• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

RESPON PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

OLEH:

HERVIKARANI PURNOMO PUTRI

H0306062

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

RESPON PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Hervikarani Purnomo Putri

H0306062

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 April 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti R, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001

Erlyna Wida R, SP. MP NIP. 19780708 200312 2 002

Surakarta, April 2011 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Respon Penawaran di Kabupaten

Klaten, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta,

sekaigus Dosen Pembimbing Pendamping dan Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan saran dan masukan.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan.

5. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan

memberikan saran dan perbaikan bagi penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa

perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Klaten yang telah memberikan ijin penelitian

(4)

commit to user

iv

8. Seluruh Staf Dinas Pertanian Kabupaten Klaten yang telah memberikan informasi

yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten yang telah memberikan

bantuan dalam menyediakan data-data serta informasi yang diperlukan dalam

penulisan skripsi ini.

10.Bapak dan Ibu tersayang, adiku Risma dan Ardi, kalian yang selalu mencintai

penulis, selalu ada di setiap keadaan dan selalu setia memberi semangat dalam

berbagai cara serta mendoakan penulis di setiap langkah demi kesuksesan penulis.

11.Sahabatku: phita dan restu terima kasih untuk semangat dan dukungan mau

mendengar keluh kesah penulis.

12.Ming piye?! Community: adhi, bagus, arip, ari, tommie, terima kasih untuk semua

pengalaman, kesenangan, masalah dan solusi serta segala macam bantuan,

semoga kebahagiaan selalu kita rasakan.

13.Ceman-ceman Genk G4uL: bagoezt, ita, mutasi, husnul, habib dan hanip terima

kasih atas segala bantuan, tawa dan air mata terutama di saat terakhir, semoga kita

tetap bersama dalam kesuksesan.

14.Teman-teman MemEZz: mb. anis, mb.yuni, erna, hera, uswatun dan wilis terima

kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaannya, untuk adik-adik kost Mess Fitri

terima kasih atas semangat dan penghiburannya.

15.Teman-teman tanpa komunitas: titut adi nugroho dan riant kadepe terima kasih

untuk semua semangat, bantuan dan harapan, dimanapun kita semoga selalu

bahagia.

16.Teman-teman tentor penawaran: anang, arip, mutasi, dedy, dyah, vita, sauma dan

isna terima kasih sudah mau membantu memecahkan semua masalah yang

penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.

17.Teman-teman Zero Six yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada

penulis, dimanapun kalian semoga kita dapat berkumpul lagi suatu saat nanti.

18.Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga penulis

(5)

commit to user

v

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri

khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, April 2011

(6)

commit to user

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 22

C. Hipotesis ... 27

D. Asumsi ... 28

E. Definisi Operasional Variabel ... 28

F. Pembatasan Masalah ... 30

III.METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Dasar Penelitian ... 31

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 31

C. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data………... .... 32

1. Jenis dan Sumber Data. ... 32

(7)

commit to user

vii

D. Metode Analisis Data ... 33

1. Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ... 33

2. Pengujian Model ... 34 Multikolinearitas ... 36

b... Uji Autokorelasi ... 36

c. ... Uji Heteroskedastisitas ... 36

4. Elastisitas Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ... 37

IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN... 38

A. Keadaan Alam ... 38

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 44

3. Keadaan Penduduk Menurut Matapencaharian ... 46

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 47

D. Keadaan Umum Pertanian ... 48

(8)

commit to user

viii

1. Pengujian Model ... . 62

a. Uji R2Adjusted ( 2) ... . 62

b. Uji F... 63

c. Uji t ... 63

2. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh ... 64

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 66

1. Multikolinearitas ... 66

2. Autokorelasi ... 66

3. Heteroskedastisitas ... 66

4. Elastisitas Penawaran ... 66

C. Pembahasan ... 69

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun

2008...………... 2

2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten

tahun 2004-2008... 2

3. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten tahun

2004-2008... 3

4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Di

Kabupaten Klaten Tahun 2008...……….. 32

5. Luas Wilayah di Kabupaten Klaten Dirinci Menurut

Kecamatan Tahun 2008………... 38

6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun

2005-2008…... 43

7. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten

KlatenTahun 2004 – 2008…………... 44

8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan

Jenis Kelamin pada Tahun 2008……… 45

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Mata

Pencaharian Tahun 2008…………...………. 47

10. Jenis dan Jumlah Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten

Tahun 2008...……..……….. 48

11. Produksi Tanaman Palawija di Kabupaten Klaten Tahun

2008...………... 49

12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tiap

Kecamatan di Kabupaten Klaten 2008...………... 50

13. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun

1992-2007………...………... 52

14. Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi

Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Klaten Pada

Tahun 1992-2007...………..…….. 54

15. Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten

(10)

commit to user

x

16. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada

Tahun 1992-2007...…...…... 58

17. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada

Tahun 1993-2008...…...……..…... 60

18. Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian …... 62

19. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ...………... 63

20. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran

Jagung Di Kabupaten Klaten...…... 64

21. Nilai Koefisien Regreai Parsial Variabel yang Berpengaruh

Terhadap Penawaran Jagung Kabupaten Klaten... 65

22. Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva penawaran……….. 12

2. Kasus Cobweb………... 19

3. Elastisitas Penawaran………... 22

4. Alur Kerangka Berfikir Respon Penawaran Jagung di

Kabupaten Klaten...….. 27

5. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten

Pada Tahun 1992-2007…...……….. 53

6.

7.

8.

9.

Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007…...…………....

Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008...

Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007...

Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008...

