• Tidak ada hasil yang ditemukan

61. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Hasil Uji Serempak (Uji F)

Uji statitik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter dan Jenis Industri secara bersama-sama (serentak) berpengaruh terhadap

Underpricing dengan tingkat signifikan 0,05.

Berikut kriteria pengujian hipotesis untuk uji F: 1. Merumuskan formulasi hipotesis

a. H0 :b1= b2= b3= b4= b5 = 0, artinya secara serentak ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri berpengaruh tidak signifikan terhadap underpricing.

b. H1: b1= b2= b3= b4= b5 ≠ 0, artinya secara serentak ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

2. Merumuskan Kriteria Pengujian

Jika Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika Fhitung> Ftabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak

3. Analisis Data

Tabel 4.7

Hasil Uji Serempak (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 5610,673 5 1122,135 3,239 ,023b

Residual 27568,444 55 501,244

Total 33179,117 60

a. Dependent Variable: Underpricing

b. Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, DER, ROA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,239 dengan tingkat signifikansi sebesarr 0,063. Sedangkan Ftabel pada alpha 5% adalah 2,38. Oleh karena Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansinya 0,023 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen yaitu ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi

underwriter dan jenis industri secara serempak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

4.5.2 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yaitu ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter dan jenis industri secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu underpricing. Secara parsial pengaruh dari variabel tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta 1 (Constant) 42,233 12,324 3,427 ,001 ROA -,148 ,360 -,055 -,411 ,682 DER -,008 ,007 -,166 -1,280 ,206 Ukuran Perusahaan -,275 ,575 -,061 -,479 ,634 Reputasi Underwriter -18,214 6,349 -,362 -2,869 ,006 Jenis Industri -4,853 13,879 -,045 -,350 ,728

a. Dependent Variable: Underpricing

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. ROA terhadap underpricing menunjukkan signifkansi 0,682 > 0,05 dan nilai thitung (-0,411) < ttabel (2,004), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara ROA dan underpricing.

b. DER terhadap underpricing menunjukkan signifikansi 0,206 > 0,05 dan nilai thitung (-1,280) < ttabel (2,004), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara DER dan underpricing.

c. Ukuran Perusahaan terhadap underpricing menunjukkan signifikansi 0,634 > 0,05 dan nilai thitung (-0,479) < ttabel (2,004), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara ukuran perusahaan dan underpricing.

d. Reputasi underwriter terhadap underpricing menunjukkan signifikansi 0,006 < 0,05 dan nilai thitung (-2,869) > ttabel (2,004), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara reputasi

underwriter dan underpricing.

e. Jenis industri terhadap underpricing menunjukkan signifikansi 0,728 > 0,05 dan nilai thitung (-0,350) < ttabel (2,004), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara jenis industri dan

underpricing.

4.5.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ RG ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil analisis data diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 ,474a ,225 ,176 24,27852

a. Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, DER, ROA

b. Dependent Variable: Underpricing

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa R = 0,474 berarti hubungan

(relation) antara variabel dependen dan variabel independen sebesar 47,4%.

Artinya, dapat diasumsikan bahwa hubungannya cukup erat. Untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10

Hubungan Antarvariabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 – 0,79 Erat

Adjusted R Square sebesar 0,176 berarti 17,6% variabel underpricing

dapat dijelaskan oleh ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri, sedangkan sisanya 82,4% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Std. Error of Estimate juga bisa disebut standar deviasi, digunakan untuk mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini Std. Error of Estimate adalah 24,278. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Underpricing

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa variabel ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di Bursa Efek Indonesia, Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Handayani (2011), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh tidak signifikan dengan arah negatif terhadap underpricing. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Ghozali (2002) yang menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan variabel ROA terhadap underpricing.

Menurut Hanafi (2003:27), ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan

telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.

Hal ini menunjukkan perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi, dinilai oleh para investor sebagai perusahaan yang bagus, sehingga pihak undewriter dan emiten berani menetapkan harga perdana yang wajar atau lebih tinggi untuk menekan tingkat underpricing.

4.6.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Underpricing

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa variabel DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Kristiantari (2011), Handayani (2011), Junaeni (2013) dan Ghozali (2002), namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Daljono (2000), yang menyatakan adanya pengaruh signifikan antara DER dengan underpricing.

Brigham (2006:101-104) menyatakan rasio DER digunakan untuk mengukur seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang. Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar perlindungan dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena utang dapat dijadikan sumber dana dalam rangka mengembangkan perusahaan sehingga akan memperbesar ekspektasi keuntungan.

Hal ini menunjukkan bahwa investor di pasar modal Indonesia menilai perusahaan dengan rasio DER yang tinggi memiliki modal yang besar, sehingga perusahaan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan demikian, pihak underwriter dan emiten berani menetapkan harga perdana yang wajar atau lebih tingi untuk menekan tingkat underpricing.

4.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di Bursa

Efek Indonesia. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Daljono (2000), namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Yolana (2005), Handayani (2011) dan Kristiantari (2011) yang menemukan hasil adanya pengaruh signifikan dan negatif antara variabel ukuran perusahaan dan underpricing.

Menurut Sawir (2004:101) ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin mudah untuk memasarkan sahamnya di pasar modal, sehingga pihak underwriter dan emiten berani menetapkan harga perdana yang wajar atau lebih tinggi untuk menekan tingkat underpricing.

4.6.4 Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Underpricing

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di Bursa

Efek Indonesia. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Abdullah (2004), Kristiantari (2011), dan Junaeni (2013), namun tidak mendukung hasil penelitian Yolana (2005) yang menemukan pengaruh yang tidak signifikan antara variabel reputasi underwriter dengan underpricing.

Menurut Anoraga (2001:46) dalam menjalankan fungsinya, underwriter senantiasa menjaga citra baiknya sebagai profesional dan dituntut untuk memiliki integritas tinggi di mata masyarakat. Publik cenderung melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter dalam menghadapi penawaran perdana reputasi

underwriter ini menjadi pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi.

Hal ini menunjukkan underwriter yang memiliki reputasi tinggi berani menetapkan harga perdana yang wajar atau lebih tinggi atas kualitas penjaminannya, sehingga dapat menekan tingkat underpricing.

4.6.5 Pengaruh Jenis Industri Terhadap Underpricing

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa variabel jenis industri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di

Bursa Efek Indonesia. Arah koefisien negatif menandakan bahwa hubungan jenis industri barang konsumen dengan underpricing tidak searah. Perusahaan industri barang konsumen memiliki tingkat underpricing yang lebih kecil dibandingkan dengan industri lainnya. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Kristiantari (2011) dan Junaeni (2013), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Wen (2005) yang menemukan adanya pengaruh signifikan antara variabel jenis industri dengan underpricing.

Menurut Beatty (1986) harga saham perdana pada perusahaan yang lebih berisiko relatif lebih underpriced daripada perusahaan dengan risiko relatif rendah. Pernyataan ini juga didukung Yolana (2005) yang menyatakan bahwa jenis industri yang berisiko tinggi biasanya akan memberi kompensasi yang besar atas keberanian dan ekspektasi investor untuk berinvestasi (higher return higher

BAB V

Dokumen terkait