BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini termasuk dalam Penelitian Asosiatif Kausal, yaitu
penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Penelitian ini
mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan diskriptif dan komparatif
karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2003).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan. Penelitian ini dimulai dari November 2016 sampai dengan Januari 2017.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan,
yaitu variabel independen / variabel bebas yang dinyatakan dengan simbol (X)
dan variabel dependen / variabel terikat yang dinyatakan dengan simbol (Y).
a. Variabel Independen / variabel bebas (X) terdiri dari Stress Kerja(X1),
Lingkungan Kerja (X2).
b. Variabel Dependen / variabel terikat (Y) adalah Kinerja PT Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan.
a. Stress Kerja (X1)
Stress kerja merupakan yang merupakan suatu kondisi berupa kelebihan
tuntutan dan tekanan dari pimpinan yang menciptakan adanya ketidak
seimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir
yang dialami seorang karyawan PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama
Medan.
b. Lingkungan Kerja (X2)
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lokasi karyawan
bekerja yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya
yang diberikan oleh atasannya dari PT Taspen (Persero) Kantor Cabang
Utama Medan.
2. Variabel Terikat (Y)
Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan hasil kerja seorang karyawan sesuai dengan tugas atau
pekerjaan yang dilakukan dan dapat menjadi alat ukur yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi dan mengembangkan potensi
karyawan PT Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala Stress Kerja
1. Fisiologis a). Gangguan kesehatan b). Sulit Tidur
Lanjutan Tabel 3.1
Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Skala Pengukuran
3. Perilaku a). Ketidak Hadiran Kerja 2.Kuantitas a). Kecepetan dan
ketepatan
Sumber : Sedarmayanti (2001:21),Robbins (2008:368), Mathis (2002:78) data di olah.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran masing – masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan,
(Situmorang dan Muslich,2014:6).
Sumber: Situmorang dan Muslich (2014:6)
3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi
Menurut Sugiyono dalam Rangkuti (2014: 51) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di
tarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.
Taspen (persero) Kantor Cabang Utama Medan yang berjumlah 56 orang.
3.6.2 Sampel
Peneliti menggunakan teknik jenuh/sensus karena semua anggota populasi
yaitu sebanyak56 orang yang diobservasi.
3.7 Sumber Data
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber – sumber lain yang
telah mengolah informasi terlebih dahulu seperti dari PT. Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan, jurnal, buku – buku pendukung, dan
sebagainya.
3.8 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
langsung kepada karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama
Medan.
2. Daftar Pertanyaan (questionnaire), yaitu daftar pertanyaan yang berisi
pertanyaan- pertanyaan untuk diisi oleh para responden.
3. Studi dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dan
mempelajari data yang diperoleh dari buku literatur, jurnal, majalah, annual
report dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah
semestinya rangkaian penelitian harus dilakukan dengan baik. Uji validitas
dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian
merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Bila
koefisien korelasi (r) lebih besar dari r tabel (0,361), maka pertanyaan tersebut
dikatakan valid (Situmorang,2014:89). Uji validitas dilakukan terlebih dahulu
Jl. Sisingamaraja, No. 98 Pematang Siantar. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS dengan kriteria sebagai berikut:
Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid
Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid
Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2017)
Pada Tabel 3.3 diatas terlihat seluruh pernyataan valid, karena seluruh
nilai Corrected Item-Total Correclation pada tiap pernyataaan memiliki nilai
diatas 0,361 sehingga dapat dinyatakan 31 (tiga puluh satu) butir pernyataan pada
kuesioner dalam penelitian ini valid.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, (Situmorang,2014:89).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS, butir pertanyaan yang
sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan
kriteria sebagai berikut (Situmorang,2014:92) :
b) 0,7 <Cronbach's Alpha < 0,8 maka reliabilitas baik
c) Jika nilai Cronbach's Alpha < 0,7 maka tidak reliable
Tabel 3.4
Sumber : Hasil Pengelolahan SPSS (2017)
Tabel 3.4 menjelaskan bahwa semua butir pernyataan instrument
kuesioner memiliki reliable sangat baik karena nilai Cronbach's Alpha sebesar
0,990 lebih besar dari 0,80.
3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono dalam Rangkuti (2014: 70) analisis deskriptif adalah
analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisa suatu statistik
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
(generalisasi/infrensi). Pada penelitian ini memberikan gambaran yang jelas
mengenai persepsi Stress Kerja dan Lingkungan Kerja yang dilakukan PT. Taspen
(Persero) Kantor Cabang Medan serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.
3.10.2 Analisis Statistik
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis statistik regresi
linier berganda karena metode ini ditujukan untuk menentukan hubungan linear
antara beberapa variabel bebas (Stress Kerja dan Lingkungan Kerja) dengan Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
variabel terikat (kinerja karyawan). Peneliti menggunakan bantuan program
software SPSS untuk memperoleh hasil yang lebih terarah. Rumus perhitungan
persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Dimana :
Y : Kinerja
X1 : Stress Kerja
X2 : Lingkungan Kerja
α : Koefisien
β1,2 : Konstanta
ε : Standar eror
Model regresi linier berganda diatas harus memenuhi syarat asumsi klasik
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena terdapat
nilai ekstrem data yang diambil. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk uji
normalitas, yaitu:
a. Analisis Grafik
Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran titik pada sumbu
diagonal dari P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar
Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik
Selain melihat nilai grafik, untuk melihat apakah suatu data mempunyai
distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness. Berdasarkan uji skewness
ini, maka suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika Z
hitunglebih kecil dari Z tabel, (Erlina,2011:102). Dimana pada penelitian
ini penulis menggunakan nilai Z tabel pada tingkat signifikasi 0,05 sebesar
1,96.
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi di antara variabel independent. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independent (Erlina,2011:103).