54

57

59

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

LAMPIRAN 1

1. Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2007... 81

2. Produksi dan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten

Tahun 1992-2008 ... ... 82

3. Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2007 ... ... 83

4. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008 ... ... 84

LAMPIRAN 2

1. Regresi.. ... ... 85

2. Koefisien Regresi Parsial ... ... 90

LAMPIRAN 3

1. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek.. ... ... 91

2. Elastisitas Penawaran Jangka Panjang.. ... ... 91

LAMPIRAN 4

Peta Kabupaten Pati ... ... 92

LAMPIRAN 5

Gambar Lahan Jagung di Kabupaten Klaten ... ... 93

LAMPIRAN 6

(13)

commit to user

xiii INTISARI

Hervikarani Purnomo Putri. H 0306062. 2010. “ Respon Penawaran Jagung Di

Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. dan

Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Fakultas Pertanian, Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten, dan menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Metode dasar yang digunakan, deskriptif analitis dengan lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang berpotensi menjadi sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah.

Model analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan pendekatan supply response dari Nerlove. Model memiliki nilai

adjusted R2 sebesar 0,791. Artinya 79,1% penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat

dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam, sedangkan sisanya sebesar 21,9% dijelaskan variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F kelima variabel tak bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan luas areal panen pada tahun sebelumnya terbukti tidak berpengaruh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung adalah jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya.

Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga jagung pada tahun sebelumnya bersifat inelastis positif sebesar 0,294 dan 0,301. Artinya kenaikan harga jagung sebesar 1% akan meningkatkan penawaran jagung sebesar 0,294% dalam jangka pendek dan 0,301% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya bersifat elastis positif sebesar 1,083 dan 1,108. Artinya kenaikan jumlah produksi sebesar 1% akan menaikan penawaran jagung sebesar 1,083% dalam jangka pendek dan 1,108% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga kedelai pada tahun sebelumnya bersifat inelastis negatif sebesar -0,404 dan -0,414. Artinya kenaikan harga kedelai sebesar 1% akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,404% dalam jangka pendek dan 0,414% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga pupuk urea pada tahun t bersifat inelastis negatif sebesar -0,466 dan -0,477. Artinya kenaikan harga pupuk urea sebesar 1% akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,466% dalam jangka pendek dan 0,477% dalam jangka panjang.

(14)

commit to user

xiv

dengan harapan tingginya harga dapat meningkatkan minat petani untuk membudidayakan jagung di Kabupaten Klaten.

ABSTRACT

Hervikarani Purnomo Putri. H 0306062. 2010. Corn Supply Response in Klaten Regency.Thesis guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

This research aims to determine : the factors that influence supply response of corn in Klaten district and analyze the elasticity of corn supply in Klaten Regency.

The basic metode used descriptive analysis with location of the research is selected intentionally (purposive) that is in Klaten Regency because it is one of the potential producer of corn in Central Java.

From data analysis using multiple linear regression on the supply function with the approach of the Nerlove supply response. It has good enough model wich has adjusted R2 0,791 which means that 79,1% of corn supply in Klaten Regency can be explained by corn price on the past year, corn production on the past year, corn acreage on the past year, soybean price on the past year and urea price on the year cultivation, while the rest of 21,9% is explained by the other variable outside research. From F-test, all independent variables altogether has some influence toward the corn supply in Klaten Regency. From the t-test, corn price on the past year, corn production on the past year, soybean price on the past year and urea price on the year cultivation has effect to corn supply in Klaten regency on level 99%. Variable corn acreage on the past year has no effect to corn supply in Klaten. Corn production on the past year has the biggest effect toward the corn supply in Klaten Regency.

The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to corn price on the past year are inelastic positive with value 0,294 and 0,301. It means that increasing of corn price on the past year is about 1% will increase corn supply about 0,294% in short term and 0,301% in long term. The short term and long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to corn production on the past year are elastic positive with value 1,083 and 1,108. It means that increasing of corn production on the past year is about 1% will increasing corn supply about 1,083% in short term and 1,108% in long term. The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to soybean price on the past year are inelastic negative with value -0,404 and -0,414. It means that increasing of soybean price on the year cultivation is about 1% will decreasing corn supply about -0,404% in short term and -0,414% in long term. The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to urea price on the year cultivation are inelastic negative with value -,0466 and -0,477. It means that increasing of urea price on the year cultivation is about 1% will decreasing corn supply about 0,466% in short term and 0,477% in long term.

(15)

commit to user

xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Subsektor tanaman pangan mempunyai posisi strategis dan penting di

dalam pembangunan pertanian sebagai penghasil makanan pokok yang tidak

dapat disubtitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya. Sementara itu,

ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya ketahanan

ekonomi maupun ketahanan politik, sehingga peningkatan produksi pangan

untuk dapat mewujudkan pemulihan ekonomi dan mempertahankan swasembada

merupakan upaya strategis untuk memantapkan ketahanan pangan sekaligus

ketahanan nasional (Wibowo, 2000).

Tanaman pangan merupakan tanaman yang diperlakukan sebagai sumber

makanan pokok yang terdiri dari padi dan palawija. Palawija berarti semua

tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija

berupa tanaman kacang-kacangan seperti kedelai dan kacang tanah, serealia

selain padi seperti jagung dan umbi-umbian semusim seperti ketela pohon dan

ubi jalar (Sujarwo, 2010).

Jagung merupakan komoditi penting bagi perekonomian masyarakat

Indonesia. Hal ini tercermin dari tingkat kebutuhannya sepanjang tahun yang

cukup besar. Kebutuhan akan jagung selain untuk konsumsi langsung juga

merupakan bahan baku utama dalam industri peternakan. Sebagai salah satu

bahan pangan masyarakat, jagung dapat digolongkan sebagai bahan makanan

utama di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting setelah kedelai

yaitu sebagai sumber utama karbohidrat dan protein. Oleh sebab itu, jagung

termasuk salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai

peluang untuk dikembangkan (Mahdi, 2010).

Beberapa tahun terakhir kebutuhan jagung di dalam negeri terus

meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan pakan ternak industri

peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai

(16)

commit to user

xvi

campuran bahan pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga

berkembang produk bahan pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di

kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku pembuatan

produk pangan. Dengan meningkatnya permintaan jagung tersebut, tentu

membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan

produksi jagungnya (Nugroho, 2010).

