• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROE = 2. Ukuran Perusahaan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikansi f > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan keempat variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikansi f ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Berikut Tabel 4.6 yang diperoleh dari hasil analisis data:

Tabel 4.7 Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 53.947 4 13.487 6.003 .000a

Residual 224.682 100 2.247

Total 278.629 104

a. Predictors: (Constant), LNSIZE, LNINS, LNROA, LNROE b. Dependent Variable: LNVAIC

Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan nilai nilai sig 0.00 (lebih kecil dari 0.05), sehingga dapat dinyatakan H0 ditolak (Ha diterima), artinya secara bersamaan variabel-variabel bebas yaitu ROA, ROE, ukuran perusahaan, seta kepemilikan institusional berpengaruh possitif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu VAIC

4.5.2 Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. > 0,05 H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel

terikat. Sebaliknya jika sig. < 0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

H1; bi=0 Hi; bi≠0

1. Jika thitung > ttabel (df, α/2)maka H0 ditolak atau H1 diterima 2. Jika thitung<ttabel (df, α/2) maka H0 diterima atau H1 ditolak

Tabel 4.8 Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.336 .518 4.507 .000 LNROA .206 .259 .132 2.941 .004 LNROE -.228 .236 -.149 -.963 .338 LNINS -.712 .310 -.221 -2.294 .024 LNSIZE .188 .042 .402 4.463 .000

a. Dependent Variable: LNVAIC

Sumber: data olahan SPSS, 2014

Maka hasil pengujian menurut tabel adalah sebagai berikut: Pada tingkat signifikansi (α/2)= 0.025 diperoleh ttabel = 1,98397

Hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel ROA memiliki nilai thitung (2,941) > ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,04>0,05, maka secara parsial ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap VAIC

2. Variabel ROE memiliki nilai thitung (-0,963) < ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,338>0,05, maka secara parsial ROE tidak signifikan terhadap VAIC

3. Variabel size atau ukuran perusahaan memiliki nilai thitung (4.463) > ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,00>0,05, maka secara parsial SIZE berpengaruh signifikan terhadap VAIC

4. Variabel INS atau kepemilikan institusional memiliki nilai thitung (-2,294) < ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,024<0,05, maka secara parsial INS signifikan terhadap VAIC

4.5.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variable terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple

R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.

Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Tipe hubungan antara variabel dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.9

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber: Situmorang, 2012 Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .440a .194 .161 1.49894

a. Predictors: (Constant), LNSIZE2, LNINS, LNROA, LNROE

Sumber: hasil olahan SPSS, 2014

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,44 atau 44% yang berarti bahwa hubungan antara VAIC dengan variabel bebas nya ROA, ROE, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional adalah cukup erat. Pada Tabel 4.9 telah ditunjukkan nilai R Square dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,194 yang berarti 19,4% variasi dari VAIC dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yaitu ROA, ROE, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional. Sedangkan sisanya 80,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini seperti leverage,

umur perusahaan, good coorporate governance (GCG), dan sebagainya.

Standard Error of Estimated artinya mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi. Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 1,29855. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.6 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa ROA memiliki koefisien (0,206) nilai thitung (2,491) < ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,04>0,05, maka secara parsial ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap VAIC. Dengan kata lain perusahaan industri keuangan pada Bursa Efek Indonesia telah berhasil memanfaatkan tingkat pengembalian atas total aset yang mereka miliki untuk penciptaan nilai tambah modal intelektual perusahaan tersebut.

ROA merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari asset yang dimiliki oleh perusahaan, ini juga salah satu indikator profitabilitas perusahaan. Nilai ROA yang tinggi akan membuat manajemen tidak lagi berfokus pada pencapaian tujuan jangka pendek. Usaha manajemen akan lebih difokuskan pada penciptaan dan pemeliharaan modal intelektual yang diyakini dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

Perusahaan yang mengalami profit akan fokus untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan laba, salah satunya dengan cara memotivasi karyawannya untuk terus berkarya dan berinovasi yang pada akhirnya akan meningkatkan intellectual capital perusahaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleh et al (2008), El-Bannany (2008) serta Novitasari dan Januarti (2009) dimana profitabilitas yang diukur dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap VAIC

4.6.2 Pengaruh ROE Terhadap VAIC Industri Keuangan di BEI

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa memiliki nilai thitung (-0,963) < ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,338>0,05, maka secara parsial ROE

berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap VAIC. Arah hubungan dalam penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang dikembangkan. Berdasarkan hasil ini, tingkat pengembalian atas total ekuitas tidak berpengaruh terhadap penciptaan nilai modal intelektual. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian El-Bannany (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap intellecetual capital.

Hal ini dapat disebabkan oleh komponen ekuitas itu sendiri yang terdiri dari saham maupun laba ditahan yang semuanya merupakan milik perusahaan itu sendiri, terutama pada saham. Saham yang dimiliki oleh sejumlah pihak tertentu akan memberikan wewenang bagi pemegang saham tersebut untuk turut dalam pengambilan keputusan. Bisa saja para pemegang saham ini tidak berfokus pada penciptaan nilai lagi, tetapi lebih kepada hal-hal yang bersifat sosial-politik. Sebagai implikasinya, penggunaan dana yang berasal dari saham yang merupakan ekuitas perusahaan itu sendiri menjadi tidak maksimal dalam pembentukan nilai tambah bagi perusahaan, khususnya untuk intellectual capital.

4.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap VAIC Industri Keuangan di BEI

Dari hasil penelitian ini variabel size atau ukuran perusahaan memiliki koefisien (0,188) nilai thitung (4,463) < ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,00>0,05, maka secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap VAIC. Arah hubungan dalam penelitian ini konsisten dengan hipotesis yang dikembangkan. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Novitasari dan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

Ini disebabkan perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana lebih banyak untuk diinvestasikan dalam intellectual capital, selain itu perusahaan besar lebih sering diawasi oleh kelompok stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen mengelola modal intelektual yang dimiliki. Dengan demikian, pengelolaan intellectual capital menjadi semakin optimal dan akan menghasilkan kinerja intellectual capital yang lebih tinggi.

4.6.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap VAIC Industri Keuangan di BEI

Dari hasil penelitian ini variabel INS atau kepemilikan institusional memiliki nilai thitung (-2,294) < ttabel (1,983) dengan tingkat signifikansi 0,24>0,05, maka secara parsial INS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap VAIC. Ini berarti implikasi dari pengawasan institusi berpengaruh negatif terhadap penciptaan nilai modal intelektual. Arah hubungan dalam penelitian ini tidak konsisten dengan hipotesis yang dikembangkan. Hal ini disebabkan proporsi kepemilikan institusional pada perusahaan perbankan di Indonesia yang cukup tinggi memungkinkan terjadinya masalah keagenan antara pemilik mayoritas dengan pemilik minoritas. Kekuatan voting yang semakin besar yang dimiliki oleh pemegang saham mayoritas sering kali digunakan untuk memaksa manajemen mengambil kebijakan yang nonoptimal dengan mengutamakan kepentingan

investor mayoritas dan mengabaikan pemegang saham minoritas dan pada akhirnya mengabaikan kinerja perusahaan

Dengan kata lain, investor instituional, berbeda dengan private investor

yang berupaya untuk memaksimalkan nilai atau laba, bisa saja memiliki beberapa kepentingan lain seperti kepentingan sosial politik yang berlawanan dengan tujuan memaksimalkan laba atau penciptaan nilai atas modal intelektual. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zanjirdar dan Kabiribalajadeh (2011) dan Novitasari dan Januarti (2009) dimana investor institusional menurunkan kinerja intellectual capital.

BAB V

Dokumen terkait