• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORTIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI),yang berjudul pengaruh faktor-faktor internal perusahaan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan menggunakan sampel penelitian pada 17 perusahaan perbankan pada kurun waktu 2002 sampai dengan 2005, ditemukan bahwa secara parsial (uji-t) faktor internal yang merupakan variabel independent dalam penelitian yaitu: Return on Equity (ROE)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap eksposur fluktuasi nilai tukar. Sedangkan, variabel independent lainnya ( Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, dan Firm Size) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (eksposur nilai tukar). Tetapi, hasil uji secara simultan (uji-F) menunjukkan bahwa Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio, Interest Margin on Loans, Non Performing Loans, Return on Equity, dan

Firm size secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eksposur nilai tukar.

Penelitian yang dilakukan Anggraeni (dalam Pertiwi, 2007) dengan judul “The Foreign Exchange Exposure pada Bank-Bank yang Go Public di BEI” menunjukkan adanya foreign exchange exposure yang dominan signifikan negatif (-), artinya bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing

memberikan pengaruh negatif terhadap return saham. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, Non Performing Loans, dan Firm Size secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure. Secara parsial Loan to Deposit Ratio, Return on Equity, dan Non Performing Loans memiliki pengaruh yang signifikan terhadap foreign exchange exposure.

B. Faktor-Faktor Internal Perusahaan

Besarnya eksposur fluktuasi nilai tukar yang terjadi pada perusahaan perbankan juga akan dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan. Faktor-faktor internal perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Total Assets(ROA) dan Loan to Deposit Ratio(LDR).

1. Return on Total Assets (ROA)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak (Brigham & Houston, 2004 : 109). Rasio ini menunjukkan berapa besar dari total aktiva yang dapat menghasilkan laba sebelum pajak. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain, semakin besar rasio ini berarti kinerja pihak bank semakin baik. Menurut Harahap (1998), rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

Return on Total Assets (ROA) = Laba Bersih

X 100 % Total Aktiva

2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang ditanggung oleh bank bersangkutan. Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Menurut Pertiwi (2007), rasio ini dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Loan to Deposit Ratio (LDR) = Jumlah Kredit yang Diberikan

X100% Dana yang Diterima

Dana yang diterima oleh bank diperoleh dari: a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). b. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.

c. Pinjaman yang bukan dari bank berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi.

d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank. f. Modal inti dan modal pinjaman.

C. Nilai Tukar

Menurut Yuliati dan Prasetio (1998 : 59), bahwa nilai tukar atau kurs dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Nilai tukar atau kurs menunjukkan suatu harga mata uang, jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Kurs mata uang berfluktuasi setiap saat. Apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal terhadap mata uang lain, mata uang itu dikatakan berapresiasi. Sebaliknya, jika harga suatu mata uang turun terhadap mata uang lain, mata uang itu disebut terdepresiasi.

Faisal (2001 : 20) menyatakan bahwa

“Kurs (exchange rate) adalah harga suatu mata yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat diekspresikan sebagai jumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing (direct quote) atau sebaliknya sejumlah mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang lokal (disebut indirect quote)”.

Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Tetapi, melemahnya nilai rupiah memungkinkan beban utang badan usaha semakin besar jika dinilai dengan rupiah, dan akhirnya akan berujung pada menurunnya profitabilitas badan usaha. Jika hal itu terjadi, kinerja badan usaha juga akan menurun. Menurunnya kinerja badan usaha akan direspon oleh investor di pasar modal yang akhirnya akan mempengaruhi harga pasar saham.

Menurut Madura (1997 : 156), sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah. Sistem nilai tukar biasanya masuk ke dalam salah satu kategori berikut:

1. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar dibuat konstan atau hanya dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar mulai bergerak terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankannya dalam batas-batas yang dimaksud.

2. Sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate system), nilai tukar valuta akan ditentukan oleh kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Dalam sistem ini, perusahaan-perusahaan multinasional perlu mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola resiko valuta asing.

3. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed float exchange rate system), sistem ini menyerupai sistem mengambang bebas karena nilai tukar dibiarkan berfluktuasi setiap hari dan tidak ada batasan resmi. Tetapi, menyerupai sistem nilai tukar tetap dalam hal pemerintah dapat dan kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valuta mereka berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah.

