• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah 3 : Menghitung reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha:

3. Pengujian Hipotesis

Adapun pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah diterima atau ditolak. Berdasarkan pertimbangan hipotesis, penulis melakukan statistika untuk mengolah data.

a. Koefisien Korelasi Parsial

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan yang timbul diantara variabel. Dalam penelitian ini digunakan dua macam korelasi yaitu korelasi parsial dan korelasi multipel.

Koefisien korelasi parsial adalah angka yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel, jika variabel lainnya konstan, pada hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel dengan kata lain hubungan variabel Y dengan sebagian varibel bebas apabila sebagian lagi dianggap tetap (Hasan, 2001:286). Rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi parsial adalah:

a. Menentukan korelasi parsial antara Y dan X1 dengan menganggap X2 konstan

(Sudjana, 2004:265) b. Menentukan korelasi parsial antara Y dan X2 dengan menganggap X1 konstan

(Sudjana, 2004:266) Keterangan:

ry1.2 = koefisien antara korelasi Y dan X1 dengan menganggap X2 tetap ry2.1 = koefisien antara korelasi Y dan X2 dengan menganggap X1 tetap

Dalam penelitian ini, uji korelasi parsial dibantu dengan Software IBM SPSS V.20 for windows.

b. Analisis Korelasi Multipel

Korelasi multipel berfungsi untuk menentukan hubungan antara variabel independen (X) atau lebih secara bersama-sama dengan variabel dependen (Y). Untuk menentukan pengaruh antara efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) secara simultan terhadap prestasi belajar, maka korelasi yang digunakan adalah rumus korelasi berganda yang diberi simbol R.

(Sudjana, 2004:265) Keterangan:

= Koefisien korelasi multipel antara X1, X2, dan Y = Koefisien korelasi antara X1 dan X2

= Koefisien korelasi antara X1 dan Y = Koefisien korelasi antara X2 dan Y

Koefisien korelasi multipel ( ) merupakan koefisien korelasi secara simultan antara efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) dengan prestasi belajar. Nilai , ,dan berturut-turut menunjukkan koefisien korelasi antara efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian

belajar (self regulated learning), efikasi diri (self efficacy) dan prestasi belajar, serta kemandirian belajar (self regulated learning) dengan prestasi belajar

Nilai tersebut ditunjukkan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

(Riduwan, 2012:87) Keterangan:

r = koefisien korelasi antara variabel Xi dan variabel Yi, dua variabel yang dikorelasikan

n = jumlah responden Xi = Skor variabel Xi Yi = Skor variabel Yi

Dalam penelitian ini, uji korelasi multipel dibantu dengan Software IBM SPSS V.20 for windows.

Untuk dapat menginterpretasi koefisien korelasi yang didapatkan setelah dilakukan perhitungan menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.12

Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat Rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2012:231)

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

(Riduwan, 2008 : 238) Keterangan :

KD = nilai koefisien determinan

= nilai koefisien korelasi multiple antara X1, X2, dan Y

Adapun koefisien determinasi parsial adalah sebagai berikut :

Keterangan :

KD = nilai koefisien determinasi

= nilai koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 dengan menganggap X2 konstan

= nilai koefisien korelasi parsial antara Y dan X2 dengan menganggap X1 konstan

d. Uji t (Uji Keberartian Koefisien Korelasi Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat

dilakukan dengan membandingkan dengan atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing . Dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :

1. H0 : ρ = 0 Efikasi diri (self efficacy) tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Ha : ρ≠ 0 Efikasi diri (self efficacy) berpengaruh terhadap prestasi belajar 2. H0 : ρ = 0 Kemandirian belajar (self regulated learning) tidak berpengaruh

terhadap prestasi belajar.