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variabel Inflation Factor) melalui SPSS.
Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independent lainnya. Menurut Syafrizal dan Muslich (2014:177)
nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance >0,1 atau nilai VIF <
3. Uji Heterokedastissitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari suatu residual pengamatan kepengamatan lain.
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala
Heteroskedastisitas, yaitu:
a. Analisis Grafik
Gejala Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik
Scatterplot. Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu
pola atau menyebar, maka model regresi tidak terkena heteroskedastisitas.
b. Analisis Statistik
Gejala Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi melalui uji Glesjer.
Kriteria pengambilan keputusan dengan uji Glesjer sebagai berikut :
a) Jika nilai signifikasi > 0,05 maka tidak mengalami ganguan
Heteroskedastisitas.
b) Jika nilai signifikasi > 0,05 maka mengalami ganguan
Heteroskedastisitas.
4. Uji Pengaruh Serempak (Uji F)
Uji F adalah untuk melihat apakah variabel independent secara bersama-sama
(serentak) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel
dependent. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Artinya secara bersama-sama (serentak) tidak terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari variabel independent (Stress Kerja dan Lingkungan Kerja)
terhadap variabel dependent (Kinerja).
Ha : β1β2 0
Artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel independent (Stress Kerja dan Lingkungan Kerja)
terhadap variabel dependent (Kinerja).
Nilai fhitung akan dibandingkan dengan nilai ftabel. Kriteria pengambilan
keputusan, yaitu:
a) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
b) Ha diterima jika Fhitung> Ftabel pada α = 5%
5. Uji t (Parsial)
Uji t dimaksudkan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang
signifikan dari independent (Stress Kerja dan Lingkungan Kerja) terhadap
variabel dependent (Kinerja). Bentuk pengujiannya yaitu:
a) Ho: βi = 0 (variabel independent“Stress Kerja dan Lingkungan Kerja”
secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
dependent “Kinerja” ).
b) Ha : βi ≠ 0 (variabel independent“Stress Kerja dan Lingkungan
Kerja” secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel dependent “Kinerja” ).
Nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan
a) Ho diterima bila thitung< ttabel pada α = 5%
b) Ha ditolak bila thitung> ttabel pada α = 5%
6. Pengujian Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) bertujuan untuk mengetahui signifikansi variabel.
Koefisien deteminasi melihat seberapa besar pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent. Koefisien determinan (R2) berkisar antara 0
(nol) sampai dengan 1 (satu), (0 ≤ R2≤ 1). Apabila deteminasi (R2
) semakin
kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel
independent terhadap pengaruh variabel dependent semakin kecil.
Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan
pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, dan bila R2
mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independent adalah
besar terhadap variabel dependent. Hal ini berarti, model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel independent yang diteliti terhadap
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Perusahaan Persero,
secara singkat disebut PT. TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan
Program Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari Program Dana
Pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tabungan Hari Tua (THT) sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 dan 26 Tahun 1981
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri pada saat
memasuki usia pensiun.
Usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri dan
keluarganya sudah dimulai sejak tahun 1960, yang dirintis melalui Konferensi
Kesejahteraan Pegawai Negeri yang diselenggarakan tanggal 25-26 Juli 1960 di
Jakarta. Hasil konferensi tersebut dituangkandalam Keputusan Menteri Pertama
RI Nomor :380/MP/1960 tanggal 25 Agustus 1960 yang antara lain menetapkan
perlunya pembentukan jaminan kesejahteraan pegawai negeri.
Keputusan Menteri Pertama tersebut di atas ditingkatkan menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1963 yaitu tentang Pembelanjaan dan
Kesejahteraan Pegawai Negeri dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1963
dan Asuransi Pegawai Negeri ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
1963 tentang Pendirian Perusahaan Negara Dana Tabungandan Asuransi Pegawai
Negeri (PN TASPEN) tanggal 17 April 1963.
Dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 9 tahun 1969 tentang
Bentuk-bentuk Perusahaan Negara, PN TASPEN diubah menjadi PERUM
TASPEN yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor : KEP.749/MK/V/II/1970. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 tahun 1981, badan hukum PERUM TASPEN diubah menjadi PT
TASPEN (Persero) sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar PT TASPEN
(Persero) Nomor: 3 Tahun 1982 tanggal 4 Januari 1982 yang mengalami beberapa
kali perubahan, antara lain dengan Akta Notaris Imas Fatimah, S.H. Nomor : 53
tanggal 17 Maret 1988 dan telah diperbaiki dengan Akta Nomor: 10 Tahun 1998
tanggal 2 Juli 1998 dihadapan Zulkifli Harahap, S.H., pengganti Notaris Imas
Fatimah, S.H. Perubahan Anggaran Dasar dimaksud dalam rangka penyesuaian
terhadap Undang-undang Nomor : 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang
menetapkan tambahan modal dasar yang disetor, semula sebesar Rp10,00 miliar
ditingkatkan menjadi sebesar Rp12,50 miliar untuk memenuhi modal disetor 25%
dari modal dasar sebesar Rp50,00 miliar. Perubahan ini memperoleh persetujuan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor:
C.2-14096-HT.01.04 Th 98 tanggal 17 September 1998 dan telah dimuat dalam
Berita Negara RI Nomor : 31 Tahun 1999, Tambahan Berita Negara RI Nomor :
Berdasarkan persetujuan Pemegang Sahamdengan Nomor :
KEP-17/D1.MBU/2008, dilakukan perubahan Anggaran Dasar yang merupakan
penyesuaian modal dasar yang disetor dari Rp12,50 miliar ditingkatkan menjadi
Rp100 miliar untuk memenuhi modal disetor 25% dari modal dasar sebesar
Rp400 miliar. Berkas Anggaran Dasar telah disampaikan ke Menteri Hukum dan
HAM dengan Akta Notaris Nomor : 06 tanggal 26 November 2008 dan telah
mendapatkan persetujuan pada tanggal 9 Januari 2009 melalui Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
AHU-01650.AH.01.02 Tahun 2009 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran
Dasar Perseroan.
