• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.4. Pengujian Kuat Lentur Balok Kayu

Setelah dua buah benda uji diawetkan, dilakukan pengujian kuat lentur balok kayu di Laboratorium Struktur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian ini, terdapat 4 buah benda uji, 2 buah benda uji tanpa pengawetan, dan 2 benda uji dengan pengawetan. Pengujian kuat lentur balok kayu dilakukan dengan menggunakan Jack Hydraulic berkapasitas 100 Ton.

1. Pengujian lentur balok kayu

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pengujian lentur balok kayu:

a. Balok kayu diletakkan di atas perletakan sendi dan rol

b. Benda uji harus diletakkan pada posisi sumbu kuat dan dibebani dengan cara third point loading, atau dengan dua beban titik pada panjang bendtangnya, yang masing-masing berjarak a≥3 kali tinggi penampang balok uji, dari tumpuan terdekatnya

c. Panjang bentang total L sama dengan 18 kali tinggi nominal penampang benda uji

Gambar 3.9. Letak Beban dan Tumpuan

d. Untuk mengukur lendutan yang terjadi pada balok, pasang 3 buah dial indikator dimana dengan dial pertama diletakkan 40 cm dari perletakan sendi, dial kedua diletakkan di tengah-tengah bentang, dan dial ketiga diletakkan 40 cm dari perletakan rol. Dial ini dipasang tepat menyentuh dasar balok kayu, dan sebelum dibebani Dial Indikator harus berada pada posisi angka nol.

e. Setelah semua perangkat alat pengujian disiapkan, kemudian dilakukan pembebanan secara berangsur dengan kenaikan setiap 100 psi atau setara dengan 527 kg pada pembacaan manometer jack.

f. Setiap tahapan pembebanan, dilakukan pembacaan lendutan serta mengamati deformasi yang terjadi pada balok.

g. Selama pembebanan berlangsung, diperhatikan dan dicatat mulai terjadinya retak pertama

h. Pembacaan dilakukan hingga balok kayu mencapai keruntuhan

BAB IV

ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties Kayu Pengujian dan perhitungan hasil physical properties dan mechanical properties dilakukan berdasarkan SNI-03.

4. 1.1.1 Pengujian Kadar Air

Pengujian kadar air kayu menggunakan 8 buah. Penelitian ini dilakukan hingga sampel mencapai kondisi kering udara (kadar air 15 %), yaitu pada saat berat sampel menunjukkan angka yang tetap dan tidak berubah lagi.

Sebagai contoh, digunakan sampel 1:

( )

Maka, kadar air rata-rata dari 8 sampel kayu tersebut adalah 10,087%.

Tabel 4. 1. Hasil Pengujian Kadar Air

Kadar air rata-rata 10,087

4.1.1.2 Pengujian Berat Jenis

Pemeriksaan berat jenis dilakukan terhadap 6 ( enam) buah sampel berukuran 2,5 cm x 5 cm x 7,5 cm. Pengujian ini juga dilakukan pada saat kondisi kayu kering udara dan didapat hasil sebagai berikut.

Perhitungan berat jenis kayu berdasarkan berat dan volume sebagai berikut ;

Kadar air sampel BJ 1 :

( )

Berat jenis sampel :

Maka, berat jenis rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut adalah 0,981.

Tabel 4. 2. Hasil Pengujian Berat Jenis No.

Berat Jenis Rata-Rata 0,981

4.1.1.3 Pengujian Susut

Pengujian susut arah radial dan tangensial kayu menggunakan sampel berukuran 25 mm x 25 mm x 100 mm berjumlah 10 buah.

Perhitungan susut kayu sebagai berikut ;

Persen susut sampel SU 1 :

( ) ( )

( )

Rata-rata sampel :

̅ Standar Deviasi :

√ ( ̅)

Persen susut rata-rata :

( )

Maka, persen susut rata-rata dari 10 sampel kayu tersebut adalah 4,073%

Tabel 4. 3. Hasil Pengujian Susut

Arah Susut Kondisi Kayu p

No.

Persen Susut Rata-Rata 4,073

4.1.1.4. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat

Hasil pemeriksaan kuat tekan sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah sampel berukuran 5 cm x 5 cm x 20 cm adalah sebagai berikut.

