• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Uji Determinasi R 2

4.2.4.3 Pengujian Hipotesis – Model 3

Uji hipotesis model 3 bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas X1 (VACA), X2 (VAHU), X3 (STVA) dan X4 (VAICTM) terhadap variabel terikat Y3 (Capital gain). Tabel 4.24 merupakan hasil regresi fixed effect yang akan digunakan pada penelitian ini, karena telah memenuhi semua asumsi yang diperlukan.

Tabel 4.24

Hasil Uji Regresi Fixed Effect Model (FEM) – Model 3

1. Uji-t Secara Parsial

Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam regresi ini terdapat 3 variabel independen yaitu Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU) dan Structural Capital Value Added (STVA).

Dari Tabel 4.24 dapat dilihat nilai parsial masing variabel sebagai berikut: a. Variabel Value Added Capital Employed (X1)

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel Value Added Capital Employed (X1) berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Capital gain hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0.1152 > 0.05, dengan thitung -1.586 < ttabel 1.657. Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, artinya jika ditingkatkan variabel VACA (X1) sebesar satu satuan maka Capital gain tidak akan berkurang sebesar 0.149.

b. Variabel Value Added Human Capital (X2)

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel Value Added Human Capital (X2) berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Capital gain hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0.7948 > 0.05, dengan thitung -0.260 < ttabel 1.657. Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, artinya jika ditingkatkan variabel VAHU (X2) sebesar satu satuan maka Capital gain tidak akan berkurang sebesar 0.035.

c. Variabel Structural Capital Value Added (X3)

Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel Structural Capital Value Added (X3) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Capital gain

hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0.0007 < 0.05, dengan thitung 3.467 > ttabel

1.657. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya jika ditingkatkan variabel STVA (X3) sebesar satu satuan maka Capital gain akan meningkat sebesar 0.140.

Dari Tabel 4.24 maka rumus persamaan regresi dalam hipotesis model 2 sebagai berikut:

Capital Gain = 4.205-0.149VACA-0.035VAHU+0.140STVA+e

2. Uji-F Secara Simultan

Uji F digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu VACA, VAHU dan STVA secara bersama terhadap variabel dependen yaitu Capital gain. Nilai F hitung diperoleh sebesar 5.902 dengan probabilitas 0.00857. Nilai F tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan df (3;121) diperoleh angka 2.45 . Oleh karena nilai F hitung lebih besar daripada F tabel (5.902> 2.45) dan probabilitas lebih kecil daripada tingkat signifikansi (0.00857 > 0.05), maka H0 ditolak dan H1

diterima artinya secara bersamaan variabel VACA, VAHU, dan STVA berpengaruh terhadap tingkat Capital gain.

3. Uji Determinasi R2

Tabel 4.24 memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R-square =0.106, hal ini berarti besarnya pengaruh secara bersama variabel bebas X1 (VACA), X2

(VAHU), dan X3 (STVA) terhadap variabel terikat Y3 (Capital gain) adalah sebesar 0.106 x 100% = 10,6 %. Dengan kata lain, sebesar 10.6% Capital gain

dapat dijelaskan oleh X1 (VACA), X2 (VAHU), dan X3 (STVA) pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan lewat berbagai pengujian tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh variabel independen dan dependen adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia baik secara parsial dan simultan.

a) Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa VACA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini menjelaskan bahwa pemanfaatan efisiensi modal yang digunakan dapat meningkatkan ROA. Hasil ini menjelaskan bahwa modal yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Sehingga apabila modal yang digunakan suatu perusahaan dalam jumlah yang relatif besar maka mengakibatkan total aset perusahaan tersebut juga relatif besar. Sehingga pendapatan perusahaan pun akan meningkat pula. Hal ini dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Ini berarti perusahaan tersebut mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Gan dan Saleh (2008) yang menyatakan bahwa Capital Employed berpengaruh signifikan terhadap ROA. Namun

tidak sejalan dengan penelitian Jafar (2014) yang menyatakan Capital Employed secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA.

b) Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa VAHU tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa VAHU nampaknya belum sepenuhnya mendukung bagi peningkatan kinerja perusahaan perbankan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan VAHU belum sepenuhnya mampu untuk meningkatkan laba perusahaan. Ada indikasi bahwa gaji dan tunjangan yang diberikan olehperusahaan kepada karyawannya, belum mampu untuk memotivasi karyawan dalam meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan, tanpa diiringi oleh pengelolaan SDM yang baik seperti pelatihan dan pengembangan karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jafar (2014) yang menyatakan bahwa Human Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gan dan Saleh (2008) yang menyatakan bahwa Human Capital berpengaruh signifikan terhadap ROA.

c) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa STVA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini menandakan rata-rata perusahaan perbankan pada periode tersebut dapat mengelola modal struktural yang dimiliki perusahaan secara optimal untuk meningkatkan kinerja keuangannya, sehingga ROA pun meningkat. Sesuai dengan Knowledge Based Theory yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah

salah satu sumber daya yang harus dikelola perusahaan agar memperoleh keunggulan kompetitif sehingga dapat meningkatkan return bagi perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulum, Ghozali dan Chairi (2008) yang menyatakan STVA berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Chen et al (2005) yang menunjukkan bahwa STVA tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Jafar (2014) serta penelitian Gan dan Saleh yang menyatakan bahwa STVA tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial.

d) Hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa variabel Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA). Sebagai perusahaan yang bersifat intellectual intensive, perusahaan-perusahaan perbankan dituntut mampu memanfaatkan dan mengelola sumber intelektual yang mereka miliki secara efektif dan efisien agar dapat memperoleh laba maksimal. Dan pada periode ini (2011-2015), perusahaan-perusahaan ini dinilai mampu mencapai hal tersebut, karena mereka dapat menghasilkan nilai tambah dan berkontribusi atas peningkatan laba yang dicapai oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gan dan Saleh (2008) yang menyatakan bahwa VACA, VAHU, dan STVA secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA. Namun, tidak sejalan dengan hasil

penelitian Jafar (2014) yang menyatakan bahwa VACA, VAHU, dan STVA secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

2. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia baik secara parsial dan simultan.

a) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa VACA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROE. Hal ini menjelaskan bahwa pemanfaatan efisiensi modal yang digunakan dapat meningkatkan ROE. VACA memberikan informasi sejauh mana perusahaan dapat mengelola capital assets dengan baik yakni dengan mengelola ekuitas bersih yang ada di dalam perusahaan untuk dapat menghasilkan laba yang besar atas setiap ekuitas yang diinvestasikan oleh para investor, dengan begitu nilai pasar dan kinerja keuangan perbankan akan meningkat. Semakin besar nilai VACA berarti semakin tinggi nilai value added yang berhasil diperoleh perusahaan dari pemanfaatan ekuitas yang dimiliki. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Najibullah (2005) yang menyatakan variabel VACA berpengaruh signifikan terhadap ROE namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Basuki dan Sianipar (2009) dan Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa secara parsial VACA tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE

b) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa VAHU tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini menunjukkan bahwa

VAHU nampaknya belum sepenuhnya mendukung bagi peningkatan ROE perusahaan perbankan. Human Capital merupakan sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Apabila kemampuan tersebut mampu dioptimalkan maka upaya perusahaan untuk menghasilkan ROE yang tinggi akan dapat dengan mudah terealisasi, demikian pula sebaliknya. Hal ini menegaskan bahwa human capital yang diindikasikan oleh total expenditure on employee merupakan komponen biaya yang relatif tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan. Komponen biaya ini merupakan biaya tetap yang sulit diketahui besarnya kontribusi secara langsung terhadap pendapatan atau laba perusahaan. Di sisi lain, ROE diindikasikan oleh net income. Berdasarkan teori dan fakta diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menjadi obyek dalam penelitian ini belum mampu sepenuhnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya ataupun sebaliknya karyawan yang belum dapat mengeksplorasi dan mengaplikasikan segala pengetahuannya untuk dikembangkan dan digunakan sebagai penunjang tujuan keberhasilan

perusahaan yakni mencapai keuntungan yang tinggi. Selain itu tidak berpengaruhnya VAHU terhadap kemampulabaan dikarenakan VAHU ini merupakan elemen yang tidak dapat berdiri sendiri dan tergantung dengan elemen lain seperti STVA. Jadi seorang karyawan yang memiliki intelektualitas yang tinggi, tidak akan memberikan kontribusi yang optimal jika tidak ada dukungan saran dan prasarana dari structural capital. Hal penelitian ini sejalan dengan penelitian Basuki dan Sianipar (2009) yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel Human Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Chen et al (2005) dan Jafar (2014) yang menunjukkan bahwa VAHU berpengaruh terhadap kinerja perusahaan ROE.

c) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa STVA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROE. Hasil temuan ini membuktikan bahwa perusahaan perbankan telah mampu memenuhi proses rutinitas dan struktur yang baik sehingga mampu mengangkat intellectual capital guna menunjang pencapaian kinerja secara optimal dan mampu memanfaatkan segala potensi yang ada secara maksimal yang berupa profitabilitas yang tinggi. Jumlah structural capital yang dibutuhkan perusahaan mampu memenuhi proses rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang optimal, yang diiringi oleh pengelolaan structural capital yang baik seperti pengelolaan sistem, prosedur, database yang mendukung produktivitas karyawan dalam menghasilkan Value Added (VA). Berarti perusahaan

telah mampu mengembangkan struktur capital yang menghasilkan keunggulan bersaing yang secara relatif dapat meningkatkan kemampulabaan. Jadi peranan dari structural capital ini sebagai sarana dan prasarana yang mendukung karyawan untuk menciptakan kinerja yang optimum. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Chen et al (2005) serta Basuki dan Sianipar (2009) yang menunjukkan bahwa STVA tidak berpengaruh terhadap ROE.

d) Hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa variabel Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Hal ini menjelaskan bahwa beberapa modal intelektual yang telah dikeluarkan oleh perusahaan perbankan secara langsung mempengaruhi upaya perusahaan mendapatkan ROE yang lebih baik. Artinya perusahaan perbankan dapat memaksimalkan pengelolaan dan pengembangan kekayaan intelektualnya untuk memenangkan kompetisi (competitive advantage). Penerapan konsep modal intelektual nampaknya memberikan hasil yang maksimal bagi perusahaan perbankan dalam meningkatkan kemampulabaan. Perusahaan perbankan tidak hanya mengandalkan aktiva fisik dan keuangan saja dalam meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi juga mengembangkan modal intelektual dalam menciptakan nilai bagi perusahaan. Jadi perusahaan dituntut untuk mampu mengelola secara efisien seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, karena baik aset fisik, karyawan maupun modal struktural memiliki

pengaruh yang berkesinambungan terhadap penciptaan nilai bagi perusahaan maupun peningkatan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chen et al.(2005) yang telah membuktikan bahwa IC mempunyai pengaruh positif terhadap ROE perusahaan tetapi tidak sejalan dengan penelitian Wasliana Jafar (2014) yang menyatakan IC tidak memberikan pengaruh secara simultan terhadap ROE.

3. Pengaruh Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) dan Value Added Intellectual Capital (VAIC™) berpengaruh terhadap Capital gain saham pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia baik secara parsial dan simultan.

a) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa VACA tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital gain saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Sianipar (2012) dan Jafar (2014) yang menyatakan bahwa Capital Employed tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Gain. Hal ini terjadi karena kemampuan perusahaan perbankan untuk memaksimalkan modal yang dimiliki masih kurang dan belum mampu mengelola capital employed secara seimbang dan bijaksana maka yang terjadi adalah perusahaan perbankan cenderung fokus pada peningkatan dan penciptaan efisiensi nilai tambah capital employed. Hal ini berdampak pada pengeluaran dana yang berlebihan. Investor memandang sebagai suatu resiko karena menunjukkan bahwa going concern perusahaan tidak terjamin dan nantinya diyakini akan memberi dampak pada capital gain

yang diperoleh investor ke depannya. Maka manajemen perusahaan harus dapat melakukan kegiatan yang berguna bagi perusahaan dalam memanfaatkan modal yang dimiliki agar dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Peningkatan harga saham tersebut membuat investor pada perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan berupa capital gain ketika menjual sahamnya.

b) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa VAHU tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital gain. Tidak berpengaruhnya VAHU terhadap capital gain dikarenakan adanya karakteristik dari peusahaan perbankan mengenai penggunaan jasa profesional. Perbankan di Indonesia memerlukan jasa profesional (jasa appraisal, akuntan, jasa penerimaan angsuran, dan lain-lain) dalam aktivitas operasionalnya karena merupakan suatu ketentuan yang tidak dapat dihindari. Akibatnya, pendanaan tenaga kerja pada perusahaan perbankan di Indonesia menjadi meningkat karena didominasi oleh fee jasa profesional yang bersifat kontrak dan cenderung mahal, namun manfaat yang diperoleh perusahaan hanya sementara (jangka pendek). Kondisi seperti ini menyebabkan perusahaan mengeluarkan banyak dana untuk pembiayaan tenaga kerja sehingga penciptaan value added pun tidak maksimal. Hasil peneltian ini sejalan dengan peneltian yang dilakuakan oleh Appuhami (2007), yang menyatakan VAHU yang ditemukan tidak berpengaruh terhadap capital gain

c) Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa STVA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Capital gain. Hal ini bearti perusahaan perbankan pada periode tersebut telah mampu memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya secara efisien. Kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Peningkatan kinerja ini dipandang oleh investor sebagai suatu peluang besar karena mereka menganggap bahwa perusahaan berpotensi di masa mendatang dan mampu memberi keuntungan lebih. Dengan demikian, akan berdampak pada peningkatan kepercayaan investor akan keberlangsungan perusahaan di masa depan. Akibatnya, akan banyak permintaan saham yang menyebabkan harga saham di pasar naik dan investor akan memperoleh keuntungan (capital gain) yang besar ketika menjual saham tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Basuki dan Sianipar (2009) yang menyatakan bahwa secara parsial variabel STVA berpengaruh signifikan terhadap Capital Gain Saham.

d) Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap capitalgain. Pengelolaan physical dan financial capital, human capital serta structural capital secara efisien akan menghasilkan nilai tambah yang optimal bagi investor yang didistribusi melalui pembayaran

dividen, pajak dan pembayaran untuk pendanaan shareholders lainnya (Basuki dan Sianipar, 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia merupakan sektor yang ideal bagi pengembangan modal intelektual karena intensif dalam mengelola intellectual capital yang dimilikinya. Penelitian ini mendukung penelitian Appuhami (2007), Basuki dan Sianipar (2012) yang menyatakan bahwa intellectual capital yang diukur dengan VAIC dan semua komponen penyusunnya berpengaruh terhadap capital gain.

BAB V

Dokumen terkait