• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia Chapter III V"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua

variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori

yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu

gejala (Sugiyono 2012:36).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, melalui media internet

dengan websitenya: www.idx.co.id, www.icamel.id, www.sahamok.com, dan

www.britama.com

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

3.3 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional yang ditetapkan antara lain:

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Debt

to Equity Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan Jenis

Industri.

(2)

3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2012-2014.

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing. Underpricing

ini diproxy dengan penghitungan initial return dari perusahaan–perusahaan yang

melakukan Initial Public Offering. Initial Return adalah selisih antara harga IPO

(Offering Price) dan harga saham penutupan hari pertama di pasar sekunder

(Closing Price).

= ! " − $%% ! "

$%% ! " & 100%

3.4.2 Variabel Independen

1. Return On Asset (X1)

Variabel ini menunjukkan ukuran profitabilitas perusahaan yang memberikan

informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas operasi perusahaan. Variabel

ini diukur dengan rasio laba bersih dengan total aset perusahaan.

ROA =Laba Bersih Total Aset

2. Debt to Equity Ratio (X2)

Variabel ini merupakan perbandingan antara utang dengan ekuitas yang

dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi risiko

(3)

DER = Total Utang Total Ekuitas

3. Ukuran Perusahaan (X3)

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan pada tahun

terakhir sebelum melaksanakan IPO. Variabel ini diukur dengan menghitung

logaritma natural (Ln) total aktiva berdasarkan pada laporan keuangan

perusahaan sebelum melakukan IPO.

Ukuran Perusahaan = Ln(Total Aset)

4. Reputasi Underwriter (X4)

Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk

melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa

kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Pengukuran variabel

reputasi underwriter menggunakan variabel dummy. Penentuan reputasi

underwriter dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan yang menggunakan

underwriter dalam daftar top 5, dan memberikan nilai 0 untuk perusahaan yang

tidak menggunakan underwriter dalam daftar top 5. Berikut daftar top 5

underwriter :

1. CIMB Securities Indonesia

2. Daewoo Securities Indonesia

3. Mandiri Sekuritas

4. Credit Suisse Securities Indoneusa

(4)

5. Jenis Industri (X5)

Variabel jenis industri mungkin saja mempengaruhi underpricing karena tiap

industri memiliki risiko dan tingkat ketidakpastian yang berbeda sehingga

dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi.

Pengukuran variabel jenis industri menggunakan variabel dummy. Penentuan

jenis industri menggunakan skala 1 untuk industri barang konsumen dan 0

untuk industri bukan barang konsumen. Pada hakekatnya, variabel dummy ini

dimaksudkan untuk melihat apakah underpricing pada perusahaan barang

konsumen berbeda dengan perusahaan non barang konsumen.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Parameter Skala Ukur

1. Return On Asset (X1)

Rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi atas aset yang dimiliki sehingga menghasilkan keuntungan atau peringkat top 5 underwriter dengan volume, nilai, dan daftar top 5, adn nilai 0 untuk perusahaan yang tidak

(5)

Lanjutan Tabel 3.1 Initial Public Offering. Initial Return adalah selisih antara harga IPO (Offering Price)

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang

melakukan penawaran perdana atau IPO pada periode 2010-2014 yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan kriteria tertentu.

Adapun sampel penelitian diambil setelah memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang melakukan IPO periode 2012-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan tersebut mengalami underpicing, dimana harga IPO lebih rendah

dibandingkan harga penutupan di hari pertama pasar sekunder.

3. Tersedia laporan keuangan yang telah diaudit satu tahun sebelum perusahaan

melakukan IPO.

(6)

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 61 perusahaan yang dijadikan

sampel penelitian dari 75 populasi perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2012-2014. Berikut adalah sampel penelitian ini:

Tabel 3.2

3 BEST Bekasi Fajar Industrial

Estate Tbk 10-Apr-12 170 285 Underpricing

4 BJTM Bank Pembangunan

Daerah Jawa Timur Tbk 12-Jul-12 430 440 Underpricing

5 BSSR Baramulti Suksessarana

Tbk 08-Nop-12 1950 1940 Overpricing

6 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 01-Feb-12 610 910 Underpricing

7 GAM

A Gading Development Tbk 11-Jul-12 105 178 Underpricing 8 GLOB Global Teleshop Tbk 10-Jul-12 1150 1150 Unchanged 9 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 31-Agu-12 1000 1500 Underpricing 10 KOBX Kobexindo Tractors Tbk 05-Jul-12 400 460 Underpricing 11 MSKY MNC Sky Vision Tbk 09-Jul-12 1520 1540 Underpricing

12 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri

Tbk 11-Okt-12 168 205 Underpricing

13 NIRO Nirvana Development Tbk 13-Sep-12 105 178 Underpricing 14 PADI Minna Padi Investama Tbk 09-Jan-12 395 550 Underpricing 15 PALM Provident Agro Tbk 08-Okt-12 450 470 Underpricing 16 RANC Supra Boga Lestari Tbk 07-Jun-12 500 670 Underpricing

17 TAXI Express Transindo Utama

Tbk 02-Nop-12 560 590 Underpricing

18 TELE Tiphone Mobile Indonesia

Tbk 12-Jan-12 310 325 Underpricing

19 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk 06-Jul-12 1900 2125 Underpricing 20 TRIS Trisula International Tbk 28-Jun-12 300 320 Underpricing 21 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 18-Des-12 650 800 Underpricing

22 WSKT Waskita Karya (Persero)

Tbk 19-Des-12 380 445 Underpricing

23 ACST Acset Indonusa Tbk 24-Jun-13 2500 2825 Underpricing

24 ANJT Austindo Nusantara Jaya

Tbk 08-Mei-13 1200 1190 Overpricing

25 APII Arita Prima Indonesia Tbk 29-Okt-13 220 330 Underpricing 26 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08-Jul-13 1380 1560 Underpricing

27 BBRM Pelayaran Nasional Bina

Buana Raya Tbk 09-Jan-13 230 230 Unchanged

28 BMAS Bank Maspion Indonesia

Tbk 11-Jul-13 320 325 Underpricing

29 CPGT Citra Mahalika Nusantara

(7)

Lanjutan Tabel 3.2 Tbk

31 DYAN Dyandra Media International Tbk

25-Mar-13 350 385 Underpricing

32 ECII Electronic City Indonesia Tbk

03-Jul-13 4050 3800 Overpricing

33 HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk

10-Jan-13 185 200 Underpricing

34 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 10-Des-13 500 540 Underpricing 35 ISSP Steel Pipe Industry of