Perhitungan kuat tekan sejajar serat kayu sebagai berikut ;

( )

Kuat tekan sejajar serat sampel TE 1 S, sebagai berikut;

Kuat tekan sejajar serat rata-rata :

( )

Maka, kuat tekan sejajar serat rata-rata adalah .

Tabel 4. 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat

No. Kode Jenis Kayu

Kuat Tekan Sejajar Serat 21,19812

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.1. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1 (kuat tekan sejajar serat)

Gambar 4.2. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2 (kuat tekan sejajar serat)

Gambar 4.3. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3 (kuat tekan sejajar serat)

Gambar 4.4. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4 (kuat tekan sejajar serat)

Gambar 4.5. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5 (kuat tekan sejajar serat)

4.1.1.5. Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat

Hasil pengujian kuat tekan tegak lurus serat dengan ukuran sampel 50 mm x 50 mm x 150 mm berjumlah lima buah adalah sebagai berikut:

Perhitungan kuat tekan tegak lurus serat kayu sebagai berikut ;

( ) Kuat tekan tegak lurus serat sampel TE 1 TL :

Rata-rata sampel :

̅

Standar Deviasi :

√ ( ̅)

Kuat tekan tegak lurus serat rata-rata :

( )

Maka, kuat tekan tegak lurus serat rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut adalah .

Tabel 4. 5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat

No. Kode Jenis Kayu

Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Rata-Rata 6,84351

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.6. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1 (kuat tekan tegak lurus serat)

Gambar 4.7. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2 (kuat tekan tegak lurus serat)

Gambar 4.8. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3 (kuat tekan tegak lurus serat)

Gambar 4.9. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4 (kuat tekan tegak lurus serat)

Gambar 4.10. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5 (kuat tekan tegak lurus serat)

4.1.1.6. Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat

Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah sampel dengan ukuran penampang 10 mm x 10 mm ialah sebagai berikut.

Perhitungan kuat tarik sejajar serat kayu sebagai berikut ;

( )

Kuat tarik sejajar serat pada sampel TA S 1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :

̅

Standar Deviasi :

√ ( ̅)

Kuat tarik sejajar serat rata-rata :

( )

Maka, kuat tarik sejajar serat rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut adalah .

Tabel 4. 6. Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat

No.

Kuat Tarik Rata-Rata 39,39790

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.11. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1 (kuat tarik sejajar serat)

Gambar 4.12. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2 (kuat tarik sejajar serat)

Gambar 4.13. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3 (kuat tarik sejajar serat)

Gambar 4.14. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4 (kuat tarik sejajar serat)

Gambar 4.15. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5 (kuat tarik sejajar serat)

4.1.1.7. Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat

Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah sampel dengan ukuran penampang 25 mm x 50 mm ialah sebagai berikut.

Perhitungan kuat tekan tegak lurus serat kayu sebagai berikut ;

( )

Kuat tarik tegak lurus serat kayu pada sampel TA TL 1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :

̅

Standar Deviasi :

√ ( ̅)

Kuat tarik tegak lurus serat rata-rata :

( )

Maka, kuat tarik tegak lurus serat rata-rata dari 5 sampel kayu tersebut adalah .

Tabel 4. 7. Hasil Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat

No.

Kuat Tarik Rata-Rata 1,37774

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.16. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1 (kuat tarik tegak lurus serat)

Gambar 4.17. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2 (kuat tarik tegak lurus serat)

Gambar 4.18. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3 (kuat tarik tegak lurus serat)

Gambar 4.19. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4 (kuat tarik tegak lurus serat)

Gambar 4.20. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5 (kuat tarik tegak lurus serat)

4.1.1.8. Pengujian Kuat Lentur

Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah sampel dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 760 mm ialah sebagai berikut.

Perhitungan kuat lentur kayu sebagai berikut ;

( ) Kuat lentur sampel L1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :

̅

Standar Deviasi :

Tabel 4. 8. Hasil Pengujian Kuat Lentur No.

