• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA, DAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA BUKITTINGGI PERIODE DILIHAT DARI PERSPEKTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA, DAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA BUKITTINGGI PERIODE DILIHAT DARI PERSPEKTIF"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI ISALAM SKRIPSI

Disusun oleh : VARISA RAMADINI

NIM.3217114

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM (FEBI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TAHUN 2021

(2)

i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama / NIM : VARISA RAMADINI / 3217114 Tempat tanggal lahir : Bukittinggi, 19 Desember 1999

Fakultas / Jurusan : Ekonomi dan Bisnis Islam / Ekonomi Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Bukittinggi Periode 2014-2020 Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Islam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya yang berjudul diatas adalah benar asli karya penulis. Pendapat atau temuan orang lain dalam skirpsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan disebut dalam daftar kepustakaan. Apabila dikemudian hari terbukti hawa skripsi ini bukan karya saya sendiri, maka penulis bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicabut sampai batas waktu yang ditentukan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi,23 Juli 2021 Penulis

Varisa Ramadini NIM: 3217114

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN

TERBUKA DAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT

KEMISKINAN DI KOTA BUKITTINGGI PERIODE 2014-2020 DILIHAT DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM” Disusun sendiri oleh VARISA RAMADINI, dengan NIM 3217114 telah memenuhi persyaratan ilmiah dan disetujui untuk dilanjutkan ke sidang munaqasah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk digunakan sepenuhnya

Bukittinggi, 23 Juli 2021 Pembimbing

Dr. H. Asyari, S.Ag, M.Si NIP: 197403251999031003

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam penulis ucapakan kepada kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan melalui pribadinya yang luhur dan agung, serta meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT yaitu Al-Quran dan Hadits, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA BUKITTINGGI PERIODE 2014-2020 DILIHAT DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM”

Skripsi ini disusun dalam rangka menyeleaikan studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang tulus dan teristimewa kepada Ayahanda Ifran dan Ibunda Lenny Taslim yang telah membesarkan, mengasuh, mengasih, mendidik serta membina penulis dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada:

(5)

iv

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum Rektorat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Wakil Rektor I Bapak Dr. H. Asyari, S.Ag, M.Si, Wakil Rektor II Bapak Dr. Miswardi, M.Hum yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata I di IAIN Bukittinggi.

2. Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA, beserta para wakil dekan, Wakil Dekan II Ibu Dra. Rusyaida D, M.Ag, Wakil Dekan II Bapak Gusril Bashir, SH, M. Hum.

3. Ibu Rini Elvira, SE, M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi.

4. Bapak Dr. H. Asyari, S.Ag, M.Si selaku Pembimbing, yang dengan sabar telah berkenaan meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk memberikan arahan serta saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Karyawan/i IAIN Bukittinggi yang telah membekali dan melayani kebutuhan penulis dalam proses perkuliahan di IAIN Bukittinggi.

6. Pimpinan dan staff perpustakaan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan seluruh Dosen di Jurusan Ekonomi Islam dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Terimkasih kepada suami M.Farhan yang telah memberikan motivasi dan semangat, terimaksih atas semua do’a, curahan kasih sayang,

(6)

v

dukungan sehingga penulis telah berhasil mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi.

8. Terimkasih kepada semua sahabat Suci Rama Nisa, Thalia Vivi, Debby Sagita, Fauzia Permata Intan dan Winda Lestari yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi.

9. Semua senior dan junior keluarga besar IAIN Bukittinggi yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terakhir setangkai do’a penulis mohonkan untuk semua pihak yang telah berpartisipasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, baik secara materil maupun inmaterial, semoga Allah SWT memberikan bantuan yang setimpal atas partisipasi bantuan dan kerjasamanya, serta menjadi amal shaleh hendaknya.

Harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan hikmah dan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi penulis sendiri.

Bukittinggi, 23 Juli 2021 Penulis

Varisa Ramadini NIM: 3217114

(7)

vi ABSTRAK

Skripsi ini berjudul : “Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Bukittinggi Periode 2014-2020 Dilihat Dari Perspektif Ekonomi Islam”. Disusun oleh Varisa Ramadini, NIM 3217114 Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi tahun 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi periode 2014-2020. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda yang menggunakan alat bantu SPSS veri 25 dan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bukittinggi.

