BAB III Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Normalitas
4.4.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R
(1.991).
2
Pengujian Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa
besar kontribusi variabel bebas (Komunikasi dan Motivasi Kerja) terhadap
) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.626 1.172 1.388 .169 komunikasi .036 .055 .097 2.649 .041 Motivasi .324 .064 .754 5.058 .000 a. Dependent Variable: kinerja
variabel terikat (Kinerja Karyawan). Koefisien determinasi berkisar antara nol
sampai satu (0 ≤ R2 Jika R
≥ 1).
2
semakin besar atau mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh variabel bebas (X1) yaitu Komunikasi, (X2
Hasil pengujian koefisien determinasi menggunakan SPSS Statistic 17.0 for
windo ws dapat dilihat pada Tabel 4.14 dibawah ini:
) yaitu Motivasi Kerja adalah
besar terhadap variabel terikat (Y) yaitu Kinerja Karyawan. Hal ini berarti model
yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.
Tabel 4.14
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .844a .712 .704 .91843 a. Predictors: (Constant), motivasi, komunikasi
Sumber : Hasil Pengelolaan SPSS 17.0, 2013
1. Nilai R sebesar 0.844 sama dengan 84,4 % berarti hubungan antara variabel
Komunikasi (X1) dan Motivasi Kerja (X2
2. Nilai Adjusted R Square0.704 berarti 70.4% kinerja karyawan dapat di jelaskan
oleh Variabel Komunikasi dan Variabel Motivasi Kerja. Sedangkan sisanya
29.6% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini
seperti gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan lain sebagainya.
) terhadap variabel Kinerja
3. Standard Error of the Estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang
diprediksi. Nilai Standard Error of the Estimate0.91843
4.5 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dan motivasi kerja secara
serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Hal ini menunjukan bahwa suatu
organisasi tidak dapat eksis tanpa adanya komunikasi. Setiap orang yang
berkecimpung didalam organisasi tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi.
“Komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan
media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk mentransfer
pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses komunikasi
agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi.”(Purwanto,
2003:20). Komunikasi penting bagi organisasi karena komunikasi merupakan alat
utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan
aktifitas manajemen demi mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Komunikasi
bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi atau
perusahaan. Sehingga keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya
tidak terlepas dari bagaimana karyawan dapat berkomunikasi dengan baik. Secara
umum, komunikasi mempunyai dua fungsi penting dalam organisasi yakni
memungkinkan orang-orang untuk saling bertukar informasi, dan membantu
menghubungkan sekelompok anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, berhasil
yang efektif antara setiap bagian dalam organisasi tersebut. Tapi sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi akan menghambat kinerja organisasi.
Di dalam suatu perusahaan, atasan dan bawahan penting untuk menjalin
hubungan emosional yang dapat dilakukan dengan memperkuat komunikasi dan
pemberian motivasi. Hal ini sangat penting mengingat melalui komunikasi dari
pimpinan kepada karyawan di harapkan dapat memperoleh pengetahuan,
pengertian-pengertian dan kebijakan-kebijakan pimpinan yang berkaitan erat
dengan pencapaian program, serta mampu melaksanakannya, lebih jauh lagi dapat
untuk menjaga konsistensi dan kontiniutas pelaksanaan dan pencapaian tujuan
perusahaan.
Berdasarkan Uji t, komunikasi memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Pada variabel komunikasi responden merasa
komunikasi yang diarahkan dengan jelas dan intensif oleh perusahaan kepada
karyawan dapat memicu semangat karyawan dalam bekerja sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing karyawan. Sehingga hal yang
dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan komunikasi kepada karyawan yaitu
dengan mengarahkan dengan intensif mengenai tata cara dan kegiatan yang harus
mereka jalani agar diharapkan nantinya komunikasi yang tertanam dengan baik
dapat mendorong karyawan untuk meningkatkatkan dan mengembangkan
kemampuan karyawan dalam memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang relevan dalam bekerja, menciptakan keterbukaan dalam proses pekerjaan
kerja dengan saling menghormati kepentingan bersama dan etika yang lebih baik
untuk mencapai tujuan organisasi.