Kuat Lentur Rata-Rata 91,758

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.21. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1 (kuat lentur)

Gambar 4.22. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2 (kuat lentur)

Gambar 4.23. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3 (kuat lentur)

Gambar 4.24. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4 (kuat lentur)

Gambar 4.25. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5 (kuat lentur)

4.1.1.9. Pengujian Elastisitas Lentur

Pengujian elastisitas kayu dilakukan terhadap 3 sampel kayu yang diambil secara acak dari sampel pengujian kuat lentur kayu untuk pencatatan dial penurunan setiap penambahan beban 500 N. Hasil penelitian elastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Elastisitas Kayu berurutan yaitu 6000 N, 6500 N, dan 6000 N.

Gambar 4.26 Grafik Beban-Lendutan Hasil Pengujian Sampel Kayu 1

Gambar 4.27 Grafik Beban-Lendutan Hasil Pengujian Sampel Kayu 2

Gambar 4.28 Grafik Beban-Lendutan Hasil Pengujian Sampel Kayu 3

Tabel 4.10 Modulus Elastisitas Rata-Rata

Modulus Elastisitas Rata-Rata 11930,405

Sehingga, modulus elastisitas lentur kayu adalah 11930,405 MPa.

4.1.1.10. Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat

Hasil pemeriksaan kuat tarik sejajar arah serat kayu dengan 5 (lima) buah sampel dengan ukuran penampang 50 mm x 50 mm ialah sebagai berikut.

Perhitungan kuat geser kayu sebagai berikut ;

( ) Kuat geser sampel G1, sebagai berikut;

Rata-rata sampel :

̅

Standar Deviasi :

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat

No.

Kuat Geser Rata-Rata 1,95136

Adapun grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji adalah:

Gambar 4.29. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 1 (kuat geser)

Gambar 4.30. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 2 (kuat geser)

Gambar 4.31. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 3 (kuat geser)

Gambar 4.32. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 4 (kuat geser)

Gambar 4.33. Grafik pembebanan terhadap perubahan panjang benda uji 5 (kuat geser)

4.1.2 Kesimpulan Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties Kayu

Dari hasil pengujianphysical dan mechanical properties yang telah dibahas di atas, maka dapat ditabulasikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Rangkuman PengujianPhysical and Mechanical Properties (SNI-03)

Jenis Penelitian Hasil Penelitian

Kadar Air

Berat Jenis

Kuat Tekan Sejajar Serat

Kuat Tekan Tegak Lurus Serat

Kuat Tarik Sejajar Serat

Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Mpa

Kuat Lentur

Elastisitas Lentur 11930,405 Mpa

Kuat Geser Sejajar Serat

Menurut ketentuan Tata Cara Perencanaan Kontruksi Kayu (PKKI 2002), kuat acuan berdasarkan pemilahan secara mekanis diambil berdasarkan modulus elastisitas lentur. Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa menurut Tata Cara Perencanaan Konstruksi kayu (PKKI 2002), maka kayu yang digunakan dengan modulus elastisitas 11930,405 MPa termasuk kayu dengan kode mutu E12.

4.1.3 Hasil Perhitungan Tegangan Lentur Balok Kayu Sebelum Pengawetan Secara Analisis

Untuk melakukan pengujian balok kayu, diperlukan beban maksimum estimasi yang dapat dipikul oleh balok tersebut. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan beban maksimum estimasi adalah:

o b penampang = 7,5 cm = 75 mm

o Elastisitas balok kayu =11930,405 MPa

o section modulus (w) = o momen lentur =

Gambar 4.34. Pembebanan Pada Saat Pengujian Balok

Beban maksimum estimasi didapatkan dari perhitungan momen maksimum sesuai dengan pembebanan yang diberikan pada saat pengujian.

Pembebanan dengan third point loading menghasilkan momen maksimum sebesar:

( ) ( ( )) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

Mmax= Momen Lentur

( ) ( )

Dari perhitungan diatas, diperoleh bahwa beban maksimum estimasi yang dapat dipikul oleh balok kayu adalah 5,724 Ton.

Analisis lendutan menggunakan metode momen sebagai muatan:

Gambar 4.35. Bidang Momen balok dan metode momen sebagai muatan

o o o ( )

( )

(

Lendutan dihitung dengan menggunakan rumus:

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

Tegangan lentur balok kayu dihitung berdasarkan SNI-03-3975-1995 Sedangkan untuk lendutan balok kayu adalah:

a. Hasil Pengujian Tegangan lentur Balok Kayu Sebelum Diawetkan Tabel 4.13.

