• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Model

Dalam dokumen RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN (Halaman 49-83)

D. Metode Analisis Data

2. Pengujian Model

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi variabel- variabel bebas terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Menurut

Sudarmanto (2005), 2 menunjukan kemampuan model untuk

menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Nilai

2

ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < 2≤ 1). Semakin besar

2

(mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

k n n - - = 1-(1-R ) 1 R2 2 Dimana : Total JK gresi JKRe R2 = Keterangan : n : Banyaknya sampel

commit to user

l

k : Jumlah koefesien yang ditaksir

JK Regresi : Jumlah kuadrat regresi

JK Total : Jumlah kuadrat total

b. Uji F

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama- sama terhadap variabel tak bebas digunakan uji F dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan 99% atau tingkat signifikansi (α) 1%.

Dengan hipotesis: Tes Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

H1 : b1≠ b2≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6≠ 0 (Paling tidak ada salah satu yang tidak

sama dengan nol)

Kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

Menurut Santoso (2002), menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu

probabilitas kesalahan hipotesis yang ternyata benar. Jika dikatakan α =

5%, berarti resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%. Semakin

kecil α berarti semakin mengurangi resiko kesalahan.

c. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten digunakan uji t dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan 99% atau tingkat signifikansi (α) 1%.

Tes Hipotesis : H0 : bi = 0

commit to user

li H1 : bi≠ 0

Dengan kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka

variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

Nilai standar koefisien regresi parsial digunakan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah penawaran bawang putih. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

b’ = bi

Keterangan :

b’ = Standar koefisien regresi variabel bebas

bi = Koefisien regresi variabel bebas

dy = Standar deviasi variabel tak bebas

di = Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai standar koefisien regresi yang terbesar merupakan variabel yang paling dominan terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. 3. Pengujian asumsi klasik

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Untuk

mengetahuinya dilakukan uji matrik correlation. Bila matrik pearson

correlation tidak ada satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati, 1995). b. Autokorelasi i y d d

commit to user

lii

Auto korelasi adalah hubungan yang terjadi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan autokorelasi. Pengujian ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas (otokorelasi), dilakukan dengan menggunakan uji statistik d dari Durbin Watson dengan kriteria (Sulaiman, 2002):

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi.

2) 1,21 < DW < 1, 65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat disimpulkan.

3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorekasi..

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedatisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam uji heteroskedastisitas, pengujian yang dilakukan

adalah dengan menggunakan grafik scatterplot. Apabila dari grafik terlihat

titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Elastisitas Penawaran Jagung

Elastisitas penawaran dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

bi

Epd=

Keterangan :

Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek

commit to user

liii

Sedangkan elastisitas jangka panjang dapat diketahui setelah elastisitas jangka pendek diketahui. Elastisitas jangka panjang dirumuskan sebagai berikut :

Epj = l

bi

Nilai koefisisen penyesuaian diperoleh dari:

λ = 1 – b2At-1

Keterangan :

λ : koefisien penyesuaian

commit to user

liv

BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten yang memiliki total luas

wilayah 65.556 ha atau 655,56 km2. Kabupaten Klaten terbagi atas 391 desa,

10 kelurahan dan 26 kecamatan. Adapun pembagian wilayah berdasarakn kecamatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Wilayah di Kabupaten Klaten Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2008

No Kecamatan Luas wilayah

(km2) Persentase (%) 1. Prambanan 24,43 3,73 2. Gantiwarno 25,64 3,91 3. Wedi 24,38 3,72 4. Bayat 39,43 6,01 5. Cawas 34,47 5,26 6. Trucuk 33,81 5,16 7. Kalikotes 13,00 1,98 8. Kebonarum 9,66 1,47 9. Jogonalan 26,70 4,07 10. Manisrenggo 26,96 4,11 11. Karangnongko 26,74 4,08 12. Ngawen 16,97 2,59 13. Ceper 24,45 3,73 14. Pedan 19,17 2,92 15. Karangdowo 29,23 4,46 16. Juwiring 29,79 4,54 17. Wonosari 31,14 4,75 18. Delanggu 18,78 2,86 19. Polanharjo 23,84 3,64 20. Karanganom 24,06 3,67 21. Tulung 32,00 4,88 22. Jatinom 35,53 5,42 23. Kemalang 51,66 7,88 24. Klaten Selatan 14,44 2,20 25. Klaten Tengah 8,90 1,36 26. Klaten Utara 10,38 1,58 Jumlah 655,56 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

commit to user

lv

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Kecamatan Kemalang merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar mencapai 7,88% dari luas

wilayah Kabupaten Klaten atau seluas 51,66 km2. Sedangkan kecamatan

dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Klaten Tengah yang hanya mencakup 1,36% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Klaten atau seluas 8,90 km2.