Tanaman jagung memiliki potensi usahatani di Kabupaten Klaten. Selain

sebagai komoditas pertanian yang kedua diutamakan setelah padi, jagung juga

termasuk tanaman palawija yang mempunyai produksi paling tinggi diantara

tanaman palawija yang lain. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Tanaman Pangan Jumlah Produksi

(Ton)

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jagung menduduki urutan kedua

tanaman pangan terbesar setelah padi. Jumlah produksi jagung tersebut dapat

ditingkatkan dengan penambahan luas areal panen dan peningkatan produktivitas

melalui penggunaan benih unggul. Adapun perkembangan jumlah produksi

jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008

(17)

commit to user

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dalam kurun waktu 2004-2008

jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten mengalami perkembangan sebesar

32,92% dengan perkembangan rata-rata sebesar 6,58%. Jumlah produksi terbesar

terjadi pada tahun 2008 sebesar 79.518 ton dengan produksi terendah pada tahun

2007 sebesar 57.970 ton.

Selain jumlah produksi, tingkat harga juga memberikan pengaruh terhadap

penawaran. Menurut Arsyad (1987), harga dan kuantitas yang ditawarkan

memiliki hubungan yang positif. Dimana kenaikan jumlah produksi akan

menaikan tingkat harga barang tersebut. Hal sebaliknya pun bisa terjadi dimana

kenaikan harga barang dapat meningkatkan jumlah barang yang diproduksi.

Adapun perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten selama lima tahun

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten KLaten tahun 2004-2008

Tahun Harga (Rp/Kg) Perkembangan

Rp/kg %

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa harga jagung di Kabupaten Klaten

selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan. Harga jagung di Kabupaten

(18)

commit to user

xviii

kilogram. Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu meningkat

sebesar 52,70% atau Rp. 694,00 dari tahun 2007.

Terjadinya perubahan jumlah produksi, luas areal panen dan harga akan

berpengaruh terhadap penawaran. Selain ketiga faktor tersebut juga terdapat

faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran. Oleh karena itu, penelitian

mengenai penawaran jagung di Kabupaten Klaten perlu dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten serta elastisitas penawarannya baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

B. Perumusan Masalah

Kebutuhan terhadap jagung terus meningkat seiring meningkatnya

pemanfaatan jagung untuk pangan, pakan dan bahan baku industri. Hal tersebut

meningkatkan permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Menurut Sukirno (2006),

semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

ditawarakan oleh penjual. Sedangkan semakin rendah harga suatu barang,

semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan.

Menurut Setyowati (2006), harga jagung sering mengalami fluktuasi yaitu

harga akan turun saat panen dan naik saat paceklik. Harga yang lebih baik akan

merangsang petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya sehingga

dapat meningkatkan penawaran jagung itu sendiri. Tinggi rendahnya harga akan

membantu petani dalam pengambilan keputusan apakah harus menambah luas

areal panen jagung atau mengganti jagung dengan komoditi lain yang lebih

menguntungkan.

Oleh karena itu, peningkatan jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten

dapat dilakukan dengan penambahan luas areal panen jagung. Berdasarkan data

Dinas Pertanian Kabupaten Klaten (2008), dalam kurun waktu 2004-2008 terjadi

peningkatan luas areal panen jagung di Kabupaten Klaten dari 8.994 ha pada

(19)

commit to user

xix

tersebut masih dapat ditingkatkan terkait dengan luas areal pertanian di

Kabupaten Klaten yang masih cukup besar.

Selain harga, jumlah produksi dan luas areal panen masih ada faktor-faktor

lain yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Menurut

Soekartawi (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran

adalah teknologi, harga input, harga produk yang lain, jumlah produsen, harapan

produsen tehadap harga produksi di masa mendatang dan elastisitas produksi.

Maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten?

2. Berapakah

tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten

Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

menyusun kebijakan terutama terkait dengan budidaya jagung.

2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi dan referensi dalam pengkajian pada masalah yang sama.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar

(20)

commit to user

xx

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang respon penawaran juga pernah dilakukan oleh

Martoyo et al (1986) pada komoditas tembakau dengan judul penelitian

Respon Penawaran Tembakau Rakyat di Daerah Kabupaten Temanggung

Jawa Tengah, bertujuan untuk mengetahui beberapa variabel yang

berpengaruh terhadap jumlah penawaran yaitu pengaruh harga komoditi

tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh jumlah produksi

komoditi tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh rata-rata jumlah

curah hujan pada awal musim tanam, pengaruh luas areal tanam pada tahun

sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

yaitu data luas areal tanam selama sebelas tahun terakhir, sedangkan data

harga komoditas, jumlah produksi, dan curah hujan digunakan data selama

sepuluh tahun terakhir. Dalam analisis penelitian ini digunakan model analisis

Nerlovian respon penawaran. Berdasarkan tingkat signifikansi yang

digunakan sebesar 95% dalam penelitian ini dapat diketahui harga komoditas

pada musim tanam sebelumnya, jumlah produksi komoditas pada musim

tanam sebelumnya, rata-rata jumlah curah hujan pada musim tanam dan luas

areal tanam pada musim tanam sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap jumlah penawaran, berdasarkan uji t harga komoditas pada

musim tanam sebelumnya (Pt-1) berpengaruh secara tidak nyata terhadap

jumlah penawaran, sedangkan jumlah produksi komoditas pada musim tanam

sebelumnya (Qt-1), rata-rata jumlah curah hujan pada awal musim tanam (Rt)

dan luas areal tanam pada musim tanam sebelumnya (At-1) berpengaruh nyata

terhadap jumlah penawaran.

Penelitian Setyowati (2006) tentang Analisis Penawaran Jagung Di

Kabupaten Wonogiri bertujuan menganalisis faktor-faktor yang

(21)

commit to user

xxi

mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri beserta tingkat

elastisitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif.

Pengambilan daerah penelitian diambil secara purposive. Sedangkan data

yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Dari hasil analisis

diperoleh nilai koefisisen determinasi (R2) sebesar 72,30%. Besarnya nilai F

hitung yaitu 4,705 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,48 yang berarti semua

variable yang digunakan dalam penelitian yaitu harga jagung pada tahun

sebelumnya, rata-rata curah hujan, produksi jagung pada sebelumnya, harga

kacang tanah pada tahun sebelumnya yang secara bersama-sama berpengaruh

pada penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Hasil dari analisis uji t

mengindikasikan bahwa variable harga jagung sebelumnya dan produksi

jagung tahun sebelumnya memiliki pengaruh secara nyata pada penawaran

jagung di kabupaten Wonogiri. Berdasarkan nilai koefisisen regresi parsial

variabel, produksi jagung di tahun sebelumnya memiliki standar koefisisen

regresi parsial tertinggi (0,578) yang memberikan pengaruh terbesar terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Elastisitas penawaran jagung di

Kabupaten Wonogiri terhadap harga jagung tahun sebelumnya (0,670) dan

produksi jagung pada tahun sebelumnya (0,546) dalam jangka pendek bersifat

inelastis. Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang bersifat elastis

terhadap harga jagung tahun sebelumnya (1,626) dan produksi jagung tahun

sebelumnya (1,325).

Penelitian Nuryanti (2005) tentang Analisa Keseimbangan Sistem

Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia bertujuan untuk menganalisa

stabilitas sistem keseimbangan penawaran dan permintaan beras di Indonesia

serta dampak kebijakan harga dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Analisa data menggunakan model keseimbangan Cobweb. Data yang

digunakan dalam kajian ini adalah data time series tahunan nasional selama 32

tahun, yaitu periode tahun 1969-2002. Hasilnya menunjukan bahwa dalam

(22)

commit to user

xxii

keseimbangan, namun dalam jangka panjang kembali manuju keseimbangan.

Implikasinya adalah bahwa kebijakan harga pada input dan output pertanian

tidak mengganggu keseimbangan pasar beras Indonesia. Oleh karena itu

kebijkana tersebut aman untuk diterapkan.

Penelitian Adenan (2007) yang berjudul Analisis Penawaran Palawija

di Provinsi Sumatera Selatan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran jagung, ubi kayu dan kedelai di Sumatera Selatan.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series (data dari

1989-2003). Data dianalis menggunakan model penawaran yang dinamis yang

dikombinasikan dengan model penyesuaian parsial. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa penawaran jagung memiliki hubungan positif dengan

harga jagung, harga ubi kayu, harga pupuk dan hubungan negatif dengan

harga kedelai. Harga jagung, harga ubi kayu dan harga pupuk terbukti tidak

signifikan mempengaruhi penawaran jagung. variabel-variabel bebas dalam

fungsi penawaran ubi kayu dan kedelai terbukti tidak signifikan

mempengaruhi penawaran ubi kayu dan penawaran kedelai.

Keempat penelitian terdahulu mendasari penulis untuk menerapkan

model analisis data yang sama, yaitu model penyesuaian parsial Nerlove

respon penawaran dengan penerapan teori Cobweb menggunakan data time

series. Analisis data tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten dan elastisitas

penawaran jagung di Kabupaten Klaten baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang.

2. Jagung

Jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi/kedelai. Akan

tetapi, dengan berkembang pesatnya industri peternakan, jagung merupakan

komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55%

kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk

(23)

commit to user

xxiii

lainnya dan bibit. Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah

lebih sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan (Kasryno

et al, 2006).

Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan.

Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang

pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan

ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan

dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk

tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan.

Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi

petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya

(Nugroho, 2010).

Secara garis besar, kegunaan jagung dapat dikelompokan menjadi tiga,

yaitu :

a. Bahan pangan

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi

sehari-hari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti jagung,

bubur jagung, jagung campur kedelai, dan banyak lagi makanan tradisional

yang berasal dari jagung.

b. Bahan pakan ternak

Bagi sebagian besar peternak di Indonesia, jagung merupakan salah satu

bahan campuran paka ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung

digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur

bersama bahan pakan lain seperti dedak, hijauan, dan tepung ikan. Pakan

berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh.

c. Bahan baku industri

Di pasaran, banyak beredar produk olahan jagung yang umunya berasal

dari industri skala rumah tangga hingga industri besar.

(24)

commit to user

xxiv

Seiring perjalanan waktu, jagung menjadi salah satu komoditas yang

sangat penting dan paling terkait dengan industri besar. Selain untuk

dikonsumsi sebagai sayuran, buah jagung juga dapat diolah menjadi aneka

macam masakan. Selain itu, pipilan keringnya juga dimanfaatkan untuk pakan

ternak. Kondisi budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan,

baik dari segi permintaan dan harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan

benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan

benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antar lain, masa panennya lebih

cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih

banyak (Redaksi Agromedia, 2008).

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung ditanam sebagai pakan

ternak, yaitu tongkol dan daunnya sebagai hijauan, bijinya dapat dibuat

menjadi minyak atau dibuat menjadi tepung jagung atau maizena, dan tepung

biji serta tepung tongkolnya dapat menjadi bahan baku industri. Tongkol

jagung kaya akan pentonat yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan

furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika sekarang ditanam sebagai

penghasil bahan farmasi (Prahasta, 2009).

Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai

hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang potensial.

Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau

tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasnya yang juga memiliki

nilai ekonomi tinggi. Dari segi pengolahan, keuntungan bertanam jagung

adalah kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman

yang tidak membutuhkan perawatan intensif dan dapat ditanam di hampir

semua jenis tanah. Risiko kegagalan bertanamn jagung umunya sangat kecil

dibandingkan tanaman palawija lainnya (Purwono dan Hartono, 2009).

