• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Variabel Kecerdasan Emosional sebagai variabel X 2 Tabel 4.7

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Signifikansi Serempak (Uji-F)

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik F (uji-F). jika F hitung < F tabel, maka H0 diteirma atau Haditolak, sedangkan jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka H0 ditolak dan Haditerima.

Tabel 4.13

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 104.118 2 52.059 8.912 .001a Residual 163.560 28 5.841 Total 267.677 30

a Predictors: (Constant), X2 (Kecerdasan Emosional), X1 (Konflik Peran Ganda) b Dependent Variable: Y (Stres Kerja)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2016)

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat disimpulkan variabel konflik peran ganda, dan kecerdasan emosional berpengaruh secara bersama-sama atau simultan dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F hitung adalah 8,912 lebih besar dari pada 3 dengan probabilitas 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai � itung > abel yang diperoleh dengan melihat tabel F dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, nilai �f1 =k-1(3-1), dan �f2= (n-k)= 30-2= 28. maka nilai itung adalah sebesar 3,34. Dengan demikian diperoleh nilai � itung > abel (8,912 >3,34). Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis maka � diterima dan �0 ditolak.

4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji-t). jika t hitung < t tabel, maka H0 diteirma atau Haditolak, sedangkan jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka H0 ditolak dan Haditerima. Model hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14

Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 24.379 8.159 2.988 .006 Konflik Peran Ganda (X1) .633 .153 .611 4.135 .000 Kecerdasan Emosional (X2) -.080 .108 -.109 -.737 .467 a Dependent Variable: Y (Stres Kerja)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2016)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Konflik peran ganda (�1)

Variabel konflik peran ganda memiliki nilai hitung sebesar 3,399 sedangkan nilai tabel 1,31. Dengan demikian nilai hitung (4,135) > tabel (1,31) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Artinya Konflik Peran Ganda (X1) memiliki pengaruh yang positif terhadap Stres Kerja (Y). Maka kesimpulannya H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Kecerdasan Emosional (�2)

Variabel Kecerdasan Emosional memiliki nilai hitung sebesar 3,275 sedangkan nilai tabel 1,31.Dengan demikian nilai hitung (-0,737) > tabel (1,31) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,467> 0,05. Artinya Kecerdasan Emosional (�2) memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap Stres Kerja (Y). Maka kesimpulannya nilai H0 diterima dan H1 ditolak.

4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Tabel 4.15

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 . 624a . 389 . 345 2.417 a. Predictors: (Constant), X2 (Kecerdasan Emosional), X1 (Konflik Peran Ganda)

b. Dependent Variable: Y (Stres Kerja) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2016)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,624 atau 62,4% Adjusted R Square berkisar pada angka 1-0, dengan catatan semakin besar angka Adjusted R Square maka akan semakin kuat hubungan dari ketiga variabel dalam model regresi.

a) R=0,624 berarti hubungan antara konflik peran ganda dan kecerdasan emosional terhadap stres kerja karyawan wanita sebesar 62,4%. Artinya hubungannya erat (0,6-0,79).

b) R Square sebesar 0,389 berarti 38,9% faktor-faktor stres kerja karyawan wanita dijelaskan oleh konflik peran ganda, dan Kecerdasan Emosional. Sedangkan selisihnya 61,1% lainnya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

c) Adjusted R Square sebesar 0,345 berarti 34,5% faktor-faktor stres kerja karyawan wanita dijelaskan oleh konflik peran ganda dan kecerdasan emosional. Sedangkan selisihnya 65,5% lainnya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

d) Standard Error of Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Nilai Standard Error of Estimatenya 2,417. Semakin kecil Standard Error of Estimatenya berarti model semakin baik.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Karyawan Wanita

Berdasarkan hasil penelitian, secara parsial (uji t), Konflik Peran Ganda berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres Kerja. Jika semakin tinggi Konflik Peran Ganda maka Stres Kerja yang ditimbulkan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena wanita yang telah menikah dan memiliki anak pada umumnya lebih mengutamakan keluarga daripada pekerjaan. Peran ganda yang dijalankan wanita dapat menimbulkan konflik baik secara interpersonal maupun secara personal. Pengelolaan waktu dan komunikasi yang baik sangat penting dalam menyeimbangkan antara peran sebagai pekerja dan peran sebagai ibu rumah tangga. Sehingga tidak ada yang dikorbankan salah satu dari peran tersebut.

Jika konflik selalu terjadi maka bisa saja berdampak kepada psikologis, fisiologis dan tingkah laku sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap apa yang terjadi yang disebut dengan stres. Konflik Peran Ganda biasanya terjadi dikarenakan tidak adanya batasan yang diberikan terhadap dua peran tersebut. Banyak para wanita yang membawa masalah pekerjaan kepada keluarga atau masalah keluarga yang dibawakan kepada pekerjaan. Sehingga konflik tidak dapat dihindarkan. Oleh sebab itu apabila Konflik Peran Ganda meningkat maka Stres

Kerja juga akan meningkat. Hal ini disebabkan Konflik Peran Ganda dan stres saling mempengaruhi karena hubungan yang positif.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Nasir dan Nusi (dalam Almasitoh, 2011 : 66) yang mengatakan bahwa terdapat konflik kerja dan rumah tangga. Konflik dalam keluarga tidak akan terjadi, bilamana adanya keseimbangan antara peran dalam keluarga dengan pekerjaan. Seorang karyawati yang telah berkeluarga memiliki peran ganda, selain berperan sebagai istri dan ibu, ia juga berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu, wanita cenderung memprioritaskan keluarganya (suami dan anak) ketimbang pekerjaan. Konflik-konflik tersebut akan menghambat proses pelaksanaan suatu pekerjaan. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Benyamin (2013), dalam penelitiannya bahwa Konflik Peran Ganda mempengaruhi Stres Kerja sebesar 28,3% dengan Stres Kerja dipengaruhi oleh Konflik Peran Ganda sebesar 28,3% dan sisanya variabel lain yang mempengaruhi Stres Kerja. Penelitian ini juga sejalan dengan dengan hasil penelitian Almasitoh (2011), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Konflik Peran Ganda dan dukungan sosial dengan Stres Kerja pada perawat bahwa perawat yang memiliki Konflik Peran Ganda yang tinggi dan dukungan sosial yang rendah.

4.6.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, secara parsial (uji t), Kecerdasan Emosional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Stres Kerja. Hasil frekuensi jawaban tersebut menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional sering terjadi dalam kehidupan karyawan wanita pada PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan Kabupaten Simalungun. Kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta

menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (2007:335) kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi-emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan.

Hal ini didukung oleh penelitian Delia (2011) bahwa komponen kecerdasan emosional berpengaruh secara negarif dan tidak signifikan terhadap stres kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kumar Sunil (2009) yaitu Kecerdasan Emosional berpengaruh secara negatif terhadap Stres dan kegelisahan. Karambut dan Noormijati (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang signifikan negative terhadap stres kerja, karena semakin tinggi kecerdasan emosional maka stres kerja akan semakin menurun, sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional maka stres kerja akan semakin tinggi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait