• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis pada bab sebelumnya, telah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis dapat dilaksanakan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan dan uji t

sampel berpasangan (Paired Sample t Test) dan uji t sampel independen (Independent Samples t Test). Uji t dilakukan digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho), sehingga diketahui Ho diterima atau tidak. Pengujian hipotesis penelitian diuraikanan sebagai berikut.

a. Perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel berpasangan (Paired Sample t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji t Sampel Berpasangan Variabel Motivasi Belajar Motivasi

Belajar

Rata- rata

Selisih t hitung t tabel Keterangan Awal 66,77

-6,03 -17,623 -2,042 Signifikan Akhir 72,81

Berdasarkan Tabel 7, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -17,623 dan t tabel sebesar -2,042 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 89.

b. Perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke antara sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel berpasangan (Paired Sample t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji t Sampel Berpasangan Variabel Prestasi Belajar Prestasi

belajar

Rata- rata

Selisih t hitung t tabel Keterangan Awal 66,87

-7,58 -10,343 -2,042 Signifikan Akhir 74,45

Berdasarkan Tabel 8, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -10,343 dan t tabel sebesar -2,042 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang signifikan antara sebelum dan

sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 90.

c. Perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel independen (Independent Samples t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Motivasi Belajar Kelas Rata-

rata Selisih t hitung t tabel Keterangan Kontrol 70,87

-1,94 -3,319 -2,000 Signifikan Eksperimen 72,81

Berdasarkan Tabel 9, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -3,319 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91.

d. Perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan konvensional. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 15.0, maka didapatkan hasil uji t sampel independen (Independent Samples t Test) seperti yang diuraikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Prestasi Belajar Kelas Rata-

rata Selisih t hitung t tabel Keterangan Kontrol 67,87

-6,58 -2,082 -2,000 Signifikan Eksperimen 74,45

Berdasarkan Tabel 10, dengan membandingkan nilai t hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar kimia

antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, waktu yang digunakan dalam pebelajaran adalah 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran). Berdasarkan analisis data awal dalam penentuan sampel diketahui bahwa nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistrubusi normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Jadi secara umum kedua kelas berangkat dari kondisi yang sama. Setelah mengetahui kondisi awal, selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan, kelas X-B sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan pendekatan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas X-A sebagai kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional.

Pelaksanaan pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen diawali dengan pembagian siswa oleh guru menjadi beberapa kelompok yang terdiri 3-4 atau 5-6 siswa. Dari LKS yang diberikan guru, secara berkelompok siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis LKS tersebut. Format belajar mengajar yang dilakukan dalam kelompok banyak mendorong guru untuk mengurangi komunikasi satu arah seperti yang nampak jelas pada metode ceramah dan itu memberikan peluang besar bagi guru untuk lebih memperhatikan siswa. Belajar dalam kelompok mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif dua arah dan banyak arah sehingga diperkirakan siswa yang belajar tersebut secara mental emosional lebih terlihat dibandingkan dengan format ceramah, guru cenderung untuk menjadi pusat proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran pada metode ini menghabiskan waktu yang cukup lama sehingga proses pembelajaran menggunakan sedikit waktu pada jam pelajaran materi lain.

Selanjutnya, siswa diberi tugas kelas mengerjakan 1 sampai 2 soal untuk dikerjakan dengan kurun waktu yang telah ditentukan oleh guru saat itu. Sebelum memberikan PR, guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan. Setelah memberikan tugas kelas, guru memberikan soal yang akan dikerjakan siswa di rumah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pekerjaan rumah

(PR) merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang menuntut siswa untuk menjawab soal-soal yang diberikan guru dan dikerjakan di tempat tinggal siswa masing-masing.

Langkah-langkah kegiatan tersebut memberi kesempatan kepada siswa kelas eksperimen untuk memahami konsep reaksi redoks secara maksimal. Dari hal tersebut setidaknya siswa mampu menyatakan berfikir dalam menemukan suatu konsep reaksi redoks dengan menyenangkan. Namun hal ini tidak terjadi pada pertemuan pertama saat penelitian. Siswa merasa bingung dan sering mengeluhkan pusing dengan metode pembelajaran yang diterapkan peneliti, namun itu sudah tidak terjadi pada pertemuan ke dua dan ketiga. Bagi beberapa siswa yang berkamampuan cukup tinggi di kelas lebih cepat memahami konsep yang disajikan dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing namun bagi sebagian besar siswa berkemampuan sedang lebih membutuhkan waktu dan penyesuaian cukup lama untuk menanamkan konsep yang disajikan melalui pendekatan tersebut. Pada pertemuan kedua dan ketiga pembelajaran pada kelas ekperimen berjalan dengan lancar dan cukup baik, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan dan siswa berinteraksi dengan baik antar siswa maupun siswa dengan guru.