Ha : ρ ≠ 0 Kemandirian belajar (self regulated learning) berpengaruh terhadap prestasi belajar

Rumus yang digunakan adalah:

t =

t =

(Sudjana, 2003:130) Keterangan:

= koefisien korelasi antara X1 dan Y = koefisien korelasi antara X2 dan Y n = jumlah sampel

Setelah diperoleh thitung selanjutnya bandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-k-1 dengan taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05. Adapun kaidah kriteria pengujiannya adalah:

- Jika atau , maka H0 ditolak dan Ha diterima

- Jika atau , maka H0 diterima dan Ha ditolak

Dalam penelitian ini, uji t dibantu dengan Software IBM SPSS V.20 for windows.

e. Uji F (Uji Keberartian Korelasi Multipel)

Analisis data pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau ditolak. Untuk menghitung pengaruh simultan variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat, digunakan rumus sebagai berikut:

(Sudjana,2003:108) Keterangan:

R = koefisien korelasi multiple k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel

dk pembilang = k dk penyebut = n-k-1

Dengan rumusan hipotesis statistika :

H0: R = 0 Efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar

Ha: R ≠ 0 Efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) berpengaruh terhadap prestasi belajar

Setelah diperoleh Fhitung selanjutnya bandingkan dengan Ftabel dengan taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05. Adapun kaidah kriteria pengujiannnya adalah:

- Jika atau maka H0 ditolak dan Ha

diterima

- Jika , maka H0 diterima dan Ha ditolak

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya efikasi diri (self efficacy) siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung termasuk ke dalam kategori sedang, artinya bahwa siswa memiliki keyakinan yang cukup atas kemampuannya untuk melakukan tugas dengan tingkat kesulitan tugas yang berbeda-beda, dalam bertingkah laku ketika menghadapi suatu tugas dengan kesulitan yang berbeda-beda, dalam kemampuannya untuk menyelesaikan tugas ketika dihadapkan dengan tugas yang kesulitannya tinggi, dan dalam kemampuannya melaksanakan tugas di berbagai aktivitas. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya kemandirian belajar

(self regulated learning) siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung termasuk ke dalam kategori sedang, artinya bahwa siswa sudah memiliki kemandirian belajar (self regulated learning) yang ditunjukkan dengan adanya sikap cukup berusaha dalam mengatur diri dalam tiga aspek umum pembelajaran akademik yaitu strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi, strategi untuk meregulasi motivasi, dan strategi untuk meregulasi perilaku.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai ujian tengah semeseter siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan berada pada kategori rendah. Artinya melihat dari hasil rekapitulasi nilai ujian tengah semester mata pelajaran Akuntansi Keuangan Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung pada tabel 4.26, bahwa sebagian besar atau lebih dari 50% siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung memiliki prestasi belajar yang

kurang atau termasuk ke dalam kategori rendah dalam mata pelajaran Akuntansi Keuangan karena nilai yang diperoleh berada di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan sekolah.

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (self efficacy) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung.

5. Hasill penelitian menunjukkan bahwa kemandirian belajar (self regulated learning) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung.

6. Hasill penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, efikasi diri (self efficacy) termasuk ke dalam kategori sedang dan terdapat indikator yang termasuk ke dalam kategori rendah yaitu pada kemandirian belajar (self regulated learning). Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan oleh berbagai pihak yang memiliki peran penting dalam meningkatkannya agar prestasi belajar siswa menjadi optimal, diantaranya adalah:

1. Bagi Guru

a. Guna meningkatkan efikasi diri (self efficacy) siswa, guru dapat melakukannya dengan cara :

1) Membantu siswa dengan berdiskusi dan memberi bimbingan dalam belajar memahami setiap pengalaman yang dialaminya, baik pengalaman keberhasilan maupun pengalaman kegagalan. Karena pengalaman keberhasilan yang dialaminya sendiri akan mengajarkan mereka bahwa mereka dapat meraih kesuksesan apabila mereka berusaha dan mereka juga perlu mengembangkan sikap yang realistis dalam menghadapi setiap

kemunduran yang bersifat sementara dan dari kegagalan tersebut mereka belajar untuk memperbaiki performanya.