Besarnya luas wilayah diharapkan dapat meningkatkan luas areal panen jagung di Kabupaten Klaten. Dengan semakin luasnya areal panen jagung diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi jagung, sehingga permintaan masyarakat akan jagung dapat terpenuhi dengan baik.

2. Keadaan Geografi

Kabupaten Klaten secara geografis berada antara 7o32’19” Lintang

Utara (LU) sampai 7o48’33” Lintang Selatan (LS) dan antara 110o26’14”

Bujur Timur (BT) sampai 110o47’51” Bujur Timur (BT). Kabupaten Klaten

memiliki jarak + 113 km dari kota Semarang yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah.

Secara administratif, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY)

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

3. Topografi

Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76-160 m dpl (diatas permukaan laut) yang terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi

sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang,

commit to user

lvi

b. Dataran Rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah

kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo.

c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan, meliputi

sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan Gantiwarno.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah daratan rendah, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah yang berpotensi di bidang pertanian, di samping penghasil kapur, batu kali, dan pasir merapi yang bersumber dari sungai yang berasal dari lereng gunung merapi. Ketinggian daerah di Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Sebanyak 12,76% terletak diantara ketinggian 500-2500 meter di atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut. Kondisi tersebut sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung. Menurut Prabowo (2007), tanaman jagung tumbuh pada ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Klaten memiliki potensi untuk pengembangan tanaman jagung.

4. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari lima macam, meliputi:

a. Litosol

Litosol merupakan bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di daerah Kecamatan Bayat. Tanah litosol merupakan tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan tanah

pertanian yang kurang baik atau padang rumput.

commit to user

lvii

Regosol kelabu merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu.

Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan induk abu dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu,

Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan Jogonalan.

c. Grumusol Kelabu Tua

Grumusol kelabu tua merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua

Kompleks regosol kelabu dan kelabu tua merupakan bahan induk yang berupa batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan Kebonarum.

e. Regosol Coklat Kelabu

Regosol coklat kelabu merupakan bahan induk yang berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang,

Menisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko.

Keragaman jenis tanah di Kabupaten Klaten akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan masyarakat Kabupaten Klaten. Masing-masing komoditi pertanian memiliki syarat tumbuh yang berbeda. Hasil yang baik akan diperoleh jika kondisi dan jenis tanah yang digunakan sesuai dengan syarat tumbuhnya.

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana tanah ini memiliki potensi untuk pembudidayaan jagung. Menurut Purwono dan Hartono (2008), keasaman yang baik bagi pertumbuhan jagung antara 5,6-7,5. Pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 tanaman jagung tidak dapat tumbuh maksimal karena keracunan ion alumunium.

commit to user

lviii

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Keadaan iklim tersebut sesuai untuk tempat hidup tanaman jagung. Menurut Purwono dan Hartono (2008), daerah yang dikehendaki oleh sebagain besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah.

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Klaten berkisar antara 75-200

mm/bulan. Temperatur udara rata-rata 28-300C dengan kecepatan angin rata-

rata berkisar 20-25 km/jam. Dilihat dari rata-rata curah hujan dan temperatur udara, wilayah Kabupaten Klaten cocok untuk dibudidayakan tanaman jagung.

Curah hujan ideal untuk tanaman jagung sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji memerlukan cukup

air. Pertumbuhan tanaman jagung memerlukan suhu optimal antara 23-300C

(Prabowo, 2007).

6. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 Ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008

Penggunaan Lahan Luas (ha)

commit to user lix Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan 33.494 19.173 10.455 2.386 1.480 33.467 19.170 10.450 2.633 1.214 33.435 19.670 10.086 2.567 1.112 33.423 19.915 9.778 2.267 1.463 Lahan Kering Pekarangan Tegalan Kolam/Rawa Hutan Negara Lain-lain 32.062 19.920 6.312 201 1.450 4.179 32.089 19.938 6312 201 1.450 4.188 32.121 19.995 6.287 202 1.450 4.187 32.133 20.022 6.272 202 1.450 4.187 Jumlah 65.556

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 lahan yang digunakan untuk lahan sawah seluas 33.423 ha yang terdiri dari sawah dengan irigasi teknis seluas 19.915 ha, irigasi ½ teknis seluas 9.778 ha, irigasi sederhana seluas 2.267 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.463 ha. Sedangkan lahan kering terbesar digunakan untuk pekarang sebesar 20.022 ha. Kegiatan pertanian dilakukan pada lahan tegalan yang ditanam berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah.

Dari berbagai jenis tanaman pangan tersebut, tanamn jagung yang paling banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Klaten. Hal tersebut, menurut Purwono dan Hartono (2008), karena jagung tidak membutuhkan persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang cukup kering Namun, dalam pembudidayaan tanaman jagung masih diperlukan adanya irigasi untuk memenuhi kebutuhan air yang cukup. Menurut Prabowo (2007), pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung memerlukan ketersediaan air yang cukup dan membutuhkan sinar matahari yang baik karena tanaman yang ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.

commit to user

lx B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten selama tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten KlatenTahun 2004 – 2008 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan penduduk (jiwa) Persentase Pertumbuhan (%) 2004 2005 2006 2007 2008 1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494 4.489 4.272 7.184 3.745 3.507 0.351445279 0.333284963 0.558606221 0.289582306 0.270395925 Rata-rata 1.291.713,4 4.6394 0.360662939 Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004–2008 adalah sebesar 1.291.713 jiwa. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004-2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36%. Peningkatan penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup khususnya kebutuhan pangan. Peningkatan kebutuhan yang tidak diikuti peningkatan jumlah ketersediaan pangan terutama bahan pangan pokok seperti beras dapat mengakibatkan terjadinya krisis pangan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat menggunakan jagung sebagai bahan pangan pengganti beras. Jika permintaan akan jagung meningkat, maka penawaran jagung juga akan ikut meningkat.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan umur penduduk dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia

commit to user

lxi

tidak produktif (> 65 tahun). Keadaan penduduk menurut kelompok umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yng

produktif dan Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio).

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten menurut kelompok umur dan jenis kelamin selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Umur (Tahun) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 0-4 48.120 46.227 94.347 7,25 5-9 54.350 51.005 105.355 8,10 10-14 59.274 57.111 116.385 8,95 15-19 69.139 65.123 134.262 10,32 20-24 55.184 53.323 108.507 8,34 25-29 49.437 51.902 101.339 7,79 30-34 49.099 54.606 103.705 7,97 35-39 46.524 52.155 98.679 7,59 40-44 42.875 45.447 88.322 6,79 45-49 35.725 35.925 71.650 5,51 50-54 26.231 31.105 57.336 4,41 55-59 25.348 28.603 53.951 4,15 60-64 23.265 29.381 52.646 4,05 >65 50.957 63.053 114.010 8,77 Total 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sebesar 664.966 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 625.528 jiwa. Dari perhitungan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat diketahui bahwa angka sex ratio untuk jumlah penduduk Kabupaten Klaten adalah sebesar 95,57% yang berarti bahwa setiap 100 prang penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.

Tabel 7 juga menunjukan bahwa persentase terbesar penduduk Kabupaten Klaten adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,93% dari total jumlah penduduk yang lebih besar dari prosentase penduduk

commit to user

lxii

usia belum produktif dan usia tidak produktif sebesar 33,07%.. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk tidak produktif dapat

diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka

Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukan banyaknya penduduk usia tidak produktif yang haus ditanggung tiap penduduk usia produktif.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 1 maka dapat diketahui bahwa Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Klaten adalah sebesar 49,41% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Klaten harus menanggung 49 penduduk usia belum produktif dan tidak produktif.

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten yang sebagian besar merupakan penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan seperti jagung.

Jagung dipilih karena merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubtitusi) beras. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi sebesar 8 gram, sehingga jagung dapat pula menyumbangkan sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia. Kandungan karbohidratnya pun mendekati karbohidrat pada padi, berarti jagung juga memiliki nilai gizi yang mendekati nilai gizi padi (AAK, 1993).

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk di Kabupaten Klaten memiliki jenis mata pencaharian yang bermacam-macam. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbedaan latar belakang, sosial ekonomi masyarakat, ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan,

commit to user

lxiii

usia, jenis kelamin dan modal yang tersedia. Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Pertanian 145.514 25,61

Pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih

7.795 1,37 Industri 115.580 20,35 Bangunan 36.702 6,46 Perdagangan 150.080 26,41 Komunikasi 26.037 4,58 Keuangan 4.822 0,85 Jasa 81.660 14,37 Lain-lain - - Jumlah 568.190 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Klaten bermata pencaharian di bidang perdagangan yaitu sebesar 26,41%. Sedangkan sektor pertanian memiliki persentase yang cukup besar yaitu 25,61% atau sebanyak 105.564 jiwa. Semakin banyaknya jumlah penduduk yang mengusahakan sektor pertanian diharapkan dapat menaikan tingkat produktifitas terutama jagung guna memenuhi permintaan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator kebehasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan perekonomian dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai. Sarana perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomaian baik yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta serta dari swadaya masyarakat setempat. Salah satu sarana yang dapat menunjang perekonimian di

commit to user

lxiv

suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar inilah terjadi transaksi jaul beli barang atau jasa. Banyaknya pasar di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis dan Jumlah Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4. Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional a. Umum b. Hewan c. Buah d. Sepeda e. Ikan f. Lain-lain /burung 1 5 1 55 12 1 7 0 12 Jumlah 94