Indonesia Tbk

22-Feb-13 295 290 Overpricing

36 KRAH Grand Kartech Tbk 08-Nop-13 275 410 Underpricing 37 LEAD Logindo Samudra Makmur

Tbk

11-Des-13 2800 2800 Unchanged

38 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk

16-Jan-13 110 96 Overpricing

39 MLPT Multipolar Technology Tbk

08-Jul-13 480 720 Underpricing

40 MPM X

Mitra Pinasthika Mustika Tbk

29-Mei-13 1500 1460 Overpricing

41 NAGA Bank Mitraniaga Tbk 09-Jul-13 180 305 Underpricing 42 NOBU Bank Nationalnobu Tbk 20-Mei-13 375 430 Underpricing 43 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk 27-Jun-13 850 1270 Underpricing 44 SAME Sarana Meditama 11-Jan-13 400 455 Underpricing

45 SIDO Industri Jamu dan Farmasi

Sido Muncul Tbk 18-Des-13 580 700 Underpricing

46 SILO Siloam International

Hospitals Tbk 12-Sep-13 9000 9650 Underpricing

47 SMBR Semen Baturaja (Persero)

Tbk 28-Jun-13 560 570 Underpricing

48 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 17-Jun-13 240 250 Underpricing

49 SRTG Saratoga Investama

Swadaya Tbk 26-Jun-13 5500 4550 Overpricing

50 SSMS Sawit Sumbermas Sarana

Tbk 12-Des-13 670 720 Underpricing

51 TPMA Trans Power Marine Tbk 20-Feb-13 230 345 Underpricing 52 VICO Victoria Investama Tbk 08-Jul-13 125 210 Underpricing 53 AGRS Bank Agris Tbk 22-Des-14 110 187 Underpricing

54 ASMI Asuransi Mitra Maparya

Tbk 16-Jan-14 270 405 Underpricing

55 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 13-Mar-14 400 600 Underpricing 56 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16-Jan-14 240 270 Underpricing 57 BIRD Blue Bird Tbk 05-Nop-14 6500 7450 Underpricing 58 BLTZ Graha Layar Prima Tbk 10-Apr-14 3000 3400 Underpricing

59 BPII Batavia Prosperindo

International Tbk 08-Jul-14 500 550 Underpricing

60 CANI Capitol Nusantara

Indonesia Tbk 16-Jan-14 200 239 Underpricing 61 CINT Chitose Internasional Tbk 27-Jun-14 330 363 Underpricing

62 DAJK Dwi Aneka Jaya

(8)

Lanjutan Tabel 3.2

No. Kode Nama Perusahaan Tgl IPO Opening

Price

Closing

Price Keterangan 64 GOLL Golden Plantation Tbk 23-Des-14 288 289 Underpricing

65 IBFN Intan Baruprana Finance

Tbk 22-Des-14 288 290 Underpricing

66 IMPC Impack Pratama Industri

Tbk 17-Des-14 3800 5700 Underpricing

67 LINK Link Net Tbk 02-Jun-14 1600 2400 Underpricing

68 LRNA Eka Sari Lorena Transport

Tbk 15-Apr-14 900 780 Overpricing

69 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk 10-Jul-14 1300 1300 Unchanged 70 MDIA Intermedia Capital Tbk 11-Apr-14 1380 1510 Underpricing

71 MGN

A Magna Finance Tbk 07-Jul-14 105 155 Underpricing 72 PNBS Bank Panin Syariah Tbk 15-Jan-14 100 97 Overpricing 73 SOCI Soechi Lines Tbk 03-Des-14 550 620 Underpricing 74 TARA Sitara Propertindo Tbk 11-Jul-14 106 180 Underpricing 75 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 08-Apr-14 590 760 Underpricing Sumber: www.britama.com (data diolah)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berupa data laporan keuangan serta prospektus masing-masing perusahaan

yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

metode studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa

harga saham, laporan keuangan dan prospektus yang diperoleh dari website

seperti www.idx.co.id, www.icamel.id, www.sahamok.com, dan

(9)

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data

dikumpulkan, diklarifikasikan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan

secara objektif sehingga dapat memberikan gambaran mengenai objek yang

dibahas

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menguji pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan Jenis Industri terhadap

Underpricing yang menggunakan regresi linier bergada (multiple linier

regression). Adapun model persamaan regresi linier pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Y= ∝ + bE XE+ bG XG + bHXH + bI XI + bJ XJ+ K

Keterangan:

Y = Underpricing

α = Konstanta

XE = Return On Asset (ROA) XG = Debt to Equity Ratio (DER) XH = Reputasi Underwriter

XI = Ukuran Perusahaan

XJ = Jenis Industri

bE -bJ = Koefisien regresi variabel bebas

(10)

3.9 Uji Asumsi Klasik

Suatu model dapat dikatakan baik dan layak digunakan untuk

memprediksi atau membuat keputusan dalam penelitian adalah apabila model

yang akan digunakan dalam penelitian sudah lolos dari serangkaian uji asumsi

klasik yang melandasinya. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang

meliputi uji normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel

yang akan digunakan dalam penelitian dan data yang digunakan dalam penelitian

adalah data yang terdistribusi normal.

Uji ini digunakan pada tahap awal dalam metode pemilihan analasis data.

Jika data normal digunakan uji parametik dan jika data tidak normal digunakan

non parametik atau treatment agar data normal. Tujuan uji normalitas adalah

untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji

normalitas data peneliti digunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Jika Asym. Sig > 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal.

b. Jika Asym. Sig < 0,05 berarti seluruh data berdistribusi tidak normal.

3.9.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode

regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel

(11)

dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai Tolerance> 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai Tolerance >0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Menurut Ghozali (2006:95) gejala Multikolinearitas ini dapat dideteksi

dengan beberapa cara antara lain :

1. Menghitung koefisien korelasi sederhana (simple correlation) antara sesama

variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau

melebihi 0,8, hal tersebut menunjukkan terjadinya masalah multikolinearitas

dalam regresi.

2. Menghitung nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor), jika nilai

Toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut

menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar

variabel bebas.

3. Lakukan regresi antar variabel bebas dan menghitung masing-masing R2 ,

kemudian melakukan uji F dan bandingkan dengan Ftabel (a;k-2,n-k+1). Jika

nilai Fhitung melebihi nilai Ftabel berarti dapat dinyatakan bahwa Xi kolinier

dengan X yang lain. Apabila dalam penelitian terjadi multikolineritan, maka

dapat diatasi dengan beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah

(12)

a. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang

tinggi.

b. Menambah jumlah observasi.

c. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma

natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.

d. Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang

masih jarang sekali digunakan.

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang

tidak sama/konstan (Suliyanto 2011:95). Uji heteroskedasitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala

heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman,

dan Barlett.

3.9.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara

anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series)

atau ruang (cross section). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

(13)

menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi

(Suliyanto, 2011:125). Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji

Durbin-Watson (DW) adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka

koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.

Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi

lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

3.10 Pengujian Hipotesis

3.10.1 Uji Serempak (Uji F)

Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas yang

terdapat di dalam model secara serempak terhadap variabel terikat. Hipotesis ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. HM : bE = bG = bH = bI = bJ = 0, Artinya secara serempak Return On Asset

(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran

Perusahaan dan Jenis Industri berpengaruh tidak signifikan terhadap

Underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI periode

2012-2014.

2. HN : bE ≠ bG ≠ bH ≠ bI ≠ bJ ≠ 0, Artinya secara serempak Return On Asset

(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran

Perusahaan dan Jenis Industri berpengaruh signifikan terhadap Underpricing

(14)

Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan (α) = 5%

untuk mendapatkan nilai Ftabel. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai

berikut:

a. Jika Fhitung≤ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima.

b. Jika Fhitung≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima.

3.10.2 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dengan pengujian sebagai berikut:

1. HM : bP = 0, Artinya secara parsial Return On Asset (ROA), Debt to Equity

Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri

berpengaruh tidak signifikan terhadap underpricing saham perusahaan saham

yang melakukan IPO di BEI periode 2010-2014.

2. Ha : bP 0, Artinya secara parsial, Return On Asset (ROA), Debt to Equity

Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri

berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham perusahaan saham yang

melakukan IPO di BEI periode 2010-2014.

Pada penelitian ini tQPRSTU akan dibandingkan dengan tRNVWX pada tingkat

signifikan (α)= 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-t ini adalah

a. Bila tRNVWX≤tQPRSTU≤tRNVWX, maka HM diterima dan HN ditolak

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)

Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) didirikan tanggal 03 Juni 1997. Ruang

lingkup kegiatan ALTO adalah bergerak dalam bidang industri air mineral (air

minum) dalam kemasan plastik, makanan, minuman dan pengalengan/pembotolan

serta industri bahan kemasan. Produksi Air minum dalam kemasan secara

komersial dimulai pada tanggal 3 Juni 1997. Saham perusahaan dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Juli 2012.

2. PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)

Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) didirikan tanggal 17 Desember 1999.

Ruang lingkup kegiatan ASSA adalah menjalankan jasa penyewaan kendaraan

bermotor/alat transportasi darat, jual beli kendaraan bekas, jasa pengurusan

transportasi/logistik dan jasa penyediaan juru mudi melalui anak usaha, yaitu PT

Duta Mitra Solusindo. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tanggal 12 Nopember 2012.

3. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST)

Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) didirikan tanggal 24 Agustus

1989 dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1989. Ruang lingkup kegiatan

BEST adalah menjalankan usaha dalam bidang pembangunan dan pengelolaan

kawasan industri dan perumahan. Kegiatan usaha yang dijalankan BEST adalah

(16)

sarana dan prasarana (pengelolaan kawasan, penyediaan air bersih, pengelolaan

air limbah) serta fasilitas pendukung (lapangan golf, coffee shop dan restoran

Jepang, dimana seluruh fasilitas tersebut berada di area club house.). Saham

perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 April

2012.

4. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) (BJTM)

didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan

Daerah Djawa Timur dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1961.

Ruang lingkup kegiatan BJTM adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang

perbankan, termasuk perbankan berdasarkan prinsip syariah serta kegiatan

perbankan lainnya yang lazim sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 12 Juli 2012.

5. PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)

Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) didirikan tanggal 26 Maret 2006 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2007. Ruang lingkup kegiatan

ESSA ialah berusaha dalam bidang industri pemurnian dan pengolahan minyak

dan gas bumi; industri petrokimia; perdagangan besar, distributor utama dan

ekspor untuk hasil produksi minyak, gas dan petrokimia; eksplorasi minyak dan

gas bumi, hulu dan hilir; energi terbarukan; dan gas hilir. Kegiatan utama ESSA

(17)

(Liquefied Petroleum Gas), Kondensat dan Propana. Saham perusahaan dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 01 Februari 2012.

6. PT Gading Development Tbk

Gading Development Tbk (GAMA) didirikan tanggal 18 Desember 2003

dengan nama PT Artha Asia Pratama dan memulai kegiatan usaha komersialnya

pada tahun 2009. Ruang lingkup kegiatan GAMA meliputi bidang pembangunan,

jasa, perdagangan dan industri. Kegiatan usaha yang dijalankan GAMA meliputi

jasa pengelolaan proyek pada anak usaha serta melakukan investasi pada anak

usaha yang bergerak di bidang jasa pengelolaan hotel dan pengembangan real

estate. Proyek-proyek Gading Development, meliputi apartemen (The Boutique di

Kemayoran, Gading Greenhil di Kelapa Gading dan The Spring Residences di

Ciputat) dan perumahan (Senopati Estate, Villa Permata Tambun, Grand Regency

Bekasi, Villa Permata Cikarang dan Sindang Panon Regency). Saham perusahaan

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2012.

7. PT Bangun Inti Sejahtera Tbk (IBST)

Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) didirikan tanggal 28 April 2006 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. Ruang lingkup kegiatan

IBST adalah bergerak dalam bidang penyedia jasa menara telekomunikasi.

Kegiatan utama IBST adalah menyediakan jasa untuk beberapa operator

telekomunikasi, seperti: Smart Telecom, Indosat, Telkomsel, XL Axiata, NTS,

HCPT, Bakrie Telecom, melalui penyewaan tower yang tersebar di seluruh

Indonesia. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

(18)

8. PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX)

Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) didirikan tanggal 28 September 2002

dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2002. Ruang lingkup

kegiatan KOBX adalah menjalankan usaha dalam bidang distributor, perdagangan

dan Jasa. Kegiatan utama KOBX adalah distributor dalam menjual alat-alat berat

termasuk penjualan suku cadang dan servis alat-alat berat. Saham perusahaan

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Juli 2012.

9. PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY)

MNC Sky Vision Tbk (MSKY) didirikan tanggal 08 Agustus 1988 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1994. Ruang lingkup kegiatan

MSKY bergerak dalam bidang jasa pengelolaan pelanggan televisi antara lain

memberikan jasa pengelolaan pelanggan serta menyelenggarakan siaran televisi

berlangganan. Saat ini MSKY bergerak dalam bidang penyiaran dan pemasaran

beberapa program televisi international melalui satelit. Siaran televisi yang di

kelola MNC Sky Vision Tbk antara lain: Indovision, Top TV dan Oke Vision.

Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09

Juli 2012.

10. PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY)

Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) didirikan dengan nama PT Nelly

Dwi Putri Chemical pada tanggal 05 Februari 1977 dan memulai kegiatan usaha

komersialnya pada tahun 1977. Ruang lingkup kegiatan NELY meliputi bidang

usaha jasa angkutan laut. Kegiatan utama yang dijalankan NELY saat ini adalah

bidang usaha jasa pelayaran dan pengangkutan di dalan dan luar negeri, jasa

(19)

dan perbaikan kapal yang dijalankan oleh anak usaha (PT Permata Barito

Shipyard & Engineering). Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Oktober 2012.