4.1.2 Visi, Misi dan Statement Budaya PT. Taspen (Persero)
1. Visi
Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya yang
terpercaya.
Makna Visi
“Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya.”
Ruang lingkup usaha Taspen adalah menyelenggarakan program
Tabungan Hari Tua (termasuk asuransi kematian), Dana Pensiun
(termasuk Uang Duka Wafat), program kesejahteraan PNS.
a. Terpercaya
Taspen menjadi pilihan peserta dan stakeholder lainnya dengan kinerja
b. Bersih
Taspen beroperasi dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance)
c. Sehat
Adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan pada bidang
keuangan, maupun non keuangan.
2. Misi
Mewujudkan manfaat dan pelayanan yang semakin baik bagi peserta dan
stakeholder lainnya secara Profesional dan Akuntabel, berlandaskan
Integritas dan Etika yang tinggi.
Makna Misi
“Manfaat dan pelayanan yang semakin baik.”
Untuk memenuhi harapan peserta yang semakin tinggi, Taspen berupaya
meningkatkan nilaimanfaat dan pelayanan secara optimal.
a. Profesional
Taspen bekerja dengan terampil dan mampu memberikan solusi dengan 5
Tepat (Tepat orang, Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat tempat dan Tepat
administrasi) didukung dengan SDM yang memiliki integritas dan
kompetensi yang tinggi.
b. Akuntabel
Taspen dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan sistem dan prosedur
c. Integritas
Taspen senantiasa konsisten dalam memegang amanah, jujur dan
melaksanakan janji sesuai visi dan misi perusahaan.
d. Etika
Taspen melayani peserta dan keluarganya dengan ramah, rendah hati,
santun, sabar dan manusiawi.
3. Statement Budaya Perusahaan
“5 TEPAT” dalam melayani peserta.
a) Tepat Orang
Pembayaran klim kepada peserta dilakukan kepada peserta yang
memiliki identitas tunggal meliputi NIP, Nama, Tanggal Lahir, Jenis
Kelamin, Status, Instansi dan Domisili sesuai dengan dokumen
kepesertaan yang sah.
b) Tepat Waktu
Penyampaian informasi, dokumen, dan pembayaran manfaat kepada
peserta dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.
c) Tepat Jumlah
Besarnya pembayaran manfaat kepada peserta berdasarkan perhitungan
komponen dan koefisien yang telah ditetapkan tanpa adanya
d) Tepat Tempat
Pembayaran manfaat kepada peserta dilakukan ditempat-tempat
pengambilan klim sesuai permintaan peserta yang tercantum dalam
dokumen permohonan pembayaran klim.
e) Tepat Administrasi
Tata kelola dokumen kepesertaan dan pembayaran klim dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip mudah, cepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4.1.3 Arti Logo PT. Taspen (Persero)
1. Bunga dengan 5 (lima) Helai Daun
Melambangkan bahwa peserta taspen adalah keluarga pegawai negeri sipil
yang dari suami, istri, dan 3 (tiga) orang anak.
2. Lingkaran Putih yang Semangkin Membesar
Melambangkan bahwa diharapkan PT. Taspen (Persero) dapat berkembang
3. Lingkaran Hitam
Melambangkan wawasan nusantara yang artinya bahwa PT. Taspen (Persero)
melindungi dan menaungi kehidupan para anggotanya.
4. Warna Logo
Warna biru melambangkan ketentraman, keterangan, ketenangan, dan
kedamaian.
5. Makna Logo PT. Taspen (Persero)
Secara umum adalah jaminan hari tua bagi pegawai negeri sipil.
4.1.4 Struktur Organisasi
PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan memiliki struktur
organisasi berbentuk garis, dimana pimpinan bertindak sebagai pengelola puncak
tanpa diatur atau dipengaruhi oleh orang lain pada posisinya yang menunjukkan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam pembagian fungsi – fungsi
operasional. Bentuk garis seperti ini memperlihatkan garis – garis kekuasaan dan
perintah yang vertikal, dimana sorang bawahan hanya punya satu garis hubungan
pelaporan kepada atasannya dan sebaliknya seorang atasan hanya mempunyai satu
garis perintah kepada bawahannya.
PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan sebagai salah satu
badan usaha milik negara yang ditugaskan oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan program asuransi sosial bagi pegawai negeri, pegawai BUMN,
dan pejabat negara dan keluarganya. PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama
satu wakil kepala, yang membawahi setiap kepala bidang dan kepala bidang
membawahi kepala seksi.
Gambar 4.1
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah cara merumuskan dan menafsirkan data
yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan,
penyusunan, penganalisisan data, sehingga dapat diketahui gambaran umum dari
objek yang diteliti (Sugiyono,2011:29). Data pimer dalam penelitian ini adalah
informasi dari responden dan pernyataan-pernyataan untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis masalah penelitian yang
dirumuskan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
(kuesioner). Jumlah pertanyaan seluruhnya adalah 31 butir pertanyaan yakni 12
butir pertanyaan untuk variabel Stres Kerja (X1), 10 butir pertanyaan untuk
variabel Lingkungan Kerja (X2)dan 9 butir pertanyaan untuk variabel Kinerja
Karyawan (Y).