2) Membantu siswa dengan memberikan dorongan motivasi dan pesan secara verbal, baik berupa pujian, kritikan, nasihat, bimbingan dan alasan-alasan untuk percaya bahwa mereka dapat sukses dengan kemampuan yang dimilikinya.

3) Membantu siswa dengan menunjukkan contoh-contoh keberhasilan yang orang lain telah capai, karena siswa akan membentuk opini mengenai kemampuannya sendiri dengan mengamati kesuksesan dan kegagalan orang lain, yang secara khusus keberhasilan dan kegagalan mereka yang serupa dengan kondisi siswa tersebut.

4) Membantu siswa dengan membiasakan siswa belajar dalam bentuk kelompok yang besar untuk menumbuhkan sikap self efficacy kolektifnya, yaitu persepsi siswa akan kapabilitasnya sendiri dengan orang lain, dan persepsi mereka mengenai bagaimana mereka dapat bekerja bersama-sama secara efektif dan mengkoordinasikan peran dan tanggung jawab mereka.

b. Guna meningkatkan kemandirian belajar (self regulated learning) siswa, guru perlu meningkatkan indikator kemandirian belajar (self regulated learning) yang rendah dalam penelitian ini yaitu :

1) Dalam meningkatkan aspek kognitif pada indikator elaboration yaitu mengenali materi lebih dalam dengan menggunakan kalimatnya sendiri untuk merangkum materi pada siswa, yaitu dengan cara guru membiasakan sebelum menutup materi yang diajarkannya dengan memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan, kemudian guru meminta siswa untuk mengemukakan kesimpulan yang telah dibuatnya sebagai langkah guru dalam mengukur tingkat pemahaman siswa dalam mengenali materi. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengenali materi lebih dalam apabila membuat kesimpulan menggunakan kalimatnya sendiri dengan

2) Dalam meningkatkan aspek kognitif pada indikator metacognitive regulation yaitu menentukan tujuan dari membaca atau membuat perubahan supaya tugas yang dikerjakan mengalami kemajuan pada siswa, guru melakukannya dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajarinya, sehingga siswa diharapkan memiliki persepsi awal terhadap materi tersebut sebagai tujuan dari membaca. Kemudian guru membandingkan persepsi siswa tersebut dengan berbagai pendapat atau teori yang sudah ada. Dengan demikian diharapkan siswa berusaha mencari mengenai materi melalui berbagai sumber dan mengalami kemajuan dalam mengerjakan tugas yang dikerjakannya.

3) Dalam meningkatkan aspek motivasi pada indikator environment structuring yaitu berusaha berkonsentrasi penuh untuk mengurangi gangguan di sekitar tempat belajar dan mengatur kesiapan fisik dan mental untuk menyelesaikan tugas akademis pada siswa, guru dapat membentuk suasana belajar yang kondusif bagi siswa dan menghindarkan sesuatu yang akan menggangu belajar siswa. Guru membuat kesepakatan dengan siswa mengenai aturan-aturan dalam proses pembelajaran di kelas dan menentukan reward dan punishment yang akan diterima siswa sebagai konsekuensi dalam belajar, sehingga diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengatur diri dengan menghindarkan gangguan-gangguan dalam belajarnya. Selain itu guru memberikan siswa kesempatan untuk berdiskusi ketika proses pembelajaran berlangsung, sebagai langkah memberikan siswa waktu untuk santai dan mengatur konsentrasinya kembali juga mengontrol emosinya agar tidak mudah panik dalam menyelesaikan tugas atau menghadapi kesulitan agar dapat berkonsentrasi kembali dengan baik. 4) Dalam meningkatkan aspek motivasi pada indikator mastery talk yaitu

memuaskan keingintahuan menjadi lebih kompeten atau meningkatkan perasaan otonomi pada siswa, guru dapat melakukan penilaian diri siswa

