BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua
variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala (Sugiyono 2012:36).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, melalui media internet
dengan websitenya: www.idx.co.id, www.icamel.id, www.sahamok.com, dan
www.britama.com
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.
3.3 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional yang ditetapkan antara lain:
1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Debt
to Equity Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan Jenis
Industri.
3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2012-2014.
3.4 Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing. Underpricing
ini diproxy dengan penghitungan initial return dari perusahaan–perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering. Initial Return adalah selisih antara harga IPO
(Offering Price) dan harga saham penutupan hari pertama di pasar sekunder
(Closing Price).
= ! " − $%% ! "
$%% ! " & 100%
3.4.2 Variabel Independen
1. Return On Asset (X1)
Variabel ini menunjukkan ukuran profitabilitas perusahaan yang memberikan
informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas operasi perusahaan. Variabel
ini diukur dengan rasio laba bersih dengan total aset perusahaan.
ROA =Laba Bersih Total Aset
2. Debt to Equity Ratio (X2)
Variabel ini merupakan perbandingan antara utang dengan ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi risiko
DER = Total Utang Total Ekuitas
3. Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan pada tahun
terakhir sebelum melaksanakan IPO. Variabel ini diukur dengan menghitung
logaritma natural (Ln) total aktiva berdasarkan pada laporan keuangan
perusahaan sebelum melakukan IPO.
Ukuran Perusahaan = Ln(Total Aset)
4. Reputasi Underwriter (X4)
Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk
melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Pengukuran variabel
reputasi underwriter menggunakan variabel dummy. Penentuan reputasi
underwriter dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan yang menggunakan
underwriter dalam daftar top 5, dan memberikan nilai 0 untuk perusahaan yang
tidak menggunakan underwriter dalam daftar top 5. Berikut daftar top 5
underwriter :
1. CIMB Securities Indonesia
2. Daewoo Securities Indonesia
3. Mandiri Sekuritas
4. Credit Suisse Securities Indoneusa
5. Jenis Industri (X5)
Variabel jenis industri mungkin saja mempengaruhi underpricing karena tiap
industri memiliki risiko dan tingkat ketidakpastian yang berbeda sehingga
dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi.
Pengukuran variabel jenis industri menggunakan variabel dummy. Penentuan
jenis industri menggunakan skala 1 untuk industri barang konsumen dan 0
untuk industri bukan barang konsumen. Pada hakekatnya, variabel dummy ini
dimaksudkan untuk melihat apakah underpricing pada perusahaan barang
konsumen berbeda dengan perusahaan non barang konsumen.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Parameter Skala Ukur
1. Return On Asset (X1)
Rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi atas aset yang dimiliki sehingga menghasilkan keuntungan atau peringkat top 5 underwriter dengan volume, nilai, dan daftar top 5, adn nilai 0 untuk perusahaan yang tidak
Lanjutan Tabel 3.1 Initial Public Offering. Initial Return adalah selisih antara harga IPO (Offering Price)
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
melakukan penawaran perdana atau IPO pada periode 2010-2014 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan kriteria tertentu.
Adapun sampel penelitian diambil setelah memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang melakukan IPO periode 2012-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan tersebut mengalami underpicing, dimana harga IPO lebih rendah
dibandingkan harga penutupan di hari pertama pasar sekunder.
3. Tersedia laporan keuangan yang telah diaudit satu tahun sebelum perusahaan
melakukan IPO.
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 61 perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian dari 75 populasi perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2012-2014. Berikut adalah sampel penelitian ini:
Tabel 3.2
3 BEST Bekasi Fajar Industrial
Estate Tbk 10-Apr-12 170 285 Underpricing
4 BJTM Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur Tbk 12-Jul-12 430 440 Underpricing
5 BSSR Baramulti Suksessarana
Tbk 08-Nop-12 1950 1940 Overpricing
6 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 01-Feb-12 610 910 Underpricing
7 GAM
A Gading Development Tbk 11-Jul-12 105 178 Underpricing 8 GLOB Global Teleshop Tbk 10-Jul-12 1150 1150 Unchanged 9 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 31-Agu-12 1000 1500 Underpricing 10 KOBX Kobexindo Tractors Tbk 05-Jul-12 400 460 Underpricing 11 MSKY MNC Sky Vision Tbk 09-Jul-12 1520 1540 Underpricing
12 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri
Tbk 11-Okt-12 168 205 Underpricing
13 NIRO Nirvana Development Tbk 13-Sep-12 105 178 Underpricing 14 PADI Minna Padi Investama Tbk 09-Jan-12 395 550 Underpricing 15 PALM Provident Agro Tbk 08-Okt-12 450 470 Underpricing 16 RANC Supra Boga Lestari Tbk 07-Jun-12 500 670 Underpricing
17 TAXI Express Transindo Utama
Tbk 02-Nop-12 560 590 Underpricing
18 TELE Tiphone Mobile Indonesia
Tbk 12-Jan-12 310 325 Underpricing
19 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk 06-Jul-12 1900 2125 Underpricing 20 TRIS Trisula International Tbk 28-Jun-12 300 320 Underpricing 21 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 18-Des-12 650 800 Underpricing
22 WSKT Waskita Karya (Persero)
Tbk 19-Des-12 380 445 Underpricing
23 ACST Acset Indonusa Tbk 24-Jun-13 2500 2825 Underpricing
24 ANJT Austindo Nusantara Jaya
Tbk 08-Mei-13 1200 1190 Overpricing
25 APII Arita Prima Indonesia Tbk 29-Okt-13 220 330 Underpricing 26 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08-Jul-13 1380 1560 Underpricing
27 BBRM Pelayaran Nasional Bina
Buana Raya Tbk 09-Jan-13 230 230 Unchanged
28 BMAS Bank Maspion Indonesia
Tbk 11-Jul-13 320 325 Underpricing
29 CPGT Citra Mahalika Nusantara
Lanjutan Tabel 3.2 Tbk
31 DYAN Dyandra Media International Tbk
25-Mar-13 350 385 Underpricing
32 ECII Electronic City Indonesia Tbk
03-Jul-13 4050 3800 Overpricing
33 HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk
10-Jan-13 185 200 Underpricing
34 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 10-Des-13 500 540 Underpricing 35 ISSP Steel Pipe Industry of