Analisis deskriptif pada penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner
kepada 56 orang responden orang responden karyawanPT. Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan.Kuesioner berisikan deskripsi responden dan
jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Karateristik responden dalam penelitian
1. Analisis deskriptif responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1
Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa karateristik responden berdasarkan jenis
kelamin adalah 34 orang responden (60,7%) berjenis kelamin laki-laki dan 22
orang responden (39,3%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah karyawan laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan karyawan
perempuan dengan tingkat perbedaan jumlah yang tidak terlalu besar, agar
karyawan laki-laki dan karyawan perempuan dapat saling melengkapi dalam
menyelesaikan pekerjaan. Karyawan laki-laki cenderung mampu menghadapi
beban kerja yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan perempuan,
sedangkan karyawan perempuan cenderung lebih rapi, sabar dan teliti dalam
menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan karyawan laki-laki, oleh karena itu
perbedaan jumlah karyawan laki-laki dan perempuan yang tidak terlalu besar
membuat karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan dapat
saling mendukung dan saling melengkapi dalam menyelesaikan pekerjaan.
JENIS KELAMIN JUMLAH RESPONDEN (f) PERSENTASE (%)
LAKI LAKI 34 60,7
PEREMPUAN 22 39,3
2. Analisis deskriptif responden berdasarkan usia
Tabel 4.2
Karateristik Responden Berdasarkan Usia
USIA RESPONDEN JUMLAH RESPONDEN
(f)
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Di Olah)
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan usia
adalah usia 22-30 tahun berjumlah 10 orang (17,8%), usia 31-40 tahun berjumlah
30 orang (53,6%), usia 41-50 tahun berjumlah 14 orang (25%), dan usia 51-60
tahun berjumlah 2 orang (3,6%)
3. Analisis Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3
Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah responden
(f) Persentase (%)
SLTA-SMA/ sederajat 24 42,9
Diploma 12 21,4
Sarjana 20 35,7
JUMLAH 56 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa karateristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan adalah 24 orang responden (42,9%) berpendidikan
SLTA/SMA sederajat, 12 orang responden (21,4%) berpendidikan Diploma, dan
20 orang responden (35,7%) berpendidikan Sarjana. Dari data tersebut dapat
terdapat lebih banyak karyawan yang memiliki tingkat pendidikan
SLTA-SMA/sederajat (42,9%). Adapun jumlah perbandingan dari tingkat pendidikan
karyawan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja pada PT. Taspen (persero)
Kantor Cabang Utama Medan.
4. Analisis Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 4.4
Karateristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama bekerja (Tahun) Jumlah Responden (f)
Persentase (%)
≤10 4 7,1
11-20 12 21,5
21-30 25 44,6
≥31 15 26,8
Jumlah 56 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat karateristik responden berdasarkan lama
bekerja nya adalah 4 orang responden (7,1%) telah bekerja selama 1-10 tahun, 12
orang responden (21,5%) telah bekerja 11-20 tahun. 25 orang responden (44,6%)
yang bekerja 21-30 tahun. Dan 15 orang responden (26,8%) telah bekerja ≥ 31
tahun.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar karyawan PT. Taspen
(Persero) telah bekerja selama 21 – 30 tahun dengan jumlah karyawan 25 orang,
hal ini terjadi karena PT. Taspen (Persero) lebih untuk memiliki karyawan yang
memiliki pengalaman bekerja lebih lama ketimbang harus memiliki karyawan
yang baru yang memiliki pengalaman bekerja lebih sedikit dan perusahaan
memperhatikan kebutuhan setiap karyawanya hal ini dilakukan untuk
4.2.2 Analisis Statistik Deskriptif
Secara deskriptif persentase hasil penelitian setiap dimensi faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama
Medan adalah sebagai berikut :
1. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Stres Kerja
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Stres Kerja
Pertanyaan STS TS KS S SS Total Total
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
1. Pada pernyataan pertama,“Belakangan ini saya tidak mengalami ganguan
kesehatan”sebanyak 1,79% responden menyatakan setuju, 8,93% responden
menyatakan kurang setuju, 62,5% responden menyatakan tidak setuju, dan
26,79% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
sebagian karyawan mengalami gangguan kesehatan seperti demam, pusing
yang diakibatkan oleh kondisi fisik karyawan yang terganggu karena
2. Pada pernyataan kedua, “Belakangan ini, saya tidak sering mengalami sakit
kepala berlebihan.”, sebanyak 1,79% responden menyatakan sangat setuju,
1,79% responden menyatakan setuju, 14,29% responden menyatakan kurang
setuju, 55,36% responden menyatakan tidak setuju dan 26,79% responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan mengalami sakit kepala, dikarenakan adanya tekanan dari nasabah
dalam memproses berkas yang bersangkutan.
3. Pada pernyataan ketiga, “Saya tidak merasa jam tidur saya kurang dari jadwal
tidur sebelumnya.”, sebanyak 3,57% responden menyatakan setuju, 10,71%
responden menyatakan kurang setuju, 58,93% responden menyatakan tidak
setuju dan 26,79% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan mengalami jam tidur yang kurang
akibat adanya pekerjaan yang belum terselesaikan.
4. Pada pernyataan keempat, “Saya tidak mengalami susah tidur jika saya
menghadapi masalah didalam pekerjaan.”, sebanyak 3,57% responden
menyatakan sangat setuju, 17,86% responden menyatakan setuju, 46,43%
responden menyatakan kurang setuju, 26,79% responden menyatakan tidak
setuju dan 5,36% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan mengalami permasalahan di kantor
yang mengakibatkan karyawan susah tidur.
5. Pada pernyataan kelima, “Saya merasa tidak terbebani dengan pekerjaan yang
menyatakan kurang setuju, 55,36% responden menyatakan tidak setuju dan
30,36% responden menyatakan sangat tidak setuju.Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian karyawan merasa terbebani dengan pekerjaan yang berat dan
pekerjaan tambahan yang harus diselesaikan dengan jangka waktu relatif
singkat.
6. Pada pernyataan keenam, “Saya selalu fokus dalam menyelesaikan
pekerjaan”, sebanyak 7,14% responden menyatakan sangat setuju, 16,07%
responden menyatakan setuju, 28,57% responden menyatakan kurang setuju,
35,71% responden menyatakan tidak setuju dan 12,5% responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan mengalami susah fokus terhadap pekerjaan karena waktu pekerjaan
yang kurang produktif, yang mengakibatkan bekurangnya jam tidur dan
kondisi fisik yang tidak fit.
7. Pada pernyataan ketujuh, “Saya tidak merasa gelisah karena harus
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang singkat.” sebanyak 1,79%
responden menyatakan setuju, 14,29% responden menyatakan kurang setuju,
57,14% responden menyatakan tidak setuju, dan 26,79% responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan mengalami gelisah dalam menyelesaikan pekerjaan dalam waktu
yang singkat.
8. Pada pernyataan kedelapan,“Saya tidak merasa gelisah jika pekerjaan tersebut
tidak saya mengerti.”, sebanyak 1,79% responden menyatakan sangat setuju,
setuju, 50% responden menyatakan tidak setuju dan 25% responden
menyatakan sangat tidak setuju.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan terbebani karena tidak mengerti dengan pekerjaan yang diberikan.
9. Pada pernyataan kesembilan, “Saya tidak merasakan marah apabila beban kerja
tambahan diberikan kepada saya.”, sebanyak 3.57% responden menyatakan
setuju, 17,86% responden menyatakan kurang setuju, 51,79% responden
menyatakan tidak setuju dan 26,79% responden menyatakan sangat tidak
setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan tidak dapat
mengkontrol emosi yang diakibatkan oleh beban kerja tambahan yang
diberikan secara mendadak.
10. Pada pernyataan kesepuluh, “Saya tidak mengajukan cuti selama kurun waktu
sebulan dengan alasan apapun,”, sebanyak sebanyak 3,57% responden
menyatakan sangat setuju, 17,86% responden menyatakan setuju, 44,64%
responden menyatakan kurang setuju, 28,57% responden menyatakan tidak
setuju dan 5,36% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir setiap bulan ada karyawan yang cuti di dalam
perusahaan.
11. Pada pernyataan kesebelas, “Pekerjaan yang berat tidak menghalangi saya
untuk hadir dalam bekerja.”, sebanyak 1,79% responden menyatakan sangat
setuju, 3,57% responden menyatakan setuju, 8,93% responden menyatakan
kurang setuju, 55,36% responden menyatakan tidak setuju dan 30,36%
sebagian karyawan kurang bergairah untuk hadir dalam bekerja yang
diakibatkan beban pekerjaan yang berat.
12. Pada pernyataan kedua belas, “Beban kerja yang berlebihan tidak membuat
saya menunda pekerjaan.”, sebanyak sebanyak 5,36% responden menyatakan
sangat setuju16.07% responden menyatakan setuju, 32,14% responden
menyatakan kurang setuju, 33,93% responden menyatakan tidak setuju dan
12,5% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian karyawan menunda pekerjaan yang diakibatkan beban
pekerjaan yang berat sehingga karyawan merasa stress dan jenuh terhadap
pekerjaannya.
2. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Lingkungan Kerja
Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Lingkungan Kerja
Pertanyaan STS TS KS S SS Total Total
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
1) Pada pernyataan pertama,“Peralatan kantor yang disediakan perusahaan
mendukung saya dalam bekerja.”, sebanyak 12,5% responden menyatakan
sangat setuju, 51,79% responden menyatakan setuju, dan 26,79% responden
ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan sudah puas terhadap peralatan
kantor yang disediakan perusahaan dan dapat mendukung para karyawan
dalam bekerja.
2) Pada pernyataan kedua, “Penataan ruang kerja saya rapi”, sebanyak 10,71%
responden menyatakan sangat setuju, 57,14% responden menyatakan setuju,
25% responden menyatakan kurang setuju, 5,36% responden menyatakan
tidak setuju, dan 1,79% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan sudah merasa puas terhadap penataan
ruang kerja sehingga menciptakan rasa nyaman dan aman.
3) Pada pernyataan ketiga, “Suhu udara diruangan kerja terasa nyaman”,
sebanyak 17,86% responden menyatakan sangat setuju, 37,5% menyatakan
setuju, 28,57% responden menyatakan kurang setuju, sebanyak 7,14%
responden menyatakan tidak setuju, 8,93% responden menyatakan sangat
tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan sudah merasa
puas dengan suhu ruangan kerja yang sejuk sehingga membantu mereka
berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
4) Pada pernyataan keempat, “Aroma ruangan saya membuat konsentrasi saya
dalam bekerja”, sebanyak 16,07% responden menyatakan sangat setuju,
51,79% responden menyatakan setuju, 26,79% responden menyatakan kurang
setuju, dan sebanyak 5,36% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan mampu berkonsentrasi dengan
5) Pada pernyataan kelima, “Kebersihan ruangan kerja saya selalu terjaga”,
sebanyak 8,93% responden menyatakan sangat setuju, 48,21% responden
menyatakan setuju, dan 37,5% responden menyatakan kurang setuju, sebanyak
1,79% responden menyatakan tidak setuju dan 3,57% responden menyatakan
sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan merasa
ruang kerja yang mereka gunakan sekarang ini sudah bersih.
6) Pada pernyataan keenam, “Pencahayaan diruangan saya tidak membuat saya
terganggu”, sebanyak 14,29% responden menyatakan sangat setuju, 41,07%
responden menyatakan setuju, 37,5% responden menyatakan kurang setuju,
dan 7,14 % responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian karyawan menyatakan kondisi pencahayaan ruang kerja sudah baik
dan mampu berkonsentrasi mereka dalam melakukan pekerjaan.