Hasil penelitian ini adalah tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan secara bersama- sama dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,796 yang berarti bahwa hubungan antar variabel dependen dan independen dapat dijelaskan sebesar 79,6%

di dalam model dan sisanya 20,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model penelitian ini.

Kata kunci : Tingkat Pengangguran Terbuka, Upah Minimum, Tingkat Kemiskinan

(8)

vii DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

F. Penjelasan Judul ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Landasan Teori ... 15

1. Pengangguran ... 15

2. Upah Minimum ... 21

3. Kemiskinan ... 25

B. Kajian Terdahulu ... 30

C. Kerangka Pemikiran ... 34

D. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

D. Defenisi Operasional dan Variabel ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Pengujian Model ... 40

H. Pengujian Hipotesis ... 42

(9)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 44

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44

B. Hasil Penelitian ... 45

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Kemsikinan di Indonesia Tahun 2014-2020 ... 2

Tabel 1.2 Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014- 2020 ... 4

Tabel 1.3 Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ... 5

Tabel 1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ... 7

Tabel 1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2020 ... 8

Tabel 1.6 Upah Minimum di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ... 9

Tabel 1.7 Upah Minimum di Provinsi Sumatera Tahun 2014-2020 ... 10

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 48

Tabel 4.2 Analisis Regresi Linear Berganda... 49

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data ... 52

Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas ... 53

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 54

Tabel 4.6 Uji Heteroskodasitas ... 55

Tabel 4.7 Uji T ... 56

Tabel 4.8 Uji F ... 57

Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi ... 58

(11)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ... 45 Grafik 4.2 Tingkat Pengangguran di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ... 46 Grafik 4.3 Upah Minimum di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ... 47

(12)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap mental masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan, serta pemberantasan kemiskinan1. Hal ini sama dengan tujuan dari pembangunan nasional yang menitikberatkan pada peningkatan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh masyarakat yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Berbicara mengenai kesejahteraan tentunya berkaitan dengan permasalahan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pembangunan nasional yang diantaranya bertujuan untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam perekonomian, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Oleh sebab itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. 2

Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

Kemiskinan adalah salah satu integrated concept yang memiliki lima dimensi,

1 Michael P Todaro, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga,2000), hlm 163

2 M Muh Nasir,S.d, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo”. Jurnal Eksekutif. Vol.5 No.4, Agustus 2008, hal.27.

(13)

yaitu: 1) Kemiskinan (Proper), 2) Ketidakberdayaan (Powerless), 3) Kerentanan menghadapi situasi darurat (State of emergency), 4) Ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis3. Biro Pusat Statistik, mendefinisikan seseorang masuk dalam kriteria miskin jika pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan di konseptualisasikan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar dan diukur dari sisi pengeluaran perkapita atau dengan kata lain kemiskinan dipandang dari sisi ketidakmampuan ekonomi.4

Tabel. 1.1

Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014-2020 Tahun Angka Kemiskinan

(%)

Peningkatan/Penurunan (%)

2014 10,96% -

2015 11,22% 0,26%

2016 10,86% -0,36%

2017 10,64% -0,22%

2018 9,82% -0,82%

2019 9,41% -0,41%

2020 10,19% 0,78%

Sumber : BPS Statistik Indonesia

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwasannya laju tingkat kemiskinan di Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan 2019 cenderung mengalami penurunan. pada tahun 2014 angka tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 10,96% dan pada tahun 2019 turun menjadi 9,41%. Tetapi pada tahun 2020 mengalami peningkatan menjadi 10,19%. Hal ini tentunya mengindikasikan bahwasannya tingkat kemiskinan di Indonesia belum stabil. Namun yang harus di garis bawahi adalah walaupun tingkat kemiskinan mengalami penurunan, hanya

3 Suryawati Chriswardani,”Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional”. Universitas Dipnegoro. Vol 08 No. 03, 2005, hal.1.

