 mg/kg BB n = 5 Level 1 100 mg/kg BB n = 5 Level 2 300 mg/kg BB n = 5 Level 3 600 mg/kg BB n = 5 Kontrol 0 mg/kg BB n = 5 Level 1 100 mg/kg BB n = 5 Level 2 300 mg/kg BB n = 5 Level 3 600 mg/kg BB n = 5

ditempatkan pada masing-masing set percobaan secara acak sehingga semua tikus dari masing-masing blok tersebut mendapat kesempatan yang sama terhadap setiap set percobaan. Ekstrak pegagan diberi secara oral dengan menggunakan sonde lambung dan ekstrak tersebut terlebih dahulu dilarutkan dengan air suling dalam volume yang sama yaitu 1 mL untuk setiap set percobaan. Untuk kelompok kontrol juga diberi air suling sebanyak yang diberi atau yang digunakan pada kelompok perlakuan yaitu 1 mL.

Variabel yang Diukur Konsumsi Pakan

Total pakan yang dikonsumsi diukur pada setiap harinya dan direkap dalam asupan mingguan. Rata-rata konsumsi pakan per ekor tikus per hari pada masing-masing kelompok percobaan adalah total pakan yang dikonsumsi dibagi dengan jumlah tikus pada masing kelompok percobaan dan selang waktu pengukuran (g/ekor/hari).

Bobot Badan

Penimbangan bobot badan masing-masing tikus dilakukan pada setiap 2 hari dengan menggunakan timbangan standar. Pertambahan bobot badan harian (g/hari) adalah total bobot badan dikurangi dengan bobot badan awal kemudian dibagi dengan selang waktu pengukuran.

Aktivitas dan Tingkah Laku

Pengamatan aktivitas dan tingkah laku dilakukan terhadap semua tikus. Kategori aktivitas dibagi atas 4 kategori dengan memberi skor 1-4 yaitu sangat aktif = 4; aktif = 3; kurang aktif = 2 dan tidak aktif = 1. Diskripsi untuk masing-masing skor kategori adalah sebagai berikut:

Sangat Aktif : Setelah dimasukkan ke dalam T-maze secara terus-menerus

melakukan aktivitas membaui dan berjalan, memanjat dinding T-maze dan mencapai titik finish kurang dari 5 menit.

Aktif : Setelah dimasukkan ke dalam T-maze secara terus-menerus

melakukan aktivitas membaui dan berjalan, memanjat dinding T-maze namun tidak mencapai titik finish.

Kurang Aktif : Setelah dimasukkan ke dalam T-maze, aktivitas membaui dan berjalan dilakukan berkisar 0,5 menit, memanjat dinding T-maze jarang dilakukan, selanjutnya diam dan tidak mencapai titik finish.

Tidak Aktif : Setelah dimasukkan ke dalam T-maze, aktivitas membaui dan

berjalan dilakukan berkisar 0,5 menit, memanjat dinding T-maze tidak dilakukan, selanjutnya diam dan tidak mencapai titik

finish.

Pengamatan dilakukan dengan selang waktu 2 hari sekali dengan menggunakan metoda modifikasi Multiple T-maze

Gambar 9 Model modifikasi multiple T-maze (

Analisis Darah Rutin

http://www.ratbehavior.org) Data yang diamati adalah waktu yang dibutuhkan untuk melewati alat tersebut, persentase tikus yang mencapai titik finish serta data aktivitas dan tingkah laku lainnya yang mungkin muncul selama percobaan tersebut berlangsung.

Analisis darah rutin terdiri dari pemeriksaan differensial leukosit, kadar Hb, Packet Cell Volume (PCV), benda darah putih (BDP) dan benda darah merah (BDM). Pemeriksaan darah rutin ini dilakukan terhadap semua tikus dari masing-masing blok perlakuan yang dilakukan. Pemeriksaan darah rutin ini dilakukan setelah hewan coba dikorbankan.

Setiap data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dan dianalisis secara statistik dengan kaidah yang telah ditetapkan guna menjawab pertanyaan dan

Dokumen terkait