• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM DUKUH KROSOK

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian hipotesis I a. Rumusan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru dengan pekerjaan.

H1 : Ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru dengan pekerjaan.

b. Hasil pengujian hipotesis

Nilai F hitung = 0,707 dibandingkan dengan F tabel =2,09, apabila F tabel lebih besar dari pada F hitung, maka Ho diterima, tetapi sebaliknya jika F tabel lebih kecil dari F hitung Ho ditolak. Ternyata

nilai F hitung lebih kecil dari F tabel untuk traf signifikansi 0,05 (Lampiran hal. 17). dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak. Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan. 2. Pengujian hipotesis II

a. Rumusan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru dengan tingkat pendidikan.

H1 : Ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru dengan tingkat pendidikan.

b. Hasil pengujian hipotesis

Nilai F hitung = 1,242 dibandingkan dengan F tabel =2,09, apabila F tabel lebih besar dari pada F hitung, maka Ho diterima, tetapi sebaliknya jika F tabel lebih kecil dari F hitung Ho ditolak. Ternyata nilai F hitung lebih kecil dari F tabel untuk taraf signifikansi 0,05 (Lampiran hal. 17). dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak. Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau tingkat pendidikan. 3. Pengujian hipotesis III

a. Rumusan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru dengan penghasilan.

H1 : Ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru dengan penghasilan.

b. Hasil pengujian hipotesis

Nilai F hitung = 0,620 dibandingkan dengan F tabel = 2,18, apabila F tabel lebih besar dari pada F hitung, maka Ho diterima, tetapi sebaliknya jika F tabel lebih kecil dari F hitung Ho ditolak. Ternyata nilai F hitung lebih kecil dari F tabel untuk taraf signifikansi 0,05 (Lampiran hal. 17). dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan.

B. Pembahasan

1. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan

Dari pengujian hipotesis pada bab II menyatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan. Namun uji hipotesis menyatakan lain, yaitu tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan secara signifikan.

Terbukti Nilai F hitung = 0,707 lebih kecil dibandingkan dengan F tabel = 2,09 untuk taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak.Hal ini berarti tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.

Menurut pendapat penulis tidak adanya perbedaan persepsi tersebut disebabkan karena masyarakat dukuh Krosok masih mempunyai kesamaan pandangan terhadap profesi guru yaitu mempunyai pandangan yang positif terhadap profesi itu. Dikarenakan mereka masih beranggapan bahwa guru merupakan sosok yang patut diteladani dari sikap dan perilakunya dan juga dari segi kehidupan ekonomi yang cukup terjamin di dukuh Krosok. Oleh karena itu masyarakat yang mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda menganggap pekerjaan guru adalah pekerjaan yang ideal dan patut untuk dibanggakan. Menurut penelitian Yulita Ariani (2006; 73-74) mengatakan bahwa seorang guru memepunyai peran yang sangat besar dalam proses belajar mengajar di kelas. Mereka mempunyai tugas menyampaikan materi pelajaran yang bermutu dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi siswa. Selain itu guru juga harus mencari cara agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Oleh karena itu guru dituntut oleh masyarakat agar berkompeten dibidangnya.

Uraian di atas menunjukkan pada kita bahwa persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan tidak mempunyai perbedaan. Hal ini semakin diperkuat dengan pendapat Oemar Hamalik (2003; 125) tentang tugas dan tanggung jawab guru, yang diuraikan secara sistematis, sebagai berikut :

a. Guru sebagai pengajar, dalam hal ini guru mengkonsolidasikan siswa supaya memahami dengan baik materi pelajaran yang disampaikan.

b. Guru sebagai pembimbing, guru membimbing siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa.

c. Guru sebagai pemimpin, guru mengadakan supervisi atas kegiatan belajar siswa serta membuat rencana pengajaran bagi kelas.

d. Guru sebagai ilmuwan, guru mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga pengetahuan siswa berkembang.

e. Guru sebagai pribadi, guru berperan sebagaimana mestinya, orang tua ke dua bagi siswa sehingga suasana belajar menjadi efektif dengan adanya asas kekeluargaan.

f. Guru sebagai penghubung, guru menjelaskan pencapaian ilmu kepada siswa dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

g. Guru sebagai pembaharu, melalui kegiatan belajar mengajar guru menanamkan jiwa pembaharu pada siswa sehingga apa yang disampaikan akhirnya dapat berguna menciptakan tatanan masyarakat yang baru dan lebih baik.

h. Guru sebagai pembangun, guru menggunakan pengetahuan yang dimilikinya demi pembangunan masyarakat.

2. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan Dari pengujian hipotesis pada bab II menyatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan. Namun uji hipotesis menyatakan lain, yaitu tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan secara signifikan.

Terbukti nilai F hitung = 1,242 lebih kecil dibandingkan dengan F tabel = 2,09 untuk taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.

Menurut pendapat penulis tidak adanya perbedaan persepsi tersebut disebabkan karena berdasarkan data yang didapatkan penulis kebanyakan tenaga pengajar (guru) mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dari pada warga masyarakat dukuh Krosok, sehingga kebanyakan dari masyarakat menilai pendidikan guru mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang telah ditempuh oleh masyarakat pada umumnya. Menurut pendapat Ririnsih Riwayati (2005; 69) pendidikan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan. Tanpa bekal pendidikan, orang akan mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru di dalam cara atau suatu sistem kerja. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal yaitu mulai dari sekolah dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah

Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. Jika dilihat dari pendapat penulis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan tinggi sudah pasti diperoleh oleh seorang guru yang bertugas mengajar dan mendidik peserta didik, sedangkan dalam masyarakat dukuh Krosok desa Ngrundul pada umumnya hanya mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas atau sederajadnya saja.

Berbicara mengenai pendidikan, telah dirancang Undang-Undang (UU) tentang guru dan dosen, yang pada intinya peningkatan kualifikasi guru. Guru yang belum berijazah sarjana (S1) dianjurkan oleh pemerintah untuk bersekolah kembali. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas tenaga kualitas tenaga pengajar. Pemerintah pusat dan daerah dalama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telah menyiapkan dana untuk peningkatan kualifikasi guru tersebut, karena program tersebut pemerintah juga mengambil peranan dalam membiayai program tersebut (Suara Karya, 10 Januari 2006).

3. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan Dari pengujian hipotesis pada bab II menyatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan. Namun uji hipotesis menyatakan lain, yaitu tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan secara signifikan.

Terbukti nilai F hitung = 0,620 lebih kecil dibandingkan dengan F tabel = 2,18 untuk taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.

Menurut pendapat penulis tidak adanya perbedaan persepsi tersebut disebabkan karena kebanyakan masyarakat dukuh Krosok menilai gaji guru tergolong tinggi dibadingkan dengan penghasilan rata-rata msyarakat dukuh Krosok pada umumnya. Oleh karena itu mereka memandang gaji guru cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup perbulannya. Ditambah lagi dengan adanya program dari pemerintah tentang kenaikan tunjangan fungsional guru di luar gaji pokok guru yang direalisasikan mulai Januari 2007. Dana yang akan dikucurkan oleh pemerintah menurut Dirjen peningkatan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan Depdiknas Faisal Jalal sebesar Rp 3,12 trilliun per tahun. Dana dari program pemerintah yang sebesar Rp 3,12 trilliun akan diterima oleh guru berstatus pegawai negeri sipil maupun non pegawai negeri sipil mulai Januari 2007 dalam bentuk kenaikan tunjangan guru pegawai negeri sipil sebesar Rp 100.000,00 per bulan dan guru non pegawai negeri sipil sebesar Rp 200.000,00 per bulan. Sedikitnya 2.100.000 orang guru akan menerima kenaikan tunjangan tersebut dengan rincian 1.600.000 guru pegawai negeri sipil dan 500.000 orang non pegawai negeri sipil yang mengajar di sekolah-sekolah umum (Suara Pembaharuan, 16 Oktober 2006).

Dengan adanya program pemerintah tersebut para guru lebih berlega hati. Dengan demikian semakin terjaminlah kesejahteraan para guru dalam menjalankan tugasnya mendidik anak bangsa menjadi generasi pemuda yang bermutu, dan semakin ditempiskanlah anggapan bahwa guru kesejahteraannya kurang diperhatikan oleh pemerintah. Menurut Intan Desi Cahyani (2006; 75) faktor ekonomi menjadi penentu seseorang terhadap pilihan profesi guru. Sebab saat ini pemerintah telah menetapkan tunjangan profesi bagi guru yang jumlahnya relatif besar walaupun untuk menerima tunjangan tersebut harus menempuh dulu uji kompetensi. Guru yang berprestasi layak untuk menerima tunjangan tersebut. Dengan adanya perbaikan pada status guru dan kesejahteraan guru terutama pada ekonominya, serta peningkatan mutu profesionalitasan guru, maka profesi ini secara tidak langsung akan menarik minat anak-anak muda untuk memilih profesi guru dan merubah persepsi terhadap guru, sebab dengan adanya perbaikan dan peningkatan mutu profesi guru diharapkan kesejahteraannya meningkat.

BAB VI

Dokumen terkait