Pada kelas kontrol, guru merasa kesulitan menghadapi siswa yang belum paham dengan materi, karena guru menggunakan metode ceramah. Sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi mereka. Berbeda dengan kelas eksperimen, guru sedikit lebih banyak dapat meluangkan waktu untuk mendampingi siswa/siswi yang belum paham dalam belajar karena pada kelas eksperimen menggunakan metode inkuiri terbimbing sehingga guru bisa sedikit meluangkan waktunya untuk mendampingi mereka. Dalam menghadapi siswa/siswi yang belum paham baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen guru sedikit kesulitan dalam menjelaskan konsep reaksi redoks.

Pada awal penelitian siswa kelas eksperimen merasa kebingungan dengan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang tidak biasa mereka dapatkan, hal tersebut terlihat dari respon siswa pada saat pembelajaran pertemuan pertama. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap pendekatan dan pendekatan pembelajaran baru tersebut, namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat memahami dan dapat menyesuaikan diri mengikuti pembelajaran menerapkan pendekatan inkuiri

terbimbing. Keterangan tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.

Seluruh rangkaian pelaksanaan pendekatan pembelajaran di kelas mengikuti RPP yang telah dibuat sebelumnya, dan pelaksanaannya dicek dengan lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Dari beberapa aspek yang diamati secara keseluruhan proses pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan prosedur, mulai dari kegiatan pendahuluan sampai penutupan pembelajaran. Namun waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen sering tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang membahas tentang kelemahan inkuiri terbimbing yang mengatakan bahwa metode penemuan terbimbing menggunakan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan uraian pada analisis data diatas, setelah diterapkan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen (kelas X-B) dan pendekatan konvensional pada kelompok kontrol (kelas X-A), terlihat bahwa hasil prestasi dan motivasi belajar kimia kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis statistik variabel motivasi belajar pada data tes akhir, dengan menggunakan uji t sampel independen (Independent Samples t Test) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh hitung sebesar -2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Pada variabel prestasi belajar pada data tes akhir, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan uji t sampel independen (Independent Samples t Test) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung sebesar - 2,082 dan t tabel sebesar -2,000 maka dapat diketahui bahwa -t tabel > -t hitung, maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia antara siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

Jadi, dapat disimpulkan untuk penelitian prestasi siswa bahwa rata-rata nilai tes akhir siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah berbeda, dimana nilai kelas eksperimen 75,45 dan kelas kontrol 67,87. Artinya rata-rata nilai akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai akhir siswa kelas kontrol. Sedangkan untuk motivasi siswa, rata-rata nilai selisih akhir siswa

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah berbeda, dimana untuk kelas eksperimen sebesar 72,81 dan kelas kontrol sebesar 70,87. Artinya rata-rata nilai selisih awal dan akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai akhir siswa kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia dibandingkan dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan konvensional pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke Landak Kalimantan Barat tahun ajaran 2014/2015.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kelas eksperimen lebih meningkatkan prestasi daripada kelas kontrol antara lain pada kelas eksperimen siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. Pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru. Materi yang dipelajari melalui pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Selain itu, dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing guru memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi siswa sehingga tidak ada siswa yang merasa terabaikan. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional siswa merasa mengantuk pada saat menerima materi karena proses pembelajaran yang monoton.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

4. Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Menyuke yang sudah mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dengan siswa yang sudah mengikuti pembelajaran pendekatan konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil akhir dari penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya guru tegas kepada siswa pada saat pengkondisian awal karena jika guru tidak tegas maka guru akan kehilangan cukup banyak waktu.

2. Kepala sekolah memfasilitasi dan memotivasi guru yang melakukan kegiatan pembelajarannya dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rohim, 2009, Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa dengan Pendekatan Integrasi Matematika-Islam Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD. Skripsi tidak diterbitkan. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Ambarwati, N., (2011). Keefektifan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran IPA Pada Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas VII Semester 2 SMP N 3 Sleman Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan, Prodi Pendidikan IPA. Fakultas MIPA, UNY Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Asep Jihad dan Abdul Haris, (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

BBC, 2016, Asia Peringkat Tertinggi Sekolah Global, Indonesia Nomor 69, http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/05/150513_majalah_asia_sekola h_terbaik, diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

Brown, S. D., (2010). A Process-Oriented Guided Inquiry Approach to Teaching Medicinal Chemistry, American Journal of Pharmaceutical Education 2010; 74 (7) Article 121.

