• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

Regresi 1 dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan

masalah yaitu menguji apakah corporate governance berpengaruh terhadap

asimetri informasi selama krisis finansial global. Corporate governance

direpresentasikan oleh kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen.

Regresi 1 ini menggunakan ukuran perusahaan dan reputasi auditor sebagai

variabel kontrol. Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode enter.

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh corporate

governance terhadap asimetri informasi diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel IV.12 Hasil Regresi Berganda

Variabel Koefisien t p-value (Constant) -0,803 -0,128 0,899 LgMOWN -1,685 -1,472 0,151 LnINDCOM -2,654 -1,771 0,086*** ADTQ -3,890 -2,930 0,006* LnSZE -0,826 -2,641 0,013* R Square 0,436 Adjusted R Square 0,364 F 6,001 Sig 0,001 *

commit to user

80

**

Secara statistik signifikan pada tingkat 5%

***

Secara statistik signifikan pada tingkat 10% Sumber: hasil pengolahan data

Koefisien Determinasi atau R Square (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh variabel independen mampu menerangkan variabel dependen.

Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh karena itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih

baik menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu Adjusted

R2(Ghozali, 2006).

Tabel IV.12 di atas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,436

dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,364. Berdasarkan nilai Adjusted

(R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 36,4% variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak

63,6% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Tabel IV.12 juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 6,001 dengan

probabilitas 0,001 (ρ-value < 0,050). Karena nilai F lebih besar dari 4,000 dan probabilitas jauh lebih kecil dari 0,050 maka model regresi ini menunjukkan

tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi asimetri informasi atau dapat dikatakan bahwa

kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen, ukuran perusahaan, dan

reputasi auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap asimetri informasi

(Ghozali, 2006).

Pengaruh signifikan dari tiap-tiap variabel independen terhadap variabel

commit to user

81

tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila ρ-value lebih besar dari tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap asimetri

informasi selama krisis finansial global (H1a ditolak). Komposisi komisaris

independen memiliki pengaruh negatif pada tingkat signifikansi 10% terhadap

asimetri informasi selama krisis finansial global (H1b diterima). Ukuran

perusahaan dan reputasi auditor terbukti berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap asimetri informasi.

Hipotesis pertama (H1a) adalah kepemilikan manajerial memiliki

hubungan negatif dengan asimetri informasi. Kepemilikan manajerial memiliki ρ- value sebesar 0,151 jauh di atas 0,050. Nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh pada asimetri informasi yang terjadi selama krisis

finansial global. Koefisien negatif sebesar 1,685 menunjukkan apabila variabel

lain tetap (tidak berubah), peningkatan kepemilikan manajerial sebesar 1 satuan

dapat menurunkan asimetri informasi sebesar 168,5%.

Komposisi komisaris independen memiliki ρ-value sebesar 0,086 pada tingkat signifikansi 0,100 menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen

berpengaruh signifikan terhadap asimetri informasi selama krisis finansial global.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar komposisi komisaris independen

commit to user

82

proses pelaksanaan corporate governance sehingga perusahaan mengurangi

asimetri informasi dengan memberikan informasi kepada investor dengan lebih

baik, lengkap, dan informatif.

Koefisien negatif yang dimiliki dewan komisaris independen

menunjukkan hubungan negatif antara dewan komisaris independen dengan

tingkat asimetri informasi selama krisis finansial global. Hasil pengujian

mendukung keberadaan komisaris independen dan konsisten dengan penelitian

yang dilakukan Kanagetnam (2007), dan di Indonesia yang dilakukan oleh

Nugroho (2009); dan Nurlinda (2011).

Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol memiliki ρ-value 0,022 pada tingkat signifikansi 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi selama krisis finansial

global. Variabel kontrol yang kedua yaitu reputasi auditor memiliki ρ-value 0,003 pada tingkat signifikansi 0,010 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.

b. Analisis Regresi 2

Regresi 2 dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan

masalah yaitu menguji apakah pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap

asimetri informasi selama krisis finansial global. Berdasarkan hasil pengujian

regresi berganda terkait pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan

commit to user

83 Tabel IV.13 Hasil Regresi Berganda 2

Variabel Koefisien t p-value

(Constant) 9,832 2,380 0,022 LnVDIS -2,329 -2,275 0,028* ADTQ -2,525 -2,327 0,025* LnSIZE -0,740 -2,275 0,015* R Square 0,388 Adjusted R Square 0,341 F 8,238 Sig 0,000

*Secara statistik signifikan pada tingkat 1%

**

Secara statistik signifikan pada tingkat 5% Sumber: hasil pengolahan data

Tabel IV.13 di atas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,388

dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,341. Berdasarkan nilai Adjusted

(R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 34,1% variabel dependen dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak

63,9% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Tabel IV.13 juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 8,238 dengan

probabilitas 0,000 (ρ-value < 0,050). Karena nilai F hitung lebih besar dari 4,000 dan probabilitas jauh lebih kecil dari 0,050 maka model regresi ini menunjukkan

tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi asimetri informasi (Ghozali, 2006).

Pengungkapan sukarela memiliki memiliki ρ-value sebesar 0,028 menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh signifikan

terhadap asimetri informasi selama krisis finansial global. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin besar pengungkapan sukarela yang dilakukan sebuah perusahaan

commit to user

84

Koefisien negatif yang dimiliki dewan komisaris independen

menunjukkan hubungan negatif antara pengungkapan sukarela dengan tingkat

asimetri informasi selama krisis finansial global. Hasil penelitian ini mendukung

Brown dan Hillegeist (2007); Chang at al (2008); Sunder (2002); dan Sutrisno et

al (2009).

D. PEMBAHASAN

Hasil dari analisis data yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa

variabel independen yaitu komposisi komisaris independen berpegaruh negatif

dan signifikan terhadap tingkat asimetri informasi selama krisis finansial global.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kanagaretnam et

al (2007); Nugroho (2009); dan Nurlinda (2011).

Pengujian yang dilakukan memberikan simpulan bahwa investor

berpandangan dewan komisaris independen memiliki nilai positif dalam

menjalankan fungsinya sehingga informasi yang diperoleh investor lebih

berkualitas dan menjadikan investor berani bereaksi dalam pasar modal.

Perusahaan yang memiliki komposisi anggota komisaris independen yang besar

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, hal ini mengindikasikan jika anggota

dewan komisaris independen meningkatkan tindakan pengawasan maka akan

berkaitan dengan menurunnya tingkat asimetri informasi yang terjadi.

Hasil analisis terhadap variabel kepemilikan manajerial menunjukan

bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

commit to user

85

dengan penelitian Meilani (2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan

dengan peringkat 10 besar menurut IICG 2004-2007. Periode krisis diduga

mempengaruhi hubungan kepemilikan manajerial dengan asimetri informasi.

Manajer yang sebagai pihak yang diberi kepercayaan menjalankan perusahaan

akan berusaha menunjukan kinerja terbaiknya terutama selama krisis terjadi.

Keberhasilan manajer membawa perusahaan melewati krisis tanpa gejolak yang

berarti menjadi bukti dari kemampuan manajer. Disisi lain, diduga selama krisis

terjadi manajer dalam rangka langsung terkait dengan perusahaan berusahan

mempertahankan nilai positif perusahaan meskipun kinerja perusahaan dalam

posisi yang tidak stabil, dalam bentuk pengurangan informasi tentang perusahaan.

Kepemilikan manajerial memiliki koefien negatif sebesar 0,736 terhadap

asimetri informasi. Pengaruh negatif ini berbeda dari hasil penelitian Baek et al

(2009). Penelitian Baek et al (2009) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial

justru akan menurunkan pengungkapan perusahaan dan pada akhirnya

meningkatkan tingkat asimetri informasi. Penelitian menunjukkan semakin besar

saham yang dimiliki oleh manajer, dewan direksi, dan komisaris akan

menurunkan tingkat asimetri informasi yang terjadi.