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Berdasrkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang ada

di Kabupaten Klaten sudah memadai terlihat dari adanya departement store, pasar

swalayan, pusat perbelanjaan, dan pasar tradisional yang menjual berbagai jenis barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia akan mempengaruhi pemasaran jagung karena dapat memudahkan produsen untuk menjual hasil produksinya. Kondisi pemasaran jagung yang baik diharapkan dapat meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

D. Keadaan Umum Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Tanaman pangan meliputi padi dan palawija. Tanaman palawija mencakup komoditas jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kedelai serta kacang hijau. Produksi tanaman palawija di

commit to user

lxv

Kabupaten Klaten didominasi oleh tanaman jagung. Hal tersebut dapat dilihat dari data tanaman palawija pada Tabel 11.

Tabel 11. Produksi Tanaman Palawija di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Tanaman Palawija Produksi (Ton)

1. Jagung 79.518 2. Kedelai 6.797 3. Ubi kayu 51.783 4. Ubi jalar 741 5. Kacang tanah 2.460 6. Kacang hijau 225

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 Kabupaten Klaten mempunyai produksi tanaman jagung terbesar dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya. Tingginya jumlah produksi jagung mempengaruhi terhadap tingkat penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Sebagian besar hasil produksi jagung digunakan sebagai bahan pakan ternak baik untuk konsumsi lokal maupun di luar daerah Klaten. Jagung yang digunakan untuk bahan pakan ternak berumur sekitar tiga bulan atau 100 hari.

Adapun luas panen, produksi dan rata-rata produksi untuk tanaman jagung per kecamatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 12.

commit to user

lxvi

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten 2008

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

Prambanan 691 80,43 5.558 Gantiwarno 302 81,49 2.461 Wedi 63 69,04 435 Bayat 863 64,46 5.563 Cawas - 2,72 - Trucuk 227 74,27 1.686 Kalikotes 290 77,96 2.261 Kebonarum - - - Jogonalan 1.078 81,74 8.812 Manisrenggo 451 81,59 3.680 Karang nongko 430 83,93 3.609 Ngawen 106 77,31 819 Ceper 462 83,34 3.850 Pedan 204 77,44 1.580 Karang dowo 16 59,00 94 Juwiring - - - Wonosari 26 66,99 174 Delanggu - - - Polanharjo 12 73,69 88 Karanganom 398 84,93 3.380 Tulung 2.559 88,34 22.605 Jatinom 1.037 83,55 8.664 Kemalang 495 66,47 3.290 Klaten selatan 25 66,99 167 Klaten tengah 31 66,99 208 Klaten utara 73 73,14 534

commit to user

lxvii

Total 9.839 80,82 79.518

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa luas panen jagung terbesar terletak di Kecamatan Tulung yaitu 2.559 ha dengan luas panen terkecil pada Kecamatan Polanharjo yaitu 12 ha. Begitu pula jumlah produksi jagung terbesar terdapat di Kecamatan Tulung sebesar 22.605 ton. Sedangkan produksi jagung terkecil terdapat di Kecamatan Polanharjo sebesar 88 ton.

Semakin tinggi luas panen jagung diharapkan akan meningkatkan jumlah produksi jagung. Peningkatan jumlah produksi selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan harga jagung. Adanya peningkatan harga jagung untuk kedepannya diharapkan dapat ikut meningkatkan kesejaheraan petani terutama para petani jagung di Kabupaten Klaten.

commit to user

lxviii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

ini menggunakan data time series selama 16 tahun, yaitu tahun 1992-2008.

Penawaran jagung dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model Nerlove dengan pendekatan luas areal panen. Pemilihan pendekatan dengan luas areal panen karena variabel luas areal panen dapat dikontrol oleh petani jika terjadi perubahan harga. Selain itu, karena respon penawaran dapat diasumsikan ekuivalen dari respon areal panen yang disebabkan oleh perubahan faktor ekonomi maupun non ekonomi. Sedangkan variabel tak bebas yang diduga berpengaruh terhadap respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten yaitu harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan

Dalam dokumen RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN (Halaman 49-83)

Dokumen terkait