Permintaan jagung meningkat sebesar 5,2% per tahun yang berasal dari

pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun dan pertumbuhan konsumsi

(25)

commit to user

xxv

per tahun yang berasal dari pertumbuhan luas areal sebesar 0,95% dan

pertumbuhan produktivitas sebesar 3,70%. Namun, hingga saat ini produksi

jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga

sebagian diimpor dari beberapa Negara produsen. Dengan demikian, kedepan

produksi jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi

kebutuhan dalam negeri (Anonim, 2009a).

3. Respon Penawaran

Konsep penawaran digunakan untuk menunjukan keinginan para penjual

(produsen) di suatu pasar. Jumlah barang yang ditawarkan seorang penjual

berhubungan dengan banyak faktor. Harga yang ditawarkan, harga-harga

input yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut, harapan pada masa

datang, harga barang-barang lainnya yang dihasilkan oleh penjual tersebut

merupakan variabel-variabel penting dalam fungsi penawaran (Arsyad, 1987).

Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh

produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya

menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang

tersebut yang akan ditawarkan oleh produsen/penjual, dengan anggapan

faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2004).

Hukum penawaran merupakan suatu dalil/rumusan yang menerangkan

hubungan antara tingkat harga dan kuantitas barang yang ditawarkan.

Hubungan tersebut adalah semakin tinggi harga maka semakin banyak

kuantitas yang ditawarkan. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu

barang maka semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan. Secara

grafis hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran (Sukirno, 2006).

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas

barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap

seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut

(26)

commit to user

xxvi Gambar 1. Kurva Penawaran

Pergeseran kurva penawaran berarti pada setiap harga akan ditawarkan

jumlah yang berbeda daripada jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah yang

ditawarkan akan menunjukan pergeseran kurva kearah kanan. Sebaliknya,

penurunan jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam

pergeseran kurva penawaran ke kiri. Pergeseran kurva penawaran tentunya

merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi

jumlah yang ditawarkan, kecuali harga komoditi itu sendiri (Lipsey, 1990).

Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan

antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga,

menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan

adalah tetap. Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh

individu produsen, diperoleh dari produksi yang dihasilkan. Besarnya jumlah

produksi yang ditawarkan ini akan sama dengan jumlah permintaan,

sedangkan penawaran agregat ini merupakan penjumlahan penawaran

individu (Soekartawi, 1993).

Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), dalam ilmu ekonomi respon

penawaran pada suatu negara yang sedang berkembang diartikan sebagai

variasi dari hasil pertanian dan luas areal panen dan berkaitan pula dengan

Harga (P) Penawaran (S)

(27)

commit to user

xxvii

variasi harga. Q merupakan banyaknya hasil pertanian dan P mengindikasikan

tingkatan harga, W adalah keadaan cuaca (seperti curah hujan), A adalah luas

areal panen dan t merupakan suatu periode waktu. Secara sederhana fungsi

respon penawaran dapat ditulis :

Qt = f (Pt-1, At, Wt,Ut)...(1)

Dimana Pt-1 sangat mewakili harga yang diharapkan dan Ut adalah

istilah eror pada statistik. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya

hasil pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada

waktu sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat

curah hujan pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain

yang ditulis dengan huruf Ut.

Menurut Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), respon

penawaran dapat diasumsukan ekuivalen dari respon areal panen yang

disebabkan oleh perubahan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sehingga

bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

At = f (Pt-1, Wt, Ut)...(2)

Oleh Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), rumus diatas

dikembangkan yaitu dengan memasukan unsur dinamis dari fungsi

penawaran, sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

A*t = b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e...(3)

Dimana :

A*t : penawaran jangka panjang

b0 : konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

Pt-1 : harga komoditi pada tahun tanam sebelumnya

Wt : rata-rata curah hujan tahunan

(28)

commit to user

xxviii

Oleh karena A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove

membuat hipotesis yang disebut “partial adjusment or stock adjusment

hypothesis” sebagai berikut :

At – At-1 = λ (A*t – At-1)...(4)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya

(actual change) dalam jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu t

merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut.

Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

At = λ A*t + (1 – λ) At-1...(5) Keterangan :

At – At-1 : perubahan penawaran sebenarnya pada tahun t

A*t – At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun t

λ : koefisien penyesuaian nilainya adalah 0 < λ < 1

Untuk menaksir atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan

(3) disubtitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan

sebagai berikut :

At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e) + (1 – λ)At-1

Atau

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 – λ)At-1...(6) Untuk keperluan estimasi bentuk diatas disederhanakan menjadi :

At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + b4At-1 + λ e...(7)

Selanjutnya ke dalam persamaan (7) ditambahkan variabel bebas lain

yaitu harga kedelai sebagai produk subtitusi (Pst-1) dan harga pupuk urea (Purea

t) sebagai harga barang input yang diduga berpengaruh dalam penelitian,

sedangkan rata-rata curah hujan (Wt) dikeluarkan dari model karena secara

statistik dan ekonometri variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten, sehingga terbentuk persamaan baru

(29)

commit to user

xxix

At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Qt-1 + b3At-1 + λ b4Pst-1+ λ b5Purea t + λ

e...(8)

Persamaan (8) merupakan hasil analisis dinamis short run dengan

bentuk persamaan regresi linear berganda. Untuk memudahkan estimasi,

persamaan (8) ditrnsformasikan ke dalam bentuk logaritma natural yang

dapat ditulis menjadi:

Ln At = λ b0 + λ ln b1 Pt-1 + λ ln b2 Qt-1 + ln b3 At-1 + λ ln b4 Pst-1 + λ ln b5

Purea t + λ ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta

λ b1– λ b6 : koefisien regresi dari variabel bebas

λ : koefisien penyesuaian

e : error / kesalahan pengganggu

Menurut Soekartawi (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi

perubahan penawaran adalah :

a. Teknologi

Adanya perbaikan teknologi, misalnya penggunaan teknologi baru

sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan semakin

meningkat. Tentu saja penggunaan teknologi ini mungkin memerlukan

biaya produksi yang relatif tinggi, memerlukan kesempatan khusus, dan

sebagainya. Tetapi bila keteratasan ini dapat dipecahkan maka produksi

akan semakin besar.