Indonesia Tbk
22-Feb-13 295 290 Overpricing
36 KRAH Grand Kartech Tbk 08-Nop-13 275 410 Underpricing 37 LEAD Logindo Samudra Makmur
Tbk
11-Des-13 2800 2800 Unchanged
38 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
16-Jan-13 110 96 Overpricing
39 MLPT Multipolar Technology Tbk
08-Jul-13 480 720 Underpricing
40 MPM X
Mitra Pinasthika Mustika Tbk
29-Mei-13 1500 1460 Overpricing
41 NAGA Bank Mitraniaga Tbk 09-Jul-13 180 305 Underpricing 42 NOBU Bank Nationalnobu Tbk 20-Mei-13 375 430 Underpricing 43 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk 27-Jun-13 850 1270 Underpricing 44 SAME Sarana Meditama 11-Jan-13 400 455 Underpricing
45 SIDO Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul Tbk 18-Des-13 580 700 Underpricing
46 SILO Siloam International
Hospitals Tbk 12-Sep-13 9000 9650 Underpricing
47 SMBR Semen Baturaja (Persero)
Tbk 28-Jun-13 560 570 Underpricing
48 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 17-Jun-13 240 250 Underpricing
49 SRTG Saratoga Investama
Swadaya Tbk 26-Jun-13 5500 4550 Overpricing
50 SSMS Sawit Sumbermas Sarana
Tbk 12-Des-13 670 720 Underpricing
51 TPMA Trans Power Marine Tbk 20-Feb-13 230 345 Underpricing 52 VICO Victoria Investama Tbk 08-Jul-13 125 210 Underpricing 53 AGRS Bank Agris Tbk 22-Des-14 110 187 Underpricing
54 ASMI Asuransi Mitra Maparya
Tbk 16-Jan-14 270 405 Underpricing
55 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 13-Mar-14 400 600 Underpricing 56 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16-Jan-14 240 270 Underpricing 57 BIRD Blue Bird Tbk 05-Nop-14 6500 7450 Underpricing 58 BLTZ Graha Layar Prima Tbk 10-Apr-14 3000 3400 Underpricing
59 BPII Batavia Prosperindo
International Tbk 08-Jul-14 500 550 Underpricing
60 CANI Capitol Nusantara
Indonesia Tbk 16-Jan-14 200 239 Underpricing 61 CINT Chitose Internasional Tbk 27-Jun-14 330 363 Underpricing
62 DAJK Dwi Aneka Jaya
Lanjutan Tabel 3.2
No. Kode Nama Perusahaan Tgl IPO Opening
Price
Closing
Price Keterangan 64 GOLL Golden Plantation Tbk 23-Des-14 288 289 Underpricing
65 IBFN Intan Baruprana Finance
Tbk 22-Des-14 288 290 Underpricing
66 IMPC Impack Pratama Industri
Tbk 17-Des-14 3800 5700 Underpricing
67 LINK Link Net Tbk 02-Jun-14 1600 2400 Underpricing
68 LRNA Eka Sari Lorena Transport
Tbk 15-Apr-14 900 780 Overpricing
69 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk 10-Jul-14 1300 1300 Unchanged 70 MDIA Intermedia Capital Tbk 11-Apr-14 1380 1510 Underpricing
71 MGN
A Magna Finance Tbk 07-Jul-14 105 155 Underpricing 72 PNBS Bank Panin Syariah Tbk 15-Jan-14 100 97 Overpricing 73 SOCI Soechi Lines Tbk 03-Des-14 550 620 Underpricing 74 TARA Sitara Propertindo Tbk 11-Jul-14 106 180 Underpricing 75 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 08-Apr-14 590 760 Underpricing Sumber: www.britama.com (data diolah)
3.6 Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berupa data laporan keuangan serta prospektus masing-masing perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa
harga saham, laporan keuangan dan prospektus yang diperoleh dari website
seperti www.idx.co.id, www.icamel.id, www.sahamok.com, dan
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data
dikumpulkan, diklarifikasikan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan
secara objektif sehingga dapat memberikan gambaran mengenai objek yang
dibahas
3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk menguji pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan Jenis Industri terhadap
Underpricing yang menggunakan regresi linier bergada (multiple linier
regression). Adapun model persamaan regresi linier pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Y= ∝ + bE XE+ bG XG + bHXH + bI XI + bJ XJ+ K
Keterangan:
Y = Underpricing
α = Konstanta
XE = Return On Asset (ROA) XG = Debt to Equity Ratio (DER) XH = Reputasi Underwriter
XI = Ukuran Perusahaan
XJ = Jenis Industri
bE -bJ = Koefisien regresi variabel bebas
3.9 Uji Asumsi Klasik
Suatu model dapat dikatakan baik dan layak digunakan untuk
memprediksi atau membuat keputusan dalam penelitian adalah apabila model
yang akan digunakan dalam penelitian sudah lolos dari serangkaian uji asumsi
klasik yang melandasinya. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, multikoliniearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian dan data yang digunakan dalam penelitian
adalah data yang terdistribusi normal.
Uji ini digunakan pada tahap awal dalam metode pemilihan analasis data.
Jika data normal digunakan uji parametik dan jika data tidak normal digunakan
non parametik atau treatment agar data normal. Tujuan uji normalitas adalah
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji
normalitas data peneliti digunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika Asym. Sig > 0,05 berarti seluruh data berdistribusi normal.
b. Jika Asym. Sig < 0,05 berarti seluruh data berdistribusi tidak normal.
3.9.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel
dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Jika nilai Tolerance> 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Jika nilai Tolerance >0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa
ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Menurut Ghozali (2006:95) gejala Multikolinearitas ini dapat dideteksi
dengan beberapa cara antara lain :
1. Menghitung koefisien korelasi sederhana (simple correlation) antara sesama
variabel bebas, jika terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau
melebihi 0,8, hal tersebut menunjukkan terjadinya masalah multikolinearitas
dalam regresi.
2. Menghitung nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor), jika nilai
Toleransi kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut
menunjukkan bahwa multikolinearitas adalah masalah yang pasti terjadi antar
variabel bebas.
3. Lakukan regresi antar variabel bebas dan menghitung masing-masing R2 ,
kemudian melakukan uji F dan bandingkan dengan Ftabel (a;k-2,n-k+1). Jika
nilai Fhitung melebihi nilai Ftabel berarti dapat dinyatakan bahwa Xi kolinier
dengan X yang lain. Apabila dalam penelitian terjadi multikolineritan, maka
dapat diatasi dengan beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah
a. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang
tinggi.
b. Menambah jumlah observasi.
c. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma
natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
d. Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang
masih jarang sekali digunakan.
