• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual dapat dijelaskan hubungan pengaruh antara variabel independen dan dependen sebagai berikut:

1. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Return on Asset (ROA)

VAICTM sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA) Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset.

Intellectual Capital VACA VAHU STVA ROA CAPITAL GAIN ROE

Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return on Assets (ROA). Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior (Barney, 1991). Semakin tinggi VAIC maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Value Added of Intellectual Capital (VAIC) berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA).

2. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Return on Equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan perbandingan laba bersih dengan dangan modal yang dimilki. Rasio ini banyak dijadikan sebagai acuan bagi pemegang saham, dalam hal ini pemegang saham bank dan investor di pasar modal untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Intellectual capital dapat didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan bank serta teknologi yang dapat digunakan serta bermanfaat bagi perusahaan. Dengan memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki, maka perusahaan dapat meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan pendapatan tanpa adanya peningkatan beban dan biaya secara proporsional atau mengurangi beban operasi

perusahaan. Oleh karena itu, Value Added of Intellectual Capital (VAIC)

berpengaruh positif terhadap Return on Equity (ROE).

3. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Capital Gain Saham

Signaling theory mengatakan bahwa kandungan informasi pada pengungkapan suatu informasi dapat menjadi sinyal bagi investor dan stakeholder

potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi (Wijayanti, 2010). Pengungkapan informasi akan memberi sinyal positif dan negatif terhadap reaksi pasar (misalnya perubahan harga saham). Dikatakan memberi sinyal positif apabila terdapat kenaikan harga saham yang nantinya berpengaruh pada besarnya return sehingga memberi pengaruh juga pada capital gain yang diperoleh investor. Namun sebaliknya pengungkapan tersebut dikatakan berdampak negatif apabila memberi sinyal negatif. Dalam hal ini pengungkapan informasi intellectual capital sangat dibutuhkan bagi investor dalam pertimbangan keputusan berinvestasi, apalagi jika perusahaan tersebut mampu mengungkapkan informasi intellectual capital yang baik. Hal ini menyebabkan kepercayaan investor terhadap keberlangsungan perusahaan kedepannya pun meningkat, dengan begitu permintaan saham atas perusahaan akan naik. Keadaan tersebut berdampak pada naiknya harga saham dan return saham ikut terpengaruh dengan adanya peningkatan yang menyebabkan perolehan capital gain (selisih harga jual dengan harga beli) pun tinggi ketika saham tersebut dijual. Namun di sisi lain, penciptaan nilai tambah intellectual capital yang tinggi membuat biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan juga berlebihan sehingga membuat perusahaan cenderung boros dalam memanfaatkan kekayaan (dana) yang ada. Sehingga hal ini akan direspon negatif bagi para investor karena dianggap tidak mendatangkan keuntungan di masa mendatang, dimana dalam hal ini ditandai dengan perolehan capital gain yang kecil. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Appuhami (2007) yang menyatakan bahwa intellectual capital yang diukur dengan Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) berpengaruh positif signifikan terhadap capital

gain on share. Penelitian Basuki dan Sianipar (2012) juga membuktikan bahwa intellectual capital pada perusahaan asuransi berpengaruh terhadap capital gain, walaupun hal tersebut tidak terbukti pada sektor perbankan.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Intellectual Capital (Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia baik secara parsial dan simultan.

2. Intellectual Capital (Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia baik secara parsial dan simultan.

3. Intellectual Capital (Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Added) berpengaruh terhadap Capital gain saham pada perusahaan perbankan terbuka di Indonesia baik secara parsial dan simultan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat, yaitu ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang ketat, dan pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus. Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund user). Bank harus mempertahankan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dalam manajemen bank, dan berusaha untuk lebih baik dengan menemukan sesuatu yang baru dalam persaingan dunia usaha perbankan.

Fenomena yang berkembang saat ini menggambarkan bahwa sektor perbankan di Indonesia semakin membaik meski tekanan krisis keuangan global semakin terasa. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai saat ini kondisi kesehatan bank secara umum masih bagus. Dari 120 bank, sebagian besar memiliki rating II atau bagus dan hanya sekitar 10 % yang rating III atau standar. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Irwan Lubis dalam siaran pers di Jakarta mengatakan, industri perbankan pada Juni 2015 masih tumbuh. Kredit tumbuh 4,18%, dana tumbuh sekitar 4,5 %. Masih terdapat pertumbuhan walaupun tidak secepat semester I 2015, melambat karena pengaruh kondisi ekonomi. (Kompas, 2015).

Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat, maka bank harus mampu menunjukkan kredibilitasnya sehingga akan semakin banyak masyarakat yang bertransaksi di bank tersebut, salah satunya melalui peningkatan profitabilitas. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.

Perkembangan laba bersih pada perusahaan perbankan di Indonesia dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

*Dalam miliar rupiah

Sumber :Statistik Perbankan Indonesia, data diolah

Gambar 1.1

Dokumen terkait