• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

3 lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

c. Pengujian hipotesis III

1) Perumusan hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat

Ha : Ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat

kewirausahaan.

2) Pengujian Hipotesis III

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan

rumus sebagai berikut:

i

i X X X X u

Y01 12 23( 1 2)+ Keterangan :

i

Y = Variabel kecerdasan emosional berwirausaha

0

α = Konstanta

1

X = Variabel pelaksanaan diklat

2

X = Variabel bakat kewirausahaan

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel pelaksanaan diklat dengan variabel bakat kewirausahaan

3 2 1/β /β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

1

u = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel terhadap maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (

2 1X

X Yi

3

β ) dengan taraf signifikansi (α)

yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis

penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi

)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 November 2006 di SMK

Marsudi Luhur II Yogyakata, 4 Desember 2006 di SMK Negeri 2 Yogyakarta,

5 Desember 2006 di SMK Perindustrian Yogyakarta, 11 Desember 2006 di

SMK Tamansiswa Yogyakarta, 11 Desember 2006 di SMK BOPKRI 4

Yogyakarta, dan 13 Desember 2006 di SMK Negeri 3 Yogyakarta. Subyek

penelitian ini adalah siswa kelas 3 pada 6 SMK (eks STM) di Kotamadya

Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian ini adalah 615 siswa ternyata jumlah

responden penelitian ini sebanyak 341 siswa. Hal ini dikarenakan siswa tidak

masuk sekolah, siswa tidak mengembalikan kuesioner, dan siswa sedang

mengikuti peraktek di sekolah. Semua butir pertanyaan atau pernyataan dalam

penelitian ini telah diisi secara lengkap oleh seluruh responden penelitian

(siswa) sehingga keseluruhan jawaban responden dapat menjadi sumber data

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden SMK I II III No Jenis Kelamin f fr f fr f fr 1 Laki-Laki 83 98,8% 31 100% 47 100% 2 Perempuan 1 1,2% 0 0% 0 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% SMK Total IV V VI No Jenis Kelamin f fr f fr f fr f fr 1 Laki-Laki 104 100% 11 100% 64 100% 340 99,7% 2 Perempuan 0 0% 0 0% 0 0% 1 0,3% Jumlah 104 100% 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin

laki-laki adalah sebanyak 340 siswa (99,7%) dan perempuan sebanyak

1 siswa (0,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian

b. Pekerjaan Orang Tua

Tabel 4.2

Pekerjaan Orang Tua Responden SMK

I II III

No Pekerjaan Orang Tua

f fr f fr f fr

37 44,05% 13 41,3% 34 72,34% 15 17,86% 3 9,86% 6 12,77%

6 7,14% 7 22,58% 3 6,38% 1 Ayah

a. Petani, Buruh, dan pedagang b. Pegawai Swasta, Guru Swasta, dan

Karyawan Swasta

c. Pegawai Negeri, Guru Negeri, dan ABRI/POLRI d. Lain-lain 26 30,95% 8 25,81% 4 8,51% jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 25 29,76% 12 38,71% 18 38,29% 6 7,14% 1 3,23% 1 2,13% 7 8,32% 2 6,45% 2 4,26% 2 Ibu

a. Petani, Buruh, dan pedagang b. Pegawai Swasta, Guru Swasta, dan

Karyawan Swasta

c. Pegawai Negeri, Guru Negeri, dan ABRI/POLRI d. Lain-lain 46 54,76% 16 51,61% 26 55,32% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% SMK IV V VI No Pekerjaan Orang Tua

f fr f fr f fr

46 44,23% 2 18,18% 32 50% 18 17,31% 1 9,09% 4 6,25%

8 7,69% 1 9,09% 6 9,38% 1 Ayah

e. Petani, Buruh, dan pedagang f. Pegawai Swasta, Guru Swasta, dan

Karyawan Swasta

g. Pegawai Negeri, Guru Negeri, dan ABRI/POLRI h. Lain-lain 32 30,77% 7 63,64% 22 34,37% Jumlah 104 100% 32 30,77% 0 0% 25 39,06% 5 4,81% 2 18,18% 0 0% 1 0,96% 0 0% 3 4,69% 2 Ibu