3.9.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang
tidak sama/konstan (Suliyanto 2011:95). Uji heteroskedasitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala
heterokedasitas antara lain: metode grafik, Uji Park Glajser, Uji Rank Spearman,
dan Barlett.
3.9.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series)
atau ruang (cross section). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi
(Suliyanto, 2011:125). Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji
Durbin-Watson (DW) adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka
koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
3.10 Pengujian Hipotesis
3.10.1 Uji Serempak (Uji F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas yang
terdapat di dalam model secara serempak terhadap variabel terikat. Hipotesis ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. HM : bE = bG = bH = bI = bJ = 0, Artinya secara serempak Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran
Perusahaan dan Jenis Industri berpengaruh tidak signifikan terhadap
Underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI periode
2012-2014.
2. HN : bE ≠ bG ≠ bH ≠ bI ≠ bJ ≠ 0, Artinya secara serempak Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran
Perusahaan dan Jenis Industri berpengaruh signifikan terhadap Underpricing
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan (α) = 5%
untuk mendapatkan nilai Ftabel. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai
berikut:
a. Jika Fhitung≤ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima.
b. Jika Fhitung≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima.
3.10.2 Uji Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dengan pengujian sebagai berikut:
1. HM : bP = 0, Artinya secara parsial Return On Asset (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri
berpengaruh tidak signifikan terhadap underpricing saham perusahaan saham
yang melakukan IPO di BEI periode 2010-2014.
2. Ha : bP ≠ 0, Artinya secara parsial, Return On Asset (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri
berpengaruh signifikan terhadap underpricing saham perusahaan saham yang
melakukan IPO di BEI periode 2010-2014.
Pada penelitian ini tQPRSTU akan dibandingkan dengan tRNVWX pada tingkat
signifikan (α)= 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-t ini adalah
a. Bila tRNVWX≤tQPRSTU≤tRNVWX, maka HM diterima dan HN ditolak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)
Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) didirikan tanggal 03 Juni 1997. Ruang
lingkup kegiatan ALTO adalah bergerak dalam bidang industri air mineral (air
minum) dalam kemasan plastik, makanan, minuman dan pengalengan/pembotolan
serta industri bahan kemasan. Produksi Air minum dalam kemasan secara
komersial dimulai pada tanggal 3 Juni 1997. Saham perusahaan dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Juli 2012.
2. PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)
Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) didirikan tanggal 17 Desember 1999.
Ruang lingkup kegiatan ASSA adalah menjalankan jasa penyewaan kendaraan
bermotor/alat transportasi darat, jual beli kendaraan bekas, jasa pengurusan
transportasi/logistik dan jasa penyediaan juru mudi melalui anak usaha, yaitu PT
Duta Mitra Solusindo. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 12 Nopember 2012.
3. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST)
Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) didirikan tanggal 24 Agustus
1989 dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1989. Ruang lingkup kegiatan
BEST adalah menjalankan usaha dalam bidang pembangunan dan pengelolaan
kawasan industri dan perumahan. Kegiatan usaha yang dijalankan BEST adalah
sarana dan prasarana (pengelolaan kawasan, penyediaan air bersih, pengelolaan
air limbah) serta fasilitas pendukung (lapangan golf, coffee shop dan restoran
Jepang, dimana seluruh fasilitas tersebut berada di area club house.). Saham
perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 April
2012.
4. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) (BJTM)
didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan
Daerah Djawa Timur dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1961.
Ruang lingkup kegiatan BJTM adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang
perbankan, termasuk perbankan berdasarkan prinsip syariah serta kegiatan
perbankan lainnya yang lazim sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 12 Juli 2012.
5. PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) didirikan tanggal 26 Maret 2006 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2007. Ruang lingkup kegiatan
ESSA ialah berusaha dalam bidang industri pemurnian dan pengolahan minyak
dan gas bumi; industri petrokimia; perdagangan besar, distributor utama dan
ekspor untuk hasil produksi minyak, gas dan petrokimia; eksplorasi minyak dan
gas bumi, hulu dan hilir; energi terbarukan; dan gas hilir. Kegiatan utama ESSA
(Liquefied Petroleum Gas), Kondensat dan Propana. Saham perusahaan dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 01 Februari 2012.
6. PT Gading Development Tbk
Gading Development Tbk (GAMA) didirikan tanggal 18 Desember 2003
dengan nama PT Artha Asia Pratama dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 2009. Ruang lingkup kegiatan GAMA meliputi bidang pembangunan,
jasa, perdagangan dan industri. Kegiatan usaha yang dijalankan GAMA meliputi
jasa pengelolaan proyek pada anak usaha serta melakukan investasi pada anak
usaha yang bergerak di bidang jasa pengelolaan hotel dan pengembangan real
estate. Proyek-proyek Gading Development, meliputi apartemen (The Boutique di
Kemayoran, Gading Greenhil di Kelapa Gading dan The Spring Residences di
Ciputat) dan perumahan (Senopati Estate, Villa Permata Tambun, Grand Regency
Bekasi, Villa Permata Cikarang dan Sindang Panon Regency). Saham perusahaan
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2012.
7. PT Bangun Inti Sejahtera Tbk (IBST)
Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) didirikan tanggal 28 April 2006 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. Ruang lingkup kegiatan
IBST adalah bergerak dalam bidang penyedia jasa menara telekomunikasi.
Kegiatan utama IBST adalah menyediakan jasa untuk beberapa operator
telekomunikasi, seperti: Smart Telecom, Indosat, Telkomsel, XL Axiata, NTS,
HCPT, Bakrie Telecom, melalui penyewaan tower yang tersebar di seluruh
Indonesia. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
8. PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX)
Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) didirikan tanggal 28 September 2002
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2002. Ruang lingkup
kegiatan KOBX adalah menjalankan usaha dalam bidang distributor, perdagangan
dan Jasa. Kegiatan utama KOBX adalah distributor dalam menjual alat-alat berat
termasuk penjualan suku cadang dan servis alat-alat berat. Saham perusahaan
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Juli 2012.
9. PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY)
MNC Sky Vision Tbk (MSKY) didirikan tanggal 08 Agustus 1988 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1994. Ruang lingkup kegiatan
MSKY bergerak dalam bidang jasa pengelolaan pelanggan televisi antara lain
memberikan jasa pengelolaan pelanggan serta menyelenggarakan siaran televisi
berlangganan. Saat ini MSKY bergerak dalam bidang penyiaran dan pemasaran
beberapa program televisi international melalui satelit. Siaran televisi yang di
kelola MNC Sky Vision Tbk antara lain: Indovision, Top TV dan Oke Vision.
Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09
Juli 2012.
10. PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY)
Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) didirikan dengan nama PT Nelly
Dwi Putri Chemical pada tanggal 05 Februari 1977 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1977. Ruang lingkup kegiatan NELY meliputi bidang
usaha jasa angkutan laut. Kegiatan utama yang dijalankan NELY saat ini adalah
bidang usaha jasa pelayaran dan pengangkutan di dalan dan luar negeri, jasa
dan perbaikan kapal yang dijalankan oleh anak usaha (PT Permata Barito
Shipyard & Engineering). Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Oktober 2012.
11. PT Nirvana Development Tbk (NIRO)
Nirvana Development Tbk (NIRO) didirikan tanggal 18 Desember 2003
dengan nama PT Adipura Artha Pratama dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 2009. Ruang lingkup kegiatan NIRO bergerak dalam
bidang pembangunan, perdagangan, perindustrian, pertambangan, pengangkutan
darat, pertanian, percetakan, perbengkelan dan jasa. Saat ini, kegiatan usaha
Nirvana Development Tbk adalah bergerak dalam bidang pembangunan,
perdagangan (mengambil bahan baku batu kapur dari pemasok dan langsung
mengirimkannya ke konsumen) dan properti investasi melalui anak usaha. Saham
perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13
September 2012.
12. PT Minna Padi Investama Tbk (PADI)
Minna Padi Investama Tbk (PADI) didirikan tanggal 28 Mei 1998 dengan
nama PT Batavia Artatama Securindo dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 1999. Ruang lingkup kegiatan usaha Minna Padi meliputi jasa
perantara perdagangan efek dan penjamin emisi efek. Ijin usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek diperoleh tanggal 30 Agustus 1999 sedangkan ijin usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek diperoleh tanggal 3 April 2000. Kemudian tanggal 20 Mei
2005 Minna Padi memperoleh ijin perdagangan marjin. Saham perusahaan
13. PT Provident Agro Tbk (PALM)
Provident Agro Tbk (PALM) didirikan tanggal 26 Nopember 2006 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2006. Ruang lingkup kegiatan
PALM meliputi usaha-usaha di bidang pertanian, perdagangan, industri,
transportasi dan jasa yang berhubungan dengan agroindustri. Kegiatan utama
PALM adalah bidang perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit,
memproduksi minyak mentah kelapa sawit (CPO / Crude Palm Oil), inti sawit,
minyak inti sawit dan produk turunan kelapa sawit lainnya. Saham perusahaan
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Oktober 2012.
14. PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC)
Supra Boga Lestari Tbk (RANC) didirikan tanggal 28 Mei 1997 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1998. Ruang lingkup kegiatan
RANC bergerak dalam bidang perdagangan yaitu mengusahakan pasar swalayan
yang dikenal dengan nama “99 Ranch Market” dan “Farmers Market”. Supra
Boga Lestari memiliki 26 cabang (outlet/swalayan) yang berlokasi di berbagai
kota di Indonesia. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 07 Juni 2012.
15. PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)
Express Transindo Utama Tbk (dahulu bernama PT Kasih Bhakti Utama)
(TAXI) didirikan 11 Juni 1981 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1989. Ruang lingkup kegiatan TAXI adalah berusaha dalam bidang pengangkutan
darat. Kegiatan usaha TAXI memiliki keterkaitan dengan Anak Usaha (Express
Express Group merupakan perusahaan yang mengoperasikan taksi merek Express
dan Eagle untuk wilayah Jadetabek, Surabaya, Semarang, Medan dan Padang.
Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02
Nopember 2012.
16. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)
Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) didirikan di Jakarta tanggal 25
Juni 2008 dan memulai kegiatan operasinya secara komersial pada Januari 2009.
Ruang lingkup kegiatan Tiphone dan Entitas Anak adalah bergerak dalam bidang
perdagangan telepon selular, aksesoris, voucher isi ulang pulsa telepon selular,
kartu telepon pra bayar dan pasca bayar, dan jasa pengadaan konten telepon
selular serta reparasi telepon selular. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Januari 2012.
17. PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA)
Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) didirikan tanggal 03 Agustus 2007
dengan nama PT Buana Persada Gemilang dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 2010. Ruang lingkup kegiatan TOBA adalah di bidang
pembangunan, perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian dan jasa.
Kegiatan utama TOBA adalah investasi di bidang pertambangan batubara dan
perkebunan kelapa sawit melalui anak usaha. Anak usaha memiliki izin usaha
pertambangan atas wilayah usaha pertambangan yang berlokasi di Kalimantan,
Indonesia. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 06 Juli 2012.
Trisula International Tbk (sebelumnya PT Trisula Global Fashion) (TRIS)
didirikan tanggal 13 Desember 2004 dengan nama PT Transindo Global Fashion
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2005. Ruang lingkup
kegiatan TRIS antara lain menjalankan usaha dalam bidang perdagangan pakaian
jadi (garmen), industri garmen, industri tekstil serta usaha terkait lainnya. Trisula
dan anak usahanya memproduksi pakaian jadi dan memiliki gerai penjualan (sales
outlet) milik sendiri dan secara konsinyasi melalui kerja sama dengan retailer di
beberapa pusat perbelanjaan yang tersebar di hampir seluruh kota besar di
Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dan Balikpapan.
Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28
Juni 2012.
19. PT Wismilak Inti Makmur (WIIM)
Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) didirikan tanggal 14 Desember 1994
dan dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1963. Ruang lingkup kegiatan
WIIM meliputi: menjalankan dan melaksanakan usaha perindustrian, terutama
industri bumbu rokok dan kelengkapan rokok lainnya antara lain pembuatan filter
rokok regular/mild; bidang pemasaran dan penjualan produk-produk bumbu rokok
dan kelengkapan rokok lainnya antara lain pembuatan filter rokok regular/mild
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan melakukan
penyertaan pada perusahaan-perusahaan lain yang memiliki kegiatan usaha yang
berhubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan. Saham perusahaan dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2012.
Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) didirikan dengan nama Perusahaan
Negara Waskita Karya tanggal 01 Januari 1961 dari perusahaan asing bernama
“Volker Aanemings Maatschappij NV” yang dinasionalisasi Pemerintah. Ruang
lingkup kegiatan Waskita Karya adalah turut melaksanakan dan menunjang
kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional
pada umumnya, khususnya industri konstruksi, industri pabrikasi, jasa
penyewaan, jasa keagenan, investasi, agro industri, perdagangan, pengelolaan
kawasan, layanan jasa peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi,
teknologi informasi serta kepariwisataan dan pengembang. Saham perusahaan
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Desember 2012.
