• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Karyawan

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)

Uji Signifikansi Simultan (Uji F) bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas (stres kerja dan lingkungan kerja) secara simultan terhadap variabel terikat (kinerja).

Tabel 4.11

Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 769.572 2 384.786 18.337 .000a

Residual 1112.142 53 20.984

Total 1881.714 55

a. Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja, Stres Kerja b. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 4.12 diatas mengungkapkan bahwa nilai F-hitung adalah 18,337 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 3,171. Oleh karena itu pada kedua perhitungan yaitu F -hitung > F-tabel dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 menunjukan bahwa pengaruh variabel bebas (stre kerja dan lingkungan kerja) secara serempak adalah signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan, artinya variabel lingkungan kerja dan stres kerja dapat saling mendukung dalam mempengaruhi kinerja karyawan.

4.5.2 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas (stres kerja dan lingkungan kerja) terhadap variabel terikat (kinerja kerja). Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R2

> 1).

Tabel 4.12

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .640a .409 .387 4.58081

a. Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja, Stres Kerja b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa :

1. Nilai R sebesar 0.640 sama dengan 64 % berarti hubungan antara variabelstres kerja dan lingkungan kerjaterhadap kinerja karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan memiliki hubungan yang erat.

2. Nilai Adjusted R Square0.387 berarti 38,7% kinerja PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan dapat di jelaskan oleh variabelstres kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan sisanya 61,3% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor selain yang diteliti dalam penelitian ini seperti kompensasi, pengembangan karir dan sebagainya.

4.5.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah stres kerja dan lingkungan kerjasecara parsial berpengaruh signifikan terhadapkaryawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan.

Tabel 4.13

Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 25.849 8.729 2.961 .005

Stres Kerja -.386 .149 -.331 2.591 .012 .682 1.467 Lingkungan

Kerja

.492 .161 .391 3.057 .003 .682 1.467 a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa :

1. Variabel stres kerja berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,012) lebi besar dari 0,05 dan t-hitung (2,591) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,0057), artinya penurunan kinerja pada karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan dapat dipengaruhi oleh meningkatnya stress kerja pada karyawan.

2. Variabel lingkungan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,003) lebih kecil dari 0,05 dan

t-hitung (3,057) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,0057) artinya peningkatan kinerja pada karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang baik.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Sedarmayanti (2011:76) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi berupa kelebihan tuntutan dan tekanan dari pimpinan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan. Menurut Robbins (2008:321) stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, kemurungan dan hilang daya. Menurut Mangkunegara (2009:157) stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari gejala, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.

Berdasarkan Uji-t variabel stres kerja secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan. Pernyataan mengenai variabel stress kerja yang mendapatkan respon cenderung tidak setuju yang paling dominan (89,29% responden) adalah “Belakangan ini, saya tidak mengalami gangguan kesehatan.” Hal ini menunjukan bahwa sebagian dari karyawan mengalami gangguan kesehtan

kapasitas atau kemampuan mereka maka menimbulkan stres terhadap pekerjaan dan dapat menggangu kesehatan jasmani dan rohani responden misalnya sakit kepala, jenuh terhadap pekerjaan, dan susah tidur. Stress kerja dapat menggangu aktivitas karyawan dalam menjalankan pekerjaanya sehingga dapat menurunkan kinerja karyawan. Selain itu peneliti juga mendapati fakta bahwa beban kerja berlebihan yang diberikan perusahaan kepada karyawan dengan waktu yang diberikan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut secara singkat. Tidak adanya tanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan oleh atasan, sehingga tugas tersebut dibebankan terhadap karyawan lainnya. Karyawan sering menunda pekerjaan sehingga mengakibatkan para peserta banyak yang complain.Selain itu karyawan juga harus menyelesaikan pekerjaan yang bersifat mendesak seperti pada saat mengerjakan tugas-tugas baru yang diberikan pimpinan. Dan seringnya tidak sependapat dengan karyawan menjadi salah satu penyebab timbulnya Stres kerja.

Hasil penelitian ini didukung oleh Mayuli (2012), Jahanian (2012) dan Peni Tunjung Sari (2011) yang menyatakan stres kerja memiliki hubungan negatif terhadap kinerja karyawan.

4.6.2 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Lussier (dalam Nawawi, 2003:293) mengartikan bahwa lingkungan kerja adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus menerus yang dirasakan oleh anggotanya. Sofyan Cikmat (dalam Nawawi, 2003:292) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah serangkaian sifat kondisi kerja yang

dapat diukur berdasarkan persepsi bersama dari para anggota organisasi yang hidup dan bekerja sama dalam suatu organisasi.

Berdasarkan Uji-t variabel lingkungan kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan. Pernyataan mengenai variabel lingkungan kerja yang mendapatkan respon cenderung setuju yang paling dominan (67,85% responden) adalah “Penataan ruang kerja saya rapi.”Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan seperti peralatan kantor, suhu ruangan dan kebersihan ruangan sudah baik dan dapat menunjang mereka dalam menjalankan aktivitas pekerjaan. Menurut Ishak dan Tanjung (2003:20), manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga ketika gairah kerja itu muncul maka diharapkan kinerja karyawan akan meningkat.

Hasil penelitian ini didukung oleh Nela Bambang (2014), Quareshi (2013) dan Potu (2013) yang menyatakan lingkungan kerja memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan.

BAB V

Dokumen terkait