(30)

commit to user

xxx

Besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya

jumlah input yang akan dipakai. Bila harga faktor produksi (input) turun,

maka petani akan cenderung membelinya pada jumlah yang lebih besar.

Dengna demikian dari penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam

jumlah yang terbatas, maka dengan adanya penambahan penggunaan

faktor produksi (sebagai akibat dari turunnya harga faktor produksi),

maka produksi akan meningkat.

c. Harga produksi yang lain

Harga produksi yang lain adalah adanya perubahan harga produksi

alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini, akan

menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau

sebaliknya semakin menurun. Misalnya, petani yang sudah terbiasa

mengusahakan tanaman kedelai dan jagung dalam suatu lahan tertentu.

Karena petani ini mempunyai anggapan bahwa harga jagung baik pada

masa panen yang lalu dan juga di masa mendatang cenderung turun, maka

ia mengambil keputusan untuk lebih banyak menanam kedelai daripada

menanam jagung.

d. Jumlah produsen

Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditi

pertanian tertentu, maka petani cenderung untuk mengusahakan tanaman

tersebut. misalnya, dari yang semula produsen tanaman sayur-sayuran

kemudian karena harga tanaman cengkeh cukup tinggi, maka perubahan

dari petani sayur ke patani cengkeh. Dengan kata lain, dengan

bertambahnya produsen tanaman cengkeh, maka produksi atau barang

yang ditawarkan menjadi bertambah.

e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang

Seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal besar

(31)

commit to user

xxxi

menurun. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang mereka punyai

selama beberapa tahun mengusahakan komoditi tersebut.

f. Elastisitas produksi

Pengertian elastisitas produk adalah perubahan produksi karena

adanya perubahan harga produksi tersebut.

Salah satu penerapan analisis supply-demand adalah untuk menjelaskan

mengapa harga beberapa barang pertanian dan peternakan menunjukan

fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Salah satu sebab dari fluktuasi

tersebut adalah adanya reaksi “terlambat” dari pihak produsen terhadap harga

(Boediono, 2000).

Menurut Gujarati (2008), time lag (tenggang waktu) terjadi karena

alasan-alasan sebagai berikut:

1) Alasan psikologis, adalah adanya hambatan untuk segera melakukan

perubahan karena terbiasa (habit) dengan perilaku lama. Faktor

kelembaman (inersia) dalam menyesuaikan diri akan muncul. Seperti,

perubahan yang melibatkan adopsi teknologi baru yang secara tradisional

teknologi ini tidak digunakan.

2) Alasan teknis atau juga perlunya penyesuaian parsial, apabila terjadi

perubahan harga faktor produksi petani memerlukan waktu untuk

melakukan subtitusi input dan ini membutuhkan tenggang waktu.

3) Alasan kelembagaan, dengan adanya perjanjian/kontrak/aturan yang

harus ditepati oleh petani sehingga selama masa kontrak seluruh pihak

yang terlibat di dalamnya harus menaati perjanjian tersebut. seperti

alokasi sumberdaya pertanian yang baru, dapat dilakukan setelah

perjanjian selesai.

Menurut Mubyarto (1995), reaksi petani untuk mengurangi jumlah luas

tanam pada proses produksi tahun berikutnya akan menyebabkan terjadinya

pergeseran ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi

(32)

commit to user

xxxii

waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan perminataan pasar, oleh

sebab itu berlaku teori Cobweb.

4. Teori Cobweb

Produsen akan mendasarkan rencana produksinya atas dasar harga pada

waktu yang lalu sehingga produksi yang dihasilkan merupakan fungsi harga

yang lalu. Dorongan untuk menambah produksi diciptakan dengan jaminan

akan harga yang lebih tinggi bagi petani melebihi tingkat harga pada tahun

yang lalu. Tingkat harga yang tinggi inilah memberikan dorongan untuk

meluaskan produksi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya fluktuasi harga dan

produksi pertanian. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi dijelaskan

dalam teori Cobweb yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Kasus I : siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap

(Elastisitas permintaan = Elastisitas penawaran)

Kasus II : siklus yang mengarah pada titik keseimbangan (converge)

(Elastisitas permintaan > Elastisitas penawaran)

Kasus III : siklus yang mengarah pada eksplosi harga yaitu berfluktuasi

dengan jarak yang makin membesar (Elastisitas permintaan <

Elastisitas penawaran)

(Martoyo et al, 1983).

Teori Cobweb adalah yang paling sesuai dalam hal barang yang tidak

dapat disimpan. Gelombang produksi sejenis cobweb juga dipengaruhi

lamanya periode produksi. Jenis barang yang memerlukan suatu periode

produksi yang pendek, dimana produsen dengan cepat dapat keluar dan masuk

produksi biasanya mengalami gelombang produksi dan harga yang lebih hebat

daripada jenis barang yang mempunyai periode produksi yang panjang

(Bishop dan Toussaint, 1979).

Hubungan antara siklus harga dan produksi pertanian merupakan kasus

(33)

commit to user

xxxiii

ini pada dasarnya menerangkan siklus harga dan produksi yang naik turun

dalam jangka waktu tertentu. Kasus Cobweb ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Siklus yang mengarah pada fluktusi yang jaraknya tetap.

b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan

c. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi

dengan jarak yang semakin membesar.

Gambar 2. Kasus Cobweb

Asumsi yang dipakai dalam Cobweb Theorem adalah :

1) Adanya persaingan sempurna dimana semata-mata penawaran ditentukan

oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga ini oleh setiap

produsen dianggap tidak akan berubah dan produsen juga menganggap

jumlah produksinya tidak akan memberikan pengaruh yang berarti

terhadap pasar.

2) Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga penawaran tidak

dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi diperlukan jangka

waktu tertentu.

3) Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu

(34)

commit to user

xxxiv

Dalam kasus I pada gambar 2 kasus Cobweb harga keseimbangan

adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu

sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20

dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai

menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka

jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke pasar menyebabkan

jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong

pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

Dalam kasus II harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu

setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi

tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya Rp 35. Ini menyebabkan harga

turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga

menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan

demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah

kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus

menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp30). Pada kasus III kurva

penawarannya elastis sekali, sehingga penambahan produksi sebagai reaksi

atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah

eksplosi. Atau dengan kata lain bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka

elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu

(converge) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil

(Mubyarto, 1995).

Ketiga kasus cobweb ini mungkin sukar ditemukan dalam praktek,

namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya termasuk di Indonesia

memang serupa itu. Kalau harga komoditas x naik maka petani menjadi

terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x

dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak

ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang

(35)

commit to user

xxxv

x naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke

pasar sangat sedikit (Mubyarto, 1995).

5. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan

jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga, dengan

pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satu-satunya faktor

penyebab dan faktor lain dianggap tetap (Mubyarto, 1989).

Makin besar angka elastisitas ini makin besar elastisitas penawaran,

artinya perubahan harga yang relative kecil mengakibatkan jumlah barang

yang ditawarkan relative besar. Elastisitas harga atau harga yang ditawarkan

adalah nol (0) bila kurva penawaran merupakan garis vertikal (harga tidak

berpengaruh pada jumlah yang ditawarkan, tak terhingga bila kurva

penawaran berbentuk horizontal yang berarti bahwa jumlah yang ditawarkan

tidak terbatas pada harga tertentu (Mubyarto, 1989).

Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas, yaitu:

a. Elastisitas sempurna

Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua

barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan

sumbu datar.

b. Elastis

Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan

perubahan yang relative besar terhadap penawaran.

c. Elastis uniter

Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol.

d. In elastis

Kurva penawaran tidak elastis terwujud apabila perubahan harga

(36)

commit to user

xxxvi

e. In elastis sempurna

Kurva penawaran tidak elastis sempurna terwujud apabila penjual sama

sekali dapat menambah penawaran walaupun harga bertambah tinggi,

perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap

penawaran.

Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka pendek

dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan pengaturan

kembali dalam penyaluran kembali sumber-sumber ekonomi yang dikuasai

petani. Dalam jangka pendek maka petani secara perorangan mengadakan

pengaturan kembali. Tetapi dalam jangka panjang keseluruhan industri

pertanian dapat mengadakan penyesuaian (Mubyarto, 1989).

Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau mudah

berubah ketimbang penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami

karena dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau

mengurangi kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas penawaran

dalam jangka pendek tidaklah terlalu peka terhadap perubahan harga.

Seandainya rentang waktunya panjang, para pengusaha akan dapat membuat

pabrik baru, menambah pekerja, atau memperbesar fasilitas produksi ketika

harga meningkat, atau sebaliknya menutup pabrik atau mengurangi pekerja

demi menurunkan produksi pada saatnya harganya tengah merosot. Itu berarti

dalam jangka panjang, kuantitas penawaran bersifat peka/elastis terhasap

(37)

commit to user

xxxvii B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan

strategis dan bernilai ekonomis serta memiliki peluang untuk dikembangkan,

karena kedudukannya sebaagi sumber utama karbohidrat dan protein setelah

kedelai, bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar. Di

Kabupaten Klaten jagung memiliki potensi yang cukup baik. Hal tersebut dapat

dilihat dari tingkat harga jagung yang terus meningkat dan fluktuasi yang terjadi

pada luas areal panen serta jumlah produksi dalam kurun waktu lima tahun.

Menurut Yotopoulos dan Nugent (1976), tujuan mempelajari respon

penawaran yaitu untuk menguji bagaimana output berhubungan dengan salah

satu faktor-faktor penting seperti harga, teknologi, dan cuaca. Sedangkan

menurut McEachern (2000), penawaran adalah hubungan antara harga dan

jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan

seberapa banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per

periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan

(cateris paribus). Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan

biasanya secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan

konstan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten ini menggunakan model penyesuaian parsial Nelove yang

secara sederhana dapat ditulis :

Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)...(1)

Dimana Pt-1 mewakili harga jagung yang diharapkan dan Ut adalah istilah

eror pada statistik. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya hasil

pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada waktu

sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat curah hujan

pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain yang ditulis

(38)

commit to user

xxxviii

Menurut Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), respon

penawaran dapat diasumsikan ekuivalen dari respon areal panen yang disebabkan

oleh perubahan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sehingga bentuk

fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

At = f (Pt-1, Wt, Ut)...(2)

Selanjutnya rumus diatas dikembangkan yaitu dengan memasukan unsur

dinamis dari fungsi penawaran, sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai

berikut :

A*t = b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1...(3)

Dimana :

A*t : penawaran jangka panjang

b0 : konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

Pt-1 : harga jagung pada tahun tanam sebelumnya

Wt : rata-rata curah hujan tahunan

Qt-1 : jumlah produksi jagung pada tahun tanam sebelumnya

Oleh karena A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove

membuat hipotesis yang disebut “partial adjusment or stock adjusment

hypothesis” sebagai berikut :

At – At-1 = λ (A*t – At-1)...(4)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya (actual

change) dalam jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu t

merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut.

Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

At = λ A*t + (1 – λ) At-1...(5)

Keterangan :

At – At-1 : perubahan penawaran sebenarnya pada tahun t

A*t – At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun t

(39)

commit to user

xxxix

Untuk menaksir atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan (3)

disubtitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan sebagai

berikut :

At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1+ b4Pst-1 + b5Purea t + e) + (1 – λ)At-1

Atau

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 – λ)At-1...(6) Untuk keperluan estimasi bentuk diatas disederhanakan menjadi :

At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + b4At-1 + λ e...(7)

Selanjutnya ke dalam persamaan (7) ditambahkan variabel bebas lain yaitu

harga kedelai sebagai produk subtitusi (Pst-1) dan harga pupuk urea (Purea t)

sebagai harga barang input yang diduga berpengaruh dalam penelitian,

sedangkan rata-rata curah hujan (Wt) dikeluarkan dari model karena secara

statistik dan ekonometri variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten, sehingga terbentuk persamaan baru

menjadi :

At= λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Qt-1 + b3At-1 + λ b4Pst-1+ λ b5Purea t+ λ e...(8)

Persamaan (8) merupakan hasil analisis dinamis short run dengan bentuk

persamaan regresi linear berganda. Untuk memudahkan estimasi, persamaan (8)

ditrnsformasikan ke dalam bentuk logaritma natural yang dapat ditulis menjadi:

Ln At = λ b0 + λ ln b1 Pt-1 + λ ln b2 Qt-1 + ln b3 At-1 + λ ln b4 Pst-1 + λ ln b5 Purea t + λ ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta

(40)

commit to user

xl

λ : koefisien penyesuaian

e : error / kesalahan pengganggu

Berdasarkan pada variabel-variabel yang berpengaruh pada penawaran,

maka diduga variabel-variabel yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

a. Harga jagung pada tahun sebelumnya

Semakin tinggi harga jual suatu barang semakin banyak jumlah harga

tersebut yang akan ditawarakan di pasar. Sebab harga yang lebih tinggi

memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada produsen dan ini cenderung

untuk merangsang mereka berproduksi lebih banyak dan menarik

produsen-produsen baru di dalam usaha ini (Boediono, 2000).

b. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya

Besarnya jumlah produksi jagung akan mempengaruhi tingkat harga

jagung. Jika jumlah produksi tahun sebelumnya rendah akan menurunkan

harga pada tahun tanam sehingga petani enggan untuk membudidayakan

jagung pada tahun berikutnya.

c. Luas areal panen jagung pada tahun sebelumnya

Luas areal panen jagung akan menentukan jumlah produksi yang

dihasilkan. Peningkatan luas areal panen pada tahun sebelumnya akan

meningkatkan jumah produksi yang akan menaikan penawaran jagung,

sehingga petani akan merespon kondisi ini dengan meningkatkan luas areal

panen pada tahun tanam.

d. Harga kedelai pada tahun sebelumnya

Menurut Suranto (2011), tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di

daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang

cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Kesesuaian syarat

tumbuh tersebut menjadi alasan kedelai dipilih sebagai komoditas subtitusi.

Pengaruh perubahan harga kedelai akan menyebabkan terjadinya perubahan

(41)

commit to user

xli

Perubahan jumlah produksi selanjutnya akan mempengaruhi penawaran

jagung

e. Harga pupuk urea pada tahun tanam

Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran produk pertanian adalah harga produk, harga input, teknologi,

harapan produsen terhadap harga di masa mendatang, jumlah produsen, dan

harga produksi lain. Bila harga pupuk urea turun maka petani akan cenderung

membelinya pada jumlah yang relatif besar. Penambahan faktor produksi

tersebut akan meningkatkan produksi jagung yang dapat meningkatkan

penawaran jagung.

(42)

commit to user

xlii C. Hipotesis

Gambar 4. Alur Kerangka Berfikir Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Model Nerlove Supply

Response yang Disesuaikan

Jagung di Kabupaten Klaten

Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Pendekatan Luas Areal Panen

Elastisitas Penawaran

Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Harga jagung pada tahun sebelumnya

2. Jumlah produksi jagung pada tahun

sebelumnya

3. Harga kedelai pada tahun sebelumnya

4. Harga pupuk urea pada tahun t

(43)

commit to user

xliii

1. Diduga bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga

kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam

secara bersama-sama mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga

kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam

secara individu mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

3. Diduga bahwa elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten dalam

jangka pendek yaitu inelastis dan dalam jangka panjang yaitu elastis.

D. Asumsi

1. Keadaan pasar dalam persaingan sempurna.

2. Luas areal tanam jagung sama dengan luas areal panen jagung.

3. Varietas jagung yang dihasilkan sama yaitu jagung hibrida.

4. Variabel lain dalam penelitian yang tidak termasuk dalam model tercakup

dalam eror.

5. Ketidakpastian dalam usahatani ditiadakan, daerah penelitian ini dalam

keadaan normal tanpa adanya serangan hama dan penyakit yang dapat

menurunkan produksi jagung dalam jumlah besar.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Penawaran jagung (At) adalah jumlah jagung yang ditawarkan oleh petani

pada suatu harga tertentu. Dalam penelitian ini penawaran jagung di

Kabupaten Klaten diukur berdasarkan luas areal panen jagung yang

dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

2. Harga jagung pada tahun sebelumnya (Pt-1) adalah sejumlah uang yang

Gambar

Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten
Gambar Lahan Jagung di Kabupaten Klaten .......................... .....
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008
Gambar 1. Kurva Penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pemberian pupuk P (SP-36) berbagai dosis memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung kecuali bobot brangkasan kering tanaman

Istianto (2009) menyebutkan bahwa penyelenggara pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 dinamakan Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah pelayan

Terumbu karang yang terdapat di Tanjung karang merupakan lokasi yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai sumber ikan alternatif pada musim barat tidak dapat

Berdasarkan uji t didapat hasil bahwa tidak ada perbedaan profil kewirausahaan yang signifikan pada manajer proyek konstruksi ditinjau dari tingkat pendidikan

Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pengetahuan, dan sikap dengan perilaku penjamah makanan dalam penerapan higiene sanitasi makanan pada pedagang soto ceker di

eksperimen diuraikan sebagai berikut: (a) guru mengenalkan alat–alat yang digunakan untuk melakukan eksperimen, (b) guru menyampaikan cara melakukan percobaan dan cara

2.  Layanan yang diberikan UPT tersebut merupakan layanan pemerintah yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga apabila Hdak tersedia akan mengganggu k e h i d u p a n

Rataan konsumsi bahan kering kelinci yang mendapat perlakuan pelet ransum komplit pada penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Futiha (2010) yang melaporkan bahwa