21. PT Acset Indonusa Tbk (ACST)
Acset Indonusa Tbk (ACST) didirikan tanggal 10 Januari 1995 dan
memulai kegiatan komersial pada tahun 1995. Ruang lingkup kegiatan ACST
terutama bergerak dalam bidang pembangunan dan jasa konstruksi. Kegiatan
utama Acset adalah menjalankan usaha seperti membangun gedung, pertokoan,
hotel apartement, jembatan dan lain-lain. Saham perusahaan dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 24 Juni 2013.
22. PT Arita Prima Indonesia Tbk (APII)
Arita Prima Indonesia Tbk (APII) didirikan tanggal 05 Oktober 2000 dan
memulai kegiatan komersial pada tahun 2001. Ruang lingkup kegiatan APII
adalah berusaha dalam bidang industri dan perdagangan. Saat ini, kegiatan usaha
APII adalah perdagangan ekspor dan impor barang-barang logam yang mencakup
(Malaysia), Ari-Armaturen (Jerman), RK Marine (Tiongkok), KVC (Jepang) dan
AS-Schneider (Jerman). Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 29 Oktober 2013.
23. PT Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD)
Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD) didirikan tanggal 27 April 1955 dan
memulai kegiatan komersial pada tanggal 12 Desember 1956. Ruang lingkup
kegiatan BBMD adalah menjalankan kegiatan jasa perbankan dan jasa keuangan
lainnya. Bank Mestika Dharma izin sebagai bank devisa dari Bank Indonesia pada
tanggal 05 Januari 1995. Saham perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 08 Juli 2013.
24. PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)
Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) didirikan tanggal 06 Nopember
1989 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1990. Ruang lingkup kegiatan
Bank Maspion adalah menjalankan kegiatan umum perbankan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku. Bank Maspion memperoleh izin
usaha untuk beroperasi sebagai bank umum tanggal 30 Juli 1990 dan memperoleh
izin untuk menjalankan aktivitas sebagai bank devisa tanggal 28 Juli 1995. Saham
perusahaan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli
2013.
25. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)
Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) didirikan tanggal 29 September
kegiatan DSNG bergerak di bidang industri perkayuan terpadu (komersial tahun
1985), industri agro, industri tanaman perkebunan (komersial tahun 2001) dan
pengolahan kelapa sawit (komersial tahun 2002). Saham perusahaan dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juni 2013.
26. Dyandra Media International Tbk (DYAN)
Dyandra Media International Tbk (Dyandra&Co) (DYAN) didirikan
tanggal 24 Juli 2007 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 2007. Ruang
lingkup kegiatan DYAN adalah berusaha dalam bidang jasa, pembangunan dan
perdagangan. Saat ini, Dyandra&Co bergerak di bidang penerbitan majalah dan
perusahaan investasi. Melalui anak usahanya, Dyandra&Co menjalankan usaha
penyelenggara event / pameran, bisnis pendukung event, bisnis ruang konvensi
dan pameran serta bisnis hotel. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 25 Maret 2013.
27. PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL)
Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL) didirikan tanggal 23 Maret 2006 dan
mulai beroperasi secara komersial tahun 2006. Ruang lingkup kegiatan HOTL
adalah usaha penyediaan akomodasi dengan segala fasilitas dan sarana penunjang
lainnya, antara lain perhotelan, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan
karavan dan jasa pengelolaan properti seperti apartemen dan kondominium.
Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Januari 2013.
28. PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS)
Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) didirikan dengan nama PT Multi
meliputi, antara lain usaha dalam perdagangan impor dan ekspor kendaraan
bermotor beserta suku cadangnya, perbengkelan, jasa dan konsultasi teknik
permesinan dan transportasi darat. Selain itu, IMJS juga menjalankan bisnis jasa
pembiayaan kendaraan bermotor dan alat berat dengan bentuk pembiayaan
konsumen, sewa guna usaha dan anjak piutang melalui anak usahanya, yakni PT
Indomobil Finance Indonesia. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 10 Desember 2013.
29. PT Grand Kartech Tbk (KRAH)
Grand Kartech Tbk (KRAH) didirikan tanggal 18 Agustus 1990 dan
memulai kegiatan komersial pada tahun 1991. Ruang lingkup kegiatan KRAH
adalah berusaha dalam bidang perdagangan, jasa dan perindustrian. Kegiatan
utama Grand Kartech di Bergerak dalam bidang usaha industri manufaktur dan
perakitan mesin industri. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 08 Nopember 2013.
30. PT Multipolar Technology Tbk (MLPT)
Multipolar Technology Tbk (MLPT) didirikan tanggal 28 Desember 2001
dengan nama PT Netstar Indonesia dan memulai kegiatan komersial pada bulan
Pebruari 2009. Ruang lingkup kegiatan MLPT adalah berusaha di bidang jasa,
perdagangan umum, perindustrian, percetakan dan pengangkutan darat. Kegiatan
usaha utama MLPT meliputi jasa telekomunikasi dan industri informatika,
bertindak sebagai agen, perwakilan, pemegang/pemberi lisensi waralaba,
komputer dan peripheral dan industri peralatan transmisi telekomunikasi. Saham
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Juli 2013.
31. PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA)
Bank Mitraniaga Tbk (NAGA) didirikan tanggal 05 Juli 1989 dan
memulai kegiatan komersial pada tahun 1990. Ruang lingkup kegiatan NAGA
adalah menjalankan kegiatan umum perbankan sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 09 Juli 2013.
32. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU)
Bank Nationalnobu Tbk (Nobu Bank) (NOBU) didirikan tanggal 13
Februari 1990 dengan nama PT Alfindo Sejahtera Bank (PT Alfindo Bank) dan
memulai kegiatan komersial pada tanggal 16 Agustus 1990. Ruang lingkup
kegiatan NOBU adalah melakukan usaha di bidang perbankan. Nobu Bank
memperoleh ijin usaha sebagai bank umum dan sebagai bank devisa,
masing-masing pada tanggal 16 Agustus 1990 dan 21 November 2014. Saham dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Mei 2013
33. PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)
Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) didirikan tanggal 17 September 1975 dan
memulai kegiatan komersial pada tahun 1975. Ruang lingkup kegiatan NRCA
adalah berusaha dalam bidang pembangunan, perindustrian perdagangan, jasa,
perbengkelan dan pengangkutan. Kegiatan usaha NRCA terutama berusaha dalam
bidang infrastruktur dan jasa konstruksi untuk pemborongan bangunan sipil
jembatan, pelabuhan, irigasi dan lain-lain. Saham dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Juni 2013.
34. PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME)
Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) didirikan tanggal 13
Nopember 1984 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1984. Ruang lingkup
kegiatan SAME adalah berusaha dalam bidang kesehatan. Kegiatan usaha utama
SAME, antara lain: Rumah Sakit, Klinik, Poliklinik, Balai Pengobatan; Rumah
Sakit Spesialis dan Poliklinik; Rumah sakit bersalin. Saham dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Januari 2013.
35. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) (SIDO)
didirikan tanggal 18 Maret 1975. Ruang lingkup kegiatan SIDO antara lain
menjalankan usaha dalam bidang industri jamu yang meliputi industri obat-obatan
(farmasi), jamu, kosmetika, minuman dan makanan yang berkaitan dengan
kesehatan, perdagangan, pengangkutan darat dan jasa. Kegiatan utama Sido
Muncul adalah produksi dan distribusi jamu herbal, minuman energi, minuman
dan permen serta minuman kesehatan. Saham dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2013.
36. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO)
Siloam International Hospitals Tbk (Siloam Hospitals) (SILO) didirikan
tanggal 03 Agustus 1996 dengan nama PT Sentralindo Wirasta dan memulai
kegiatan komersial pada tahun 2010 setelah restrukturisasi unit-unit rumah sakit
bidang pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk mendirikan dan mengelola
rumah sakit, poliklinik, sarana dan pra sarana penunjang kesehatan,
menyelenggarakan pelayanan dan penyelenggaraan kesehatan serta
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Saham
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 September 2013.
37. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR)
Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) didirikan tanggal 14 November
1974 dan memulai kegiatan komersial pada tanggal 1 Juni 1981. Ruang lingkup
kegiatan SMBR terutama bergerak dibidang industri semen termasuk produksi,
distribusi dan jasa-jasa lain yang terkait dengan industri semen. Saham dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 2013.
38. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) (SRIL) didirikan tanggal 22 Mei 1978 dan
memulai kegiatan komersial pada tahun 1978. Ruang lingkup kegiatan SRIL
meliputi usaha-usaha dalam bidang industri pemintalan, penenunan, pencelupan,
pencetakan, penyempurnaan tekstil dan pakaian jadi. Saham dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juni 2013.
39. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) didirikan tanggal 22 November
1995 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2005. Ruang lingkup
kegiatan SSMS adalah adalah pertanian, perdagangan, dan industri. Saham
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Desember 2013.
Trans Power Marine Tbk (TPMA) didirikan tanggal 24 Januari 2005 dan
memulai kegiatan komersial pada bulan Maret 2005. Ruang lingkup kegiatan
TPMA meliputi usaha dalam bidang jasa pelayaran. Kegiatan usaha utama TPMA
adalah jasa pengangkutan komoditas barang curah (batu bara, nikel, iron ore,
gypsum, sand, wood chip, dan lain-lain). Saham dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Februari 2013.
41. PT Victoria Investama Tbk (VICO)
Victoria Investama Tbk (dahulu PT Victoria Sekuritas) (VICO) didirikan
tanggal 26 Oktober 1989 dengan nama PT Tata Sekuritas Maju dan memulai
kegiatan komersial pada tahun 1989. Ruang lingkup kegiatan VICO adalah
menjalankan bidang penyediaan jasa konsultasi bisnis, manajemen dan
administrasi kepada masyarakat dan melakukan investasi dalam penyertaan saham
baik di bidang pasar modal maupun bukan pasar modal. Saham dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Juli 2013.
42. PT Bank Agris Tbk (AGRS)
Bank Agris Tbk (AGRS) didirikan tanggal 07 Desember 1970 dengan
nama PT Finconesia (bergerak dalam bidang institusi keuangan). Ruang lingkup
kegiatan AGRS adalah bergerak dalam bidang usaha jasa perbankan. Saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22 Desember
2014.
43. PT Asuransi Mitra Maparya Tbk (ASMI)
Asuransi Mitra Maparya Tbk (Mitra Insurance) (ASMI) didirikan tanggal
Society Ltd) dan memulai kegiatan operasional pada tahun 1985. Ruang lingkup
kegiatan ASMI adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang asuransi kerugian
dengan mengeluarkan produk-produk asuransi kerugian serta usaha-usaha lain
yang berkaitan dengan bidang usaha asuransi kerugian. Saham dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2014.
44. PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI)
Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) (Balitower) didirikan tanggal 06 Juli
2006 dan memulai kegiatan komersial pada bulan Juli 2008. Ruang lingkup
kegiatan Balitower adalah bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi. Saham
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Maret 2014.
45. PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)
Bank Ina Perdana Tbk (BINA) didirikan tanggal 09 Februari 1990 dengan
nama PT Bank Ina dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1991. Ruang
lingkup kegiatan BINA adalah menjalankan kegiatan jasa umum perbankan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Saham dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2014.
46. PT Blue Bird Tbk (Bird)
Blue Bird Tbk (BIRD) didirikan tanggal 29 Maret 2001 dan memulai
kegiatan komersial pada tahun 2001. Ruang lingkup kegiatan Blue Bird adalah
bergerak dalam bidang pengangkutan darat, jasa, perdagangan, industri dan
perbengkelan. Kegiatan usaha utama Blue Bird adalah bergerak dalam bidang
limusin dan sewa mobil serta bus (Golden Bird dan Big Bird). Saham dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Nopember 2014.
47. PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ)
Graha Layar Prima Tbk (CGV Blitz) (BLTZ) didirikan tanggal 03
Februari 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Oktober tahun
2006. Ruang lingkup kegiatan BLTZ adalah menjalankan usaha di bidang
perfilman, perekaman video, penyediaan makanan dan minuman serta jasa
rekreasi dan hiburan. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 10 April 2014.
48. PT Batavia Prosperindo International Tbk (BPII)
Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII) didirikan tanggal 12
November 1998 dan memulai operasi komersial pada tanggal 12 Mei 1999. Ruang
lingkup kegiatan BPII adalah bergerak di bidang pemberian konsultasi manajemen
dan bisnis. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08
Juli 2014.
49. PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI)
Capitol Nusantara Indonesia Tbk (CANI) didirikan tanggal 31 Agustus
2004. Ruang lingkup kegiatan CANI adalah berusaha dalam bidang pelayaran
(pengangkutan laut). Saat ini CANI menjalankan kegiatan usaha pada pelayaran
dan pengangkutan laut dalam negeri serta jasa penyewaan dan keagenan kapal.
Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Januari 2014.
Chitose Internasional Tbk (CINT) didirikan tanggal 15 Juni 1978 dengan
nama PT Chitose Indonesia Manufacturing Limited dan mulai beroperasi secara
komersial mulai tahun 1979. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 27 Juni 2014.
51. PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK)
Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) didirikan tanggal 05 Mei 1997.
Ruang lingkup kegiatan DAJK adalah bergerak di bidang industri percetakan
offset kemasan dan karton gelombang. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Mei 2014.
52. PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR)
Bank Dinar Indonesia Tbk (Bank Dinar) (DNAR) didirikan tanggal 15
Agustus 1990 dengan nama PT Liman International Bank dan memulai kegiatan
komersial pada tahun 1991. Ruang lingkup kegiatan Bank Dinar adalah
menjalankan kegiatan umum perbankan sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 11 Juli 2014.
53. PT Golden Plantation Tbk (GOLL)
Golden Plantation Tbk (GOLL) didirikan tanggal 5 Desember 2007.
Ruang lingkup kegiatan GOLL adalah bergerak dalam bidang pertanian, yaitu
terutama dibidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. Saham
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2014.
Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) didirikan tanggal 04 September 1991
dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1997. Ruang lingkup kegiatan IBFN
adalah bergerak dalam bidang usaha lembaga pembiayaan yang meliputi sewa,
anjak piutang dan pembiayaan konsumen. Saham dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 22 Desember 2014.
55. PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC)
Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) didirikan tanggal 26 Januari 1981
dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1982. Ruang lingkup kegiatan IMPC
adalah bergerak produsen dan distribusi bahan bangunan dan plastik. Saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Desember
2014.
56. PT Link Net Tbk (LINK)
Link Net Tbk (LINK) didirikan tanggal 14 Maret 1996 dengan nama PT
Seruling Indah Permai. Ruang lingkup kegiatan LINK adalah bergerak di bidang
penyelenggaraan jaringan tetap berbasis kabel, penyelenggaraan jasa multimedia,
jasa akses internet serta jasa konsultasi manajemen bisnis. Saham dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02 Juni 2014.
57. PT Intermedia Capital Tbk (MDIA)
Intermedia Capital Tbk (MDIA) didirikan tanggal 25 Februari 2008
dengan nama PT Magazine Asia dan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 2008. Ruang lingkup kegiatan MDIA adalah terutama meliputi kegiatan
usaha bidang perdagangan dan jasa. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
58. PT Magna Finance Tbk (MGNA)
Magna Finance Tbk (MGNA) didirikan tanggal 09 Maret 1984 dengan
nama PT Arkasa Utama Leasing dan memulai operasi komersial pada tahun 1984.
Ruang lingkup kegiatan Magna Finance adalah bergerak di bidang lembaga
pembiayaan meliputi sewa guna usaha, anjak piutang dan pembiayaan konsumen.
Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Juli 2014
59. PT Soechi Lines Tbk (SOCI)
Soechi Lines Tbk (SOCI) didirikan tanggal 13 Agustus 2010 dan memulai
kegiatan komersilnya pada tahun 2012. Ruang lingkup kegiatan SOCI adalah
bergerak dalam bidang perdagangan impor dan ekspor, jasa konsultasi,
pembangunan, transportasi, percetakan, pertanian, perbengkelan dan industri
lainnya. Saham dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 03
Desember 2014.
60. PT Sitara Propertindo Tbk (TARA)
Sitara Propertindo Tbk (TARA) didirikan tanggal 1 Juni 2006 dengan
nama PT Garda Jaya Prima dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
2006. Ruang lingkup kegiatan TARA adalah bergerak di bidang pembangunan,
jasa, perdagangan, industri dan investasi. Saham dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2014
Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) (WIKA Beton) didirikan tanggal 11
Maret 1997. Ruang lingkup kegiatan WTON adalah bergerak industri beton
pracetak, jasa konstruksi dan bidang usaha lain yang terkait. Saham dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 April 2014.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang objek penelitian
yang dijadikan sampel. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum yang digunakan dalam
penelitian ini. Hasil statistik deskriptif untuk seluruh variabel yang digunakan
dalam penelitian ini disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 61 -5,73 50,57 7,0210 8,69207
DER 61 ,03 3204,86 341,1323 465,89938
Ukuran Perusahaan 61 12,09 29,37 17,7885 5,25413
Reputasi Underwriter 61 ,00 1,00 ,3115 ,46694
Jenis Industri 61 ,00 1,00 ,0492 ,21804
Underpricing 61 ,35 70,00 27,5289 23,51564
Valid N (listwise) 61
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 61 sampel data yang diambil dari laporan
keuangan publikasi tahunan perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di
a. Variabel ROA memiliki nilai minimum -5,73 oleh Saraswati Griya Lestari Tbk
(HOTL), nilai maksimum 50,57 oleh Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA),
rata-rata ROA 7,02 dan standar deviasi sebesar 8,69 dengan jumlah pengamatan
sebanyak 61.
b. Variabel DER memiliki nilai minimum 0,03 oleh Link Net Tbk (LINK), nilai
maksimum 3204,86 oleh Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME),
rata-rata DER 341,13 dan standar deviasi sebesar 465,89 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 61.
c. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 12,09 oleh Arita Prima
Indonesia Tbk (APII), nilai maksimum 29,37 oleh Indomobil Multi Jasa Tbk
(IMJS), rata-rata ukuran perusahaan 17,78 dan standar deviasi sebesar 5,25
dengan jumlah pengamatan sebanyak 61.
d. Variabel reputasi underwriter memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 1,
rata-rata reputasi underwriter 0,31 dan standar deviasi sebesar 0,46. Dimana
terdapat 19 perusahaan yang menggunakan underwriter dengan reputasi tinggi,
dan 42 perusahaan yang menggunakan underwriter dengan reputasi rendah.
e. Variabel jenis industri memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 1, rata-rata
jenis industri 0,04, dan standar deviasi sebesar 0,21. Dimana terdapat 3
perusahaan yang termasuk jenis industri barang konsumen, dan 58 perusahaan
jenis industri non barang konsumen.
f. Variabel underpricing memiliki nilai minimum 0,35 oleh Golden Plantation
underpricing 27,52 dan standar deviasi sebesar 23,51 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 61.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki data yang
terdistribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian normalitas residual dengan
menggunakan uji Kolmogrorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi
komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relative teoritisnya.
Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data residual tersebut berdistribusi
normal. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka data residual adalah tidak
normal.
Tabel 4.2
Hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
N 61
Berdasarkan uji Komlogorov-Smirnov terlihat bahwa nilai Asymp.Sig.
(2-tailed) adalah 0,127 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Dengan
kata lain data residual berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna
antara satu variabel independen dengan variabel independen lain. Uji yang
dilakukan utuk menguji multikolinearitas adalah dengan menghitung nilai VIF
(Variance Inflation Factor) untuk masing-masing variabel independen yaitu jika
VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari
multikolinearitas. Berdasarkan hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada
Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 36,024 12,840 2,806 ,007
ROA -,315 ,372 -,116 -,847 ,400 ,896 1,116
DER -,009 ,007 -,184 -1,348 ,183 ,913 1,096
Size -,176 ,607 -,039 -,289 ,773 ,921 1,085
a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa keseluruhan variabel mempunyai nilai VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,1,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut tidak terdapat
multikolinearitas. Dengan kata lain, tidak terjadi multikolinearitas diantara
variabel independen dalam penelitian ini.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar
variabel independen dapat dilihat dengan uji Glejser. Hasil dari uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 15,913 5,353 2,973 ,004
ROA -,303 ,156 -,230 -1,935 ,268
DER -,005 ,003 -,209 -1,803 ,177
Ukuran Perusahaan ,490 ,250 ,225 1,961 ,365
Reputasi Underwriter -8,940 2,758 -,365 -3,242 ,092
Jenis Industri ,264 6,028 ,005 ,044 ,965
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil uji glejser, dapat dilihat bahwa pada Tabel 4.4
menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen absolut. Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), sehingga dapat
disimpulkan model regresi tidak mengarah pada heteroskedastisitas.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode sebelumnya.Model regresi yang baik adalah model yang
tidak mengandung autokorelasi.Pengujian ini menggunakan uji Durbin-Watson
untuk memastikan apakah model regresi ini terbebas dari masalah autokorelasi.
Hasil pengujian Durbin-Watson dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Durbin-Watson
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,474a ,225 ,176 24,27852 1,893
a. Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter,
DER, ROA
b. Dependent Variable: Underpricing
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Hasil output SPSS menunjukkan nilai DW sebesar 1.893, nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%,
jumlah sampel (n) = 61 dan jumlah variabel bebas (k) = 5, maka di Tabel
Durbin-Watson didapatkan nilai dL (durbin-watson lower/batas bawah) = 1.44989, nilai
dU (durbin-watson upper/batas atas) = 1,72808 dan 4-dU = 2,27192. Pengambilan
keputusannya adalah dU (1,72808) < d (1,893) < 4-dU (2,27192), artinya tidak
ada autokorelasi positif atau negatif. Dengan demikian, tidak terdapat adanya
autokorelasi pada model regresi.
4.4 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, dan Jenis Industri terhadap
Undepricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2012-2014 di
Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pengolahan data dengan perangkat lunak SPSS
diperoleh hasil pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 42,233 12,324 3,427 ,001
ROA -,148 ,360 -,055 -,411 ,682
DER -,008 ,007 -,166 -1,280 ,206
Ukuran Perusahaan -,275 ,575 -,061 -,479 ,634
Reputasi Underwriter -18,214 6,349 -,362 -2,869 ,006
Jenis Industri -4,853 13,879 -,045 -,350 ,728
a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.6, diperoleh model persamaan
regresi berganda sebagai berikut:
Y = 42,233 – 0,148 X1 – 0,008 X2 – 0,275 X3 – 18,214 X4 – 4,853 X5 + Y
Persamaan regresi diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 42,233 artinya apabila nilai variabel independen
ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri
bernilai nol, maka variabel dependen underpricing adalah sebesar 42,233%.
b. Koefisien ROA (X1) = -0,148, artinya setiap penambahan ROA sebesar 1%
jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing
sebesar 0,148%.
c. Koefisien DER (X2) = -0,008, artinya setiap penambahan DER sebesar 1%
jika variabel lain dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing
sebesar 0,008%.
d. Koefisien ukuran perusahaan (X3) = -0,275, artinya setiap penambahan
ukuran perusahaan sebesar 1% jika variabel lain dianggap konstan, maka
e. Koefisien reputasi underwriter (X4) = -18,214, artinya setiap penambahan
reputasi underwriter sebesar 1% jika variabel lain dianggap konstan, maka
akan menurunkan underpricing sebesar 18,214%
f. Koefisien jenis industri (X5) = -4,853, artinya setiap penambahan jenis
industri sebesar 1% jika variabel lain dianggap konstan, maka akan
menurunkan underpricing sebesar 4,853%.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Hasil Uji Serempak (Uji F)
Uji statitik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Return On Asset
(ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter
dan Jenis Industri secara bersama-sama (serentak) berpengaruh terhadap
Underpricing dengan tingkat signifikan 0,05.
Berikut kriteria pengujian hipotesis untuk uji F:
1. Merumuskan formulasi hipotesis
a. H0 :b1= b2= b3= b4= b5 = 0, artinya secara serentak ROA, DER, ukuran
perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri berpengaruh tidak
signifikan terhadap underpricing.
b. H1: b1= b2= b3= b4= b5 ≠ 0, artinya secara serentak ROA, DER, ukuran
perusahaan, reputasi underwriter, dan jenis industri berpengaruh signifikan
terhadap underpricing.
2. Merumuskan Kriteria Pengujian
Jika Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
3. Analisis Data
Tabel 4.7
Hasil Uji Serempak (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 5610,673 5 1122,135 3,239 ,023b
Residual 27568,444 55 501,244
Total 33179,117 60
a. Dependent Variable: Underpricing
b. Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter, DER, ROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,239 dengan tingkat
signifikansi sebesarr 0,063. Sedangkan Ftabel pada alpha 5% adalah 2,38. Oleh
karena Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansinya 0,023 < 0,05 menunjukkan bahwa
pengaruh variabel independen yaitu ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi
underwriter dan jenis industri secara serempak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
4.5.2 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen,
yaitu ROA, DER, ukuran perusahaan, reputasi underwriter dan jenis industri
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu underpricing. Secara
parsial pengaruh dari variabel tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients