• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian .1 Uji Asumsi Klasik .1 Uji Asumsi Klasik

4.2.4 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Serempak (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

a). H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, dan Maturitastidak bepengaruh secara signifikan terhadap Peringkat Sukuk terhadap Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b). H1 : Minimal satu bi ≠ 0, artinya minimal ada satu pengaruh variabel

independen (Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, dan Maturitas) yang berpengaruh terhadap Peringkat Sukuk Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan menggunakan tingkatan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0

diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu: a). H0 diterima jika Fhitung<Ftabelpada α = 5 %

b). H1 diterima jika Fhitung> Ftabelpada α = 5%

Tabel 4.7

Hasil Uji Statistik F (Serempak)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 233.514 4 58.379 13.298 .000b

Residual 285.357 65 4.390

Total 518.871 69

a. Dependent Variable: PeringkatSukuk

b. Predictors: (Constant), Maturitas, DER, ROA, CR

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Dari hasil uji statistik F pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai sig. 0,00 (lebih kecil dari 0,05), dan Fhitung 13,298 > Ftabel 2,52 sehingga dapat dinyatakan H0

ROA, CR, dan maturitas berpengaruh serempak terhadap variabel terikat yaitu peringkat sukuk.

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap variabel terikat: a. H0 : bi = 0, artinya Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, dan Maturitassecara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Peringkat Sukuk Perusahaan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. H1 : bi ≠ 0, artinya Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Current Ratio, dan Maturitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Sukuk Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.t > 0,05 H0

diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika sig.t <0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signfikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:

a). Jika Sig < 0,05 dan thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima b). Jika Sig > 0,05 dan thitung< ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Tabel 4.8

Hasil Uji Statistik t (Parsial)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta 1 (Constant) 23.533 .980 24.013 .000 DER -.682 .167 -.393 -4.088 .000 ROA -.614 .109 -.620 -5.646 .000 CR .003 .007 .054 .488 .627 Maturitas .015 .098 .015 .153 .879

a. Dependent Variable: PeringkatSukuk

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Dari hasil uji parsial (uji t) pada Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa:

1. Variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan (0,000 < 0,05) dan juga terlihat dari nilai thitung -4,088 > ttabel 1,670 secara parsial terhadap peringkat sukuk.

2. Variabel ROA berpengaruh negatif dan signifikan (0,000 < 0,05) dan juga terlihat dari nilai thitung -5,646 > ttabel 1,670 secara parsial terhadap peringkat sukuk.

3. Variabel CR berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,627 < 0,05) dan juga terlihat dari nilai thitung 0,003 < ttabel 1,670 secara parsial terhadap peringkat sukuk.

4. Variabel Maturitas berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,879 > 0,05) dan juga terlihat dari nilai thitung -0,15 < ttabel 1,670 secara parsial terhadap peringat sukuk.

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable).Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan

oleh variabel bebas).Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka

semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 4.9

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .671a .450 .416 2.09526

a. Predictors: (Constant), Maturitas, DER, ROA, CR b. Dependent Variable: PeringkatSukuk

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) 0,671 atau 67,1% yang berarti korelasi atau hubungan peringkat sukuk dengan variabel bebasnya yaitu DER, ROA, CR, dan Maturitas adalah erat. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0,642. Hal ini berarti variabel DER, ROA, CR, dan Maturitas mampu menjelaskan peringkat sukuk sebesar 67,1%,

sedangkan sisanya 32,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan pengujian secara simultan diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 13,298 dengan nilai signifikansi 0,000 dan dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), current Asset (CR), dan maturitas secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1. Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap Peringkat Sukuk

Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat sukuk Pada Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan juga terlihat dari nilai thitung> ttabel (-4,088 > 1,670). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Herwidy (2006) bahwa semakin tinggi debt to equity ratio maka peringkat sukuk semakin rendah. Berikut perbandingan perusahaan yang memiliki DER tertinggi dan terendah:

Tabel 4.10

Perusahaan yang Memiliki DER (Debt to Equity Ratio) Tertinggi

Kode Nama Sukuk DER (Debt To

Equity Ratio) Peringkat Sukuk ADR (2014) SukukMudharabah blkt I Adira Tahap I Tahun 2013 Seri A

7,35 AA+(sy)

Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2013 Seri B

7,35 AA+(sy)

Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2013 Seri C

7,35 AA+(sy)

ADHI

(2012) Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2014 Seri A

5,80 A-(sy)

Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2014 Seri B

5,80 A-(sy)

Pada table 4.10 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki hutang tertinggi pada penelitian ini adalah PT Adira Dinamika Multifinance Tbk dan PT Adhi Karya Tbk. Dalam kinerja keuangan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk dilihat dari total debt to equity ratio selama tahun 2014 dinilai kurang baik karena jumlah kekayaan bersih jauh lebih kecil dari jumlah kewajiban yang dimiliki perusahaan. Hal ini dikarenakan seiring perlambatan ekonomi yang dimana pasar mobil juga tidak tumbuh signifikan, sejalan dengan prediksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang pada tahun 2014 hanya terjual sekitar 1,2 juta unit atau lebih rendah dibandingkan tahun 2013. Perseroan menargetkan pembiayaan mobil pada tahun 2014, cukup tinggi, tetapi hanya terealisasi sekitar 87% dari target. Pada perusahaan Adhi Karya Tbk Secara umum nilai debt to equity ratio pada perusahaan konstruksi ini meningkat dari kuartal 1 ke kuartal 2. Dalam hal DER terlihat konsisten memilih proyek dengan

term of payment yang kurang baik, hal ini mengingat perusahaan tersebut tidak murni perusahaan konstruksi, maka membutuhkan pembiyaan yang tinggi.

Tabel 4.11

Perusahaan yang Memiliki DER (Debt to Equity Ratio) Terendah

Kode Nama Sukuk

DER (Debt To Equity Ratio) Peringkat Sukuk MYOR (2014)

Sukuk Mudharabah II Mayora Indah tahun 2012

0,89 AA+(sy)

ISAT (2012)

Sukuk Ijarah Indosat III Tahun 2008

1,85 AA+(sy)

Sukuk Ijarah Indosat VI Tahun

2009 Seri A 1,85

AA+(sy)

Sukuk Ijarah Indosat VI tahun

2009 Seri B 1,85 AA+(sy)

Sukuk Ijarah Indosat V tahun 2012 1,85 AA+(sy)

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki hutang terendah adalah PT Mayora Indah Tbk dan PT Indosat Tbk. Produk pada PT Mayora Indah Tbk dikonsumsi oleh semua kelompok umur, dari semua golongan, mulai daerah perkotaan hingga ke pelosok-pelosok daerah. Penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan produk berkwalitas internasional yang dihasilkan oleh Perseroan memungkinkan Perseroan memperbesar volume eksport setiap tahunnya. Maka dari itu tidak akan ada kesulitan bagi Perseroan untuk memenuhi kewajiban membayar hutangnya pada saat jatuh tempo karena Perseroan masih memiliki kas dan setara kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban saat jatuh tempo, dengan memiliki liabilitas

yang tinggi perusahaan mampu membayar hutang-hutang jangka panjang dan pendeknya. Pada PT Indosat Tbk, pada tahun 2012 teerjadi penurunan laba bersih namun meminimalkan peminjaman hutang ke luar perusahaan namun membentuk akuisisi ke beberapa perusahaan dan menjual asset perusahaan untuk menunjang kinerja perusahaan.

2. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Peringkat Sukuk

Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peringkat sukuk Pada Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan juga terlihat dari nilai thitung < ttabel (5,646 > 1,670). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Pandu utama (2012), namun tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Manurung etal.,2009). Bahwa semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki maka penerbit sukuk dikelompokkan

pada ketegori peringkat investasi (investment grade).Berikut perbandingan

Tabel 4.12

Perusahaan yang Memiliki ROA (Rerurn on Asset) Tertinggi

Kode Nama Sukuk

ROA (Rerurn on Asset) Peringkat Sukuk BBMI (2014)

Sukuk Subordinasi Mudharabah I Tahap II Bank MuamalatTahun 2008

12,10 A(sy)

Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I TahapI Bank

MuamalatTahun 2012

12,10 A(sy)

Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I Tahap II Bank

MuamalatTahun 2013

12,10 A(sy)

AGII (2013)

Sukuk Ijarah Aneka Gas Indusri I Tahun 2008

10,85 AAA(sy)

Sukuk Ijarah Aneka Gas Indusri II Tahun 2012

10,85 AAA(sy)

Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa PT Bank Muamalat Indonesia memiliki peringkat tertinggi pada return on asset, hal ini berdasarkan dari aset Bank Muamalat tumbuh hampir tiga kali lipat hingga akhir 2014. Pertumbuhan aset ini membawa dampak positif pada posisi market share Bank Muamalat dalam industri perbankan syariah di Indonesia. Masih pada periode yang sama, Bank Muamalat menguasai market share perbankan syariah sebesar 29,92% dari total market share perbankan syariah di tanah air sebesar 4,9%. Pada PT Aneka Gas Industi, naiknya penjualan pada tahun 2013 mengakibatkan return on asset pada perusahaan ini menjadi meningkat. Sementara beban umum juga ikut menurun pada tahun 2013 dari 2012 serta pendapatan lain-lain tetap stabil mengakibatkan pendapatan pada perusahaan ini juga meningkat.

Tabel 4.13

Perusahaan yang Memiliki ROA (Rerurn on Asset) Terendah

Kode Nama Sukuk

ROA (Rerurn on Asset) Peringkat Sukuk SSMM (2014)

Sukuk Ijarah Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 2,00 A(sy) ADR (2014) Sukuk Mudharabah blkt I AdiraTahapITahun 2013 Seri A 2,20 AA+(sy)

Sukuk Mudharabah blkt I AdiraTahap II Tahun 2013 Seri B

2,20 AA+(sy)

Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2013 Seri C

2,20 AA+(sy)

Sukuk Mudharabah blkt I Adira Tahap II Tahun 2014 Seri A

2,20 AA+(sy)

Pada tabel 4.13 dapat kita lihat bahwa PT sumberdaya sewatama adalah perusahaan terendah memiliki return on asset dikarenakan sedang terjadinya perkembangan perusahaan dalam bisnis perseroan. PT Sumberdaya Sewatama merupakan perusahaan ketenagalistrikan terpadu satu-satunya di Indonesia yang memiliki 4 bisnis yaitu temporary power, operation dan maintenance, energy efficiency dan independent power product. Pada PT Adira Dinamika Financial terjadi penurunan dikarenakan terjadi tekanan ekonomi di Indonesia sejak tahun 2013. Tekanan ekonomi itu merupakan harga komoditas masih melanjutkan tren penurunan yang memberikan indikasi telah berakhirnya supercycle, ditambah lagi rencana pengurangan stimulus (Quantitative Easing) oleh amerika serikatyang menimbulkan kepanikan pada perekonomian secara global dan berujung pada aliran dana asing keluar dari Indonesia. Tekanan perekonomian tersebut mempengaruhi pada neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2013 dan

mengakibatkan nilai tukar terdepresi dan inflasi melonjak yang mengakibatkan penjualan penjualan motor dan mobil menurun.

3. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Peringkat Sukuk

Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel CR berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat sukuk pada Perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan juga terlihat thitung<ttabel (7,215 < 1,670). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gitman (629:2006), yaitu semakin tinggi tingkat current rasio di suatu perusahaan, maka semakin tinggi likuiditasnya dan semakin baik pula peringkat obligasi yang diberikan kepada perusahaan tersebut. Berikut perbandingan CR perusahaan tertinggi dan terendah:

Tabel 4.14

Perusahaan yang Memiliki CR (Current Ratio) Tertinggi

Kode Nama Sukuk CR (Current

Ratio)

Peringkat Sukuk

BBMI (2014)

Sukuk Subordinasi Mudharabah I Tahap II Bank Muamalat Tahun 2008

270,30 A(sy)

Sukuk Subordinasi MudharabahBerkelanjutan I Tahap I Bank MuamalatTahun 2012

270,30 A(sy)

Sukuk Subordinasi MudharabahBerkelanjutan I

Tahap II Bank MuamalatTahun 2013 270,30 A(sy)

ADHI (2013)

Sukuk Subordinasi MudharabahBerkelanjutan I

AdhiTahap I Tahun 2012 140,20 A(sy)

Sukuk Subordinasi MudharabahBerkelanjutan I AdhiTahap I Tahun 2013

140,20 A(sy)

Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa PT Bank Muamalat Indonesia memiliki peringkat tertinggi pada current asset yang dimana return on assetnya juga paling tinggi. Hal ini berdasarkan dari aset Bank Muamalat tumbuh hampir

tiga kali lipat hingga akhir 2014. Pertumbuhan aset ini membawa dampak positif pada posisi market share Bank Muamalat dalam industri perbankan syariah di Indonesia. Masih pada periode yang sama, Bank Muamalat menguasai market share perbankan syariah sebesar 29,92% dari total market share perbankan syariah di tanah air sebesar 4,9% yang mengakibatkan perusahaan mampu membayar kembali kewajiban jangka pendeknya sebelum jatuh tempo.

Tabel 4.15

Perusahaan yang Memiliki CR (Current Ratio) Terendah

Kode Nama Sukuk CR (Current

Ratio)

Peringkat Sukuk

ISAT (2014)

Sukuk IjarahIndosat III Tahun 2008 53,60 AAA+(sy)

Sukuk IjarahIndosat VI Tahun 2009 Seri A

53,60

AAA+(sy)

Sukuk IjarahIndosat VI tahun 2009 Seri B 53,60 AAA+(sy)

Sukuk IjarahIndosat V tahun 2012 53,60 AAA+(sy)

SSMM (2014)

Sukuk IjarahSumberdayaSewatama I Tahun

2012 51,00 A(sy)

Pada 4.15 PT Indosat Tbk, pada tahun 2012 terjadi penurunan laba bersih mengakibatkan perusahaan lemah dan susah membayar kembali kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo. Current ratioPada PT Sumberdaya Sewatama paling rendah karena perusahaan sulit membayar kembali kewajibannya. Hal ini dikarenakan sedang terjadinya perkembangan perusahaan dalam bisnis perseroan. PT Sumberdaya Sewatama merupakan perusahaan ketenagalistrikan terpadu satu-satunya di Indonesia yang memiliki 4 bisnis yaitu temporary power, operation dan maintenance, energy efficiency dan independent power product.

4. Pengaruh Maturitas Terhadap Peringkat Sukuk

Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel maturitas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkatsukuk pada perusahaan penerbit sukuk di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,925 dan thitung< ttabel (-0,094< 1,6702). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Brigham et al.(2006) Semakin lama sukuk tersebut jatuh tempo maka semakin banyak resiko yang akan dialami oleh investor maka karena itu banyak investor yang memilih sukuk yang singkat jatuh temponya. Hal ini menyebabkan jika sukuk semakin lama jatuh temponya maka peringkat sukuk semakin rendah. Berikut ini perbandingan maturitas perusahaan tertinggi dan terendah:

Tabel 4.16

Perusahaan yang memiliki Maturitas Tertinggi

Kode Nama Sukuk Maturitas Peringkat

Sukuk

BBMI (2012)

Sukuk Subordinasi Mudharabah I Tahap II Bank MuamalatTahun 2008

10 A+(sy)

Sukuk Subordinasi MudharabahBerkelanjutan I Tahap I Bank MuamalatTahun 2012

10

A+(sy) Sukuk Subordinasi MudharabahBerkelanjutan I

Tahap II Bank MuamalatTahun 2013

10 A+

(sy)

PLN (2012)

Sukuk Ijarah PLN IV Tahu 2010 Seri B 9 AA+(sy)

Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri A 10 AA+(sy)

Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri B 10 AA+(sy)

Pada tabel 4.16 terlihat 2 perusahaan yang memilliki sukuk terlama yaitu PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Pembangkit Listrik Negara. Akibat sukuk yang sampai 10 tahun tersebut peringkat sukuknya rendah karena PT Pefindo tidak dapat menjamin apakah perusahaan mampu mengembalikan sukuk tersebut.

Tabel 4.17

Perusahaan yang memiliki Maturitas Terendah

Kode Nama Sukuk Maturitas Peringkat

Sukuk ADR (2014) Sukuk Mudharabah blkt I AdiraTahapITahun 2013 Seri A 1 AA+(sy) Sukuk Mudharabahblkt I AdiraTahapIITahun 2013 Seri B 1 AA+(sy)

Sukuk Ijarah PLN V Tahun 2010 Seri B 2 AA+(sy)

BSSR (2014)

Sukuk Mudharabah Bank Sulselbar I Tahun 2011

2 A(sy)

Pada tabel 4.17 terlihat 2 perusahaan yang masa waktu jatuh temponya sudah mau habis. Semakin dekat masa waktu jatuh tempo pada suatu perusahaan maka semakin baik peringkat sukuknya karena dapat dilihat bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban-kewajibannya.

BAB V

Dokumen terkait