BAB III METODE PENELITIAN
G. Pengujian Model
Berkenaan dengan pengujian model, adapun yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) pada
41 Robert Kurniawan,”Analisis Regresi Dasar dan Penerapannya dengan R”,(Jakarta: Kencana 2016).hlm.91
regresi untuk memperoleh moedel regresi yang bisa di pertanggung jawabkan.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. 42
c. Uji Multikolineritas
Multikolineritas merupakan antar variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna.43
d. Uji Autokorelasi
Autukorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu dan tempat. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1).44
e. Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasitas merupakan varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskodesitas.45
42 Rochmat Aldy Purnomo,”Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS”.(Ponorogo: CV Wade Group 2017).hlm.108.
43 Rochmat Aldy Purnomo,”Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS”.(Ponorogo: CV Wade Group 2017).hlm.112.
44 Rochmat Aldy Purnomo,”Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS”.(Ponorogo: CV Wade Group 2017).hlm.118.
45 Rochmat Aldy Purnomo,”Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis Dengan SPSS”.(Ponorogo: CV Wade Group 2017).hlm.125.
H. Pengujian Hiptotesis
Sebelum model regresi linear berganda diatas digunakan untuk menarik kesimpulan, maka model tersebut harus diuji terlebih dahulu dengan prosedur sebagai berikut:
a) Uji t
Uji t merupakan uji koefesien regresi secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui signifikan peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengansumsi bahwakan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. 46 Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai signifikan yang dibandingkan dapat nilai α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nilai sig < α maka H0 ditolak b. Jika nilai sig > α maka H0 diterima b) Uji Simultan (Uji F)
Uji F adalah pengujian terhadap koefesien regresi secara simultan yang bertujuan mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara (simultan) terhadap variabel dependen .47
Uji ini dilakukan untuk membandingkan pada tingkat nilai signifikan dengan nilai α (5%) pada tingkat derajat 5% pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai sig α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut:
46 Sugiyono,”Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(Bandung: Alfabeta 2014).hlm.250.
47 Sugiyono,”Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta 2014).hlm.96.
a. Jika nilai sig < α maka H0 ditolak b. Jika nilai sig > α maka H0 diterima48 c) Uji Determinasi (Uji R2)
Pada model linier berganda ini akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terkaitnya dengan melihat besarnya koefesien determinasi totalnya (R2). Jika determinasi totalnya (R2) yang diperoleh mendekati satu (1) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaiknya jika determinasi (R2) makin mendekati nol (0) maka semakin lemah variabel-variabel bebas terhadap terikat.49
48 Muhammad Yusuf,”Analisis Data Penlitian Teori Dan Aplikasi Dalam Bidang Perikanan, (Bogor: IPB Press 2019).hal.148
49 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D”,(Bandung: Alfabeta 2013).hlm.250
44 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Kota Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock, kota yang hari jadinya diperingati setiap 22 Desember ini merupakan kota dengan perekonomian terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota Bukittinggi dikenal sebagai kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia.
Kota Bukittinggi saat ini terdiri atas 3 kecamatan dengan 24 kelurahan yang mempunyai luas wilayah 145,29km2 dengan jumlah penduduk 121.028 jiwa (sensus 2020).
Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatera. Pusat utama perdagangan utamanya terdapat di Pasar Ateh, Pasar Bawah, dan Pasar Aur Kuning. Dari sektor perekonomian, Bukittinggi merupakan koda dengan PDRB terbesar kedua di Sumatera Barat, setelah Kota Padang.
Selain itu pemerintah Bukittinggi juga menyalurkan beberpa program dalam mengentaskan kemiskinan, diantaranya pelatihan keterampilan membordir dan pelatihan pembuatan kebaya, serta penumbuhan wirausaha baru.
B. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini diperoleh dari hail analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk lebih membantu dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat digunakan program SPSS versi 25.