11. PT Nirvana Development Tbk (NIRO)

Nirvana Development Tbk (NIRO) didirikan tanggal 18 Desember 2003

dengan nama PT Adipura Artha Pratama dan memulai kegiatan usaha

komersialnya pada tahun 2009. Ruang lingkup kegiatan NIRO bergerak dalam

bidang pembangunan, perdagangan, perindustrian, pertambangan, pengangkutan

darat, pertanian, percetakan, perbengkelan dan jasa. Saat ini, kegiatan usaha

Nirvana Development Tbk adalah bergerak dalam bidang pembangunan,

perdagangan (mengambil bahan baku batu kapur dari pemasok dan langsung

mengirimkannya ke konsumen) dan properti investasi melalui anak usaha. Saham

perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13

September 2012.

12. PT Minna Padi Investama Tbk (PADI)

Minna Padi Investama Tbk (PADI) didirikan tanggal 28 Mei 1998 dengan

nama PT Batavia Artatama Securindo dan memulai kegiatan usaha komersialnya

pada tahun 1999. Ruang lingkup kegiatan usaha Minna Padi meliputi jasa

perantara perdagangan efek dan penjamin emisi efek. Ijin usaha sebagai Perantara

Pedagang Efek diperoleh tanggal 30 Agustus 1999 sedangkan ijin usaha sebagai

Penjamin Emisi Efek diperoleh tanggal 3 April 2000. Kemudian tanggal 20 Mei

2005 Minna Padi memperoleh ijin perdagangan marjin. Saham perusahaan

(20)

13. PT Provident Agro Tbk (PALM)

Provident Agro Tbk (PALM) didirikan tanggal 26 Nopember 2006 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. Ruang lingkup kegiatan

PALM meliputi usaha-usaha di bidang pertanian, perdagangan, industri,

transportasi dan jasa yang berhubungan dengan agroindustri. Kegiatan utama

PALM adalah bidang perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit,

memproduksi minyak mentah kelapa sawit (CPO / Crude Palm Oil), inti sawit,

minyak inti sawit dan produk turunan kelapa sawit lainnya. Saham perusahaan

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Oktober 2012.

14. PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC)

Supra Boga Lestari Tbk (RANC) didirikan tanggal 28 Mei 1997 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1998. Ruang lingkup kegiatan

RANC bergerak dalam bidang perdagangan yaitu mengusahakan pasar swalayan

yang dikenal dengan nama “99 Ranch Market” dan “Farmers Market”. Supra

Boga Lestari memiliki 26 cabang (outlet/swalayan) yang berlokasi di berbagai

kota di Indonesia. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 07 Juni 2012.

15. PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)

Express Transindo Utama Tbk (dahulu bernama PT Kasih Bhakti Utama)

(TAXI) didirikan 11 Juni 1981 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun

1989. Ruang lingkup kegiatan TAXI adalah berusaha dalam bidang pengangkutan

darat. Kegiatan usaha TAXI memiliki keterkaitan dengan Anak Usaha (Express

(21)

Express Group merupakan perusahaan yang mengoperasikan taksi merek Express

dan Eagle untuk wilayah Jadetabek, Surabaya, Semarang, Medan dan Padang.

Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02

Nopember 2012.

16. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)

Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) didirikan di Jakarta tanggal 25

Juni 2008 dan memulai kegiatan operasinya secara komersial pada Januari 2009.

Ruang lingkup kegiatan Tiphone dan Entitas Anak adalah bergerak dalam bidang

perdagangan telepon selular, aksesoris, voucher isi ulang pulsa telepon selular,

kartu telepon pra bayar dan pasca bayar, dan jasa pengadaan konten telepon

selular serta reparasi telepon selular. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Januari 2012.

17. PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA)

Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) didirikan tanggal 03 Agustus 2007

dengan nama PT Buana Persada Gemilang dan memulai kegiatan usaha

komersialnya pada tahun 2010. Ruang lingkup kegiatan TOBA adalah di bidang

pembangunan, perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian dan jasa.

Kegiatan utama TOBA adalah investasi di bidang pertambangan batubara dan

perkebunan kelapa sawit melalui anak usaha. Anak usaha memiliki izin usaha

pertambangan atas wilayah usaha pertambangan yang berlokasi di Kalimantan,

Indonesia. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 06 Juli 2012.

(22)

Trisula International Tbk (sebelumnya PT Trisula Global Fashion) (TRIS)

didirikan tanggal 13 Desember 2004 dengan nama PT Transindo Global Fashion

dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2005. Ruang lingkup

kegiatan TRIS antara lain menjalankan usaha dalam bidang perdagangan pakaian

jadi (garmen), industri garmen, industri tekstil serta usaha terkait lainnya. Trisula

dan anak usahanya memproduksi pakaian jadi dan memiliki gerai penjualan (sales

outlet) milik sendiri dan secara konsinyasi melalui kerja sama dengan retailer di

beberapa pusat perbelanjaan yang tersebar di hampir seluruh kota besar di

Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dan Balikpapan.

Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28

Juni 2012.

19. PT Wismilak Inti Makmur (WIIM)

Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) didirikan tanggal 14 Desember 1994

dan dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1963. Ruang lingkup kegiatan

WIIM meliputi: menjalankan dan melaksanakan usaha perindustrian, terutama

industri bumbu rokok dan kelengkapan rokok lainnya antara lain pembuatan filter

rokok regular/mild; bidang pemasaran dan penjualan produk-produk bumbu rokok

dan kelengkapan rokok lainnya antara lain pembuatan filter rokok regular/mild

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan melakukan

penyertaan pada perusahaan-perusahaan lain yang memiliki kegiatan usaha yang

berhubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan. Saham perusahaan dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2012.

(23)

Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) didirikan dengan nama Perusahaan

Negara Waskita Karya tanggal 01 Januari 1961 dari perusahaan asing bernama

“Volker Aanemings Maatschappij NV” yang dinasionalisasi Pemerintah. Ruang

lingkup kegiatan Waskita Karya adalah turut melaksanakan dan menunjang

kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional

pada umumnya, khususnya industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa

penyewaan, jasa keagenan, investasi, agro industri, perdagangan, pengelolaan

kawasan, layanan jasa peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi,

teknologi informasi serta kepariwisataan dan pengembang. Saham perusahaan

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Desember 2012.

21. PT Acset Indonusa Tbk (ACST)

Acset Indonusa Tbk (ACST) didirikan tanggal 10 Januari 1995 dan

memulai kegiatan komersial pada tahun 1995. Ruang lingkup kegiatan ACST

terutama bergerak dalam bidang pembangunan dan jasa konstruksi. Kegiatan

utama Acset adalah menjalankan usaha seperti membangun gedung, pertokoan,

hotel apartement, jembatan dan lain-lain. Saham perusahaan dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 24 Juni 2013.

