• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisa Data dan Pembahasan

2. Pengujian Hipotesis

a. Perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi reliability

1) Rumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi reliability di RSUD Sleman Yogyakarta.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi reliability di RSUD Sleman Yogyakarta.

2) Pengujian Hipotesis

Tabel 5.11

Hasil Uji Paired Sample T-Test Pada Dimensi Reliability

Reliability N Mean t hitung Sig. Keterangan Sebelum 60 11,93

-3,561 0,001 Ada perbedaan Sesudah 60 13,05

Sumber: Data primer, diolah 2014

Hasil pengujian statistik pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi reliability

yang dihasilkan sebesar – 3,561 dengan nilai sig. sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 dalam penelitian didukung oleh data hasil penelitian. Artinya ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi reliability di RSUD Sleman Yogyakarta. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada saat sebelum menjadi BPJS sebesar 11,93 dan nilai rata-rata pada saat setelah menjadi BPJS sebesar 13,05. Karena nilai rata-rata setelah menjadi BPJS lebih besar dari nilai rata-rata sebelum menjadi BPJS maka jika ditinjau dari dimensi reliability, kualitas pelayanan Askes sesudah menjadi BPJS Kesehatan lebih baik dibandingkan sebelum menjadi BPJS Kesehatan.

Responden menganggap bahwa kualitas pelayanan Askes sesudah menjadi BPJS Kesehatan lebih baik dilihat dari obat yang diberikan efektif untuk kesembuhan pasien, kualitas kehandalan tenaga medis, dan pelayanan terhadap rujukan yang diberikan oleh Askes setelah menjadi BPJS lebih mudah, pelayanan kesehatan juga lebih menguntungkan karena adanya dokter keluarga yang lebih intensif menanggani pasien.

b. Perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi assurance

1) Rumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi assurance di RSUD Sleman Yogyakarta.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi assurance di RSUD Sleman Yogyakarta.

2) Pengujian Hipotesis

Tabel 5.12

Hasil Uji Paired Sample T-Test Pada Dimensi Assurance

Assurance N Mean t hitung Sig. Keterangan Sebelum 60 8,72

-3,598 0,001 Ada perbedaan Sesudah 60 9,75

Sumber: Data primer, diolah 2014

Hasil pengujian statistik pada Tabel 5.12 menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi assurance

di RSUD Sleman Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari nilai t hitung yang dihasilkan sebesar – 3,598 dengan nilai sig. sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 dalam penelitian didukung oleh data hasil penelitian. Artinya ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi assurance di RSUD Sleman

Yogyakarta. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada saat sebelum menjadi BPJS sebesar 8,72 dan nilai rata-rata pada saat setelah menjadi BPJS sebesar 9,75. Karena nilai rata-rata setelah menjadi BPJS lebih besar dari nilai rata-rata sebelum menjadi BPJS maka jika ditinjau dari dimensi assurance, kualitas pelayanan Askes sesudah menjadi BPJS Kesehatan lebih baik dibandingkan sebelum menjadi BPJS Kesehatan.

Responden menganggap bahwa pelayanan kesehatan pada kategori baik ditinjau dari dimensi assurance sesudah Askes berubah menjadi BPJS lebih banyak dibandingkan responden yang menganggap bahwa pelayanan kesehatan pada kategori baik sebelum Askes menjadi BPJS. Hal ini disebabkan karena perbedaan keterjangkauan harga obat dan legalitas dalam pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah Askes berubah menjadi BPJS juga berbeda. Bila pasien memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis. Hal ini menunjukkan bahwa legalitas pelayanan berbeda antara sebelum dan sesudah Askes berubah menjadi BPJS.

c. Perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi tangible

1) Rumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi tangible di RSUD Sleman Yogyakarta.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi tangible di RSUD Sleman Yogyakarta.

2) Pengujian Hipotesis

Tabel 5.13

Hasil Uji Paired Sample T-Test Pada Dimensi Tangible

Tangible N Mean t hitung Sig. Keterangan

Sebelum 60 11,80

-3,516 0,001 Ada perbedaan Sesudah 60 12,87

Sumber: Data primer, diolah 2014

Hasil pengujian statistik pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi tangible di RSUD Sleman Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari nilai t hitung yang dihasilkan sebesar – 3,516 dengan nilai sig. sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 dalam penelitian didukung oleh data hasil penelitian. Artinya ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi tangible di RSUD Sleman

Yogyakarta. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada saat sebelum menjadi BPJS sebesar 11,80 dan nilai rata-rata pada saat setelah menjadi BPJS sebesar 12,87. Karena nilai rata-rata setelah menjadi BPJS lebih besar dari nilai rata-rata sebelum menjadi BPJS maka jika ditinjau dari dimensi tangible, kualitas pelayanan Askes sesudah menjadi BPJS Kesehatan lebih baik dibandingkan sebelum menjadi BPJS Kesehatan.

