• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Data

2. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan pengujian data, hasil regresi berganda untuk menguji pengaruh corporate governance, dalam hal ini kepemilikan ukuran direksi (DIR), ukuran dewan komisaris (BOD), komite audit (AUDCOM), komite pemantau resiko (RISCOM), komite remunerasi dan nominasi (RENCOM) terhadap kinerja perusahaan, ditunjukkan pada tabel berikut: commit to user

Tabel IV.5

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Regresi thitung Signifikansi Konstanta DIR BOD AUDCOM RISCOM RENCOM 4,256 0,003 -0,378 0,094 0,025 -0,070 0,018 -3,127 0,631 1,767 -3,355 0,986 0,003 0,531 0,084 0,002 F hitung F Prob R2 Adjusted R2 5,262 0,001 0,354 0,287 Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel IV.5, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: ROA = 4,256+0,003DIR-0,378BOD +0,094 AUDCOM

-0,025RISCOM –0,070RENCOM

a. Konstanta sebesar 4,256 menunjukkan bahwa jika faktor, DIR, BOD, AUDCOM, RISCOM, RENCOM konstan maka besarnya kinerja Bank Pembangunan Daerah sebesar 4,256.

b. Koefisien regresi DIR(b1) bernilai positif yaitu 0,003 hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi mempunyai pengaruh positifterhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah.

c. Koefisien regresi BOD (b2) bernilai negatif yaitu 0,003, hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris independen mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah.

d. Koefisien regresi AUDCOM (b4) bernilai positif yaitu 0,094, hal ini menunjukkan bahwa komite audit mempunyai pengaruh positif commit to user

terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah.

e. Koefisien regresi RISCOM (b4) bernilai positif yaitu 0,025, hal ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah rapat komite pemantau resiko mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah.

f. Koefisien regresi RENCOM (b5) bernilai negatif yaitu -0,070, hal ini menunjukkan bahwa jumlah rapat komite pemantau remunerasi dan nominasi mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah, artinya semakin banyak rapat komite remunerasi dan nominasi akan menurunkan kinerja Bank Pembangunan Daerah.

b. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individu. Pengujian regresi digunakan pengujian dua arah (two tailed test) dengan menggunakan α

= 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah sebesar 95%. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel IV.7 Hasil uji t

Variabel t-hitung Sign t-tabel Kesimpulan DIR BOD AUDCOM RISCOM RENCOM 0,018 -3,127 0,631 1,767 -3,355 0,986 0,003 0,531 0,084 0,002 1,960 1,960 1,960 1,960 1,960 Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Signifikan Signifikan

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel BOD dan RENCOM mempunyai signifikansi dibawah 0,05, hal ini berarti BOD dan RENCOM berpengaruh signifikan terhadap Kinerja perusahaan pada taraf signifikansi 5%. Nilai t hitung RISCOM mempunyai signifikansi lebih kecil dari 0,10, ini berarti RISCOM berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pada taraf signifikansi 10%. Sedangkan nilai t hitung DIRdan AUDCOM mempunyai signifikansi lebih besar dari 0,10, ini berarti DIR dan AUDCOM tidak berpengaruh signifikan terhadap Bank Pembangunan Daerah.

c. Uji F

Uji F adalah untuk menguji ketepatan model regresi, apakah ukuran direksi (DIR), ukuran dewan komisarisindependen (BOD), komite auditor independen (AUDCOM), komite pemantau resiko (RISCOM), komite remunerasi dan nominasi (RENCOM) sudah tepat dalam mengukur kinerja perusahaan (ROA). Berdasarkan data yang diolah bahwa nilai Fhitungcommit to user (5,262) dengan signifikansi 0,001 lebih kecil

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya ada pengaruh yang signifikan dari ukuran direksi (DIR), ukuran dewan komisaris (BOD), komite audit (AUDCOM), komite pemantau resiko (RISCOM), komite remunerasi dan nominasi (RENCOM) secara bersama-sama terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen sudah tepat dalam mengukur variabel dependennya sehingga model regresi sudah fit.

d. Koefisien Determinasi (R2)

Hasil perhitungan untuk nilai R2 dengan bantuan program SPSS, dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi yang disesuaikan atau adj R2 sebesar 0,287. Hal ini berarti 28,7% variasi perubahan kinerja Bank Pembangunan Daerah dijelaskan oleh variasi ukuran direksi (DIR), ukuran dewan komisaris (BOD), komite audit (AUDCOM), komite pemantau resiko (RISCOM), komite remunerasi dan nominasi (RENCOM). Sementara sisanya sebesar 71,3% diterangkan oleh faktor lain yang tidak ikut terobservasi.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Kinerja perusahaan.

Dewan direksi merupakan bagian corporate yang penting, karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer dapat mengikuti kepentingan dewan. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap kinerja perusahaan. Berarti hipotesis pertama yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan, tidak terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan oleh probabilitas t hitung sebesar 0,986di atas 0,05. Ujung tombak dari efektivitas serta efisiensi perusahaan bergantung pada mekanisme pengelolaan manajemen perusahaan yang menjadi tugas dari direksi. Baik atau buruknya kinerja akan bergantung pada kemampuan dewan direksi sebagai resource perusahaan secara lebih baik. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence

(Alexander, Fernell, Halporn, 1993; Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994; Mintzberg, 1983). Sesuai dengan sudut pandang resources dependence

adalah bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewan direksi untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik (Dalton et al, 1999). Pada Bank Pembangunan Daerah rata-rata jumlah direksi sebesar 4 orang, hal ini menunjukkan bahwa jumlah direksi di Bank Pembangunan Daerah masih kurang. Hasil ini memberikan suatu gambaran bahwa dalam mengurangi konflik kepentingan, ukuran dan jumlah dewan direksi belum mampu mengurangi permasalahan dalam teori keagenan serta belum mampu membatasi controlling owner untuk mengeksploitasi kepentingan

non controlling owner (Suranta dan Mahfoedz, 2003). Bennedsen (2002)

juga berargumen bahwa suatu perusahaan akan mempunyai dua motif utama untuk memiliki dewan direksi, yaitu motif governance (penciptaan nilai perusahaan) dan motif distribusi (membatasi kepentingan controlling

owner). Pfeffer & Salancik (1978) menjelaskan bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas jumlah dewan direksi yang dimiliki BPD di Indonesia belum memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja BPD. 2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja perusahaan

Salah satu permasalahan dalam penerapan CG adalah adanya CEO yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris. Padahal fungsi dari dewan komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Efektivitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat indepedensi dari dewan komisaris tersebut (Lorsch, 1989; Mizruchi, 1983; Zahra & Pearce, 1989).

Karakteristik dewan komisaris secara umum dan khususnya ukuran dewan komisaris dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba, hal ini dikarenakan peranan ukuran dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Sehingga ukuran dewan komisaris yang terdiri banyaknya anggota dewan komisaris perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi kemungkinan manajemen melakukan manajemen laba, jika manajemen tidak melakukan manajemen

laba berarti kontrol terhadap kinerja perusahaan juga semakin baik, hal ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh negative dan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi dewan komisaris independen cenderung akan semakin mengurangi kinerja perusahaan. Pengaruh negative ini dapat disebabkan oleh kecenderungan bahwa semakin tinggi representasi dewan dalam (insider board) maka keterlibatan direksi dalam pengambilan keputusan yang strategis akan semakin rendah, sehingga akan mengurangi kinerja dari dewan direksi dan berpengaruh kepada kinerja perusahaan.

3. Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja perusahaan

Keberadaan Komite Audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya Komite Audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam penerapan Good Corporate Governance. Wedari dalam Siregar dan Sidharta Utama (2006) menemukan bahwa akrual diskresioner pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada perusahaan yang mempunyai komite audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh positif menunjukkan semakin banyak anggota komite audit, akan semakin meningkatkan

kinerja perusahaan yang dilakukan perusahaan. Tidak signifikannya komite audit bisa disebabkan kurang efektifnya fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit. Adanya komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena dapat menekan terjadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi yang sering dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia, sebaliknya jika pengawasan yang dilakukan kurang efektif akan meningkatkan penyimpangan-penyimpangan akuntansi sehingga berpengaruh pada kinerja perusahaan.

4. Pengaruh Komite Pemantau Resiko Terhadap Kinerja Perusahaan

Komite Pemantau Risiko melakukan penyempurnaan kebijakan dan pedoman pengelolaan risiko agar dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan bisnis bank BPD. Berkaitan dengan tugas pemantauan pelaksanaan tugas SKMR, Komite Pemantau Risiko telah mengevaluasi laporan Profil Risiko Bank, meliputi risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kepatuhan.

Komite Pemantau Risiko bekerja berdasarkan program kerja tahunan yang disusun dan disetujui Dewan Komisaris, diantaranya kegiatan pemantauan risiko bulanan, triwulanan dan tahunan, serta

kegiatan yang tidak ditetapkan waktu pelaksanaannya seperti kegiatan peningkatan kapabilitas ketua dan anggota Komite Pemantau Risiko. Komite Pemantau Risiko melaksanakan rapat mingguan yang merupakan rapat internal KPR, rapat koordinasi dengan Divisi Manajemen Risiko, Komite Audit, atau rapat gabungan dengan bagian lain sesuai program kerja dan kebutuhan. Adanya pemantau resiko berdampak pada kinerja bank terutama pada kegiatan evaluasi atau rapat-rapat yang memberikan rekomendasi kepada direksi dalam pengambilan keputusan bisnis sehingga dapat meminimalisir resiko yang terjadi di bank. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rapat pemantau resiko berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja bank. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin banyak rapat atau evaluasi yang dilakukan akan semakin meningkatkan kinerja bank.

5. Pengaruh Komite Remunerasi dan Nominasi Terhadap Kinerja Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance yang telah dituangkan dalam program kerja

Komite, secara garis besar Komite Remunerasi dan Nominasi mempunyai tugas dan tanggung jawab terkait remunerasi dan nominasi dan tugas lainnya seperti melakukan evaluasi atas pelaporan kebijakan SDM dan memberikan saran untuk perbaikan atau peningkatannya dan melakukan

self assessment dalam pelaksanaan tugasnya serta melaksanakan tugas

khusus yang diberikan Dewan Komisaris. Komite remunerasi dan nominasi sangat penting bagi bisnis perbankan, hal berkaitan dengan

kebijakan SDM dan kesejahteraan SDM yang dimiliki perbankan. Rekomendasi yang diberikan oleh komite remunerasi dan nominasi berdasarkan hasil rapat-rapat yang dilakukannya. Jika rapat memberikan rekomendasi yang baik terhadap perbaikan kualitas SDM yang dimiliki Bank akan semakin meningkatkan kinerja Bank. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rapat yang dilakukan oleh komite remunerasi dan nominasi berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja bank. Pengaruh negative menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang dilakukan akan berdampak negative pada kinerja bank. Hal ini dapat disebabkan rapat-rapat yang dilakukan oleh komite remunerasi dan nominasi belum dapat meningkatkan kinerja perbankan atau rekomendasi yang diberikan belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh direksi perbankan, sehingga rekomendasi tidak berjalan secara efektif.

69 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jumlah dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

2. Jumlah dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

3. Komite audit independentidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

4. Komite pemantau resiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

5. Komite renumerasi dan nomisai berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.

Dokumen terkait