22. PT Arita Prima Indonesia Tbk (APII)

Arita Prima Indonesia Tbk (APII) didirikan tanggal 05 Oktober 2000 dan

memulai kegiatan komersial pada tahun 2001. Ruang lingkup kegiatan APII

adalah berusaha dalam bidang industri dan perdagangan. Saat ini, kegiatan usaha

APII adalah perdagangan ekspor dan impor barang-barang logam yang mencakup

(24)

(Malaysia), Ari-Armaturen (Jerman), RK Marine (Tiongkok), KVC (Jepang) dan

AS-Schneider (Jerman). Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tanggal 29 Oktober 2013.

23. PT Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD)

Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD) didirikan tanggal 27 April 1955 dan

memulai kegiatan komersial pada tanggal 12 Desember 1956. Ruang lingkup

kegiatan BBMD adalah menjalankan kegiatan jasa perbankan dan jasa keuangan

lainnya. Bank Mestika Dharma izin sebagai bank devisa dari Bank Indonesia pada

tanggal 05 Januari 1995. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tanggal 08 Juli 2013.

24. PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)

Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) didirikan tanggal 06 Nopember

1989 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1990. Ruang lingkup kegiatan

Bank Maspion adalah menjalankan kegiatan umum perbankan sesuai dengan

undang-undang dan peraturan yang berlaku. Bank Maspion memperoleh izin

usaha untuk beroperasi sebagai bank umum tanggal 30 Juli 1990 dan memperoleh

izin untuk menjalankan aktivitas sebagai bank devisa tanggal 28 Juli 1995. Saham

perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli

2013.

25. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)

Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) didirikan tanggal 29 September

(25)

kegiatan DSNG bergerak di bidang industri perkayuan terpadu (komersial tahun

1985), industri agro, industri tanaman perkebunan (komersial tahun 2001) dan

pengolahan kelapa sawit (komersial tahun 2002). Saham perusahaan dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juni 2013.

26. Dyandra Media International Tbk (DYAN)

Dyandra Media International Tbk (Dyandra&Co) (DYAN) didirikan

tanggal 24 Juli 2007 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 2007. Ruang

lingkup kegiatan DYAN adalah berusaha dalam bidang jasa, pembangunan dan

perdagangan. Saat ini, Dyandra&Co bergerak di bidang penerbitan majalah dan

perusahaan investasi. Melalui anak usahanya, Dyandra&Co menjalankan usaha

penyelenggara event / pameran, bisnis pendukung event, bisnis ruang konvensi

dan pameran serta bisnis hotel. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tanggal 25 Maret 2013.

27. PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL)

Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL) didirikan tanggal 23 Maret 2006 dan

mulai beroperasi secara komersial tahun 2006. Ruang lingkup kegiatan HOTL

adalah usaha penyediaan akomodasi dengan segala fasilitas dan sarana penunjang

lainnya, antara lain perhotelan, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan

karavan dan jasa pengelolaan properti seperti apartemen dan kondominium.

Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Januari 2013.

28. PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS)

Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) didirikan dengan nama PT Multi

(26)

meliputi, antara lain usaha dalam perdagangan impor dan ekspor kendaraan

bermotor beserta suku cadangnya, perbengkelan, jasa dan konsultasi teknik

permesinan dan transportasi darat. Selain itu, IMJS juga menjalankan bisnis jasa

pembiayaan kendaraan bermotor dan alat berat dengan bentuk pembiayaan

konsumen, sewa guna usaha dan anjak piutang melalui anak usahanya, yakni PT

Indomobil Finance Indonesia. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 10 Desember 2013.

29. PT Grand Kartech Tbk (KRAH)

Grand Kartech Tbk (KRAH) didirikan tanggal 18 Agustus 1990 dan

memulai kegiatan komersial pada tahun 1991. Ruang lingkup kegiatan KRAH

adalah berusaha dalam bidang perdagangan, jasa dan perindustrian. Kegiatan

utama Grand Kartech di Bergerak dalam bidang usaha industri manufaktur dan

perakitan mesin industri. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 08 Nopember 2013.

30. PT Multipolar Technology Tbk (MLPT)

Multipolar Technology Tbk (MLPT) didirikan tanggal 28 Desember 2001

dengan nama PT Netstar Indonesia dan memulai kegiatan komersial pada bulan

Pebruari 2009. Ruang lingkup kegiatan MLPT adalah berusaha di bidang jasa,

perdagangan umum, perindustrian, percetakan dan pengangkutan darat. Kegiatan

usaha utama MLPT meliputi jasa telekomunikasi dan industri informatika,

bertindak sebagai agen, perwakilan, pemegang/pemberi lisensi waralaba,

(27)

komputer dan peripheral dan industri peralatan transmisi telekomunikasi. Saham

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Juli 2013.

31. PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA)

Bank Mitraniaga Tbk (NAGA) didirikan tanggal 05 Juli 1989 dan

memulai kegiatan komersial pada tahun 1990. Ruang lingkup kegiatan NAGA

adalah menjalankan kegiatan umum perbankan sesuai dengan undang-undang dan

peraturan yang berlaku. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 09 Juli 2013.

32. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU)

Bank Nationalnobu Tbk (Nobu Bank) (NOBU) didirikan tanggal 13

Februari 1990 dengan nama PT Alfindo Sejahtera Bank (PT Alfindo Bank) dan

memulai kegiatan komersial pada tanggal 16 Agustus 1990. Ruang lingkup

kegiatan NOBU adalah melakukan usaha di bidang perbankan. Nobu Bank

memperoleh ijin usaha sebagai bank umum dan sebagai bank devisa,

masing-masing pada tanggal 16 Agustus 1990 dan 21 November 2014. Saham dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Mei 2013

33. PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)

Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) didirikan tanggal 17 September 1975 dan

memulai kegiatan komersial pada tahun 1975. Ruang lingkup kegiatan NRCA

adalah berusaha dalam bidang pembangunan, perindustrian perdagangan, jasa,

perbengkelan dan pengangkutan. Kegiatan usaha NRCA terutama berusaha dalam

bidang infrastruktur dan jasa konstruksi untuk pemborongan bangunan sipil

(28)

jembatan, pelabuhan, irigasi dan lain-lain. Saham dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Juni 2013.

34. PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME)

Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) didirikan tanggal 13

Nopember 1984 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1984. Ruang lingkup

kegiatan SAME adalah berusaha dalam bidang kesehatan. Kegiatan usaha utama

SAME, antara lain: Rumah Sakit, Klinik, Poliklinik, Balai Pengobatan; Rumah

Sakit Spesialis dan Poliklinik; Rumah sakit bersalin. Saham dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Januari 2013.

35. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) (SIDO)

didirikan tanggal 18 Maret 1975. Ruang lingkup kegiatan SIDO antara lain

menjalankan usaha dalam bidang industri jamu yang meliputi industri obat-obatan

(farmasi), jamu, kosmetika, minuman dan makanan yang berkaitan dengan

kesehatan, perdagangan, pengangkutan darat dan jasa. Kegiatan utama Sido

Muncul adalah produksi dan distribusi jamu herbal, minuman energi, minuman

dan permen serta minuman kesehatan. Saham dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2013.

36. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)

Siloam International Hospitals Tbk (Siloam Hospitals) (SILO) didirikan

tanggal 03 Agustus 1996 dengan nama PT Sentralindo Wirasta dan memulai

kegiatan komersial pada tahun 2010 setelah restrukturisasi unit-unit rumah sakit

(29)

bidang pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk mendirikan dan mengelola

rumah sakit, poliklinik, sarana dan pra sarana penunjang kesehatan,

menyelenggarakan pelayanan dan penyelenggaraan kesehatan serta

menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Saham

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 September 2013.

37. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR)

Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) didirikan tanggal 14 November

1974 dan memulai kegiatan komersial pada tanggal 1 Juni 1981. Ruang lingkup

kegiatan SMBR terutama bergerak dibidang industri semen termasuk produksi,

distribusi dan jasa-jasa lain yang terkait dengan industri semen. Saham dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 2013.

38. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)

Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) (SRIL) didirikan tanggal 22 Mei 1978 dan

memulai kegiatan komersial pada tahun 1978. Ruang lingkup kegiatan SRIL

meliputi usaha-usaha dalam bidang industri pemintalan, penenunan, pencelupan,

pencetakan, penyempurnaan tekstil dan pakaian jadi. Saham dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juni 2013.

39. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)

Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) didirikan tanggal 22 November

1995 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2005. Ruang lingkup

kegiatan SSMS adalah adalah pertanian, perdagangan, dan industri. Saham

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Desember 2013.

(30)

Trans Power Marine Tbk (TPMA) didirikan tanggal 24 Januari 2005 dan

memulai kegiatan komersial pada bulan Maret 2005. Ruang lingkup kegiatan

TPMA meliputi usaha dalam bidang jasa pelayaran. Kegiatan usaha utama TPMA

adalah jasa pengangkutan komoditas barang curah (batu bara, nikel, iron ore,

gypsum, sand, wood chip, dan lain-lain). Saham dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Februari 2013.

41. PT Victoria Investama Tbk (VICO)

Victoria Investama Tbk (dahulu PT Victoria Sekuritas) (VICO) didirikan

tanggal 26 Oktober 1989 dengan nama PT Tata Sekuritas Maju dan memulai

kegiatan komersial pada tahun 1989. Ruang lingkup kegiatan VICO adalah

menjalankan bidang penyediaan jasa konsultasi bisnis, manajemen dan

administrasi kepada masyarakat dan melakukan investasi dalam penyertaan saham

baik di bidang pasar modal maupun bukan pasar modal. Saham dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Juli 2013.

42. PT Bank Agris Tbk (AGRS)

Bank Agris Tbk (AGRS) didirikan tanggal 07 Desember 1970 dengan

nama PT Finconesia (bergerak dalam bidang institusi keuangan). Ruang lingkup

kegiatan AGRS adalah bergerak dalam bidang usaha jasa perbankan. Saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22 Desember

2014.

43. PT Asuransi Mitra Maparya Tbk (ASMI)

Asuransi Mitra Maparya Tbk (Mitra Insurance) (ASMI) didirikan tanggal

(31)

Society Ltd) dan memulai kegiatan operasional pada tahun 1985. Ruang lingkup

kegiatan ASMI adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang asuransi kerugian

dengan mengeluarkan produk-produk asuransi kerugian serta usaha-usaha lain

yang berkaitan dengan bidang usaha asuransi kerugian. Saham dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2014.

44. PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI)

Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) (Balitower) didirikan tanggal 06 Juli

2006 dan memulai kegiatan komersial pada bulan Juli 2008. Ruang lingkup

kegiatan Balitower adalah bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi. Saham

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Maret 2014.

45. PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)

Bank Ina Perdana Tbk (BINA) didirikan tanggal 09 Februari 1990 dengan

nama PT Bank Ina dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1991. Ruang

lingkup kegiatan BINA adalah menjalankan kegiatan jasa umum perbankan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Saham dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2014.

46. PT Blue Bird Tbk (Bird)

Blue Bird Tbk (BIRD) didirikan tanggal 29 Maret 2001 dan memulai

kegiatan komersial pada tahun 2001. Ruang lingkup kegiatan Blue Bird adalah

bergerak dalam bidang pengangkutan darat, jasa, perdagangan, industri dan

perbengkelan. Kegiatan usaha utama Blue Bird adalah bergerak dalam bidang

(32)

limusin dan sewa mobil serta bus (Golden Bird dan Big Bird). Saham dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Nopember 2014.

47. PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ)

Graha Layar Prima Tbk (CGV Blitz) (BLTZ) didirikan tanggal 03

Februari 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Oktober tahun

2006. Ruang lingkup kegiatan BLTZ adalah menjalankan usaha di bidang

perfilman, perekaman video, penyediaan makanan dan minuman serta jasa

rekreasi dan hiburan. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 10 April 2014.

48. PT Batavia Prosperindo International Tbk (BPII)

Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII) didirikan tanggal 12

November 1998 dan memulai operasi komersial pada tanggal 12 Mei 1999. Ruang

lingkup kegiatan BPII adalah bergerak di bidang pemberian konsultasi manajemen

dan bisnis. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08

Juli 2014.

49. PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI)

Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI) didirikan tanggal 31 Agustus

2004. Ruang lingkup kegiatan CANI adalah berusaha dalam bidang pelayaran

(pengangkutan laut). Saat ini CANI menjalankan kegiatan usaha pada pelayaran

dan pengangkutan laut dalam negeri serta jasa penyewaan dan keagenan kapal.

Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2014.

(33)

Chitose Internasional Tbk (CINT) didirikan tanggal 15 Juni 1978 dengan

nama PT Chitose Indonesia Manufacturing Limited dan mulai beroperasi secara

komersial mulai tahun 1979. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 27 Juni 2014.

51. PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK)

Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) didirikan tanggal 05 Mei 1997.

Ruang lingkup kegiatan DAJK adalah bergerak di bidang industri percetakan

offset kemasan dan karton gelombang. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Mei 2014.

52. PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR)

Bank Dinar Indonesia Tbk (Bank Dinar) (DNAR) didirikan tanggal 15

Agustus 1990 dengan nama PT Liman International Bank dan memulai kegiatan

komersial pada tahun 1991. Ruang lingkup kegiatan Bank Dinar adalah

menjalankan kegiatan umum perbankan sesuai dengan undang-undang dan

peraturan yang berlaku. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 11 Juli 2014.