Responden menganggap bahwa pelayanan kesehatan sesudah Askes berubah menjadi BPJS lebih baik. Penuturan responden menjelaskan bahwa tenaga medis yang melayani peserta BPJS juga lebih memadai karena BPJS telah menentukan dokter yang dapat melayani peserta BPJS pada setiap keluarga, selain itu peralatan medis yang lebih mencukupi, dan kebersihan dalam pelayanan yang menjadi lebih baik.

d. Perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi empathy

1) Rumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi empathy di RSUD Sleman Yogyakarta.

H1 : Ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi empathy di RSUD Sleman Yogyakarta.

2) Pengujian Hipotesis

Tabel 5.14

Hasil Uji Paired Sample T-Test Pada Dimensi Empathy

Empathy N Mean t hitung Sig. Keterangan

Sebelum 60 11,72

-3,074 0,003 Ada perbedaan Sesudah 60 12,75

Sumber: Data primer, diolah 2014

Hasil pengujian statistik pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi empathy di RSUD Sleman Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari nilai t hitung yang dihasilkan sebesar – 3,074 dengan nilai sig. sebesar 0,003 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 dalam penelitian didukung oleh data hasil penelitian. Artinya ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi empathy di RSUD Sleman Yogyakarta. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada saat sebelum menjadi BPJS sebesar 11,72 dan nilai rata-rata pada saat setelah menjadi BPJS sebesar 12,75. Karena nilai rata-rata setelah menjadi BPJS lebih besar dari nilai rata-rata sebelum menjadi BPJS maka jika ditinjau dari dimensi empathy, kualitas pelayanan Askes sesudah menjadi BPJS Kesehatan lebih baik dibandingkan sebelum menjadi BPJS Kesehatan.

Responden menganggap bahwa pelayanan kesehatan ditinjau dari dimensi empathy sesudah Askes berubah menjadi

BPJS lebih baik. Hal ini diduga disebabkan karena pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada peserta BPJS lebih dapat memberikan kenyamanan bagi para peserta. Setelah Askes berubah menjadi BPJS, prinsip pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang tidak membeda-bedakan pasien, pasien selalu diutamakan, dihargai, dan dipeduliakan dalam pelayanan kesehatan. Hal-hal inilah yang diduga menjadikan peserta BPJS merasa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan setelah Askes menjadi BPJS lebih memberikan kenyamanan.

e. Perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi responsiveness

1) Rumusan Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi responsiveness di RSUD Sleman Yogyakarta. H1 : Ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes

sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi responsiveness di RSUD Sleman Yogyakarta.

2) Pengujian Hipotesis

Tabel 5.15

Hasil Uji Paired Sample T-Test Pada Dimensi Responsiveness

Responsiveness N Mean t hitung Sig. Keterangan Sebelum 60 14,58

-2,476 0,016 Ada perbedaan Sesudah 60 15,63

Hasil pengujian statistik pada Tabel 5.15 menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi

responsiveness di RSUD Sleman Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari nilai t hitung yang dihasilkan sebesar – 2,476 dengan nilai sig. sebesar 0,016 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 dalam penelitian didukung oleh data hasil penelitian. Artinya ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Askes sebelum dan sesudah menjadi BPJS Kesehatan ditinjau dari dimensi

responsiveness di RSUD Sleman Yogyakarta. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada saat sebelum menjadi BPJS sebesar 14,58 dan nilai rata-rata pada saat setelah menjadi BPJS sebesar 15,63. Karena nilai rata-rata setelah menjadi BPJS lebih besar dari nilai rata-rata sebelum menjadi BPJS maka jika ditinjau dari dimensi

responsiveness, kualitas pelayanan Askes sesudah menjadi BPJS Kesehatan lebih baik dibandingkan sebelum menjadi BPJS Kesehatan.

Responden menganggap bahwa perbedaan kualitas pelayanan kesehatan sesudah menjadi BPJS Kesehatan dilihat dari administrasi yang mudah dan cepat, pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, dan cermat, serta respon penanganan keluhan yang direspon dengan baik.

Dokumen terkait