Variabel terikat (dependent) pada model penelitian ini adalah Kemiskinan, sementara variabel bebasnya (independent) adalah Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum. Sesuai dengan tahap penelitian yang penulis lakukan setelah membangun hipotesis dan menawarkan model ekonomietris untuk menguji hipotesa, maka tahapan berikutnya adalah:
1. Penyajian Data
a. Tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi
Untuk melihat angka tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi Periode 2014-2020 dapat dilihat dari grafik di bawah ini
Grafik 4.1
Tingkat Kemiskinan Di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020
Sumber : BPS Kota Bukittinggi
Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat dilihat angka tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi tahun 2014-2020. Pada tahun 2014 angka tingkat kemiskinan di kota bukittinggi 4,96%, kemudian
4.96 5.36 5.48 5.35 4.92 4.6 4.54
0 2 4 6
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tingkat Kemiskinan
Angka Kemiskinan
pada tahun 2016 angka tingkat kemiskinan mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,48% dan mengalami penurunan pada tahun 2020 yaitu sebesar 4,54%.
b. Tingkat Pengangguran
Untuk melihat angka tingkat pengangguran tahun 2014-2020 dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik 4.2
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020
Sumber : BPS Kota Bukittinggi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2020 yaitu sebesar 7,51%, dimana terjadi kenaiakan sebesar 1,37% dibandingkan tahun 2019. Tingkat pengangguran terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,93%.
3.93
6.04 6.04 6.94 6.59 6.14
7.51
0 2 4 6 8
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran
c. Upah Minimum
Perkembangan upah minimum di Kota Bukittinggi 2014-2020 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.3
Upah Minimum di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020
Sumber : BPS Sumatera Barat
Berdasarkan grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahawa upah minimum di Kota Bukittinggi tahun 2014 sampai tahun 2020 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
2. Hasil Penelitian 1) Deskripsi Data
Hasil statistik data variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan telah dilakukan pengolahan data adalah sebagai berikut:
1490000 1615000 1800725 19492852119067 22892282499422
0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Upah Minimum
Upah Minimum
Tabel 4.1
Tabel Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tingkat Pengangguran
Terbuka
7 3.93 7.51 6.1700 1.12674
Upah Minimum Provinsi 7 1490000 2499422 1977532.43 369634.242
Kemiskinan 7 4.54 5.48 5.0300 .37767
Valid N (listwise) 7
Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Dari hasil statistik deskriptif diatas dapat dilihat bahwa untuk variabel Tingkat Kemikiskinan memiliki rata-rata 5,03%, standar deviasi sebesar 0,37% dan nilai maksimum sebesar 4,54%. Pada variabel Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki rata-rata 6,17%, standar deviasi sebesar 1,12%, nilai minimum sebesar 3,93%. Dan pada variabel Upah Minimum memiliki rata-rata Rp.1.977.532,43, standar deviasi sebesar Rp.369.634,242, nilai minimum sebesar Rp.1.490.000
2) Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi besarnya hubungan antara variabel dependen kemiskinan (Y) dengan Tingka Pengangguram Terbuka dan Upah Minimum.
Tabel 4.2
Tabel Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Dari tabel dapat dilihat bahwa persamaan regresi linear berganda yang di peroleh dai hasil analisis yaitu:
Y= 5,960 + 0,320 (X1) - 1,467(X2) + e
Dari model persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Konstanta
Nilai konstanta sebesar 5.960. Nilai ini menunjukan bahwa apabila terdapat Tingakat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum (X1 dan X2 = 0), maka dalam model persamaan ini Tingkat Kemiskinan adalah sebesar 5.960, sebelum adanya variabel Tingkat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum (dimana nilai X1 dan X2=0).
b) Tingkat Pengangguran Terbuka (X1)
Nilai koefesien Tingkat Pengangguran (X1) adalah sebesar 0,320. Hal ini menunjukan terdapat hubungan positif antara variabel independen Tingkat Pengangguran Terbuka (X1) dengan variabel dependen Kemiskinan (Y) sebesar 0,320 yang berarti apabila terjadi peningkatan variabel tingkat pengangguran terbuka sebesar 1 point maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 0,320 dan sebaliknya. Apabila terjadi penurunan variabel tingkat pengangguran terbuka sebesar 1 point maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,320.
c) Upah Minimum (X2)
Nilai koefesien Upah Minimum (X2) adalah sebesar -1,467. Hal ini menunjukan terdapat hubungan negatif antara Variabel Independen Upah Minimum (X2) dengan Variabel Dependen Tingkat Kemiskinan (Y) sebesar 1,467 yang berarti, apabila terjadi peningkatan variabel Upah Minimum sebesar 1 point maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 1,467 dan sebaliknya apabila terjadi penurunan variabel Upah Minimum sebesar 1 point maka akan meningkatkan kemiskinan sebesar 1,467.
3) Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan unutk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukan hubungan yang signifikan.
Proses pengujian asumsi klasik dan uji regresi linear berganda langkah-langkah yang di pakai dalam pengujiannya sama. Berikut ini adalah hasil dari pengujian asumsi klasik:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan peruntukan informasi dari faktor-faktor yang akan dilakukan dalam pemeriksaan memiliki sebaran normal atau tidak. Model regresi yang baik harus memiliki penyebaran informasi yang normal atau mendekati tipikal.
Apabila nilai Asymp.sig lebih tinggi dari pada nilai 0,05 (5%) maka data memiliki distribusi normal, dan sebaliknya apabila nilai Asymp.sig lebih kecil dari pada 0,05 (5%) maka data berdistribusi tidak normal.
Berikut hasil uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov tersaji pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .13942455
Most Extreme Differences Absolute .163
Positive .149
Negative -.163
Test Statistic .163
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Dari tabel 4.3, uji normalitas dengan menggunakan uji one-sample kolmogorov-smirnov yang terlihat pada tabel 4.3 didapat nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,200> 0,05 maka dapat disumpulkan bahwasannya data berdistribusi normal dan asumsi uji normalitas terpenuhi.
b) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi memiliki korelasi antara variabel bebas.
Asumsi multikolinieritas terpenuhi jika nilai VIF dibawah
10 dan memiliki nilai positif. Selain itu asusmsi bebas multikolinieritas juga dapat ditentukan nilai tolerance di atas 0,10.
Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut:
Upah Minimum Provinsi .408 2.454 Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Dilihat pada tabel 4.4 diketahui hasil perhitungan nilai tolerance untuk nilai variabel independen Tingkat Pengangguran Terbuka (X1) dan Upah Minimum (X2), diperoleh nilai masing-masing yaitu 0,408 dan 0,408 lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dikategorikan tidak terdapat multikolinieritas. Sedangkan nilai VIF sebesar 2,454 dan 2,454 ini berarti lebih kecil dari 5, sehinga bisa disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen atau bebas dari multikolinieritas.
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji dalam model regresi linier ada tidaknya korelasi antara variabel
penganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Salah satu cara untuk medeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan melihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed) jika hasilnya lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala autokorelasi, dan sebaliknya jika nilainya lebih kecil dari 0,05 maka terjadi gejala autokorelasi.
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Sumber: Hasil output SPSS versi 25
Dapat dilihat pada tabel 4.5 nilai Asymp.Sig. ( 2-tailed) 0,431 > 0,05 (5%) maka tidak terjadi gejala autokorelasi.
d) Uji Heteroskodastisitas
Pengujian heteroskodasitas dapat dilakukan menggunakan Uji Gleser dengan ketentuan apabila nilai probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan (α) = 5% maka tidak terjadi heteroskodastisitas.
Hasil uji heteroskodastisitas dapat dilihat pada gambar berikut:
Tabel 4.6
Uji Heteroskodastisitas
Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Berdasarkan gambar scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas.
4) Hasil Pengujian Hipotesis
Sumber : Hasil output SPSS versi 25
a) Nilai t hitung variabel tingkat pengangguran terbuka (X1) sebesar 3,298 dengan tingkat signifikan sebesar 0,030.
Karena tingkat signifikan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,030 < α =0,05 maka tingkat pengangguran (X1) berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan (Y).
b) Nilai t hitung variabel upah minimum (X2) sebesar -4,967 dengan tingkat sginifikan sebesar 0,008. Karena tingkat signifikan upah minimum sebesar 0,008< α= 0,05 maka upah minimum (X2) berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan (Y).
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F atau uji simultan adalah uji yang dimanfaatkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum yang di masukan dalam model regresi secara simultan terhadap variabel dependen tingkat kemiskinan. Uji F atau uji secara sumultan dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel yang bisa diambil pada tabel ANOVA.
Hasil analisis uji koefisien regresi secara simultan dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.8 Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .739 2 .370 12.675 .019b
Residual .117 4 .029
Total .856 6
a. Dependent Variable: Kemiskinan
b. Predictors: (Constant), Upah Minimum Provinsi, Tingkat Pengangguran Terbuka Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signifikan sebesar 0,019 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikan ≤ 0,05 yang artinya secara
simultan tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mngetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan uji ini bisa mengetahui seberapa besar pengaruh variabelnya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Tabel 4.9
Sumber : Hasil output SPSS versi 25
Dari hasil uji koefisien determinasi diatas diketahui Adjusted R Square adalah sebesar 0,796 yang artinya bahwa variabel Tingkat Pengangguran terbuka dan Upah Minimum memberikan kontribusi terhadap Tingkat Kemsikinan sebesar 79,6% sedangkan sisanya 20,4% lagi di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Dengan nilai R sebesar 0,9292. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel-variabel dalam menjelaskan varuabel dependen cukup baik.
5) Pembahasan Hasil Penelitian
a. Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil pengujian di dalam penelitian ini, memnunjukan bahwa nilai t parsial variabel Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemsikinan sebesar 3.298 dengan tingkat signifikan sebesar 0,030. Dikarenakan 0,030 < 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Tingkat Pengangguran Terbuka mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi tahun 2014-2020.
Hubungan signifikan antara Tingkat Pengangguran Terbuka dengan Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi tentunya sesuai dengan teori yang ada dan hipotesis yang telah dibuat. Dengan kata lain meningkatnya tingkat pengangguran terbuka juga meningkatkan tingkat kemiskinan, begitupun sebaliknya menurunya tingkat pengangguran terbuka maka akan berdampak pada menurunnya tingkat kemiskinan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hapasari Wiji Utami dan Siti Umajah Masjkuri, yang mengatakan Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan.
b. Upah Minimum terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil pengujian di dalam penelitian ini, menunjukan bahwa nilai t parsial variabel Upah Minimum terhadap Tingkat Kemiskinan sebesar -4.967 dengan tingkat signifikan sebesar 0,008. Dikarenakan 0,008 < 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat dikatan bahwa variabel Upah Minimum mempunya pengaruh yang signifikan terhadap variabel Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi tahun 2014-2020.
Hubungan signifikan antara Upah Minimum dengan Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi tentunya sesuai dengan teori yang ada serta hipotesis yang telah dibuat.
Dengan kata lain meninhkatnya Upah Minimum maka akan berdampak pada penurunan Tingkat Kemsikinan di Kota Bukittinggi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Regi Irfan, dimana dalam penelitiannya menunjukan bahwa Upah Minimum mempunya pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan.
c. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum terhadap Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan hasil pengujian uji simultan (Uji F) dapat dilihat terdapat pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum secara simultan terhadap Tingkat
Kemiskinan. Dari tabel tersebut diperoleh nilai signifikan sebesar 0,019 yang mana nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan Achmad Khabibi ini menunjukan secara simultan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskian.
62 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan anatara Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Bukittinggi Periode 2014-2020. Berdasarkan pengujian data statistik dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, maka kesimpulan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Bukittiggi. Hubungan ini memiliki arti apabila angka tingkat pengangguran terbuka mengalami peningkatan, maka angka tingkat kemiskinan akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya apabila tingkat pengangguran mengalami penurunan maka angka tingkat kemiskinan akan menurun.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa upah minimum berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi. Hubungan ini memiliki arti apabila angka upah minimum mengalami peningkatan makana akan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan, begitupun sebaliknya apabila upah minimum turun maka tingkat kemiskinan mengalami peningkatan.