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Tegangan lentur Benda Uji 2 (BKU 2)

Tegangan lentur balok kayu dihitung berdasarkan SNI-03-3975-1995 dengan menggunakan rumus:

Dimana:

Pmaks = beban maksimum yang dapat dipikul balok kayu (N) a = 400 mm

w = bh2/6 = 125000 mm3

Beban maksimum yang dapat dipikul oleh balok kayu merupakan akumulasi dari beban maksimum yang didapatkan dari eksperimen ditambah dengan berat alat pembebanan third point loading. Adapun berat alat pembebanan adalah 68,05 kg.

Untuk benda uji 1 sebelum diawetkan (BKU 1), beban maksimum (Pmaks) yang dapat dicapai balok adalah 3653,6529 kg. Maka tegangan lentur benda uji 1 (BKU 1) adalah:

Dari pengujian didapat P maksimum untuk benda uji 2 (BKU 2) sebesar 3548,193 kg. Maka tegangan lentur benda uji 2 (BKU 2) adalah:

Rata-rata sampel:

̅

Maka, tegangan lentur balok kayu rata-rata sebelum diawetkan adalah 57,6147 Mpa.

 Lendutan

Lendutan balok kayu dihitung menggunakan rumus:

Untuk benda uji 1 sebelum diawetkan (BKU 1), lendutan yang dihasilkan adalah:

Lendutan balok kayu benda uji 1 (BKU 2) dihitung menggunakan rumus:

Rata-rata sampel:

̅

0

Gambar 4.36. Grafik Beban-Lendutan Balok Sebelum Diawetkan

Adapun hasil regresi grafik beban lendutan untuk kedua balok yang belum diawetkan adalah:

Gambar 4.37. Grafik Beban-Lendutan Balok Sebelum Diawetkan (BKU 1)

Gambar 4.38. Grafik Beban-Lendutan Balok Sebelum Diawetkan (BKU 2)

b. Hasil Pengujian Tegangan lentur Balok Kayu Sesudah Diawetkan Tabel 4.15. Hasil Pengujian Tegangan lentur Benda Uji 1 (BKP 1)

No. Tekanan (psi)

Tekanan

(kg/cm2) Beban (kg) Pembacaan Dial (mm) Dial 1 Dial 2 Dial 3

1 100 7,030692 527,30191 0,94 2,08 1,15

2 200 14,06138 1054,60382 2,38 3,91 2,1

3 300 21,09208 1581,90573 6,39 8,82 6,65

4 400 28,12277 2109,20764 12,85 14,7 12,15 5 500 35,15346 2636,50955 17,56 21,4 17,78 6 600 42,18415 3163,81146 26,54 28,91 26,63

7 700 49,21484 3691,11337 PATAH

Tabel 4.16. Hasil Pengujian Tegangan lentur Benda Uji 2 (BKP 2)

Dari pengujian didapat P maksimum untuk benda uji 1 sesudah diawetkan (BKP 1) sebesar 3759,113 kg. Maka tegangan lentur benda uji 1 sesudah diawetkan (BKP 1) adalah:

Dari pengujian didapat P maksimum untuk benda uji 2 sesudah diawetkan (BKP 2) sebesar 4286,415 kg. Maka tegangan lentur benda uji 2 sesudah

Maka, tegangan lentur balok kayu rata-rata sesudah diawetkan adalah 64,3642 Mpa.

0

Lendutan balok kayu benda uji 1 (BKP 1) dihitung menggunakan rumus:

Lendutan balok kayu benda uji 2 (BKP 2) adalah:

Rata-rata sampel:

̅

Maka, lendutan balok kayu rata-rata sesudah diawetkan adalah 40,8219 mm.

Gambar 4.39. Grafik Beban-Lendutan Balok Sesudah Diawetkan

Adapun hasil regresi grafik beban lendutan untuk kedua balok yang sudah diawetkan adalah:

Gambar 4.40. Grafik Beban-Lendutan Balok Sesudah Diawetkan (BKP 1)

Gambar 4.41. Grafik Beban-Lendutan Balok Sesudah Diawetkan (BKP 2)

4.2. Pembahasan Hasil Pengujian

Berikut adalah tabel hasil perhitungan kekuatan balok kayu secara analisi dan eksperimen:

Tabel 4.17. Hasil perbandingan analisis dan eksperimen tegangan lentur balok kayu sebelum diawetkan

perbandingan Fb

balok kayu sebelum diawetkan balok kayu sesudah diawetkan BKU 1 (Mpa) BKU 2 (Mpa) BKP 1 (Mpa) BKP 2 (Mpa)

analisis 91,5879

eksperimen 58,4584 56,7710 60,1458 68,5826

rata-rata 57,6147 64,3642

Tabel 4.18. Hasil perbandingan analisis dan eksperimen lendutan balok kayu sesudah diawetkan

perbandingan lendutan

balok kayu sebelum diawetkan balok kayu sesudah diawetkan BKU 1 (mm) BKU 2 (mm) BKP 1 (mm) BKP 2 (mm)

analisis 58,08814621

eksperimen 36,7699 35,6998 37,8401 43,1910

rata-rata

eksperimen 36,23489389 40,51563269

Dari pengujian yang dilakukan di laboratorium, didapatkan bahwa pada balok kayu 1( BKU 1) sebelum diawetkan, balok kayu mengalami patah pada pembebanan sebesar 3653,6529 kg. Lendutan yang dihasilkan oleh balok kayu pada beban maksimum 3653,6529 kg tepat saat kayu mengalami patah adalah 37,076 mm. Bentuk patah dari balok kayu 1 (BKU 1) ialah retak miring pada tengah bentang. Pembebanan yang diberikan pada balok kayu 1 yang belum diawetkan tidak membuat balok kayu sampai terbelah menjadi dua.

Pada benda uji 2 balok kayu sebelum diawetkan (BKU 2), balok kayu mengalami patah pada pembebanan sebesar 3548,193 kg. Lendutan yang

dihasilkan oleh balok kayu pada beban maksimum 3548,193 kg tepat saat kayu mengalami patah adalah 36,006 mm. Pada benda uji balok kayu sebelum diawetkan (BKU 2), patahan terjadi pada tengah bentang . Pembebanan yang dihasilkan sebelum balok kayu patah adalah 3163,81 kg dengan lendutan terbesar pada beban tersebut adalah 21,49 mm yang ditunjukkan pada tabel 4.13.

Tegangan lentur yang dihasilkan (Fb) adalah 56,7710 Mpa.

Berdasarkan perhitungan secara analisis, terdapat perbedaan hasil beban maksimum yang dicapai oleh balok kayu yang belum diawetkan. Perhitungan secara analisis menunjukkan bahwa balok kayu mampu menahan beban sebesar 5724,244 kg sementara hasil eksperimen menunjukkan bahwa beban yang dapat dipikul hanya sekitar 3500 kg. Dari grafik beban lendutan pada gambar 4.37 dan gambar 3.38, batas elastis terjadi mulai dari balok diberi pembebanan sampai balok mengalami retak untuk pertama kalinya, setelah balok mengalami retak hingga balok mengalami patah hingga mencapai lendutan maksimum disebut dengan batas plastis.

Pada benda uji 1 balok kayu sesudah diawetkan (BKP 1), balok kayu mengalami patah pada pembebanan sebesar 3759,113 kg. Lendutan yang dihasilkan oleh balok kayu pada beban maksimum 3759,113 kg tepat saat kayu mengalami patah adalah 36,1465 mm. Pada benda uji balok kayu sebelum diawetkan (BKP 1), patahan terjadi pada salah satu titik pembebanan. Berbeda dengan balok kayu sebelum diawetkan, pada balok kayu sesudah diawetkan (BKP 1), balok mengalami patah hanya pada serat bawah balok. Pengawetan yang dilakukan pada balok kayu membuat balok kayu berubah warna menjadi merah kecokelatan. Pengawetan membuat kayu tidak termakan oleh rayap sehingga kayu menjadi lebih kuat saat diberikan pembebanan. Pengaruh pengawetan juga terlihat dari pola retak yang terjadi pada balok kayu 1 sesudah diawetkan. Balok kayu tersebut mengalami patah hanya pada 1 titik pembebanan yang berjarak 40 cm dari perletakan rol saat dilakukan pengujian. Balok kayu tidak sampai mengalami patah yang membuat serat atas dan serat bawah balok kayu terlepas. Pembebanan yang dihasilkan sebelum balok kayu patah adalah 3163,81 kg dengan lendutan

terbesar pada beban tersebut adalah 28,91 mm yang ditunjukkan pada tabel 4.14.