Hasil ini menunjukkan perlunya peningkatan kepemilikan manajerial,

selain untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap, disisi juga

mengarahkan tidakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham

(Ustaraningsih, 2010). Kepentingan pemegang saham dalam hal ini adalah

dorongan kepada manajemen untuk mengungkapkan informasi yang berdampak

commit to user

86

Pengungkapan sukarela terbukti berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat asimetri informasi. Hasil ini mendukung penelitian Brown dan

Hillegeist (2007); Chang at al (2008); Sunder (2002); dan Sutrisno et al (2009).

Periode krisis yang diamati ternyata tidak berdampak pada pengaruh

pengungkapan sukarela perusahaan terhadap tingkat asimetri informasi. Hasil ini

kontradiktif dengan penelitian Shon dan Weiss (2009), yang menemukan bahwa

pengungkapan selama krisis tidak memiliki pengaruh terhadap bid-ask spread

perusahaan.

Perbedaan hasil ini bisa terjadi karena, periode krisis dan sampel yang

berbeda. Peride krisis yang diamati oleh Shon dan Weiss (2009) adalah krisis

yang terjadi di Amerika Serikat akibat peristiwa 11 September 2001 terhadap

perusahaan investasi. Perbedaan ini mengindikasikan pengungkapan sukarela

yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia memberikan tingkat

kepercayaan tertentu pada investor untuk bereaksi di pasar modal meskipun

terjadi krisis. Di sisi lain, perusahaan telah memahami perlunya pengungkapan

commit to user

87 BAB V PENUTUP

Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab

V dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran, keterbatasan dan

rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh corporate governance

(kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen) dan pengungkapan

sukarela terhadap asimetri informasi dengan pengungkapan sukarela selama krisis

finansial global pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI), serta menggunakan ukuran perusahaan dan kualitas audit sebagai

variabel kontrol. Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil

kesimpulan:

1. Variabel independen kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan

negatif pada asimetri informasi perusahaan selama krisis finansial global.

Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis pertama a (H1a) dalam penelitian

ini ditolak.

2. Variabel independen komposisi komisaris independen memiliki pengaruh

signifikan negatif pada tingkat signifikansi 0,100 terhadap asimetri

informasi selama krisis finansial global. Hasil ini membuktikan bahwa

commit to user

88

3. Variabel independen pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan dan

negatif terhadapterhadap asimetri informasi selama krisis finansial global.

Hasil ini membuktikan bahwa hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini

diterima.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukan keberadaan komisaris independen dinilai

positif oleh investor. Keberadaan dewan komisaris independen pada

perusahaan manufaktur juga diikuti dengan kinerja sesuai dengan tujuan

dibentuknya dewan komisaris independen.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 23%.

Rendahnya tingkat pengungkapan sukarela menunjukkan kurangnya

kesadaran perusahaan akan pentingnya pengungkapan sukarela bagi

investor, diharapakan perusahaan dapat meningkatkan pengungkapan

meskipun tidak diwajibkan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa keterbatasan yang dapat dinyatakan

seperti berikut ini.

1. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dependen yaitu asimetri

commit to user

89

manajerial dan komposisi komisaris independen; serta variabel

pengungkapan sukarela; penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol

berupa ukuran perusahaandan kualitas audit.

2. Penelitian ini hanya meneliti satu jenis perusahaan yaitu perusahaan di

sektor manufaktur dan hanya menggunakan periode penelitian satu tahun

untuk periode selama krisis finansial global.

3. Pengunjian penelitian ini menggunakan uji selisih mutlak dan variabel

asimetri informasi direpresentasikan dengan relative bid-ask spread.

D. Rekomendasi

Atas dasar keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis dapat

mengajukan rekomendasi yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.

1. Penelitian berikutnya dapat menambah jumlah variabel independen

dalam penelitan seperti jumlah komisaris independen, frekuensi rapat

dewan komisaris, komposisi komite audit, dan mekanisme corporate

governance yang lain sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang

lebih mendalam.

2. Penelitian selanjutnya dapat meneliti sektor lainnya seperti sektor

perbankan atau seluruh jenis perusahaan.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang periode penelitian,

dengan meneliti perode sebelum dan selama krisis untuk memperoleh

Dokumen terkait