3. Secara simultan variabel tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum berpengaruh signifikan terhadap angka tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi pada periode 2014-2020. Jadi dapat disimpulkan
bahwa perubahan atau pergerakan yang terjadi pada variabel tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum akan mempengaruhi tingkat kemiskinan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi di pengaruhi oleh tingkat pengangguran terbuka yang cukup signifikan sehingga diharapkan kepada pemerintah kota agar dapat melakukan strategi atau usaha-usaha dalam rangka menyediakan lapangan pekerjaan serta memberikan dorongan bagi pertumbuhan UMKM kepada masyarakat sebagai upaya mengurangi tingkat pengangguran di kota Bukittinggi. Selain tingkat pengangguran, dalam penelitian ini ditemukan bahwa upah minimum turut mempengaruhi tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi secara signifikan oleh karena itu pemerintah kota di harapkan dapat memberi kenaikan upah minimum sesuai dengan kebijakan perundang-undangan serta dapat lebih mengawasi dan memperketat dalam pelaksanaan realisasi upah minimum kepada perusahaan-perusahaan yang terkadang masih tidak mengikuti regulasi dan kebijakan upah minimum.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. S. (2018). Sistem Pengupahan Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Pada PT. Mahakam Kencana Intan Padi Surabaya. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 5 No.6, 499-510. Retrieved Juni, 2018 Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Cahya, B. T. (Februari 2015). Kemiskinan Ditinjau Dari Perspektif AlQur'an dan Hadits. Jurnal Penelitian, Vol. 9 No. 1.
Chriswaradani, S. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional.
Universitas Diponegoro, Semarang, Vol. 08, No.03.
Chriswardani, S. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional.
Manajemen Pembangunan dan Kebijakan, Vol. 08 No. 03.
Hardani. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: CV.
Pustaka Ilmu.
Khabibi, A. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. Surakarta: USM.
Kuncoro, M. (2000). Ekonomi Pembangunan: Teori Masalah Dan Kebijakan.
Yogyakarta: UPP APM YKPN.
Kuncoro, M. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomis. Jakarta: Erlangga.
Kurniawan, R. (2016). Analisis Regresi Dasar dan Penerapannya Dengan R.
Jakarta: Kencana.
M.Muh.Nasir, S. d. (Agustus 2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo. Jurnal Eksekutif, Vol 5 No.4 .
Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasikun. (2001). Diktat Mata Kuliah. Isu Dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Purnomo, R. A. (2017). Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS.
Ponorogo: CV.Wade Group.
Qardhawi, Y. (2005). Spektrum Zakat Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.
Jakarta: Zikrul Hakim.
Ridwan, M. (2013). Standar Upah Minimum Menurut Sistem Ekonomi Islam.
Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Kudus, Vol.1, No 2.
Sodik, S. S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. 1st ed. Ayup. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Sono, S. (2009). Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subhan, M. (2018). Pengangguran dan Tawaran Solutif Dakam Perspektif Islam.
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.3 No.2, 153-164. Retrieved September, 2018 Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2008). Mikroekonomi, Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2013). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Umum.
Suryawati. (2004). Teori Ekonomi Mikro.UPP. AMP YKPN. Yogyakarta: Jarnasy.
Todaro, M. P. (1998). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Todaro, M. P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Todaro, Michael P. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Triariani, E. E. (n.d.). Analisis Pengaruh Pertubuhan Ekonomi,Jumlah Pengangguran Terbuka dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Berau . Jurnal Ekonomi.
Yusuf, D. M. (2018). Analisis Data Penelitian Teori & Aplikasi dalm Bidang Perikanan. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Yusuf, N. C. (2014). Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pengangguran, Upah Minimum Kabupaten/Kota Dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi, Vloume 22, 1-12.
1. Hasil Pengolahan Data
Upah Minimum Provinsi 7 1490000 2499422 1977532.43 369634.242
Kemiskinan 7 4.54 5.48 5.0300 .37767
Valid N (listwise) 7
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
a) Uji Normlitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 7
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .13942455
Most Extreme Differences Absolute .163
Positive .149
Negative -.163
Test Statistic .163
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
b) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Tingkat Pengangguran Terbuka
.408 2.454
Upah Minimum Provinsi .408 2.454
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .03245
Cases < Test Value 3
Cases >= Test Value 4
Total Cases 7
Number of Runs 3
Z -.788
Asymp. Sig. (2-tailed) .431 a. Median
d) Uji Hetroskodasitas
a) Uji T (Parsial)
b. Predictors: (Constant), Upah Minimum Provinsi, Tingkat Pengangguran Terbuka
c) Koefisien Dterminasi (R2)