7) Pada pernyataan ketujuh, “Saya memiliki hubungan yang baik dengan sesama
karyawan” sebanyak 17,86% responden menyatakan sangat setuju, 35,71%
responden menyatakan setuju, 28,57% responden menyatakan kurang setuju,
7,14% responden menyatakan tidak setuju, dan 10,71% responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan dapat menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja lainnya.
8) Pada pernyataan kedelapan,“Saya tidak merasa kesal apabila terjadi perbedaan
pendapat dengan atasan”, sebanyak 16,07% responden menyatakan sangat
setuju, 51,79% responden menyatakan setuju 26,79% responden menyatakan
menunjukkan bahwa sebagian karyawan memiliki sifat yang dewasa dalam
berargumentasi dengan atasan.
9) Pada pernyataan kesembilan, “Saya mendapat pengakuan atas prestasi kerja
dari atasan” sebanyak 8,93% responden menyatakan sangat setuju, 48,21%
responden menyatakan setuju,37,5% responden menyatakan kurang
setuju1,79% responden menyatakan tidak setuju, dan 3,57% responden
menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan mendapatkan pengakuan dari
pimpinan atas prestasi kerja yang telah dicapai.
10)Pada pernyataan kesepuluh,“Rekan kerja saya saling terbuka jika ada masalah
yang dihadapi.”, sebanyak 14,29% responden menyatakan sangat setuju,
42,86% responden menyatakan setuju, 14,29% responden menyatakan kurang
setuju dan 7,14% responden menyatakan tidak setuju.Hal ini menunjukkan
bahwa adanya kedekatan hubungan pada sebagian karyawan dengan sesama
karyawan ataupun terhadap atasan sehingga permasalahan kerja dapat diatasi
secara bersama sama.
3. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Karyawan
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kinerja Karyawan
Pertanyaan STS TS KS S SS Total Total
f % F % f % f % f % f %
Pertanyaan STS TS KS S SS Total Total
f % F % f % f % f % f %
y18 1 1.79 3 5,36 9 16,07 29 51,79 14 25 56 100 y19 1 1,79 3 5,36 18 32,14 24 42,86 10 17,86 56 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
1) Pada pernyataan pertama,“Saya memiliki kemampuan bekerjasama dalam
tim”, sebanyak 8,93% responden menyatakan sangat setuju, 33,93%
responden menyatakan setuju, 37,5% responden menyatakan kurang setuju,
17,866% responden menyatakan tidak setuju, 1,79% responden menyatakan
sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan mampu
bekerja sama dengan karyawan lain dalam menyelesaikan pekerjaan.
2) Pada pernyataan kedua, “Saya dapat menentukan langkah yang tepat dalam
pekerjaan yang rumit.”, sebanyak 41,07% responden menyatakan sangat
setuju, 42,86% responden menyatakan setuju, dan 14,29% responden
menyatakan kurang setuju, 1,79% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan memiliki kemampuan manajemen
yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan.
3) Pada pernyataan ketiga, “Hasil kerja saya tidak pernah ditolak oleh atasan
saya.”, sebanyak 32,14% responden menyatakan sangat setuju, 50%
menyatakan setuju, dan 12,5% responden menyatakan kurang setuju, 3,57%
responden menyatakan tidak setuju, 1,79% responden menyatakan kurang
setujuHal ini menunjukkan bahwa sebagian karyawan mampu menyelesaikan
pekerjaan sesuai aturan yang berlaku di perusahaan.
4) Pada pernyataan keempat, “Karyawanselalu tepat waktudan cepat dalam
pengaduan”, sebanyak 23,21% responden menyatakan sangat setuju, 42,86%
responden menyatakan setuju, 25% responden menyatakan kurang
setuju,7,14% responden menyatakan tidak setuju, 1,79% responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan mampu melayani proses berkas nasabah dengan tepat waktu.
5) Pada pernyataan kelima, “Saya mampu menyelesaikan pekerjaan yang sudah
ditetapkan oleh perusahaan.”, sebanyak 14,29% responden menyatakan
sangat setuju, 23.21% responden menyatakan setuju, 42,86% responden
menyatakan kurang setuju, 14,29% responden menyatakan tidak setuju,
5,36% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian karyawan mampu bertanggung jawab dengan pekerjaan atau
target yang diberikan perusahaan kepada para karyawan.
6) Pada pernyataan keenam, “Saya berusaha bekerja secara efisien dengan
memanfaatkan waktu kerja yang tersedia”, sebanyak 14,29% responden
menyatakan sangat setuju, 28,57% responden menyatakan setuju, 37,5%
responden menyatakan kurang setuju, 14,29% responden menyatakan tidak
setuju, 5,36% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian karyawan mampu memanajemen pekerjaan
dengan baik sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara efisien.
7) Pada pernyataan ketujuh, “Saya mampu menyelesaikan tugas tepat waktu
sesuai dengan ketentuan” sebanyak 19,64% responden menyatakan sangat
responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian karyawan menaati atau disiplin terhadap batas waktu pekerjaan yang
diberikan.
8) Pada pernyataan kedelapan,“Saya tidak menunda pekerjaan yang telah
diberikan”, sebanyak 25% responden menyatakan sangat setuju, 51,79%
responden menyatakan setuju, dan 16,07% responden menyatakan kurang
setuju,5,36% responden menyatakan tidak setuju, 1,79% responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
karyawan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan tidak menunda pekerjaan
lain.
9) Pada pernyataan kesembilan, “Selama ini pelaksanaan pekerjaan saya telah
memenuhi target yang ditetapkan oleh pimpinan.” sebanyak 17,86%
responden menyatakan sangat setuju, 42,86% responden menyatakan setuju,
dan 32,14% responden menyatakan kurang setuju, 5,36% responden
menyatakan tidak setuju, 1,79% responden menyatakan sangat tidak setuju.
