BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Statisktik
2. Pengujian Hipotesis
a) Pengujian Hipotesis Serempak (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa “Inflasi, Nilai Tukar,
dan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan
terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek
Indonesia”. Bentuk pengujian:
H0 : b1 = b2 = b3
H
= 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak
mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham
Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
1 : b1 ≠ b2 ≠ b3
Pada penelitian ini nilai F
≠ 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham
Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
hitung akan dibandingkan dengan Ftabel
H
pada tingkat signifikan α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji simultan atau uji F:
H1 diterima (H0 ditolak) jika Fhitung > Ftabel b) Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
pada α = 5%
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa “Inflasi, Nilai Tukar,
dan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap
Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek
Indonesia”. Bentuk pengujian:
H0 : b1 = b2 = b3
H
= 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak
mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham
Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
1 : b1 ≠ b2 ≠ b3
Pada penelitian ini nilai t
≠ 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham
Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
hitung akan dibandingkan dengan ttabel
H
pada tingkat signifikan α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji parsial atau uji t:
1 ditolak (H0 diterima) jika thitung ≤ ttabel
H
pada α = 5%
1 diterima (H0 ditolak) jika thitung > ttabel
c) Koefisien Determinasi (R
pada α = 5%
2
Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya
variasi variabel dependen (variabel terikat) yang dipengaruhi oleh variasi
variabel independen (variabel bebas). Pengukuran besarnya persentase
kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien
determinasi multiple R
)
2
(koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi
satu), maka semakin baik regresi tersebut. Namun, apabila semakin mendekati
nol maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Utami dan Rahayu (2003) melakukan penelitian dengan judul “Peranan
Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar
Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Hasil penelitian membukt ikan bahwa
perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode
krisis ekonomi tahun 1997. Namun secara parsial hanya suku bunga dan nilai
tukar yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama
periode krisis ekonomi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 30 badan usaha
dengan periode penelitian tahun 1998 sampai dengan tahun 2000.
Jacob dan Harahap (2004) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Indikator Mikro dan Makro Terhadap Nilai Buku dan Harga Pasar Saham
Perusahaan”. Penelitian ini dilakukan pada 11 perusahaan perusahaan perbankan
dengan menggunakan tahun penelitian 1999 sampai tahun 2002, dan menemukan
bahwa aspek makro yang diwakili oleh interest rate dan inflation rate tidak begitu
berpengaruh signifikan pada nilai buku dan harga pasar saham perusahaan.
Budilaksono (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing dan SBI Terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”.
Hasil penelitian menemukan bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar
variabel kepemilikan saham oleh investor asing signifikan menjelaskan
pergerakan IHSG. Ada korelasi yang lemah antara nilai tukar rupiah terhadap SBI
dan kepemilikan saham oleh investor asing. Penelitian ini dilakukan selama
periode bulan Juni 2002 sampai dengan bulan Juni 2004 atau selama 2 tahun.
B. Ekonomi Makro
Ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara
keseluruhan (Putong, 2002:145). Aspek makro bersifat lebih luas dan tidak hanya
dua unit usaha atau industri tetapi secara menyeluruh. Aspek makro khususnya
interest rate juga sering digunakan untuk memprediksi harga pasar saham dan
juga interest rate di masa yang akan datang, juga menjelaskan bahwa kondisi
ekonomi dapat mempengaruhi harga pasar saham (Jacob dan Harahap, 2004:160).
Menurut Putong (2002:146), permasalahan dalam ekonomi makro secara
umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Masalah jangka pendek atau kadang disebut juga masalah stabilisasi. Masalah
ini berhubungan dengan bagaimana men-drive perekonomian dari suatu
periode ke periode berikutnya dalam jangka pendek (bulan,tahun) agar dapat
terhindar dari “penyakit” ekonomi makro yang utama, yaitu inflasi yang besar
dan berkepanjangan, tingkat pengangguran terbuka yang besar, dan
ketimpangan dalam neraca pembayaran.
2. Masalah jangka panjang atau kadang disebut juga sebagai masalah
pertumbuhan. Masalah ini berhubungan dengan bagaimana men-drive
jumlah penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana
untuk investasi (dengan program penggalakkan tabungan masyarakat).
Bodie, Kane, dan Marcus (dalam Utami dan Rahayu, 2003:125)
menyatakan ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga
saham, yaitu Gross Domestic Product (GDP), inflasi, tingkat pengangguran, suku
bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun tidak semua
faktor tersebut dapat dipergunakan sebagai variabel penelitian, antara lain : GDP,
tingkat pengangguran, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Oleh sebab itu,
indikator makro ekonomi yang dinilai relevan adalah inflasi, nilai tukar, dan suku
bunga.
C. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga-harga produk
secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi
ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami
permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga
harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money)
(Tandelilin, 2001:212).
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang
lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan
yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang perusahaan pada pihak ketiga
Tujuan jangka panjang dari pemerintah yaitu menjaga agar tingkat inflasi
yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena tingkat inflasi nol persen
adalah sukar untuk dicapai, yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga
agar tingkat inflasi tetap rendah (Sukirno, 2004:333).
1. Teori Inflasi
Teori Kuantitas menjelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah
karena adanya kelebihan permintaan sehingga uang yang beredar di masyarakat
bertambah banyak (Khalwaty, 2000:15-31). Teori kuantitas membedakan sumber
inflasi menjadi:
a. Demand pull inflation, terjadi karena adanya permintaan agregatif di mana
kondisi produktif telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment)
sehingga kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output
(produksi) tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga.
b. Cost push inflation. Pada kondisi ini tingkat penawaran lebih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini karena adanya kenaikan harga
faktor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai
jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) yang terus menurun
karena semakin mahalnya biaya produksi akan menyebabkan kenaikan
harga-harga. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation
didorong oleh beberapa faktor, yakni adanya tuntutan kenaikan upah tenaga
kerja, industri yang monopolis, kenaikan bahan baku industri, dan kebijakan
c. Structural approach. Dengan pendekatan struktur ekonomi, terjadinya inflasi
dipandang karena tidak seimbangnya struktur ekonomi. Untuk itu, inflasi akan
dapat ditanggulangi dengan melakukan pembenahan pada semua struktur
ekonomi.
d. Monetary approach. Dengan pendekatan moneter, inflasi dinilai sebagai suatu
fenomena moneter, yaitu keadaan yang disebabkan terlalu banyaknya uang
yang beredar dibandingkan dengan kesediaan masyarakat untuk memiliki atau
menyimpan uang tersebut yang akhirnya akan menaikkan permintaan (excess
demand for goods).
e. Accounting approach to inflation, diketahui bahwa terjadinya inflasi
bersumber pada perkembangan harga-harga pada kelompok barang dan jasa
yang digunakan untuk menyusun Indeks Harga Konsumen (IHK).
2. Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dapat dikelompokkan sehubungan dengan kompleksnya
faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang
berpengaruh terhadap inflasi (Khalwaty, 2000:31-35), sebagai berikut:
a. Ditinjau dari asal terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Domestic inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri.
2) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena
adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.
1) Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan
berlangsung lambat, karena kenaikan harga-harga berlangsung secara
perlahan-lahan.
2) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat
yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang
berlangsung sangat cepat.
c. Ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung
perlahan dan berada di bawah 10% per tahun.
2) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di
antara 10-30% per tahun.
3) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara
30-100% per tahun.
4) Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui
100% per tahun.
D. Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan
dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Dengan kata lain bahwa
nilai tukar yaitu mengukur nilai valuta suatu negara dari perspektif valuta negara
lain.
1. Teori yang Berkaitan dengan Nilai Tukar
Teori-teori yang berhubungan dengan nilai tukar antara lain (Berlianta,
a.Balance of Payment Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta
tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran
dan permintaan tersebut adalah Balance of Payment. Apabila Balance of
Payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan
(arus uang masuk) lebih kecil daripada pengeluaran (arus uang keluar),
maka permintaan akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit
tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan
sebaliknya.
b.Teori Purchasing Power Parity
Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha
untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap
barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut Law of One
Price sebagai dasar. Dalam Law of One Price disebutkan bahwa dengan
asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya
mempunyai harga yang sama.
c.Fisher Effect
Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher Effect menyatakan bahwa
tingkat suku bunga nominal di satu negara akan sama dengan tingkat suku
bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu. Pernyataan tersebut dapat
digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:
Hal ini menyebabkan tingkat suku bunga nominal di dua negara dapat
berbeda karena tingkat inflasi mereka berbeda.
d.International Fisher Effect
Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang
suatu negara dibanding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh
perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi
dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati
keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke
negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang
negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun
nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai
suku bunga nominal lebih rendah.
2. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar
dikendalikan oleh pemerintah (Madura, 2006:219-226). Sistem nilai tukar
suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori sistem tetap (fixed),
sistem mengambang bebas (freely floating), sistem mengambang terkendali
(managed floating), dan sistem terpatok (pegged).
a.Sistem Tetap (fixed)
Nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan
berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar
intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang
diinginkan.
b.Sistem Mengambang Bebas (freely floating)
Nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari
pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas
nilai tukar, maka pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya
fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai
tukar akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi
penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut.
c.Sistem Mengambang Terkendali (managed floating)
Sistem nilai tukar ini berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas.
Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada
batasan-batasan resmi. Hal ini hampir sama dengan sistem tetap, akan tetapi
pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk
menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.
d.Sistem Terpatok (pegged)
Mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada
sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti
fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan
1)Kenaikan harga (inflasi)
Inflasi yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap kurs atau
nilai tukar negara tersebut. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung
menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan
efek inflasi yaitu inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi
dibandingkan barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor
akan menurun karena harganya bertambah mahal.
2)Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
apakah sesuatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang-barang
dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan
menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan
berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor,
dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor.
3)Perubahan dalam citarasa masyarakat
Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke
atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang
diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan
keinginan mengimpor berkurang dan dapat menyebabkan ekspor meningkat.
Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan
masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini
4)Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat
pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri
mengalir ke luar negeri, dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat
pengembalian tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke
dalam negeri. Apabila lebih banyak modal mengalir ke dalam negeri maka
permintaan ke atas mata uangnya bertambah dengan demikian akan
menambah nilai mata uangnya.
5)Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi
negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh
perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut
akan naik yang akan meninggikan nilai mata uang. Sebaliknya, apabila
kemajuan ekonomi tersebut mengakibatkan impor berkembang lebih cepat
dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan
menjadi turun yang akan menurunkan nilai mata uang.
E. Suku Bunga
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan
dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas
(Brigham dan Houston, 2001:158). Suku bunga yang dibayarkan kepada
1) Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan dari modal
yang ditanamkan.
2) Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen/penabung (preferensi waktu
dalam mengkonsumsi).
3) Risiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut.
4) Tingkat inflasi yang diperkirakan.
1. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian
Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu
perekonomian, antara lain (Sunariyah, 2006:80-81):
a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang
mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi.
c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi,
sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat
inflasi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku bunga selain
perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keadaan
a. Kebijakan Bank Sentral
b. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara
c. Neraca perdagangan luar negeri
d. Tingkat kegiatan usaha
3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam
mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
BI menggunakan beberapa piranti moneter dalam melaksanakan tugasnya,
yang terdiri dari giro wajib minimum (reserve requirement), fasilitas diskonto,
himbauan moral dan operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar terbuka Bank
Indonesia dapat melaksanakan transaksi jual beli surat berharga termasuk SBI.
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam Rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu
pendek dengan sistem diskonto.
a. Tujuan Penerbitan SBI
Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah sebagai
otoritas moneter. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang
kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berkelebihan dapat mengurangi
kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk
mengurangi kelebihan uang primer tersebut. Besar kecilnya suku bunga SBI
sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia.
penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal adalah jika besarnya berada
di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan
dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga
meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku
bunga adalah semakin naik (Haryanto dan Riyatno, 2007).
b. Dasar Hukum Penerbitan SBI
Surat keputusan Direksi BI No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang
penerbitan dan perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta intervensi Rupiah.
F. Harga Saham
Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia tahun 2003
(dalam Haryanto dan Riyatno, 2007:26), saham adalah sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat
dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham
meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya
pada saat banyak pemilik saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga
saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan (Anoraga, 2001:59)
Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa.
Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa
sehingga sering disebut harga penutupan (closing price). Oleh karena itu harga
saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari
bursa. Market Price merupakan harga pada saat riil dan merupakan harga yang
yang sedang berlangsung. Harga pembukaan bursa merupakan harga pada saat
penutupan (closing price) sebelumnya.
Harga sebuah saham dapat berubah atau berfluktuasi dengan cepat bahkan
dalam hitungan menit maupun hitungan detik. Hal tersebut diakibatkan karena
banyaknya pesanan yang dimasukkan ke JATS (Jakarta Automated Trading
System). Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal
komputer di mana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya
dari nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, terdapat
beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji dan Herdy, 2006:131):
a. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.
b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat
pembukaan, yaitu pada jam 09.30 WIB.
c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang
terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang
terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir
yang terjadi.
g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham, yang
ditentukan pada akhir perdagangan yaitu jam 16.00 WIB.
Faktor-faktor yang dapat menentukan harga saham sebuah perusahaan
a. Faktor-faktor ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang paling diperhatikan dalam penentuan harga saham
adalah perkembangan tingkat bunga dan nilai tukar. Jika dianggap tingkat
inflasi akan rendah, maka diperkirakan bank sentral tidak akan menaikkan
tingkat bunga nominal dan hal itu dapat membuat harga saham stabil atau
meningkat. Perubahan nilai tukar akan mempengaruhi perkembangan
ekspor-impor dan tentunya mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan
semakin baik, maka harga saham akan semakin mahal.