4 Biro Pusat Statistik (2007)

(14)

saja secara keseluruhan rata-rata tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2014-2020 masih tergolong tinggi.

Diberlakukannya sistem Otonomi Daerah yang berlandaskan pada UU no 32 tahun 2004 yang kemudian direvisi menjadi UU no 23 tahun 2004 tentang pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan daerah serta dapat mengatasi atau setidaknya menanggulangi permasalahan kemiskinan ini sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan diberikannya wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang dapat memajukan daerahnya dan membawanya menuju ke arah yang lebih baik lagi. Karena bagaimanapun juga yang mengerti akan kondisi dan permasalahan daerah tertentu adalah pemerintah daerah terkait, oleh karena itu diperlukannya kebijakan yang efektif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan menanggulangi permasalahan kemiskinan di tingkat daerah.

Permasalahan kemiskinan di Indonesia tidak hanya terjadi di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan Indonesia, di daerah yang letaknya masih berdekatan dengan ibu kota pun masih terdapat permasalahan kemiskinan ini.

(15)

Tabel 1.2

Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2020 Tahun Angka Kemiskinan

(%)

Peningkatan/Penurunan (%)

2014 6,89% -

2015 6,71% -0,18%

2016 7,14% 0,43%

2017 6,75% -0,39%

2018 6,55% -0,2%

2019 6,29% -0,26%

2020 6,28% -0,01

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat, data olah

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwasanya tingkat kemiskinan di provinsi Sumatera Barat mengalami periode Tahun 2014-2020 mengalami fluktuasi dikarenakan adanya peningkatan dan penurunan yang terjadi di setiap tahunnya. Bisa kita lihat pada tahun 2014 angka tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 6,89%, kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 7,14%, dan pada tahun 2020 tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan yaitu sebesar 6,28%. Dari data diatas bisa sama-sama kita simpulkan bahwa pemerintah provinsi Sumatera Barat cukup signifikan menanggulangi tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat.

Permasalahan kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat ini adalah ketidakmerataan atau ketimpangan angka tingkat kemiskinan antar Kota bukittinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini :

(16)

Tabel 1.3

Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 Tahun Angka Kemiskinan (%) Peningkatan/Penurunan (%)

2014 4,96% 0%

2015 5,36% 0,4%

2016 5,48% 0,12%

2017 5,35% -0,13%

2018 4,92% -0,43%

2019 4,6% -0,32%

2020 4,54% -0,06%

Sumber : BPS Kota Bukittinggi

Berdasarkan tabel 1.3 di atas bisa sama-sama kita lihat angka tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi mengalami fluktuasi dikarenakan adanya peningkatan dan penurunan angkat kemiskinan di Kota Bukittinggi yang tidak signifikan. Pada tahun 2014 angka tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi 4,96%, kemudian pada tahun 2016 angka tingkat kemiskinan di Kota Bukittinggi mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,48% dan mengalami penurunan pada tahun 2020 yaitu sebesar 4,54%. Dari tabel di atas bisa terlihat adanya upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Kota Bukittinggi, namun kemiskinan masih menjadi persoalan yang harus dituntaskan oleh pemerintah Kota Bukittinggi.

Dalam rangka pengentasan angka kemiskinan, tentunya tidak terlepas dari kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat didalamnya, adapun unsur yang menentukan kemakmuran atau kesejahteraan suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan

(17)

mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan.5

Berkaitan dengan pengangguran, Lewis menyatakan tujuan dari teori mengenai proses pembangunan yang khusus diperuntukan bagi negara yang menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja, Lewis menganggap di Negara berkembang terdapat tenaga kerja yang berlebih, akan tetapi sebaliknya menghadapi masalah kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan sangat terbatas.6

Pengangguran terbuka yakni mereka yang benar-benar tidak bekerja, baik secara sukarela (orang-orang yang sebenarnya bisa saja memperoleh suatu pekerjaan permanen, namun atas dasar alasan-alasan tertentu,misalnya karena sudah cukup makmur tanpa bekerja, mereka tidak mau memanfaatkan kesempatan kerja yang tersedia) maupun karena terpaksa (mereka yang sesungguhnya sangat ingin bekerja secara permanen namun tidak kunjung mendapatkannya). 7

Salah satu cara paling ampuh untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan menanggulangi masalah-masalah pengangguran dan ketenagakerjaan.