Hal ini menunjukkan sebagian karyawan mampu mencapai target yang
diberikan oleh pimpinan.
4.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah suatu model layak atau
tidak layak digunakan dalam penelitian.Uji asumsi klasik adalah persyaratan
statistik yang harus dipenuhi pada regresi liner berganda. Uji Asumsi Klasik yang
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti
atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%
maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed)diatas, nilai signifikan 5% artinya variabel
residual berdistribusi normal (Situmorang dan Lufti, 2012:100)
Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik
histrogram dan grafik normal plot yang membandingkan antara dua absorvasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal :
a. Pendekatan Histogram
Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa variabel berdistribusi
normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak
b. Pendekatan Grafik
Gambar 4.2
Plot Uji Normalitas
Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada scatter plotterlihat titik yang
mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa residual
peneliti normal. Namun untuk lebih memastikan bahwa di sepanjang garis
diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov(K-S).
c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov
Tabel. 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.49675078 Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .047
Negative -.112
Kolmogorov-Smirnov Z .839
Asymp. Sig. (2-tailed) .482
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah
0.482 dan diatas nilai signifiksn (0,05) atau 5%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel residual berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknnya
gejala multikolinearitas pada data dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance
value dan Varians Inflation factor (VIF). Dengan kriteria sebagai berikut :
1. Apabila VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan Multikolinearitas.
2. Apabila VIF < dari 5 maka tidak terdapat Multikolinearitas.
3. Apabila tolerance< 0,1 maka diduga terdapat multikolinearitas
4. Apabila tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.
Tabel 4.9
Uji Nilai Tolerance dan VIF
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Stres Kerja .682 1.467 Lingkungan
Kerja
.682 1.467
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas (stres
kerja dan lingkungan kerja) adalah lebih besar dari nilai ketetapan 0,1 dan nilai
VIF semua variabel bebas (stres kerja dan lingkungan kerja) adalah lebih kecil
dari nilai ketetapan 5. Oleh karna itu, data dalam penelitian ini dikatakan tidak
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y,
dan ZPRED pada sumbu X.(Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field
(2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola
tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Scatterplot Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
layak dipakai untuk memprediksi kinerja berdasarkan masukan variabel stres kerja
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa
besar pengaruh variabel bebas (stres kerja dan lingkungan kerja) terhadap variabel
terikat (kinerja). Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan
pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu program SPSS.
Berdasarkan pengujian menggunakan SPSS, maka hasil persamaan regresi
linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10 :
Tabel 4.10
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Pada kolom kedua (unstandardized Coefficients) bagian B diperoleh nilai
b1 variabel stres kerja sebesar – 0,386 nilai b2 dan variabel lingkungan kerja
sebesar 0,492 dan nilai konstanta (a) adalah 25,849 maka diperoleh persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = α + β1X1 +β2X2+ ε
Dimana :
Y = Kinerja
X1 = Stres Kerja
β1, β2 = Koefisien regresi
ε = Standar eror
Y = 25,849 - 0,386 X1 + 0,492 X2 + ε
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Konstanta (α) = 25,849 ini menunjukkan bahwa jika variabel stres kerja dan
lingkungan kerja dianggap konstan maka variabel kinerja akan bernilai 25,849
2. Koefisien β1 (X1) = - 0,386 menunjukkan bahwa jika stres kerja meningkat
maka kinerja akan menurun.
3. Koefisien β2 (X2) = 0,492 menunjukkan bahwa jika variabel lingkungan kerja
semakin baik maka kinerja akan meningkat.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) bertujuan untuk melihat bagaimana
pengaruh variabel bebas (stres kerja dan lingkungan kerja) secara simultan
terhadap variabel terikat (kinerja).
Tabel 4.11
Hasil Uji F Signifikansi Simultan (UJI-F) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 769.572 2 384.786 18.337 .000a
Residual 1112.142 53 20.984
Total 1881.714 55
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja, Stres Kerja b. Dependent Variable: Kinerja
Tabel 4.12 diatas mengungkapkan bahwa nilai F-hitung adalah 18,337
dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan F-tabel pada tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05) adalah 3,171. Oleh karena itu pada kedua perhitungan yaitu F
-hitung > F-tabel dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05 menunjukan bahwa
pengaruh variabel bebas (stre kerja dan lingkungan kerja) secara serempak adalah
signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama
Medan, artinya variabel lingkungan kerja dan stres kerja dapat saling mendukung
dalam mempengaruhi kinerja karyawan.
4.5.2 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa
besar kontribusi variabel bebas (stres kerja dan lingkungan kerja) terhadap
variabel terikat (kinerja kerja). Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai
satu (0 ≤ R2
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Kerja, Stres Kerja b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa :
1. Nilai R sebesar 0.640 sama dengan 64 % berarti hubungan antara variabelstres
kerja dan lingkungan kerjaterhadap kinerja karyawan PT. Taspen (Persero)
2. Nilai Adjusted R Square0.387 berarti 38,7% kinerja PT. Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan dapat di jelaskan oleh variabelstres kerja dan
lingkungan kerja. Sedangkan sisanya 61,3% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
selain yang diteliti dalam penelitian ini seperti kompensasi, pengembangan
karir dan sebagainya.
4.5.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah stres kerja dan
lingkungan kerjasecara parsial berpengaruh signifikan terhadapkaryawan PT.
Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan.
Tabel 4.13
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficientsa
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa :
1. Variabel stres kerja berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap
kinerja, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,012) lebi besar dari 0,05 dan
t-hitung (2,591) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,0057), artinya penurunan
kinerja pada karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan
dapat dipengaruhi oleh meningkatnya stress kerja pada karyawan.