Depdiknas, (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA. Jakarta.

Hamzah B. Uno, (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J.J., dan Moedjiono, (2000). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Husaini Usman, (2006). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Kean, E., dan C. Middlecamp, (1985). Panduan Belajar Kimia, Jakarta: Gramedia Margono, S., (1989). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mausul, (2013). Pengaruh Model Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Metode

Guide Inquiry Terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Dasar-dasar Otomotif (DDO) di SMK PIRI 1 Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Prodi Pendidikan Teknik Otomotif. Fakultas Teknik. UNY. Yogyakarta.

Mulyasa, E., (2003). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik, (2004). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Ratna Wilis Dahar, (2011). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Samhasari Desthi Muslimah, (2012). Perbandingan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA N 2 Depok Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi tidak diterbitkan, Prodi Pendidikan Kimia. Fakultas MIPA, UNY Yogyakarta.

Sri Esti Wuryani Djiwandono, (2002). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo. Sudirman, (1979). Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukardi, (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Sund, R.B., dan L. Trowbridge, (1996). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company.

Syah, Muhibbin, (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uzer Usman, M. dan Lilis Setiawati, (2005). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widowati, A. dan P. Anjarsari, (2013). Pengembangan Integrated Science Worksheet Berbasis Guided Inquiry Learning dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Tahun 1, No. 2, Desember 2013, hal. 165-175.

Wigiani, A., Ashadi, dan Budi Hastuti, (2012). Studi Komparasi Metode Pembelajaran Problem Posing dan Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar dengan Memperhatikan Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Reaksi Redoks Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012, hal. 1-7.

Wina Sanjaya, (2011). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Menyuke

Mata pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan ke : 1

Standar Kompetensi:

3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi- reduksi

Kompetensi Dasar :

3.2. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.

Indikator :

1. Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen.

2. Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pelepasan dan penerimaan elektron

3. Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pertambahan dan penurunan bilangan oksidasi

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen.

2. Siswa dapat membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pelepasan dan penerimaan elektron

3. Siswa dapat membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pertambahan dan penurunan bilangan oksidasi

Materi Pembelajaran :

Perkembangan konsep reduksi dan oksidasi Strategi Pembelajaran :

1. Pendekatan : Konvensional dan Inkuiri Terbimbing 2. Metode : Ceramah dan Eksperimen

TAHAP- TAHAP

LANGKAH PEMBELAJARAN ALOKASI

WAKTU Pembukaan Membuka pembelajaran

Guru memberi salam, memimpin doa serta mengecek kehadiran dan kesiapan siswa

Apersepsi

Pendidik mengingatkan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya dengan memberikan pertanyaan:

Sebutkan beberapa contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari?

Motivasi

Apa yang dimaksud dengan larutan elektrolit? Apa yang dimaksud dengan larutan nonelektrolit? Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

15 menit

Kegiatan Inti

Konvensional Inkuiri Terbimbing Eksplorasi

 Pendidik

memberikan sedikit pengantar tentang materi yang akan dipelajari.  Pendidik memberikan materi pada siswa.  Pendidik menyuruh siswa mencatat materi dibuku siswa masing-masing.

 Pendidik memberikan pertanyaan-

pertanyaan pada siswa secara acak. Elaborasi  Siswa memperhatikan penjelasan guru  Siswa mencatat materi yang diberikan pendidik.  Siswa bertanya materi yang belum dipahami

Konfirmasi

 Pendidik dan siswa menyimpulkan materi

pembelajaran.

Eksplorasi

 Pendidik memberikan sedikit pengantar tentang materi yang akan dipelajari.

 Pendidik memberikan

pertanyaan kepada siswa

mengenai bagaimana

perkembangan konsep oksidasi dan reduksi.

Elaborasi

 Pendidik menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen untuk memahami konsep oksidasi dan reduksi.

 Pendidik membagikan Lembar Kerja Siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok

 Siswa bersama kelompoknya merumuskan langkah kerja sebelum melakukan eksperimen dan mengkonsultasikan kepada pendidik.

 Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerjanya dengan kelompok masing- masing.

Konfirmasi

 Pendidik dan siswa

mendiskusikan bersama hasil eksperimen.