Selain berkaitan erat kemampuan komunikasi pimpinan perusahaan juga tak
kalah pentingnya ialah kemampuan memotivasi karyawan agar dengan kecakapan
(ability) yang mereka miliki untuk terus bekerja dengan semangat yang tinggi
sehingga mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan
terciptanya komunikasi dan motivasi dari pimpinan perusahaan kepada karyawan,
tentu saja akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja karyawan
dalam menjalankan tugas mereka sehari-hari.
Robin dan Judge (2008:222), mendefenisikan motivasi sebagai suatu proses
yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk
mencapai tujuannya. Dari defenisi tersebut dapat dipelajari bahwa motivasi
menjadi bagian yang sangat penting yang mendasari seseorang dalam melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Motivasi juga berkaitan dengan bagaimana sistem komunikasi yang ada di
sebuah perusahaan, dalam komunikasi tidak jarang terselip bagian untuk
memotivasi seorang karyawan agar lebih maksimal dalam meningkatkan
kinerjanya dalam menjalankan bisnis perusahaan
Berdasarkan Tabel, Motivasi Kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan
yang paling dominan terhadap kinerja karyawan. Dimana jika variabel motivasi
kerja ditingkatkan maka kinerja karyawan akan meningkat. Motivasi yang
memuaskan karyawan akan mendorong para karyawan untuk bekerja dengan baik
maka hasil kinerja karyawan yang dihasilkan juga baik. Hal ini yang dapat
dilakukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan mengenai motivasi kerja baik fisik maupun non-fisik, agar mendukung
karyawan dan meminimumkan tingkat kesalahan dalam bekerja sehingga kinerja
karyawan otomatis akan meningkat.
Berdasarkan koefisien determinasi (R2) hubungan antara variabel komunikasi (X1) motivasi kerja (X2
Sedangkan f
) terhadap variabel kinerja karyawan (Y) memiliki
hubungan yang erat. Nilai Adjusted R Square0.704 berarti 70.4% kinerja
karyawan dapat di jelaskan oleh variabel bebas (komunikasi dan variabel motivasi
kerja). Sedangkan sisanya 29.6% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
diteliti dalam penelitian ini seperti gaya kepemimpinan, disiplin kerja, dan lain
sebagainya.
hitumg adalah sebesar 95.101 > ftabel
Berdasarkan data jawaban responden terhadap variabel komunikasi
diketahui jawaban dominan setuju terdapat pada pernyataan kedua (Pimpinan
menjelaskan prosedur untuk setiap pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahannya) berdasarkan data tersebut karyawan telah mampu untuk
melaksanakan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Hal ini tentu
didorong oleh perusahaan yang telah mampu mengarahkan karyawan secara
intensif mengenai tata cara dan kegiatan yang telah ditentukan perusahaan.
Perusahaan harus mempertahankan pengarahan dan pengawasan yang lebih 3.11 hal ini menunjukkan
bahwa variabel komunikasi dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan
intensif lagi agar karyawan dapat lebih mampu melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan standar pekerjaan untuk pencapaian kinerja yang maksimal.
Berdasarkan data responden terhadap variabel Motivasi kerja jawaban
dominan setuju terdapat pada pernyataan pertama (Kondisi lingkungan kerja
diperusahaan mampu memberikan rasa nyaman bagi karyawan.) berdasarkan data
tersebut perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap motivasi kerja
karyawan terutama dalam hal kenyamanan di dalam ruang kerja karyawan.
Kesadaran perusahaan akan pentingnya kenyamanan karyawan dalam melakukan
pekerjaan dapat meminimumkan tingkat kesalahan dalam bekerja sehingga kinerja
karyawan otomatis akan meningkat.
Berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel kinerja
diketahui jawaban yang dominan setuju adalah pernyataan pertama (Kinerja saya
sesuai dengan target pencapaian perusahaan) berdasarkan jawaban responden
tersebut karyawan telah merasakan kecocokan dengan deskripsi pekerjaan yang
diberikan atasan sehingga kinerja yang diberikan karyawan sesuai standar yang
telah ditentukan atasan. Atasan harus terus melakukan pengawasan dan selalu
memberikan perhatian serta terbuka kapanpun setiap karyawan memerlukan
bantuan dalam pekerjaan karena hal ini dapat membuat karyawan mampu
merasakan arahan dari atasan dalam setiap pekerjaan yang diberikan agar kinerja
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN