• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 2005; 141-142). David Krunch (Blanchard & Harcey, 235; 1992) menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang pernyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Menurut Wells & Prensky (1996; 257) persepsi adalah suatu proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri.

Menurut Krench (Thoha, 2005; 142) persepsi adalah proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyatan yang berbeda dengan kenyataan. Menurut Duncan (Thoha, 2005; 143) persepsi dirumuskan dengan pelbagai cara, tetapi dalam ilmu perilaku khususnya psikologi, istilah ini digunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. Menurutnya persepsi yang signifikan itu ialah jika diperluas di luar jangkauan lima indera, dan merupakan suatu penyesuaian yang penting di dalam penyesuaian perilaku manusia.

Persepsi adalah proses penginderaan manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses penginderaan itu pada diri manusia yang bersangkutan (Wirawan, 1992; 47). Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri (Davidoff, 198; 232).

Sejak manusia dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu secara langsung menerima stimulus atau rangsang dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Ia mulai merasa sakit, kedinginan, senang, tidak senang dan sebagainya. Individu mengenali dunia luarnya dengan alat inderanya. Cara individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan disekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Jika ada stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Jadi persepsi merupakan sesuatu yang didahului dengan penginderaan yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994; 93).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan.

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1983; 47). Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu (Koentjaraningrat, 1987; 100). Masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 1987; 192). Menurutnya, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.

Selo Sumarjan dan Soelaiman Sumardi (Soekanto, 1987; 167) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat, menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebutuhan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan atau hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Dari pendapat para tokoh di atas, penulis menganbil kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang bertempat tinggal di lingkungan tertentu yang mempunyai aturan-aturan, adat istiadat, dan berkebudayaan yang ditaati bersama dalam kehidupan mereka.

3. Pengertian Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan sesuatu melalui panca indera apakah persepsi tersebut positif ataukah negatif. Dari persepsi inilah maka akan

timbul reaksi dari masyarakat tentang pemahaman, tanggapan penilaian kesan masyarakat selama mereka mengamati sesuatu di tengah lingkungan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan guru dimana guru sebagai obyek panca indera manusia.

Dari tanggapan masyarakat inilah penulis ingin mengetahui apakah masyarakat menempatkan penghargaannya pada hal-hal yang bersifat fisik seperti kekayaan material atau masyarakat menilai hal-hal kultural yang bersifat rohaniah (cipta, rasa dan karsa). Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman dalam hubungannya dengan guru dalam kehidupan di masyarakat.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Edgar (Thoha, 1988; 143-144) antara lain.

a. Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna. Atau suara merdu Grace Simon yang menyanyikan lagu cinta, barangkali tidak menarik dan tidak berkesan bagi seseorang yang sulit mendengar atau tuli.

b. Famili

Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, tak ayal lagi kalau orang tuannya kasar anaknya akan bersikap kasar pula, ayahnya suka sepak bola maka anaknya pun juga suka sepak bola, dan lain-lain.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaaan dunia ini. Ada suatu penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 1947 yang dilakukan oleh Burner dan Goodman (Thoha, 1988; 144) dalam bidang psikologi sosial. Kedua peneliti ini meminta kepada anak-anak miskin dan kaya untuk menggambar bentuk uang ketengan (coin) 25 sen (a quarter). Hasil menunjukkan bahwa gambar uang tersebut bagi anak-anak miskin ternyata dilukis lebih besar dibandingkan dengan anak-anak orang kaya. Jelaslah bahwa uang assen bagi anak-anak miskin sangat berharga dibandingkan dengan anak-anak orang kaya.

5. Pengertian Guru

Menurut Syaodih (Mulyasa, 2005; 13) guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum dikelasnya, guru merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan, evalutor dan penyempurna kurikulum. Guru adalah pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru agar dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat dan mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya alam dan investasi kemanusiaan (Samana, 1994; 35).

Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan (Usman, 1990; 1-2).

Dari pengertian umum guru adalah orang yang berprofesi di bidang pendidikan yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa di kelas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru. Berikut ini beberapa kriteria yang harus dipenuhi guru (Mulyasa, 2005; 37-65):

a. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b. Guru sebagai pengajar

Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.

c. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas, moral yang lebih dalam dan kompleks.

d. Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

e. Guru sebagai penasehat

Guru adalah penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak

membicarakan klien,sehingga seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang. Oleh karena itu, mereka tidak senang menjalankan fungsi ini.

f. Guru sebagai pembaharu (inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain. Guru harus menjembatani ini bagi peserta didik, jika tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar dan berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.

g. Guru sebagai model atau teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik dan orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. h. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang bergerak dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih jika dibandingkan dengan profesi selain guru. Ungkapan yang sering diungkapkan lainnya adalah bahwa guru bisa "digugu lan ditiru".

6. Pengertian Pekerjaan

Pekerjaan menurut penulis adalah bidang pekerjaan pokok yang ditekuni oleh masyarakat setiap harinya. Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 1986; 77). Dari definisi ini terlihat bahwa tidak setiap kegiatan manusia dipandang sebagai kerja.kegiatan yang hanya dilakukan demi kesenangan atau hobi tidak termasuk faktor produksi kerja.

Pekerjaan, dalam hal ini sebagai guru membutuhkan kecakapan dan bakat tertentu. Pekerjaan ini menuntut penggunaan nalar daripada tenaga. Suatu pekerjaan yang memberikan otonomi yang besar kepada para pekerja akan memberikan kebebasan dalam melakukan seluruh aktifitasnya di ruang kerja (Surasto, 2003; 62).

7. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Inggris adalah education. Education berasal dari bahasa Yunani educare artinya membawa ke luar yang tersimpan dalam jiwa anak yang dituntun agar berkembang. Secara entimologi pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan jiwa seseorang ke arah dewasa. Dengan demikian inti dari pendidikan adalah pengembangan jiwa dan perubahan tingkah laku seseorang ke arah dewasa. Pendidikan dilaksanakan melalui usaha sadar, sengaja dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan

pendidikan, baik formal, non formal maupun pendidikan informal (Winardi dan Sumarto, 1997; 81-82).

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh seorang. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat. Tingkat pendidikan disesuaikan dengan tujuan pendidikan, falsafah negara yang bersangkutan. Adapun jenjang pendidikan yang ada di negara ini terdiri atas tingkat pendidikan dasar, tingkat pendidikan menengah (lanjutan) dan tingkat pendidikan tinggi (Soetopo dan Soemanto, 1982; 79-86). Masing-masing tingkatan mempunyai tipe tersendiri.

Tingkat pendidikan dasar meliputi: Taman Kanak-Kanak, biasanya tingkatan ini di usia anak yang berumur 5-6 tahun. Tingkatan kedua adalah Sekolah Dasar (dalam hal ini SD 6 tahun) yang merupakan lanjutan dari tingkatan taman kanak-kanak, tetapi menurut prakteknya sampai saat ini taman kanak-kanak bukanlah merupakan syarat yang mutlak untuk memasuki sekolah dasar.

Tingkat pendidikan menengah meliputi tingkat pendidikan menengah pertama dengan lama pendidikan selama 3 tahun. Contoh: SLTP, MTs dan sekolah menengah sederajad lainnya. Tingkat pendidikan menengah atas, dengan lama pendidikan 3 tahun. Contoh: SLTA, MAN, SMK dan sekolah yang sederajad lainnya.

Tingkat pendidikan tinggi, yaitu tingkatan pendidikan setelah pendidikan menengah dilalui. Tingkat pendidikan tinggi bukanlah suatu pendidikan yang tanpa tujuan, dimana akan diarahkan kepada jenjang pendidikan yang lebih terarah, artinya mempersiapkan tenaga keprofesian. Ada dua macam pendidikan profesi yaitu kelompok profesi kependidikan dan kelompok profesi non kependidikan. Masing-masing profesi menyelenggarakan pendidikannya melalui dua program yaitu jalur atau program gelar dan non gelar. Contoh pendidikan gelar adalah program sarjana (S1), program pasca sarjana (S2) dan Doktor (S3). Contoh pendidikan non gelar adalah diploma I (So.I), diploma II (So.II) dan diploma III (So.III).

Telah disebutkan bahwa tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah dicapai oleh seseorang, maksudnya adalah jenjang pendidikan formal yang telah dicapai adalah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, akademi atau perguruan tinggi. Seorang lulusan sekolah dasar akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak lulus sekolah dasar, seorang tamatan sekolah menengah atas akan mempunyai pengetahuan lebih baik dari pada luluisan sekolah menengah pertama, dan seterusnya.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap profesi guru dalam melakukan tugasnya sebagai pendidik. Kemampuan guru atau tenaga pengajar yang berpendidikan relatif tinggi akan lebih aktif dalam mendorong perkembangan anak didiknya. Pengalaman mengenyam pendidikan tinggi memudahkan untuk membantu menyelesaikan kesulitan belajar anak didiknya

karena mempunyai pengalaman dan cara untuk mengatasinya dengan berbekal pengetahuan yang luas. Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah akan sulit untuk membantu anak didiknya dalam menghadapi kesulitan belajar.

8. Tingkat Penghasilan

Penghasilan adalah sejumlah pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Mulyanto (1982; 93) mengemukakan penghasilan dan penerimaan dapat berbentuk

a. Penghasilan berupa uang , yaitu segala penghasilan yang berupa uang yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa. Sumbernya adalah gaji dan upah, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, hasil investasi.

b. Penghasilan berupa barang, adalah segala penghasilan yang sifatnya regular akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, tetapi dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa. Misalnya: tunjangan beras, tunjangan kesehatan.

c. Penerimaan barang dan jasa lain-lain adalah segala penerimaan berupa transfer redistributif dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga. Misal: penjualan barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian dan penagihan piutang.

Penghasilan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi.

Penghasilan keluarga dapat bersumber pada usaha sendiri, bekerja pada orang lain, hasil dari milik (Gilarso, 1991; 63).

Penghasilan keluarga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan. Besarnya jumlah pengeluaran keluarga menurut Gilarso (1991; 65) tergantung pada berbagai hal, antara lain.

a. Besarnya jumlah penghasilan yang masuk. b. Besarnya keluarga.

c. Tingkat harga kebutuhan keluarga. d. Tingkat pendidikan keluarga.

e. Lingkungan sosial ekonomi keluarga.

f. Kebijaksanaan dalam mengelola dan mengendalikan keuangan keluarga.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.

Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Profesi guru adalah orang yang bekerja di bidang pendidikan yang bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa di kelas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru

Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi. Dari definisi ini terlihat bahwa tidak setiap kegiatan manusia dipandang sebagai kerja. Pekerjaan yang berbeda dari masyarakat membuat masyarakat mempunyai pesepsi yang berbeda pula tentang profesi guru.

2. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan. Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru.

Tingkat pendidikan masyarakat adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh masyarakat. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai persepsi terhadap perofesi guru yang berbeda dengan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah.

3. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan.

Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru.

Tingkat penghasilan adalah sejumlah pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat penghasilan ditentukan oleh pekerjaan apa yang masyarakat tekuni sebagai profesi. Masyarakat yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat gaji yang biasa akan cenderung mempunyai persepsi yang positif terhadap profesi guru. Masyarakat yang mempunyai tingkat penghasilan yang tinggi dan tingkat kesejahteraan yang baik akan cenderung berpersepsi yang kurang baik atau bahkan negatif karena mereka menilai pekerjaan guru hanya mempunyai penghasilan yang dibawah standar atau kurang mencukupi kebutuhan hidup.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan yang didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 1999; 51). Dalam penelitian ini dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut.

1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.

2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

3. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan.

BAB III

Dokumen terkait