2. Variabel lingkungan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
t-hitung (3,057) lebih besar dibandingkan t-tabel (2,0057) artinya peningkatan
kinerja pada karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan
dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang baik.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Sedarmayanti (2011:76) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu
kondisi berupa kelebihan tuntutan dan tekanan dari pimpinan yang menciptakan
adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir, dan kondisi seorang karyawan. Menurut Robbins (2008:321) stres
sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan,
ketegangan, panik, perasaan gemuruh, kemurungan dan hilang daya. Menurut
Mangkunegara (2009:157) stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami
karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari gejala, antara
lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,
merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah
meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.
Berdasarkan Uji-t variabel stres kerja secara parsial berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan karyawan PT. Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan. Pernyataan mengenai variabel stress kerja yang
mendapatkan respon cenderung tidak setuju yang paling dominan (89,29%
responden) adalah “Belakangan ini, saya tidak mengalami gangguan kesehatan.”
kapasitas atau kemampuan mereka maka menimbulkan stres terhadap pekerjaan
dan dapat menggangu kesehatan jasmani dan rohani responden misalnya sakit
kepala, jenuh terhadap pekerjaan, dan susah tidur. Stress kerja dapat menggangu
aktivitas karyawan dalam menjalankan pekerjaanya sehingga dapat menurunkan
kinerja karyawan. Selain itu peneliti juga mendapati fakta bahwa beban kerja
berlebihan yang diberikan perusahaan kepada karyawan dengan waktu yang
diberikan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut secara singkat. Tidak adanya
tanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan oleh atasan, sehingga
tugas tersebut dibebankan terhadap karyawan lainnya. Karyawan sering menunda
pekerjaan sehingga mengakibatkan para peserta banyak yang complain.Selain itu
karyawan juga harus menyelesaikan pekerjaan yang bersifat mendesak seperti
pada saat mengerjakan tugas-tugas baru yang diberikan pimpinan. Dan seringnya
tidak sependapat dengan karyawan menjadi salah satu penyebab timbulnya Stres
kerja.
Hasil penelitian ini didukung oleh Mayuli (2012), Jahanian (2012) dan
Peni Tunjung Sari (2011) yang menyatakan stres kerja memiliki hubungan negatif
terhadap kinerja karyawan.
4.6.2 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Lussier (dalam Nawawi, 2003:293) mengartikan bahwa lingkungan kerja
adalah kualitas internal organisasi yang relatif berlangsung terus menerus yang
dirasakan oleh anggotanya. Sofyan Cikmat (dalam Nawawi, 2003:292)
dapat diukur berdasarkan persepsi bersama dari para anggota organisasi yang
hidup dan bekerja sama dalam suatu organisasi.
Berdasarkan Uji-t variabel lingkungan kerja secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan karyawan PT. Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan. Pernyataan mengenai variabel lingkungan kerja
yang mendapatkan respon cenderung setuju yang paling dominan (67,85%
responden) adalah “Penataan ruang kerja saya rapi.”Hal ini menunjukan bahwa
sebagian responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh
perusahaan seperti peralatan kantor, suhu ruangan dan kebersihan ruangan sudah
baik dan dapat menunjang mereka dalam menjalankan aktivitas pekerjaan.
Menurut Ishak dan Tanjung (2003:20), manfaat lingkungan kerja adalah
menciptakan gairah kerja, sehingga ketika gairah kerja itu muncul maka
diharapkan kinerja karyawan akan meningkat.
Hasil penelitian ini didukung oleh Nela Bambang (2014), Quareshi (2013)
dan Potu (2013) yang menyatakan lingkungan kerja memiliki hubungan positif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Stress kerja dan lingkungan kerja secara serempak berpengaruhsignifikan
terhadap kinerja karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Utama Medan.
2. Stres kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.
Sedangkan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja.
3. Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R) menunjukkan bahwa
hubungan antar variabel stres kerja dan variabel lingkungan kerja memiliki
hubungan yang erat terhadap kinerja karyawan karyawan PT. Taspen (Persero)
Kantor Cabang Utama Medan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diberikan saran sebagai
berikut :
1. Variabel Stres Kerja
Diharapkan kepada responden yang merupakan karyawan PT. Taspen
(Persero) Kantor Cabang Utama Medan untuk dapat meningkatkan prefesionalitas
dalam bekerja seperti membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan,
pengetahuan dan sikap agar karyawan memiliki modal yang baik untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik Kepada pimpinan perusahaan juga
diharapkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap karyawannya seperti
memberikan pelatihan dan pengembangan, memberikan beban pekerjaan yang
sama rata terhadap karyawannya dan sesuai dengan tupoksi yang dimiliki,
memberikan kompensasi yang sesuai sehingga stress terhadap pekerjaan yang
dialami oleh karyawan dapat diturunkan sehingga karyawan dapat berkonsentrasi
terhadap pekerjaannya dan diharpkankan kinerja setiap karyawan akan meningkat.
2. Variabel Lingkungan Kerja
Diharapkan kepada pihak perusahaan untuk dapat menciptakan lingkungan
kerja yang semakin baik yang dapat membantu segala aktifitas para pekerjaanya
sperti suasana kerja yang bersih dan nyaman, pengadaan alat-alat kantor yang
diperbaharui dalam setiap periode tertentu, hubungan antar karyawan dan
hubungan karyawan terhadap atasan yang terjalin dengan baik sehingga diharpkan
dengan semakin meningkatnya lingkungan kerja yang baik akan mendorong
meningkatnya kinerja karyawan. Kepada karyawan PT. Taspen (Persero) Kantor
Cabang Utama Medan diharapkan untuk dapat menjaga kebersihan dan ketertiban
lingkungan pekerjaan seperti membuang sampah pada tempatnya dan mematuhi
segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas untuk mengukur kinerja
budaya organisasi, pengembangan karir, kompensasi dan variabel lainnya yang
juga relevan yang memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan karyawan PT.