53. PT Golden Plantation Tbk (GOLL)

Golden Plantation Tbk (GOLL) didirikan tanggal 5 Desember 2007.

Ruang lingkup kegiatan GOLL adalah bergerak dalam bidang pertanian, yaitu

terutama dibidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. Saham

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2014.

(34)

Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) didirikan tanggal 04 September 1991

dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1997. Ruang lingkup kegiatan IBFN

adalah bergerak dalam bidang usaha lembaga pembiayaan yang meliputi sewa,

anjak piutang dan pembiayaan konsumen. Saham dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 22 Desember 2014.

55. PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC)

Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) didirikan tanggal 26 Januari 1981

dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1982. Ruang lingkup kegiatan IMPC

adalah bergerak produsen dan distribusi bahan bangunan dan plastik. Saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Desember

2014.

56. PT Link Net Tbk (LINK)

Link Net Tbk (LINK) didirikan tanggal 14 Maret 1996 dengan nama PT

Seruling Indah Permai. Ruang lingkup kegiatan LINK adalah bergerak di bidang

penyelenggaraan jaringan tetap berbasis kabel, penyelenggaraan jasa multimedia,

jasa akses internet serta jasa konsultasi manajemen bisnis. Saham dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02 Juni 2014.

57. PT Intermedia Capital Tbk (MDIA)

Intermedia Capital Tbk (MDIA) didirikan tanggal 25 Februari 2008

dengan nama PT Magazine Asia dan mulai beroperasi secara komersial pada

tahun 2008. Ruang lingkup kegiatan MDIA adalah terutama meliputi kegiatan

usaha bidang perdagangan dan jasa. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek

(35)

58. PT Magna Finance Tbk (MGNA)

Magna Finance Tbk (MGNA) didirikan tanggal 09 Maret 1984 dengan

nama PT Arkasa Utama Leasing dan memulai operasi komersial pada tahun 1984.

Ruang lingkup kegiatan Magna Finance adalah bergerak di bidang lembaga

pembiayaan meliputi sewa guna usaha, anjak piutang dan pembiayaan konsumen.

Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Juli 2014

59. PT Soechi Lines Tbk (SOCI)

Soechi Lines Tbk (SOCI) didirikan tanggal 13 Agustus 2010 dan memulai

kegiatan komersilnya pada tahun 2012. Ruang lingkup kegiatan SOCI adalah

bergerak dalam bidang perdagangan impor dan ekspor, jasa konsultasi,

pembangunan, transportasi, percetakan, pertanian, perbengkelan dan industri

lainnya. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 03

Desember 2014.

60. PT Sitara Propertindo Tbk (TARA)

Sitara Propertindo Tbk (TARA) didirikan tanggal 1 Juni 2006 dengan

nama PT Garda Jaya Prima dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun

2006. Ruang lingkup kegiatan TARA adalah bergerak di bidang pembangunan,

jasa, perdagangan, industri dan investasi. Saham dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2014

(36)

Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) (WIKA Beton) didirikan tanggal 11

Maret 1997. Ruang lingkup kegiatan WTON adalah bergerak industri beton

pracetak, jasa konstruksi dan bidang usaha lain yang terkait. Saham dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 April 2014.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang objek penelitian

yang dijadikan sampel. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean),

standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum yang digunakan dalam

penelitian ini. Hasil statistik deskriptif untuk seluruh variabel yang digunakan

dalam penelitian ini disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 61 -5,73 50,57 7,0210 8,69207

DER 61 ,03 3204,86 341,1323 465,89938

Ukuran Perusahaan 61 12,09 29,37 17,7885 5,25413

Reputasi Underwriter 61 ,00 1,00 ,3115 ,46694

Jenis Industri 61 ,00 1,00 ,0492 ,21804

Underpricing 61 ,35 70,00 27,5289 23,51564

Valid N (listwise) 61

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 61 sampel data yang diambil dari laporan

keuangan publikasi tahunan perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di

(37)

a. Variabel ROA memiliki nilai minimum -5,73 oleh Saraswati Griya Lestari Tbk

(HOTL), nilai maksimum 50,57 oleh Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA),

rata-rata ROA 7,02 dan standar deviasi sebesar 8,69 dengan jumlah pengamatan

sebanyak 61.

b. Variabel DER memiliki nilai minimum 0,03 oleh Link Net Tbk (LINK), nilai

maksimum 3204,86 oleh Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME),

rata-rata DER 341,13 dan standar deviasi sebesar 465,89 dengan jumlah

pengamatan sebanyak 61.

c. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 12,09 oleh Arita Prima

Indonesia Tbk (APII), nilai maksimum 29,37 oleh Indomobil Multi Jasa Tbk

(IMJS), rata-rata ukuran perusahaan 17,78 dan standar deviasi sebesar 5,25

dengan jumlah pengamatan sebanyak 61.

d. Variabel reputasi underwriter memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 1,

rata-rata reputasi underwriter 0,31 dan standar deviasi sebesar 0,46. Dimana

terdapat 19 perusahaan yang menggunakan underwriter dengan reputasi tinggi,

dan 42 perusahaan yang menggunakan underwriter dengan reputasi rendah.

e. Variabel jenis industri memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 1, rata-rata

jenis industri 0,04, dan standar deviasi sebesar 0,21. Dimana terdapat 3

perusahaan yang termasuk jenis industri barang konsumen, dan 58 perusahaan

jenis industri non barang konsumen.

f. Variabel underpricing memiliki nilai minimum 0,35 oleh Golden Plantation

(38)

underpricing 27,52 dan standar deviasi sebesar 23,51 dengan jumlah

pengamatan sebanyak 61.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki data yang

terdistribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi

data normal atau mendekati normal.

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian normalitas residual dengan

menggunakan uji Kolmogrorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi

komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relative teoritisnya.

Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data residual tersebut berdistribusi

normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka data residual adalah tidak

normal.

Tabel 4.2

Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

(39)

N 61

Berdasarkan uji Komlogorov-Smirnov terlihat bahwa nilai Asymp.Sig.