melakukan pemantauan kemajuan belajar siswa, sehingga guru dapat mengarahkan dan membantu siswa dalam mengenali tipe diri siswa tersebut dalam belajar. Guru harus dapat menjadi sumber belajar siswa yang baik dalam berdiskusi, sehingga siswa akan melihat guru sebagai model yang dapat ditiru dalam memuaskan keingintahuannya untuk menjadi lebih kompeten. Selain itu, guru harus mampu menumbuhkan dan membantu rasa percaya diri siswa bahwa mereka mampu mengerjakan tugas dan materi yang diberikan dengan cara memperlihatkan setiap kemajuan yang telah dicapai oleh siswa tersebut agar siswa dapat mengatur dirinya sendiri untuk lebih mandiri.

5) Dalam meningkatkan aspek motivasi pada indikator personal interest/relevan enhancement yaitu berusaha meningkatkan keterhubungan atau keberartian tugas dengan kehidupan atau minat personal yang dimiliki pada siswa, guru dapat mengajak siswanya berdiskusi secara bersama-sama menghubungkan setiap materi yang akan diajarkannya dengan keadaan yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya. Siswa akan dapat lebih mudah memahami keberartian materi dan tugas ketika diberikan contoh dengan yang mereka tahu dan alami sendiri, karena pengalaman yang mereka alami sendiri dan pengalaman orang lain akan menjadi sumber bagi siswa dalam mengenal identitas diri dan mengetahui minat personal yang mereka miliki.

2. Bagi Orang Tua

Adapun saran bagi orang tua dalam upaya membantu anak agar memiliki efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) yang baik yaitu dengan cara :

a. Membantu anak dalam menumbuhkan rasa percaya dirinya, dengan cara meyakinkan anaknya bahwa mereka mampu memahami materi dan tugas yang diberikan oleh guru dan memberikan motivasi bahwa mereka mampu memecahkan setiap masalah dan kesulitan yang mereka hadapi. b. Menciptakan suasana belajar dirumah yang kondusif bagi anak, dengan

video game, penggunaan gadget yang berlebihan atau sesuatu yang tidak relevan dengan proses belajarnya, sehingga siswa akan belajar mengatur diri dengan membagi waktu belajar dan waktu bermainnya.

c. Membantu siswa dalam membagi waktunya. Orang tua berperan penting mengarahkan siswa untuk lebih mandiri namun bukan berarti membiarkannya berpikir sendiri. Dengan bantuan orang tuanya dalam membagi waktu nya untuk kapan belajar, bermain dan istirahat, siswa akan memahami bagaimana cara menentukan hal yang menjadi prioritas baginya baik dirumah maupun ketika belajar disekolah.

d. Menjadi model orang tua yang baik yang patut ditiru anaknya. Karena orang tua menjadi gurunya dalam keluarga yang berperan penting dalam pembentukan personal seorang anak yang berpengaruh terhadap perilakunya saat di sekolah.

3. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan efikasi diri (self efficacy) dalam dirinya yaitu dengan cara :

1) Dalam meningkatkan keyakinan siswa atas kemampuannya terhadap tingkat kesulitan tugas, dapat dilakukan siswa dengan cara belajar dari pengalaman-pengalaman pribadinya secara bijak baik berupa pengalaman keberhasilan maupun pengalaman kegagalannya ketika menghadapi suatu tugas dengan kesulitan yang berbeda-beda. Ketika siswa mempunyai pengalaman berhasil dalam menyelesaikan tugas dari mulai tingkat mudah, sedang hingga sulit, pengalaman tersebut akan dapat memperkuat dirinya dalam menilai seberapa besar dan batas kemampuan yang dimiliknya, dan dalam menyikapi pengalaman kegagalannya siswa diharapkan dapat mengatasinya dengan usaha-usaha tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri melalui usaha yang terus-menerus.

2) Dalam meningkatkan keyakinan dalam bertingkah laku ketika menghadapi suatu tugas dengan kesulitan yang berbeda-beda, dapat dilakukan siswa

belajar dari pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang dialami orang lain baik itu teman ataupun gurunya. Pengamatan terhadap keberhasilan dan kegagalan orang lain tersebut akan membentuk opini siswa terhadap keyakinannya yang akan mengarahkan arah tingkah lakunya ketika dihadapkan dengan suatu tugas. Siswa diharapkan dapat meningkatkan rasa optimismenya dan berani untuk mencoba menyelesaikan tugas yang dirasanya sulit dan menantang. Dengan demikian ketika siswa membandingkan dirinya dengan orang lain, siswa akan belajar untuk mengevaluasi performa mereka sendiri dan menimbulkan usaha untuk meningkatkannya menjadi lebih baik.

3) Dalam meningkatkan tingkat kekuatan keyakinan atau pengharapan individu terhadap kemampuannya, dapat dilakukan siswa dengan cara memahami setiap saran, nasihat dan bimbingan yang diberikan oleh guru maupun teman sebayanya ketika menghadapi suatu tugas yang memiliki tingkat kesulitan sulit. Ketika saran, nasihat dan bimbingan tersebut telah dipahami, siswa akan berpikir dan berusaha untuk melakukan suatu perbaikan, sehingga akan meningkatkan keyakinan dalam dirinya dan percaya bahwa kemampuan-kemampuan yang dimilikinya akan membantu mencapai tujuan yang diinginkannya seperti halnya dalam menghadapi tugas dengan kesulitan yang sulit.

4) Dalam meningkatkan keyakinan individu akan kemampuannya melaksanakan tugas diberbagai aktivitas, dapat dilakukan siswa dengan cara mulai menumbuhkan konsep self efficacy kolektif, artinya siswa mempelajari pengalaman kegagalan dan keberhasilan menyelesaikan tugas dalam sebuah kelompok yang lebih besar baik bersama guru maupun teman sebayanya. Self efficacy kolektif ini akan melatih siswa untuk tidak bergantung hanya pada persepsi siswa akan kapabilitasnya sendiri dan orang lain, melainkan juga pada persepsi mereka mengenai bagaimana mereka dapat bekerja bersama-sama secara efektif dan mengkoordinasikan peran dan tanggung jawab mereka dalam tugas

b. Siswa diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan indikator kemandirian belajar (self regulated learningy) yang rendah dalam dirinya yaitu dengan cara:

1) Dalam meningkatkan usaha mengenali materi lebih dalam dengan menggunakan kalimatnya sendiri untuk merangkum materi, dapat dilakukan dengan cara memahami metode dan prosedur yang benar ketika mempelajari materi dan menyelesaikan tugas baik berupa teori maupun dalam bentuk praktik, siswa harus berpikir dan membedakan metode yang akan digunakannya dalam mempelajari materi sehingga lebih memudahkan dalam memahami materi ketika menggunakan pemikiran dan kata-kata sendiri dalam merangkum materi yang dipelajari.

2) Dalam meningkatkan usaha menentukan tujuan dari membaca atau membuat perubahan supaya tugas yang dikerjakan mengalami kemajuan, dapat dilakukan dengan cara memahami tujuan dari materi yang dipelajarinya, siswa harus menentukan metode yang akan digunakannya sesuai dengan materi dan belajar mengevaluasi sendiri metode yang digunakannya sudah efektif atau belum, sehingga siswa akan berusaha merubah metode tersebut dan proses belajar nya pun akan mengalami perubahan kemajuan.

3) Dalam meningkatkan usaha untuk berkonsentrasi penuh mengurangi gangguan di sekitar tempat belajar dan mengatur kesiapan fisik dan mental untuk menyelesaikan tugas akademis, dapat dilakukan dengan cara mengatur diri berusaha memfokuskan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung dan mengosongkan pikiran dari hal-hal lain yang menggangu proses belajarnya, dan berusaha menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, seperti mencari tempat belajar yang sesuai serta mencari teman yang dapat membantu dalam menyelesaikan tugas akademis ketika mengalami kesulitan.