Tegangan lentur yang dihasilkan (Fb) adalah 60,1458 Mpa.

Pada benda uji 2 balok kayu sesudah diawetkan (BKP 2), balok kayu mengalami patah pada pembebanan sebesar 4286,415 kg. Balok kayu 2 sesudah diawetkan (BKP 2), pembebanan maksimum yang dihasilkan meningkat cukup besar dibandingkan benda uji 1 sesudah diawetkan. Lendutan yang dihasilkan oleh balok kayu pada beban maksimum 4286,415 kg tepat saat kayu mengalami patah adalah 43,4974 mm. Pada benda uji balok kayu sebelum diawetkan (BKP 2), patahan terjadi pada tengah bentang. Pembebanan yang dihasilkan sebelum balok kayu patah adalah 3691,11337 kg dengan lendutan terbesar pada beban tersebut adalah 2829,34 mm yang ditunjukkan pada tabel 4.15. Tegangan lentur yang dihasilkan (Fb) adalah 68,5826 Mpa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan secara analisis balok kayu diperoleh:

 Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 5724,244 kg

 Tegangan lentur (Fb) = 91,5879 Mpa

 Lendutan maksimum (δ)= 58,088 mm 2. Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh:

 Balok kayu 1 sebelum diawetkan (BKU 1)

 Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 3653,6529 kg

 Tegangan lentur (Fb) = 58,4584 Mpa

 Lendutan maksimum (δ)= 37,076 mm

 Balok kayu 2 sebelum diawetkan (BKU 2)

 Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 3548,193 kg

 Tegangan lentur (Fb) = 56,771 Mpa

 Lendutan maksimum (δ)= 36,006 mm

 Balok kayu 1 sesudah diawetkan (BKP 1)

 Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 3759,113 kg

 Tegangan lentur (Fb) = 60,1458 Mpa

 Lendutan maksimum (δ)= 38,1465 mm

 Balok kayu 2 sesudah diawetkan (BKP 2)

 Beban maksimum (Pmaks) yang dapat dipikul = 4286,415 kg

 Tegangan lentur (Fb) = 68,5826 Mpa

 Lendutan maksimum (δ)= 43,4974 mm

3. Hasil perhitungan secara analisis menghasilkan tegangan lentur kayu yang lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan di laboratorium. Adapun persentase penurunan beban maksimum yang dapat dicapai balok kayu di laboratorium terhadap perhitungan secara analisis adalah 36,172 %. Adapun persentasi penurunan tegangan lentur balok kayu di laboratorium terhadap perhitungan secara analisis adalah 36,172

%.

4. Bentuk keretakan yang terjadi pada setiap balok kayu adalah:

 Balok kayu 1 sebelum diawetkan (BKU 1) = retak miring

 Balok kayu 2 sebelum diawetkan (BKU 2) = retak miring

 Balok kayu 1 sesudah diawetkan (BKP 1) = retak miring

 Balok kayu 2 sesudah diawetkan (BKP 2) = retak miring

5. Pengawetan dengan metode rendaman dingin menggunakan bahan pengawet boraks sebanyak 10% yang dilakukan pada balok kayu mempengaruhi beban maksimum serta tegangan lentur yang dialami balok kayu. Tegangan lentur balok kayu mengalami peningkatan setelah balok kayu diawetkan. Tegangan lentur balok kayu rata-rata meningkat sebesar 11,715 %.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan pengujian physical properties dan mechanical properties kayu yang sudah diawetkan untuk mendapatkan hasil perhitungan analisis setelah balok kayu diawetkan.

2. Perlu dilakukan variasi persentase jumlah bahan pengawet pada balok kayu untuk mendapatkan pengaruh bahan pengawet terhadap tegangan lentur balok kayu yang lebih akurat dan variatif,

3. Perlunya alat-alat laboratorium yang memadai dan terbaru untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih akurat.

4. Pada saat melakukan pengujian di laboratorium bahan uji harus bebas dari getaran atau berbagai gangguan luar karena memiliki dampak terhadap pembacaan dial.

Daftar Pustaka

Awaluddin, Ali dkk. 2005. Konstruksi Kayu. Yogyakarta: Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada

Yap. Ir. K.H. Felix. 1964. Konstruksi Kayu. Penerbit Binacipta

Metode, Spesifikasi dan Tata Cara bagian Kayu, Bahan Lain, Lain-Lain. 2002. Departemen Pemukiman dan Prasaraba Wilayah Badan Penelitian dan Pengembangan

Yosafat Aji Pranata, Johnny Gunawan Palapessy. 2014. Kekuatan Lentur, MOE, dan MOR Kayu Ulin (Eusiderodroxylon Zwageri). Jurnal Teknik Sipil. Volume 13, No. 1, October 2014: 25-31

Elia Hunggurami, Ruslan Ramang, Yuliana Djenmakani. 2014. Pengaruh Tindakan Pengawetan Terhadap Sifat Mekanis Kayu Kelapa. Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014.

Darmono, Sri Atun. Suryadi Prasetyo. 2013. Pemanfaatan Campuran Boraks dan Asam Borat sebagai Bahan Pengawetan Kayu terhadap Serangan Rayap. Inotek, Volume 17, Nomor 1, Februari 2013.

Daryanto, Drs. 2003. Pengetahuan Teknik Bangunan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Haygreen, Jhon G. dkk.1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yosafat Aji Pranata, Bambang Suryoatmono. 2014. Kekuatan Tekan Sejajar Serat dan Tegak Lurus Serat Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri). Jurnal Teknik Sipil Vol. 21 No. 2 April 2014.

G.Y, Jamala dkk. 2013. Physical and Mechanical Properties of Selected Wood Species in Tropical Rainforest Ecosystem, Ondo State, Nigeria. IOSR-JAVS e-ISSN: 2319-2380, p-ISSN: 2373. Volume 5, Issue 3c(Sep-Oct. 2013), PP 29-33.

Iswanto, Apri Heri. 2008. Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis dan Kadar Air pada Beberapa Jenis Kayu (Karya Tulis). Medan: Fakultas Pertanian USU.

Wardhana, Nanda. 2011. Analisa Lendutan Balok Kayu Kelapa Non Prismatis Perletakan Sendi-Rol dengan Metode Plastis (Eksperimen) (Skripsi). Medan : Fakultas Teknik USU).

Rinaldi, Nizam Arjuna dkk. 2012. Pengawetan Metode Rendaman Panas Dingin Kayu Sengon dengan Ekstrak Buah Kecubung Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering (Seminar

Tarigan, Joel Elpinta Pranata. 2016. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Kemenyan (Styrax sp.) (Skripsi). Medan: Fakultas Kehutanan USU.

Verinita, Lizza. 2012. Ketahanan Tiga Jenis Kayu Hutan Rakyat Terhadap Serangan Rayap Tanah (Skripsi). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Record, Samuel J. 1914. The Mechanical Properties of Wood. New York : Publishers Printing Company.

Batubara, Ridwanti. 2006. Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan (Karya Tulis). Medan: Fakultas Pertanian USU.

Sutrisno, Hendro. 2011. Upaya Meningkatkan Daya Awet Kayu Waru (Hibiscus titialeceus) Dari Serangan Rayap Tanah (Coplotermes curvignathus) dengan Perendaman Larutan Boraks (Na2B4O7.10H2O) (Tugas Akhir II). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

elisa.ugm.ac,id (diakses pada Minggu, 19 Februari 2017 pukul 20.36 WIB)

Gambar 1. Sampel Pengujian Kadar Air

Gambar 2. Sampel Pengujian Berat Jenis

Gambar 3. Sampel Pengujian Susut

Gambar 4. Sampel Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu

Gambar 5. Sampel Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu

Gambar 6. Sampel Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat Kayu

Gambar 6. Sampel Pengujian Kuat Tarik Tegak Lurus Serat Kayu

Gambar 7. Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu

Gambar 8. Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu

Gambar 8. Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan Tegak Lurus Serat Kayu

Dokumen terkait