e. Petani, Buruh, dan pedagang f. Pegawai Swasta, Guru Swasta, dan

Karyawan Swasta

g. Pegawai Negeri, Guru Negeri, dan ABRI/POLRI

h. Lain-lain

66 63,46% 9 81,82% 36 56,25% Jumlah 104 100% 11 100% 64 100%

Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan ayah responden

sebagian besar adalah petani, buruh dan pedagang sebanyak 164 orang

(48,09%) dan jenis pekerjaan ibu responden sebagian besar adalah ibu

rumah tangga sebanyak 199 orang (58,36%).

2. Deskripsi Variabel Penelitian

a. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan (lampiran 6 hal 165) :

Tabel 4.3

Deskripsi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SMK I II III IV No Interval f fr f Fr f fr f fr 1 ≥86 14 16,67% 4 12,90% 7 14,89% 7 6,73% 2 75 – 85 47 55,95% 15 48,38% 23 48,94% 59 56,73% 3 67 – 74 17 20,24% 10 32,26% 12 25,53% 32 30,77% 4 60 – 66 6 7,14% 1 3,23% 5 10,64% 6 5,77% 5 ≤59 0 0% 1 3,23% 0 0% 0 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK V VI Total No Interval f fr f Fr f fr Kategori 1 ≥ 86 3 27,27% 11 17,19% 46 13,49% Sangat Baik 2 75 – 85 7 63,64% 33 51,56% 184 53,96% Baik 3 67 – 74 0 0% 13 20,31% 84 24,63% Cukup 4 60 – 66 1 9,09% 7 10,94% 26 7,62% Buruk 5 ≤ 59 0 0% 0 0% 1 0,3% Sangat Buruk Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta

V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sangat baik

adalah 46 siswa (13,49%), 184 siswa (53,96%) menyatakan baik, 84

siswa (24,63%) menyatakan cukup baik, 26 siswa (7,62%) menyatakan

buruk, dan 1 siswa (0,3%) menyatakan sangat buruk. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan adalah baik. Hal ini didukung

oleh hasil perhitungan nilai mean = 77,72 , median = 78 , modus = 78 ,

dan standar deviasi = 7,30.

b. Kecerdasan Emosional Berwirausaha

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kecerdasan emosional

berwirausaha (lampiran 6 hal 165) :

Tabel 4.4

Deskripsi Kecerdasan Emosional Berwirausaha SMK I II III IV No Interval f fr F fr f fr f fr 1 ≥ 82 20 23,81% 2 6,45% 6 12,76% 17 16,35% 2 72 – 81 42 50% 16 51,61% 18 38,30% 45 43,27% 3 64 – 71 13 15,48% 9 29,03% 18 38,30% 36 34,61% 4 57 – 63 9 10,71% 3 9,68% 5 10,64% 6 5,77% 5 ≤ 56 0 0% 1 3,23% 0 0% 0 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr F fr f fr Kategori 1 ≥ 82 4 36,36% 12 18,75% 61 17,89% Sangat Tinggi 2 72 – 81 4 36,36% 33 51,56% 158 46,33% Tinggi 3 64 – 71 3 27,28% 14 21,87% 93 27,27% Cukup 4 57 – 63 0 0% 5 7,82% 28 8,21% Rendah 5 ≤ 56 0 0% 0 0% 1 0,3% Sangat Rendah Jumlah 11 100% 64 100% 341 100%

Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa kecerdasan emosional berwirausaha sangat tinggi

adalah 61 siswa (17,89%), 158 siswa (46,33%) menyatakan tinggi, 93

siswa (27,27%) menyatakan cukup tinggi, 28 siswa (8,21%)

menyatakan rendah, dan 1 siswa (0,3%) menyatakan sangat rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

menyatakan kecerdasan emosional berwirausaha adalah tinggi. Hal ini

didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 74,11 , median = 74 ,

modus = 72 , dan standar deviasi = 7,6.

c. Kultur Keluarga

1) Power Distance

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur keluarga dimensi power

distance (lampiran 6 hal 166):

