• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titrimetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya. Selanjutnya akan dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen, tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi

perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua titik sama (atau mengoreksi perbedaan di antara keduanya) adalah satu aspek yang penting dalam metode titrimetri. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.

Persyaratan untuk reaksi yang dipergunakan dalam metode titrimetri, sejauh ini relatif sedikit reaksi kimia yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk titrasi.

II.6.1.1 Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Untuk Dapat Dilakukan Analisis Volumetrik

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

II.6.1.2 Alat-Alat Yang Digunakan Pada Analisa Titrimetri

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.

II.6.1.3 Penggolongan Analisis Titrimetri Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ; 1. Reaksi Kimia :

 Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan sebaliknya.

Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

a. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam. Contoh : HCl, H2SO4

b. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa. Contoh : NaOH, KOH

 Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.

a. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai oksidator.

Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :

- Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4 - Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7

- Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4 - Iodimetri, larutan bakunya : I2

b. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.

Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah : Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3.5H2O

 Reaksi Pengendapan (presipitasi)

Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi.

Yang termasuk titrasi pengendapan adalah : - Argentometri, larutan bakunya : AgNO3

- Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri

 Reaksi pembentukan kompleks

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA

2. Berdasarkan cara titrasi - Titrasi langsung

3. Berdasarkan jumlah sampel - Titrasi makro

Jumlah sampel : 100 – 1000 mg Volume titran : 10 – 20 mL Ketelitian buret : 0,02 mL. - Titrasi semi mikro

Jumlah sampel : 10 – 100 mg Volume titran : 1 – 10 mL Ketelitian buret : 0,001 mL - Titrasi mikro Jumlah sampel : 1 – 10 mg Volume titran : 0,1 – 1 mL Ketelitian buret : 0,001 Ml

II.6.1.4 Prosedur Analisa Salinitas Nacl Dalam Air Laut Dengan Metode Titrasi Argometri

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri disebut juga sebagai metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.

Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya ditirasi kembali dengan menggunakan ammonium tiosianat menggunakan indikator besi(III) ammonium sulfat.

Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih dahulu atau dilapisi dengan penambahan dietiftalat untuk mencegah disosiasi AgCl oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin aomatis tidak dapat dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus dibakar dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen sebelum titrasi.

II.6.2 Ph (POTENTIAL OF HYDROGEN)

pH berasal dari singkatan potential of Hydrogen. pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan keasaman atau kebasaan suatu zat. Nilai pH bervariasi dari 1 hingga 14. Sebuah larutan yang netral memiliki pH = 7, larutan asam memiliki pH kurang dari 7, dan larutan basa memiliki pH lebih dari 7. Pemeriksaan pH bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Adapun parameter kadar pH untuk air mineral dengan standart DEPKES, murni, air hujan dan air laut sebagai berikut.

1. pH air minum mineral yang sesuai standart DEPKES: 6,5-8,5 2. pH air minum Demineral/murni/reverse osmosis: 5,0-7,5 3. pH air minum yang paling ideal: 7,0 (pH netral)

4. pH air hujan berbeda-beda di setiap kota antara 3,0-6,0 5. pH air laut adalah: sekitar 8,2

Dokumen terkait