Akan tetapi penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak bukan merupakan satu- satunya jalan keluar untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, masih diperlukan berbagai tindakan, baik di bidang

5 Sadono Sukirno, Makro Teori Pengantar Edisi Ketiga (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), hlm. 28.

6 Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Keiga ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008). Hlm. 10

7 Michael P Todaro, Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga Edisi Keenam (Jakarta:

Erlangga,1998). Hlm. 290.

(18)

ekonomi maupun sosial. Namun tentu saja upaya-upaya penyediaan lapangan kerja merupakan kunci dari keseluruhan upaya pengentasan kemiskinan.8

Tabel 1.4

Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 Tahun Jumlah Penganggur

(%) Peningkatan/Penurunan (%)

2014 3,93% -

2015 6,04% 2,11%

2016 6,04% 0%

2017 6,94% 0,9%

2018 6,59% -0,35%

2019 6,14% -0,14%

2020 7,51% 1,37%

Sumber: BPS Bukittinggi

Berdasarkan tabel 1.4 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2020 sebesar 7,51% dimana terjadi kenaikan sebesar 1,37%

bila dibandingkan dengan tahun 2019. Sedangkan tingkat pengangguran terendah terjadi pada tahun 2014 dengan tingkat pengangguran sebesar 3,93%.

8 Michael P Todaro, Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga Edisi Keenam (Jakarta:

Erlangga,1998). Hlm. 293.

(19)

Tabel 1.5

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sumatera Barat

Kota Angka Pengangguran (%)

Padang 13,64%

Kota Solok 8,35%

Bukittinggi 7,51%

Payakumbuh 6,68%

Pariaman 5,73%

Sumber : BPS Kota Bukittinggi, data diolah.

Berdasarkan tabel 1.5 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kota Bukittinggi pada tahun 2020 masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat, pada grafik terlihat Bukittinggi menempati urutan ketiga dengan jumlah pengangguran paling tinggi setelah Kota Padang dan Kota Solok, sedangkan Kota Pariaman memiliki tingkat pengangguran terbuka paling rendah.

Upaya untuk menurunkan tingkat pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya. Secara teori, jika masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga dikatakan dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi) maka tingkat kemiskinan juga rendah.

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi

(20)

kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja.

Masalah tenaga kerja tidak terlepas dari upah minimum. Upah minimum ini merupakan salah satu petimbangan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya disuatu daerah terutama investor yang ingin mendirikan pabrik atau industri yang banyak menyerap tenaga kerja. Semakin tinggi upah minimum di suatu daerah menunjukkan semakin tinggi tingkat ekonominya.9

Tabel 1.6

Upah Minimum di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020

Tahun Upah Minimum

(Rp. ) Peningkatan/Penurunan (%)

2014 Rp.1.490.000,- -

2015 Rp.1.615.000,- 8%

2016 Rp.1.800.725,- 11%

2017 Rp.1.949.285,- 8%

2018 Rp.2.119.067,- 8%

2019 Rp.2.289.228,- 8%

2020 Rp.2.499.422,- 9%

Sumber: BPS Sumatera Barat

Berdasarkan tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa upah minimum di Kota Bukittinggi tahun 2014 sampai tahun 2020 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, adapun kenaikan upah minimum tertinggi pada tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pada tahun 2015 upah minimum Kota Bukittinggi sebesar Rp.1.615.000,- dan mengalami peningkatan sebesar 11% menjadi Rp.1.800.725 di tahun 2016.

9 Badan Pendapatan Daerah,2010

(21)

Tabel 1.7

Upah Minimum di Provinsi Sumatera 2014-2020

Provinsi Upah Minimum

Bangka Belitung Rp.2.511.191,857,-

Sumatera Selatan Rp.2.405.272,143,-

Aceh Rp.2.358,813,428,-

Sumatera Barat Rp.1.963.906,571,-

Bengkulu Rp.1.870.067,-

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat, Data Diolah

Dari tabel 1.7 diatas dapat dilihat bahwa provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi dengan nilai UMP tertinggi dengan rata-rata nilai UMP dalam kurun waktu 6 tahun terakhir sebesar Rp.2.511.191,857,-. Sedangkan provinsi dengan nilai UMP terendah adalah provinsi Bengkulu yakni sebesar Rp.1.870.067,-. Sementara itu nilai UMP provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar Rp.1.963.906,571,- yang menempati urutan kedua paling rendah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Hal ini mencerminkan nilai UMP Sumatera Barat masih tergolong rendah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang disebabkan oleh tingginya tingkat pengangguran terbuka serta upah minimum yang masih tergolong rendah dapat menimbulkan masalah kemiskinan yang serius bagi Kota Bukittinggi. Maka penulis ingin meneliti lebih lanjut dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Bukittinggi Periode Tahun 2020 Dilihat Dari Perpektif Ekonomi Islam”

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Tingkat pengangguran terbuka yang relatif tinnggi dapat menyebabkan ketidak merataan ekonomi serta mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat.

2. Upah minimum yang masih tergolong rendah mempengaruhi tingkat pendapatan sehingga masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya disaat kaebutuhan meningkat yang memicu naiknya tingkat kemiskinan.

3. Tingkat kemiskinan yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbahan ekonomi yang dipicu rendahnya tingkat daya beli masyarakat itu sendiri.

C. Batasan Masalah

Untuk tidak meluasnya masalah serta disebabkan karena keterbatasan biaya, dana, dan waktu, maka penulis membatasi penelitian ini pada “Sejauh Mana Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Bukittinggi” pada tahun 2014-2021 Dilihat Dari Perpektif Ekonomi Islam.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu:

1. Seberapa besar pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020 dilihat dari perspektif Ekonomi Islam?

(23)

2. Seberapa besar pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020 dilihat dari perspektif Ekonomi Islam?

3. Seberapa besar pengaruh tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020 dilihat dari perspektif Ekonomi Islam

E. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang akan menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020 dilihat dari perspektif Ekonomi Islam.

2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020 dilihat dari perspektif Ekonomi Islam.

3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020 dilihat dari perspektif Ekonomi Islam.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah:

a. Bagi Akademik

Penelitian ini berguna untuk persyaratan dalam meraih gelar serjana Ekonomi Islam pada Program Studi Ekonomi Islam pada Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.

(24)

b. Praktisi (Institusi/masyarakat)

Pemikiran ini bermanfaat untuk memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan tentang “Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di Kota Bukittinggi”.

c. Studi Lanjut

Penelitian ini berguna untuk menambah literatur perbendaharaan atau literatur pengetahuan dan keilmuan tentang

“Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di Kota Bukittinggi”.

F. Penjelasan Judul

Untuk mempertegas pokok bahasan dalam penelitian ini maka penulis akan menjelaskan pengertian istilah yang terkandung dalam

“Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kota Bukittinggi Periode 2014- 2020. Adapun istilah-istilah yang perlu mendapat penjelasan adalah sebagai berikut :

Pengaruh : Suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada.

Pengangguran terbuka : Suatu kondisi dimana seseorang yang sudah tergolong angkatan kerja belum mendapatkan pekerjaan dan berusaha mencari pekerjaan.

(25)

Upah minimum : Suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.

Kemiskinan : Salah satu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditegaskan bahwa penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana Pengaruh Tingkat Kemiskinan Dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan di Kota Bukittinggi

(26)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengangguran

a. Pengertian Pengangguran

Menurut Sukirno pengangguran adalah “seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan”. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya seperti tindak kejahatan.

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan masalah ekonomi dan sosial kepada siapa yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Selain itu pengangguran juga dapat mengganggu taraf kesehatan keluarga.10

10 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makro Ekonomi,( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).hlm.28.

(27)

Pengangguran terbuka adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. 11

b. Jenis-jenis Pengangguran

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja, menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja.