Tabel 4.5

Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Power Distance

SMK I II III IV No Interval f fr f fr f fr f fr 1 ≥14 32 38,10% 8 25,81% 22 46,81% 50 48,08% 2 12 - 13 41 48,81% 14 45,16% 15 31,91% 39 37,5% 3 11 6 7,14% 1 3,23% 6 12,77% 9 8,65% 4 9 - 10 4 4,76% 7 22,57% 4 8,51% 6 5,77% 5 ≤8 1 1,19% 1 3,23% 0 0% 0 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100%

SMK Total V VI No Interval f fr f fr f fr Kategori 1 ≥ 14 2 18,18% 19 29,69% 133 39,00% Sangat keci 2 12 - 13 7 63,64% 30 46,87% 146 42,82% Kecil 3 11 0 0% 8 12,5% 30 8.80% Sedang 4 9 - 10 1 9,09% 7 10,94% 29 8,50% Besar 5 ≤ 8 1 9,09% 0 0% 3 0,88% Sangat besar Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa power distance (jarak kekuasaan) dalam

keluarga sangat kecil adalah 133 siswa (39%), 146 siswa (42,82%)

menyatakan kecil, 30 siswa (8,8%) menyatakan sedang, 19 siswa

(8,5%) menyatakan besar, dan 3 siswa (0,88%) menyatakan sangat

besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden menyatakan jarak kekuasaan pada kultur keluarga

mereka terkategorikan kecil. Hal ini didukung oleh hasil

perhitungan nilai mean = 13,94, median = 13, modus = 12, dan

standar deviasi = 1,69.

2) Collectivism vs Individualism

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur keluarga dimensi

Tabel 4.6

Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Collectivism vs Individualism SMK I II III IV No Interval f fr f fr F fr f fr 1 ≥24 16 19,05% 11 35,48% 0 46,81% 3 48,08% 2 21 – 23 25 29,76% 13 41,94% 6 31,91% 21 37,5% 3 19 – 20 22 26,19% 6 19,35% 15 12,77% 28 8,65% 4 17 – 18 15 17,86% 0 0% 17 8,51% 32 5,77% 5 ≤16 6 7,14% 1 3,23% 9 0% 20 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥ 24 5 45,45% 11 17,19% 46 13,5% Sangat individualis 2 21 – 23 4 36,37% 27 42,19% 96 28,15% Individualis 3 19 – 20 1 0% 18 28,12% 90 26,39% Sedang 4 17 – 18 0 9,09% 3 4,69% 67 19,65% Kolektif 5 ≤ 16 1 9,09% 5 7,81% 42 12,31% Sangat kolektif Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menunjukkan bahwa 46 siswa (13,5%) berasal dari keluarga

dengan dimensi sangat individualis, 96 siswa (28,15%) berasal dari

keluarga dengan dimensi individualis, 90 siswa (26,39%)

terkategorikan sedang, 67 siswa (19,65%) berasal dari keluarga

dengan dimensi kolektif , dan 42 siswa (12,31%) berasal dari

keluarga dengan dimensi sangat kolektif. Dengan demikian dapat

dengan dimensi individualis. Hal ini didukung oleh hasil

perhitungan nilai mean = 19,97, median = 20, modus = 20, dan

standar deviasi = 3,02.

3) Masculinity vs Femininity

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur keluarga dimensi

masculinity vs femininity (lampiran 6 hal 166):

Tabel 4.7

Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Masculinity vs Femininity SMK I II III IV No Interval f fr f fr F fr f fr 1 ≥14 23 27,38% 8 25,81% 6 12,77% 21 20,19% 2 12 – 13 36 42,86% 15 48,39% 23 48,94% 44 42,31% 3 11 15 17,86% 4 12,9% 11 23,4% 19 18,27% 4 9 – 10 10 11,9% 4 12,9% 7 14,89% 17 16,34% 5 ≤8 0 0% 0 0% 0 0% 3 2,89% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥14 3 27,22% 6 12,77% 93 27,27% Sangat Maskulin 2 12 – 13 7 63,64% 23 48,94% 144 42,23% Maskulin 3 11 0 0% 11 23,4% 58 17,01% Sedang 4 9 – 10 1 9,09% 7 14,89% 43 12,61% Feminin 5 ≤8 0 0% 0 0% 3 0,88% Sangat Feminin Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa 93 siswa (27,27%) berasal

berasal dari keluarga dengan dimensi maskulin, 58 siswa (17,01%)

terkategorikan sedang, 43 siswa (12,61%) berasal dari keluarga

dengan dimensi feminin, dan 3 siswa (0,88%) berasal dari keluarga

dengan dimensi sangat feminin. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden berasal dari keluarga

dengan dimensi maskulin. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan

nilai mean = 12,38, median = 12, modus = 12, dan standar deviasi

= 1,73.

4) Uncertainty Avoidance

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur keluarga dimensi

uncertainty avoidance (lampiran 6 hal 166):

Tabel 4.8

Deskripsi Kultur Keluarga Pada Dimensi Uncertainty Avoidance

SMK I II III IV No Interval f fr f fr F fr f fr 1 ≥10 36 42,86% 16 52,62% 21 44,68% 58 55,77% 2 9 30 35,71% 9 29,03% 17 36,17% 30 28,85% 3 8 14 16,67% 4 12,9% 8 17,02% 14 13,46% 4 77 3 3,57% 2 6,45% 0 0% 2 1,92% 5 ≤6 1 1,19% 0 0% 1 2,13% 0 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥10 7 63,64% 39 60,94% 177 51,91% Sangat Lemah 2 9 2 18,18% 17 26,56% 105 30,79% Lemah 3 8 1 9,09% 6 9,38% 47 13,78% Sedang 4 77 1 9,09% 1 1,56% 9 2,64% Kuat 5 ≤ 6 0 0% 1 1,56% 3 0,88% Sangat Kuat Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta

V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa uncertaity avoidance dalam keluarga sangat

lemah adalah 177 siswa (51,91%), 105 siswa (30,79%)

menyatakan lemah, 47 siswa (13,78%) menyatakan sedang, 9

siswa (2,64%) menyatakan kuat, dan 3 siswa (0,88%) menyatakan

sangat kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden menyatakan uncetainty avoidance pada kultur

keluarga mereka terkategorikan sangat lemah. Hal ini didukung

oleh hasil perhitungan nilai mean = 9,59, median = 10, modus = 9,

dan standar deviasi = 1,22.

d. Kultur Sekolah

1) Power Distance

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur sekolah dimensi power

distance (lampiran 6 hal 167):

Tabel 4.9

Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Power Distance

SMK I II III IV No Interval f fr f fr f fr f fr 1 ≥ 31 9 10,71 11 35,48 1 2,13 9 8,65 2 27 – 30 41 48,82 8 25,81 14 29,79 42 40,38 3 24 – 26 24 28,57 10 32,26 19 40,42 36 34,62 4 21 – 23 9 10,71 2 6,45 12 25,53 16 15,39 5 ≤20 1 1,19 0 0 1 2,13 1 0,96 Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100%

SMK Total V VI No Interval f fr f fr f fr Kategori 1 ≥ 31 3 27,28 11 17,18 44 12,9% Sangat keci 2 27 – 30 5 45,45 31 48,44 141 41,35% Kecil 3 24 – 26 1 9,09 15 23,44 105 30,79% Sedang 4 21 – 23 2 18,18 7 10,94 48 14,08% Besar 5 ≤ 20 0 0 0 0 3 0,88% Sangat besar Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa power distance (jarak kekuasaan) dalam

sekolah sangat kecil adalah 44 siswa (12,9%), 141 siswa (41,35%)

menyatakan kecil, 105 siswa (30,79%) menyatakan sedang, 48

siswa (14,08%) menyatakan besar, dan 3 siswa (0,88%)

menyatakan sangat besar. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar responden menyatakan jarak kekuasaan pada

kultur sekolah terkategorikan kecil. Hal ini didukung oleh hasil

perhitungan nilai mean = 26,80, median = 27, modus = 27, dan

standar deviasi = 3,09.