4. Sistem nilai tukar terpatok (pegged exchange rate system), dimana valuta mereka dipatokkan atau dikaitkan ke satu valuta lain, atau ke satu unit perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan

valuta asing (atau unit perdagangan) yang menjadi patokan, valuta tersebut bergerak mengikuti valuta relatif terhadap valuta-valuta lain.

D. Eksposur

Exposure adalah tingkat dimana perusahaan dipengaruhi oleh kurs (Faisal, 2001 :107). Seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs valas secara umum disebut eksposur (Kuncoro, 2000 : 242). Sementara, menurut Levi (2001 : 313) eksposur merupakan gambaran dari tingkat atau derajat perubahan nilai suatu objek dalam mata uang asal karena perubahan kurs. Eksposur berhubungan dengan nilai mata uang domestik riil, yang terdapat pada aset dan kewajiban, atau pada pendapatan operasi perusahaan sehingga nilai aset dan kewajiban ditentukan pada suatu saat tertentu, dan nilai pendapatan operasi dihitung selama periode waktu tertentu. Perubahan kurs yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diharapkan yang akan menimbulkan keuntungan atau kerugian atas aset, kewajiban, atau pendapatan operasi. Menurut Faisal (2001 : 107) bahwa exposure memiliki tiga bentuk, yaitu:

1. Translation (Accounting) Exposure merupakan exposure laporan laba rugi dan neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai tukar nominal. Dihasilkan dari fakta bahwa MNC harus mengkonsolidasikan rekeningnya ke dalam mata uang lokal melalui cash flow-nya yang didenominasi dalam berbagai valas (mentranslasi laporan keuangan yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal, dimana aset dan liabilities tersebut merefleksikan keputusan-keputusan masa

lalu yang dibuat oleh perusahaan). Translation (accounting) exposure

timbul dari kebutuhan untuk maksud-maksud pelaporan dan konsolidasi, untuk mengkonversi laporan keuangan operasi asing/luar negeri dari mata uang lokal (perusahaan subsidiary) ke mata uang perusahaan induk (parent company). Jika kurs telah berubah sejak periode pelaporan sebelumnya, translasi (restatement) dari assets dan

liabilities, revenues, gains, dan loses yang didenominasi dalam valas akan menghasilkan gains/loses dalam valas (foreign exchange gains/loses).

2. Transaction Exposure adalah exposure valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya dengan negara lain dimana transaksi tersebut terjadi pada saat ini, namun pembayarannya dilakukan pada masa datang. Pada saat jatuh tempo/penyelesaian transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan/kerugian-kerugian mata uang. Dengan kata lain, selama periode komitmen-komitmen pembayaran atau penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dengan membuat nilai transaksi ada dalam resiko. Eksposur transaksi terjadi ketika perusahaan terlibat dalam transaksi yang didenominasi mata uang asing/valas yang akan terjadi di masa yang akan datang.

3. Economic Exposure adalah exposure valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-perubahan nilai tukar riil. Dengan kata lain,

economic exposure adalah mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur dalam PV cash flows masa datang yang diharapkan/berfokus pada dampak perubahan-perubahan nilai tukar terhadap nilai perusahaan yang diukur dari

present value dari seluruh cash flows masa datang yang diharapkan/expected future cash flows. Eksposur yang didasarkan pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan finansial perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Penelitian ini hanya berfokus pada eksposur ekonomi (eksposur fluktuasi nilai tukar). Hal ini dikarenakan eksposur ekonomi lebih penting sebab eksposur ekonomi berkaitan dengan kelangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang (Pertiwi, 2007 : 25).

Eksposur fluktuasi nilai tukar adalah kepekaan perubahan dalam nilai riil aset, kewajiban, atau pendapatan operasi yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap perubahan kurs yang tidak terantisipasi (Levi, 2001 : 313). Eksposur dan resiko valuta asing berkaitan dengan efek ekonomi yang sebenarnya dari kurs, dengan demikian eksposur fluktuasi nilai tukar juga dapat disebut sebagai eksposur ekonomi (Levi, 2001 : 337). Eksposur ekonomi berfokus pada dampak dari fluktuasi-fluktuasi mata uang pada nilai perusahaan.

Eksposur ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja. Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam

pasar domestik. Tidak hanya itu, perusahaan perbankan yang melakukan transaksi internasional juga akan dipengaruhi oleh eksposur ekonomi.

Secara umum, terdapat metode analisis regresi yang diterapkan untuk mengukur eksposur ekonomi suatu perusahaan, yaitu (Kuncoro, dalam Pertiwi 2000 : 273-274) :

1. Data historis aliran kas dan kurs, yang dinyatakan dalam persamaan regresi:

PCF = a0 + a1 PER + e

Dimana PCF adalah persentase perubahan aliran kas yang telah disesuaikan dengan inflasi yang diukur dalam mata uang lokal selama periode t; PER adalah persentase perubahan kurs selama periode t. Koefisien regres a1, menunjukkan derajat sensitivitas PCF terhadap PER.

2. Bila suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai mata uang dan lebih memfokuskan pada sensitivitas total terhadap pergerakan mata uang dari pada dampak satu mata uang, maka ia harus mengkonsolidasi mata uangnya ke dalam suatu indeks gabungan. Persamaan regresinya menjadi:

PCF = b0 + b1 PERI + e

Dimana PERI merupakan persentase perubahan mata uang komposit atau gabungan selama periode t dan besarnya bobot untuk tiap mata uang didasarkan pada proporsi total aliran kas terhadap mata uang tersebut.

3. Beberapa perusahaan lebih suka menggunakan harga saham sebagai proksi dari nilai perusahaan dan penaksiran pemegang saham mengenai aliran kas di masa mendatang. Kemudian memperkirakan bagaimana harga sahamnya berubah sebagai akibat pergerakan mata uang (dalam model di atas mengganti PCF dengan persentase perubahan harga saham). Analisis regresi digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan harga saham perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs. Model regresi yang dipilih adalah:

r = a0 + a1 IHSG + a2 E + e

Dimana e merupakan persentase perubahan harga saham perusahaan; IHSG merupakan persentase perubahan harga saham gabungan; E adalah persentase perubahan dari nilai setiap valas; dan koefisien a2 menunjukkan eksposur ekonomi.

E. Partisipasi Perbankan dalam Pasar Valuta Asing

Menurut Faisal (2001 : 17), pasar valuta asing atau devisa merupakan mekanisme dimana suatu negara dapat memperdagangkan satu mata uang dengan mata uang lainnya. Pasar devisa memfasilitasi konversi mata uang domestik ke mata uang asing dan sebaliknya. Pasar valuta asing bukan merupakan suatu bangunan atau lokasi khusus tempat para pedagang melakukan jual beli sekuritas (Madura, 2000 : 58).

Sebagai salah satu peserta utama valuta asing terbesar dan paling aktif, perbankan (terutama bank komersial besar) bertujuan untuk meng-cover posisinya dalam memenuhi kebutuhan transaksi komersial, seperti: ekspor-impor, pengiriman uang dan lain-lain yang dilakukan oleh nasabahnya ataupun untuk kebutuhan bank tersebut (Faisal, 2001 : 18). Dalam pasar valuta asing, perbankan juga melakukan suatu kegiatan perdagangan yang dinamakan perdagangan antar bank yang disebut dengan pasar antar bank (interbank market). Pasar antar bank terjadi jika sebuah bank mengalami kekurangan valuta asing tertentu dan bank tersebut dapat membeli valuta tersebut dari bank-bank lain.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERBANKAN

A. PT. Bank Artha Niaga Kencana, Tbk

PT. Bank Artha Niaga Kencana, Tbk pertama kali didirikan dengan nama PT. Surabaya Djaja berdasarkan akta No. 22 tanggal 18 September 1969 dari notaris Oe Siang Djie, SH di Surabaya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 15 Desember 1969, sesuai dengan izin usaha yang diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.D.15.6.8.4 tanggal 15 Desember 1969. Bank ini memperoleh peningkatan status menjadi bank devisa sejak dikeluarkannya SK Bank Indonesia No.23/26/KEP/DIR tanggal 6 Juli 1990.

Bank ini terdaftar sebagai bank terbuka di Indonesia pada tanggal 2 November 2000 dengan harga perdana ( Initial Public Offering ) sebesar Rp. 500,- per lembar sahamnya. Bank ini berkantor pusat di Jl. Bubutan No. 127 – 135, Surabaya, Jawa Timur. Pemegang saham bank ini terdiri dari:

1. PT. Tiga Galaxy : 22 % 2. PT. Murni Galaxy : 22 % 3. PT. Prima Rukun Langgeng : 7 % 4. PT. Ramadewan Winoko : 7 % 5. PT. Samudera Anugrah Megah : 11 %

B. PT. Bank Central Asia, Tbk

PT. Bank Central Asia, Tbk didirikan pada tanggal 10 Agustus 1955 dengan nama N.V Perseroan Dagang dn Industrie Semarang Kniting Factory. Nama telah diubah beberapa kali, sampai pada tanggal 12 Mei 1974 nama bank berubah menjadi PT. Bank Central Asia. Bank mulai beroperasi pada tanggal 12 Oktober 1956.