 Pendidik dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran

60 menit

TAHAP- TAHAP

LANGKAH PEMBELAJARAN ALOKASI

WAKTU benar yang telah ditemukan siswa.

2. Pendidik memberikan pekerjaan rumah dan meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya di rumah.

3. Menutup pembelajaran dengan doa. 4. Salam penutup.

Media / Sumber Belajar

1. Media : Whiteboard, alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen 2. Sumber Belajar :

a. Johari dan Rahmawati. (2007). Kimia SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta : Esis Erlangga.

b. Ari Hernanto dan Ruminten.(2009). Kimia SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

3. Format laporan : a. Judul Percobaan b. Tujuan Percobaan c. Rumusan Masalah d. Hasil Pengamatan e. Pembahasan f. Kesimpulan Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : Lembar kerja siswa Instrument Terlampir

Pedoman Penilaian :

a. Judul Percobaan (skor 1) b. Tujuan Percobaan (skor 2) c. Rumusan Masalah (skor 5)

d. Hasil Pengamatan (skor 7) e. Pembahasan (skor 10) f. Kesimpulan (skor 5) Tugas Mandiri Terstruktur

1. Perhatikan reaksi-reaksi berikut ini: a. Ca →Ca2+ + 2e-

b. S + 2e-→ S2-

c. 4Fe(s) + 3O2(g) → Fe2O3(s)

d. Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2

e. 2KMnO4 + 3H2SO4 + H2C2O4 → K2SO4 + 2MnSO4 + 2CO2 + 4H2O

Dari reaksi di atas, sebutkan termasuk tiga konsep reaksi redoks manakah yang digunakan serta jelaskan.

Lembar Kerja Siswa (1)

Jawablah pertanyaan di bawah ini dan diskusikan terlebih dahulu bersama temanmu! 1. Bilangan oksidasi adalah? Jelaskan!

2. Oksidasi adalah? 3. Reduksi adalah?

4. Tentukan nilangan oksidasi atom N dalam HNO3! 5. Tentukan bilangan oksidasi atom Fe dalam Fe2O3! 6. Tentukan bilangan oksidasi atom Mn dalam MnO4- ! 7. Tentukan bilangan oksidasi atom Cr dalam Cr2O72- !

8. Bilangan oksidasi atom unsure dalam suatu ion monoatom = muatan ionnya. Bilangan oksidasi Na dalam Na+ =

9. Bilangan oksidasi atom unsure dalam suatu ion monoatom = muatan ionnya. Bilangan oksidasi Ca dalam Ca2+ =

Bilangan oksidasi atom unsure dalam suatu ion monoatom = muatan ionnya. Bilangan oksidasi O dalam O2- =

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Menyuke

Mata pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : X/2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan ke : 2

Standar Kompetensi:

3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi- redukasi

Kompetensi Dasar :

3.2. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi- reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya

Indikator :

1. Menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion Materi Pembelajaran :

Konsep Bilangan Oksidasi Strategi Pembelajaran :

1. Pendekatan : Konvensional dan Inkuiri Terbimbing 2. Metode : Ceramah dan diskusi kelompok Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran:

TAHAP- TAHAP

LANGKAH PEMBELAJARAN ALOKASI

WAKTU Pembukaan Membuka pembelajaran

Guru memberi salam, memimpin doa serta mengecek kehadiran dan kesiapan siswa

Apersepsi

Pendidik mengingatkan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya dengan memberikan pertanyaan:

Apa yang dimaksud oksidasi? Apa yang dimaksud reduksi? Motivasi

Apa yang dimaksud oksidasi? Apa yang dimaksud reduksi?

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

15 menit

TAHAP- TAHAP

LANGKAH PEMBELAJARAN ALOKASI

WAKTU Inti Eksplorasi

 Pendidik

memberikan sedikit pengantar tentang materi yang akan dipelajari.  Pendidik memberikan materi pada siswa.  Pendidik menyuruh siswa mencatat materi dibuku siswa masing-masing.

 Pendidik memberikan pertanyaan-

pertanyaan pada siswa secara acak. Elaborasi

 Siswa

memperhatikan penjelasan guru

 Siswa mencatat materi yang diberikan pendidik.

 Siswa bertanya materi yang belum dipahami

Konfirmasi

 Pendidik dan siswa menyimpulkan

materi pembelajaran

Eksplorasi

 Pendidik memberikan sedikit pengantar tentang materi yang akan

Dokumen terkait