(2-tailed) adalah 0,127 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Dengan

kata lain data residual berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna

antara satu variabel independen dengan variabel independen lain. Uji yang

dilakukan utuk menguji multikolinearitas adalah dengan menghitung nilai VIF

(Variance Inflation Factor) untuk masing-masing variabel independen yaitu jika

VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinearitas. Berdasarkan hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada

Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

(40)

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 36,024 12,840 2,806 ,007

ROA -,315 ,372 -,116 -,847 ,400 ,896 1,116

DER -,009 ,007 -,184 -1,348 ,183 ,913 1,096

Size -,176 ,607 -,039 -,289 ,773 ,921 1,085

a. Dependent Variable: Underpricing

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.3 menunjukkan

bahwa keseluruhan variabel mempunyai nilai VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,1,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak terdapat

multikolinearitas. Dengan kata lain, tidak terjadi multikolinearitas diantara

variabel independen dalam penelitian ini.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut

heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar

variabel independen dapat dilihat dengan uji Glejser. Hasil dari uji

heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser

(41)

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 15,913 5,353 2,973 ,004

ROA -,303 ,156 -,230 -1,935 ,268

DER -,005 ,003 -,209 -1,803 ,177

Ukuran Perusahaan ,490 ,250 ,225 1,961 ,365

Reputasi Underwriter -8,940 2,758 -,365 -3,242 ,092

Jenis Industri ,264 6,028 ,005 ,044 ,965

a. Dependent Variable: ABS_RES1

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil uji glejser, dapat dilihat bahwa pada Tabel 4.4

menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen absolut. Hal ini terlihat dari probabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), sehingga dapat

disimpulkan model regresi tidak mengarah pada heteroskedastisitas.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode sebelumnya.Model regresi yang baik adalah model yang

tidak mengandung autokorelasi.Pengujian ini menggunakan uji Durbin-Watson

untuk memastikan apakah model regresi ini terbebas dari masalah autokorelasi.

Hasil pengujian Durbin-Watson dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Durbin-Watson

(42)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,474a ,225 ,176 24,27852 1,893

a. Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter,

DER, ROA

b. Dependent Variable: Underpricing

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Hasil output SPSS menunjukkan nilai DW sebesar 1.893, nilai ini akan

dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%,

jumlah sampel (n) = 61 dan jumlah variabel bebas (k) = 5, maka di Tabel

Durbin-Watson didapatkan nilai dL (durbin-watson lower/batas bawah) = 1.44989, nilai

dU (durbin-watson upper/batas atas) = 1,72808 dan 4-dU = 2,27192. Pengambilan

keputusannya adalah dU (1,72808) < d (1,893) < 4-dU (2,27192), artinya tidak

ada autokorelasi positif atau negatif. Dengan demikian, tidak terdapat adanya

autokorelasi pada model regresi.

4.4 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah

hubungan antara variabel Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),

Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, dan Jenis Industri terhadap

Undepricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di

Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pengolahan data dengan perangkat lunak SPSS

diperoleh hasil pada Tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Analisis Regresi Berganda

(43)

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 42,233 12,324 3,427 ,001

ROA -,148 ,360 -,055 -,411 ,682

DER -,008 ,007 -,166 -1,280 ,206

Ukuran Perusahaan -,275 ,575 -,061 -,479 ,634

Reputasi Underwriter -18,214 6,349 -,362 -2,869 ,006

Jenis Industri -4,853 13,879 -,045 -,350 ,728

a. Dependent Variable: Underpricing

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.6, diperoleh model persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

Y = 42,233 – 0,148 X1 – 0,008 X2 – 0,275 X3 – 18,214 X4 – 4,853 X5 + Y

Persamaan regresi diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 42,233 artinya apabila nilai variabel independen

ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri

bernilai nol, maka variabel dependen underpricing adalah sebesar 42,233%.

b. Koefisien ROA (X1) = -0,148, artinya setiap penambahan ROA sebesar 1%

jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing

sebesar 0,148%.

c. Koefisien DER (X2) = -0,008, artinya setiap penambahan DER sebesar 1%

jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing

sebesar 0,008%.

d. Koefisien ukuran perusahaan (X3) = -0,275, artinya setiap penambahan

ukuran perusahaan sebesar 1% jika variabel lain dianggap konstan, maka

(44)

e. Koefisien reputasi underwriter (X4) = -18,214, artinya setiap penambahan

reputasi underwriter sebesar 1% jika variabel lain dianggap konstan, maka

akan menurunkan underpricing sebesar 18,214%

f. Koefisien jenis industri (X5) = -4,853, artinya setiap penambahan jenis

industri sebesar 1% jika variabel lain dianggap konstan, maka akan

menurunkan underpricing sebesar 4,853%.

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Hasil Uji Serempak (Uji F)

Uji statitik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Return On Asset

(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter

dan Jenis Industri secara bersama-sama (serentak) berpengaruh terhadap

Underpricing dengan tingkat signifikan 0,05.

Berikut kriteria pengujian hipotesis untuk uji F:

1. Merumuskan formulasi hipotesis

a. H0 :b1= b2= b3= b4= b5 = 0, artinya secara serentak ROA, DER, ukuran

perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri berpengaruh tidak

signifikan terhadap underpricing.

b. H1: b1= b2= b3= b4= b5 ≠ 0, artinya secara serentak ROA, DER, ukuran

perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri berpengaruh signifikan

terhadap underpricing.

2. Merumuskan Kriteria Pengujian

Jika Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

(45)

3. Analisis Data

Tabel 4.7

Hasil Uji Serempak (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 5610,673 5 1122,135 3,239 ,023b

Residual 27568,444 55 501,244

Total 33179,117 60

a. Dependent Variable: Underpricing

b. Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, DER, ROA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,239 dengan tingkat

signifikansi sebesarr 0,063. Sedangkan Ftabel pada alpha 5% adalah 2,38. Oleh

karena Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansinya 0,023 < 0,05 menunjukkan bahwa

pengaruh variabel independen yaitu ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi

underwriter dan jenis industri secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

underpricing.

4.5.2 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen,

yaitu ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter dan jenis industri

secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu underpricing. Secara

parsial pengaruh dari variabel tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian
Tabel 4.3 berikut ini.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun berasal, ditemukan, atau dikembangkan oleh seseorang atau sekelompok orang dari suatu kebudayaan, peradaban atau agama tertentu, nilai estetis independen tidak terkait dgn

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu dengan status gizi bayi hal ini disebabkan adanya faktor – faktor

Later in the year, if the colony has been successful and reaches a large enough size, the queen will produce male eggs and some female eggs are raised as new queens.. A lack

Gejala fisik, yaitu sakit kepala, sakit nyeri lambung, mudah kaget, banyak berkeringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku pada leher belakang sampai punggung, dada terasa

Penyebab kekurangan produk anggrek tersebut adalah permintaan yang terus meningkat dan tidak disertai dengan penyediaan produk anggrek ini, dapat dikatakan

• Untuk sistem pembayaran user yang tidak mempunyai kartu kredit maka pada check out dari session shopping cart, user tersebut dapat memilih metode pemba- yaran transfer rekening

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan tingkat ringan, sedang, dan tinggi dengan gejala stress kerja sangat tinggi dan

Persentase morfologi spermatozoa itik lokal dalam 15 perlakuan yang digunakan dalam medium Tris, PBS, Ringer laktat yang dikombinasikan dengan kuning telur