Tanggal 28 Mei 2000, BPPN mengambil alih operasi dan manajemen bank dan status bank berubah menjadi Bank Taken Over, bank ditetapkan ikut program kapitalisasi perbankan. Pada tanggal 25 April 2000, BPPN mengembalikan bank kepada Bank Indonesia. PT. Bank Central Asia, Tbk ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 31 Mei 2000 dengan harga perdana Rp. 1400,- per lembar sahamnya. Bank ini berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 22-23, Jakarta selatan.

C. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk

PT. Bank Negara Indonesia, Tbk mulanya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 . selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, Bank BNI ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946, dan statusnya menjadi bank umum milik negara. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1992, tanggal 29 April 2002, dilakukan penyesuaian bentuk hokum Bank BNI menjadi perusahaan perseroan ( Persero ).

PT. Bank Negara Indonesia, Tbk berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 25 November 1996 dengan harga perdana Rp. 850,- per lembar ahamnya.

D. PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk

PT. Bank Nusantara Parahyangan berkantor pusat di Jl. Ir. Djuanda No. 95 Bandung, Jawa Barat. Bank ini berdiri pada tanggal 18 Januari 1972 dan terdaftar sebagai bank go public di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Januari 2001 dengan harga perdana Rp. 525,- per lembar sahamnya. Pemegang saham ini antara lain:

1. PT. Hermawan Senttal Investama : 16,67 % 2. PT. Hermawan Ladang Arta : 16,67 % 3. PT. Gucimas Sukses Makmur : 8,33 % 4. PT. Binadana Nata Arta : 8,33 % 5. PT. Gema Megah Korporindo : 8,33 % 6. PT. Teradana Megah : 8,33 %

E. PT. Bank Century, Tbk

PT. Bank Century, Tbk berkantor pusat di Gedung Sentral Senayan Lantai 16 Jl. Asia Afrika No. 8, Jakarta. Bank ini berdiri pada tanggal 30 Mei 1989dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 April 1990. Pada tanggal 22 April 1993 bank memperoleh status sebagai bank devisa, dan terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 25 Juni 1997 dengan harga perdana Rp. 900,- per lembar sahamnya. Pemegang saham bank ini antara lain:

1. Morgan Stanley & Co. Inc : 16,74 % 2. Amex Bank, Singapore : 9,53 % 3. PT. Century Mega Investindo : 7,16 % 4. UBS Ag, Singapore : 5,69 %

5. Public : 60,88 %

F. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk berdiri pada tanggal 16 Juli 1956 berdasarkan akta notaris Meester Raden Soedja, SH, No. 134. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.J.A.5/40/8 tanggal 24 April 1957 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 664, Berita Negara Republik Indonesia No. 64 tanggal 7 Juni 1957. bank memperoleh izin usaha sebagai bank umum dan bank devisa masing-masing berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 161259/U.M.II tanggal 30 September 1958 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.21/10/Dir/UPPS tanggal 5 November 1958.

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk ini berkantor pusat di Menara Bank Danamon Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. E4/6, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 6 Desember 1989 dengan harga perdana Rp. 12.000,- per lembar sahamnya.

G. PT. Bank Niaga, Tbk

PT. Bank Niaga, Tbk berkantor pusat di Graha Niaga, Jl. Jend Sudirman No. 58, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 29 November 1989 dengan harga perdana Rp. 12.500,- per lembar sahamnya.

PT. Bank Niaga, Tbk didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan yang dibuat di hadapan Raden Meester Soewandi. Notaris di Jakarta No. 90 tanggal 26 September 1955. Dalam rangka pelaksanaan program kapitalisasi, BPPN menetapkan PT. Bank Niaga, Tbk sebagai peserta program kapitalisasi melalui Surat Keputusan ketua BPPN No-27/BPPN /0799 tanggal 2 Juli 1999. bank beroperasi di bidang perbankan dan melalui anak perusahaan menyediakan jasa keuangan laiinya, yaitu: pembiayaan, manajemen investasi, reksadana, perdagangan saham, penjaminan emisi saham, dan asuransi jiwa.

H. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk

PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk berkantor pusat di Plaza BII-Menara Dua Lantai 6 Jl. MH Thamrin Kav. 22, Jakarta. Bank ini berdiri pada tanggal 15 Mei 1959 dan pada tanggal 22 April 1993 bank memperoleh status sebagai bank devisa. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk terdaftar sebagai

bank yang go public pada tanggal 21 November 1989 dengan harga perdana Rp. 11.000,- per lembar sahamnya. Pemegang bank ini antara lain:

1. Pemerintah Indonesia ( BPPN ) : 57,68 % 2. Bank Internasional Industri, Tbk : 15,11 % 3. PT. KSEI : 8,45 % 4. PT. Sinar Mas Multiartha : 4,34 %

5. Public :14,42 %

I. PT. Pan Indonesia Bank, Tbk

PT. Pan Indonesia Tbk berkantor pusat di Gedung Bank Panin Pusat Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Senayan Jakarta. Bank ini berdiri pada tahun 1971 melalui penggabungan tiga bank swasta, yaitu: PT. Industri Dagang Indonesia Pesiar Bank, PT. Kemakmuran Bank, PT. Industri Djaja Indonesia. Bank memperoleh status sebagai bank devisa pada tahun 1972 dan terdaftar sebagai bank yang go public di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Desember 1982, dengan harga perdana Rp. 3475,- per lembar sahamnya. Pemegang saham bank ini antara lain:

1. Panin Life, Tbk : 36,08 % 2. Public : 62,92 %

J. PT. Bank Lippo, Tbk

PT. Bank Lippo berkantor pusat di Menara Asia, Jl. Raya Diponegoro 101, Lippo Karawaci. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 2 Oktober 1989 dengan harga perdan Rp. 15.000,- per lembar sahamnya.

PT. Bank Lippo, Tbk didirikan pada tanggal 11 Maret 1948 berdasarkan akta notaris Meester Karel Eduard Krijgsman No. 51. Akta pendirian tersebut telah disahkan leh Menteri Kehakiman Surat Keputusan No. J.A.5/11/24 tanggal 3 April 1948. Ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan aktivitas umum perbankan dan bank juga telah memperoleh izin untuk melakukan aktivitas sebagai bank devisa .

K. PT. Bank NISP, Tbk

PT Bank NISP, Tbk berkantor pusat di Jl. Taman Cibeunying Jakarta Selatan No.31 Bandung. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public pada tanggal 20 oktober 1994 dengan harga perdana Rp. 1300,- per lembar sahamnya.

Perseroan didirikan di Bandung pada tahun 1941 dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank" atau disingkat NISP dan memperoleh status sebagai bank komersial pada tahun 1967. Pada tahun 1990, perseroan memperoleh status sebagai bank devisa, dan kemudian melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ( go public ) pada tahun 1994.

L. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk

PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk didirikan pada tanggal 31 Juli 1989 dan berkantor pusat di Wisma Bumiputera Lantai 14 Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public dengan harga perdana Rp.120,- per lembar sahamnya.

Pemegang saham bank ini antara lain:

1. AJB Bumiputera 1912 : 5,98 % 2. ICB Financial Group Holdings AG : 67,07 % 3. Publik : 26,95 %

M. PT. Bank Kesawan, Tbk

PT. Bank Kesawan, Tbk didirikan 28 April 1913 dan berkantor pusat di Jl. Hayam Wuruk No. 33, Jakarta. Bank ini terdaftar sebagai bank yang go public

dengan harga perdana Rp. 250,- per lembar sahamnya. Pemegang saham bank terdiri dari:

1. PT. Adhi Tirta Mustika : 64,03 % 2. PT. Arthavest, Tbk : 11,97 % 3. PT. Kapita Sekurindo : 19,95 % 4. Publik : 4,05 %

N. PT. Bank Swadesi, Tbk

PT. Bank Swadesi, Tbk didirikan pada tanggal 28 September 1968 dan berkantor pusat di Jl. K.H Samanhudi No. 37, Jakarta. Bank ini juga terdaftar sebagai bank yang go public dengan hrga perdana Rp. 250,- per lembar sahamnya.

Dokumen terkait