2) Collectivism vs Individualism

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur sekolah dimensi

Tabel 4.10

Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Collectivism vs Individualism

SMK I II III IV No Interval f fr f fr F fr f fr 1 ≥21 13 15,48% 2 6,45% 2 4,26% 10 9,62% 2 18 – 20 38 45,24% 15 48,39% 20 42,55% 42 40,38% 3 16 – 17 22 26,19% 11 35,48% 15 31,91% 40 38,46% 4 14 – 15 9 10,71% 3 9,68% 8 17,02% 11 10,58% 5 ≤13 2 2,38% 0 0% 2 4,26% 1 0,96% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥ 21 2 18,18% 6 9,38% 35 10,26% Sangat individualis 2 18 – 20 4 36,37% 28 43,75% 147 43,11% individualis 3 16 – 17 3 27,27% 21 32,81% 112 32,84% Sedang 4 14 – 15 1 9,09% 8 12,5% 40 11,74% Kolektif 5 ≤13 1 9,09% 1 1,56% 7 2,05% Sangat kolektif Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menunjukkan bahwa 35 siswa (10,26%) berasal dari sekolah

dengan dimensi sangat individualis, 147 siswa (43,11%) berasal

dari keluarga dengan dimensi individualis, 112 siswa (32,84%)

terkategorikan sedang, 40 siswa (11,74%) berasal dari sekolah

dengan dimensi kolektif , dan 7 siswa (2,05%) berasal dari sekolah

dengan dimensi sangat kolektif. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden berasal dari sekolah

perhitungan nilai mean = 17,71, median = 18, modus = 18, dan

standar deviasi = 2,09.

3) Masculinity vs Femininity

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur sekolah dimensi

masculinity vs femininity (lampiran 6 hal 167):

Tabel 4.11

Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Masculinity vs Femininity

SMK I II III IV No Interval F fr f fr F fr f fr 1 ≥10 27 32,14% 12 38,70% 21 44,68% 49 47,12% 2 9 39 46,43% 9 29,03% 14 29,79% 31 29,81% 3 8 11 13,1% 8 25,81% 11 23,4% 14 13,46% 4 77 1 1,19% 1 3,23% 0 0% 8 7,69% 5 ≤6 6 7,14% 1 3,23% 1 2,13% 2 1,92% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥10 2 18,18% 34 53,12% 145 42,52% Sangat Maskulin 2 9 5 45,46% 19 29,69% 117 34,33% Maskulin 3 8 2 18,18% 10 15,63% 56 16,43% Sedang 4 77 1 9,09% 0 0% 11 3,23% Feminin 5 ≤6 1 9,09% 1 1,56% 12 3,58% Sangat Feminin Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa 145 siswa (42,52%) berasal

dari sekolah dengan dimensi sangat maskulin, 117 siswa (34,33%)

berasal dari sekolah dengan dimensi maskulin, 56 siswa (16,43%)

dengan dimensi feminin, dan 12 siswa (3,58%) berasal dari sekolah

dengan dimensi sangat feminin. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden berasal dari sekolah

dengan dimensi sangat maskulin. Hal ini didukung oleh hasil

perhitungan nilai mean = 9,37, median = 9, modus = 9, dan standar

deviasi = 1,41.

4) Uncertainty Avoidance

Berikut ini disajikan tabel deskripsi kultur sekolah dimensi

uncertainty avoidance (lampiran 6 hal 167):

Tabel 4.12

Deskripsi Kultur Sekolah Pada Dimensi Uncertainty Avoidance

SMK I II III IV No Interval F fr f fr F fr f fr 1 ≥10 18 21,43% 9 29,03% 11 23,4% 29 27,88% 2 9 18 21,43% 6 19,35% 11 23,4% 30 28,85% 3 8 14 16,67% 12 38,71% 15 31,92% 29 27,88% 4 77 10 11,9% 3 9,68% 5 10,64% 12 11,54% 5 ≤6 24 28,57% 1 3,23% 5 10,64% 4 3,85% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥10 4 36,37% 20 31,25% 91 26,69% Sangat Lemah 2 9 3 27,27% 19 29,69% 87 25,51% Lemah 3 8 3 27,27% 17 26,565 90 26,39% Sedang 4 77 1 9,09% 5 7,81% 36 10,56% Kuat 5 ≤ 6 0 0% 3 4,69% 37 10,85% Sangat Kuat Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi

Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa uncertaity avoidance dalam sekolah sangat

lemah adalah 91 siswa (26,69%), 87 siswa (25,51%) menyatakan

lemah, 90siswa (26,39%) menyatakan sedang, 36 siswa (10,56%)

menyatakan kuat, dan 37 siswa (10,85%) menyatakan sangat kuat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden menyatakan uncetainty avoidance pada kultur sekolah

terkategorikan sangat lemah. Hal ini didukung oleh hasil

perhitungan nilai mean = 8,53, median = 9, modus = 8, dan standar

deviasi = 1,56.

e. Bakat Kewirausahaan

Berikut ini disajikan tabel deskripsi bakat kewirausahaan (lampiran 6 hal 167) :

Tabel 4.13

Deskripsi Bakat Kewirausahaan SMK I II III IV No Interval F fr f fr F fr f fr 1 ≥117 11 13,09% 6 19,35% 1 2,13% 5 4,81% 2 101 – 116 47 55,95% 16 51,61% 19 40,43% 69 66,34% 3 91 – 100 17 20,24% 8 25,81% 22 46,8% 26 25% 4 81 – 89 9 10,72% 1 3,23% 5 10,64% 4 3,85% 5 ≤80 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% Jumlah 84 100% 31 100% 47 100% 104 100% SMK Total V VI No Interval f fr f fr F fr Kategori 1 ≥117 1 9,09% 8 12,5% 32 9,38% Sangat tinggi 2 101 – 116 6 54,55% 35 54,69% 192 56,3% Tinggi 3 91 – 100 4 36,36% 18 28,12% 95 27,87% sedang 4 81 – 89 0 0% 3 4,69% 22 6,45% Rendah 5 ≤ 80 0 0% 0 0% 0 0% Sangat rendah Jumlah 11 100% 64 100% 341 100% Keterangan SMK:

I = SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta II = SMK Negeri 2 Yogyakarta

III = SMK Perindustrian Yogyakarta IV = SMK Tamansiswa Yogyakarta V = SMK BOPKRI 4 Yogyakarta VI = SMK Negeri 3 Yogyakarta f = Frekuensi fr = Frekuensi Relatif

Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa jumlah reponden yang

menyatakan bahwa bakat kewirausahaan sangat tinggi adalah 32 siswa

(9,38%), 192 siswa (56,3%) menyatakan tinggi, 95 siswa (27,87%)

menyatakan cukup tinggi, 22 siswa (6,45%) menyatakan rendah, dan 0

siswa (0%) menyatakan sangat rendah. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bakat

kewirausahaan adalah tinggi. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan

nilai mean = 104,93, median = 105, modus = 104, dan standar deviasi

= 8,94.

B. Pengujian persyaratan analisis

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

dilakukan dengan program SPSS. Hasil pengujian One-Sample

Kolmogorof-Smirnov menunjukkan bahwa data untuk variabel

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, kecerdasan emosional

berwirausaha, kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahan

α= 0,05. Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil pengujian normalitas (lampiran 4 hal150):

Tabel 4.14

Hasil Pengujian Normalitas No.

Variabel

Asymp.sig

(2-tailed) α Kesimpulan 1. Pelaksanaan Diklat 0,073 0,05 Normal 2. Kecerdasan Emosional Berwirausaha 0,297 0,05 Normal 3. Kultur Keluarga 0,164 0,05 Normal 4. Kultur Sekolah 0,251 0,05 Normal 5. Bakat Kewirausahaan 0,161 0,05 Normal

2. Uji Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan berdasarkan uji statistik F pada

tingkat signifikansi 5%. Berikut ini disajikan hasil pengujian linieritas

hubungan pelaksanaan diklat dengan kecerdasan emosional berwirausaha

( lampiran 4 hal 150):

Tabel 4.15

Hasil Pengujian Linieritas

Variabel F

hitung Ftabel Kesimpulan Pelaksanaan Diklat dengan Kecerdasan

Emosional Berwirausaha

1,281 1,456 Linier

Tabel 4.2 menunjukkkan bahwa nilai F sebesar 1,281 sedangkan pada

derajat kebebasan/df (36;303), nilai Ftabel sebesar 1,456 maka dapat

disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel adalah linier.