4) Dalam meningkatkan usaha untuk memuaskan keingintahuan menjadi lebih kompeten atau meningkatkan perasaan otonomi, dapat dilakukan

belajarnya dalam memuaskan keingintahuan agar menjadi lebih kompeten, serta menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas dan situasi belajar khusus dengan cara mencari bantuan yang tepat ketika mengalami kesulitan. Karena dalam meningkatkan perasaan otonomi tidak berarti benar-benar mengatur diri sendiri, ada saatnya dimana belajar mandiri dengan mempelajari pengalaman orang lain baik guru maupun teman sebaya. 5) Dalam meningkatkan usaha untuk meningkatkan keterhubungan atau

keberartian tugas dengan kehidupan atau minat personal yang dimiliki, dapat dilakukan dengan cara belajar menghubungkan setiap materi yang akan diajarkan oleh guru dengan keadaan yang terjadi dalam lingkungan sekitar, sehingga diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami keberartian materi dan tugas ketika diberikan contoh dengan yang diketahui dan alaminya sendiri, karena pengalaman yang dialami sendiri dan pengalaman orang lain akan menjadi sumber bagi siswa dalam mengenal identitas diri dan mengetahui minat personal yang dimiliki. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat lebih menggali dan mengeksplorasi mengenai efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) pada sekolah lain agar dapat dijadikan pembanding dengan hasil penelitian ini, dapat dapat melakukan penelitian lebih mendalam tentang variabel efikasi diri (self efficacy) dan kemandirian belajar (self regulated learning) ini dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda yaitu metode kualitatif.

Bandung:Rosdakarya.

Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, S. (2008) Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Boekaerts, M, et al. (2000). Handbook of Self-regulation. San Diego: Academic. Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pt. Remaja

Rosdakarya

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta

Ghufron, M. N & Risnawati, R. (2010). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, O. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta:

Mitra Cendekia Press.

Munir. (2009). Pembelajaran jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Ormrod, J.E. (2004). Human Learning. (4th Ed.). Ohio: Pearson.

Ormrod, J.E. (2009). Psikologi Pendidikan (Membantu Anak Berkembang) Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Poerwati, L.E dan Amri S. (2013). Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Purwanto, M, N. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Santrock, J.W.(2007). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Soepono, B. (2002). Statistik Terapan Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. (2004). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga II. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syah, M. (2007). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Tirtonegoro, S. (2001). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Dokumen

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Akuntansi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Sumber Internet

Awalia, A. (2013). Perspektif Global Dalam Kurikulum Pendidikan (IPTEK

Dalam Kurikulum 2013). [Online]. Tersedia:

http://sejarahakademika.blogspot.com/2013/08/perspektif-globaldalam-kurikulum.html?m=1 [29 Mei 2015].

Tarsidi, D. (2015). Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. [Online]. Tersedia: http://dokumen.tips/documents/teori-kognitif-sosial-upi.html [7 September 2015].

Sumber Jurnal

Latipah, E. (2010). Strategi Self regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi, Vol.37, No.1 : 110-129.

Mahyuddin, R, et al. (2006). The Relationship Between Student’s Self Efficacy

and Their English Language Achievement. Jurnal Pendidikan dan Pendidikan, Jilid 21, hal. 61-71.

Montalvo, F.T. dan Torres, M.C.G. (2004). Self regulated learning: current & future directions. Electronics Journals of Research in Educational Psychology. 2 91). 1-34. ISSN : 1698-2095.

Mukhid, A. (2008). Strategi Self-Regulated Learning (Prespektif Teoritik). Tadris. Vol. 3 No.2

Mukhid, A. (2009). Self Efficacy (Prespektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya Terhadap Pendidikan). Tadris. Vol. 4 No.1

Dokumen terkait