C. Pengujian Hipotesis

1. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kecerdasan

Emosional Berwirausaha ditinjau dari Kultur Keluarga

a. Rumusan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

keluarga.

Ha : Ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

keluarga.

b. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat

disajikan sebagai berikut ( lampiran 4 hal 152) :

Y = 95,174-0,411X1-1,137X a+0,017 X2 1X a 2

Keterangan :

Y = Kecerdasan Emosional Berwirausaha

X1 = Variabel Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan X a 2 = Variabel Kultur Keluarga

X1X a = Nilai interaksi antara variabel pelaksanaan diklat dengan variabel kultur keluarga

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

3) dari interaksi variabel pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan variabel kultur keluarga terhadap kecerdasan emosional

semua dimensi kultur keluarga berinteraksi maka memperkuatderajat

pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan

emosional berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan kultur keluarga

terhadap kecerdasan emosional berwirausaha menunjukkan lebih

rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,029 < α = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua dimensi kultur keluarga menentukan pengaruh antara pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional

berwirausaha. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan

kultur semakin kondusif maka menentukan derajat pengaruh

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional

berwirausaha.

2. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kecerdasan

Emosional Berwirausaha ditinjau dari Kultur Sekolah

a. Rumusan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

sekolah.

Ha : Ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur

b. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat

disajikan sebagai berikut ( lampiran 4 hal 153) :

Y = 100,711-0,354X1-1,133X a+0,015 X2 1X a 2

Keterangan :

Y = Kecerdasan Emosional Berwirausaha

X1 = Variabel Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan X a 2 = Variabel Kultur Keluarga

X1X a = Nilai interaksi antara variabel pelaksanaan diklat dengan variabel kultur sekolah

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

3) dari interaksi variabel pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan keseluruhan dimensi kultur sekolah terhadap kecerdasan

emosional berwirausaha adalah 0,015. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat pengaruh

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional

berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan keseluruhan dimensi

kultur sekolah terhadap kecerdasan emosional berwirausaha

menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam

penelitian ini (ρ= 0,047< α = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh keseluruhan dimensi kultur sekolah pada

pengaruh antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan

siswa yang berasal dari sekolah dengan kultur semakin kondusif maka

menentukan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

terhadap kecerdasan emosional berwirausaha.

3. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kecerdasan

Emosional Berwirausaha ditinjau dari Bakat Kewirausahaan

a. Rumusan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat

kewirausahaan.

Ha : Ada pengaruh positif pelaksanaan diklat terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat

kewirausahaan.

b. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat

disajikan sebagai berikut ( lampiran 4 hal 155) :

Y = 45,124+0,346X1-1,153X a+0,002 X2 1X a 2

Keterangan :

Y = Kecerdasan Emosional Berwirausaha

X1 = Variabel Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan X a = Variabel bakat kewirausahaan2

X1X a= Nilai interaksi antara variabel pelaksanaan diklat dengan variabel bakat kewirausahaan

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

3) dari interaksi variabel pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan variabel bakat kewirausahaan terhadap kecerdasan emosional

berwirausaha adalah 0,002. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

interaksi kedua variabel memperkuat derajat pengaruh pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional

berwirausaha. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan bakat kewirausahaan

terhadap kecerdasan emosional berwirausaha menunjukkan lebih

tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,665 < α = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh bakat kewirausahaan pada pengaruh antara pelaksanaan pendidikan

dan pelatihan dengan kecerdasan emosional berwirausaha adalah tidak

signifikan. Artinya pada siswa yang semakin berbakat maka tidak

menentukan pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap

kecerdasan emosional berwirausaha.

Dokumen terkait