Menurut sukirno macam-macam pengangguran berdasarkan jam kerja dapat digolongkan menjadi empat, yaitu pengangguran tersembunyi, pengangguran musiman, setengah pengangguran dan pengangguran terbuka.

a) Pengangguran tersembunyi adalah, pengangguran yang terjadi karena adanya keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.

Contohnya, dalam kegiatan produksi yang dapat berjalan efektif dan efisien dengan 6 pekerja saja, namun dalam kenyataannya dikerjakan

11 Badan Pusat Statistik, Pengangguran Dalam Angka.

(28)

oleh 8 orang pekerja. Dari penjelasan ini terlihat bahwa ada kelebihan pekerja sebanyak 2 orang. Kelebihan inilah yang disebut pengangguran tersembunyi

b) Pengangguran musiman adalah, keadaan pengangguran pada masa- masa tertentu dalam suatu tahunan. Contohnya adalah masa menunggu petani dalam musim panen, pada saat ini petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan akan menjadi pengangguran.

c) Setengah menganggur (under unemployment) adalah, keadaan dimana pengangguran dimana seorang pekerja melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal. Seorang dapat digolongkan setengah menganggur jika dalam bekerja tidak lebih dari 20 jam dalam seminggu atau 3 hari dalam seminggu.

d) Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah, tenaga kerja yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran terbuka termasuk pengangguran yang sangat banyak karena memang belum mendapatkan pekerjaan meskipun sudah berusaha untuk mencapai pekerjaan.12

c. Hubungan Pengangguran Dengan Kemiskinan

Menurut Sukirno bahwa salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran masyarakat adalah tingkat pendapatan.

Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat terwujud, sehingga apabila tidak bekerja atau menganggur maka akan mengurangi pendapatan

12 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 2008). Hlm.330.

(29)

dan hal ini akan mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai sehingga dapat menimbulkan buruknya kesejahteraan masyarakat.13

Menurut Arsyad, ada hubungan yang sangat erat sekali antara tingginya jumlah pengangguran dengan jumlah penduduk miskin.

Bagi sebagian mereka yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintahan dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.14

Menurut Sadono Sukirno, efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.15

Menurut Yustika, secara teoritis pengangguran cendrung mengurangi pertumbuhan ekonomi, menganggur berarti tidak menghasilkan bagi pembangunan dan cenderung mengurang output

13 Sadono Sukirno,”Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga( Jakarta: PT Raja GrafindoPersada 2004).hlm14.

14 Lincolin Arsyad,” Ekonomi Pembangunan Edisi 5(Yogyakarta: STIM YKP 2010).hlm.359.

15 Sadono Sukirno,”Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2016).hlm.332

(30)

perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat menghasilkan kemiskinan.16

d. Pengangguran Dalam Perspektif Islam

Menurut Yusuf-Qardawi, pengangguran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a) Penganguran jabariyah (terpaksa)

Suatu pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak memilih status sehingga terus terpaksa menerimanya.

Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.

b) Pengangguran khiyariyah

Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal pada dasarnya mampu untuk bekerja, namun pada kenyataannya dia memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-malasan.

Dia memilih hancur dengan potensi yang dimiliki dibandingkan menggunakannya untuk bekerja. Dia tidak pernah berusaha dan mengusahakan suatu pekerjaan apapun, keperibadiannya malas hingga menjadi ”sampah masyarakat”.

Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk memenuhi biaya hidup dan kehidupannya, terlebih lagi untuk bekal beribadah kepada-Nya. Sebaliknya Allah sangat membenci orang-orang yang

16 Yustika Ahmad Erani, Perekonomian Indonesia,Deskripsi, Prediksi, dan Kebijakan, (Jawa Timur: Bayu Media Publishing,2006), hlm.136.

(31)

senang menganggur, lemah, lunglai dan tidak mau berusaha sehingga menggantungkan hidupnya pada orang lain. Seseorang yang bekerja akan ditinggikan Allah derajatnya sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Ahqaaf ayat 19 berikut:

ا ۡوُل ِمَع اَّمِ م ٌت ٰج َرَد ٍّ لُكِل َو ن ۡوُمَل ۡظُي َلَ ۡمُه َو ۡمُهَلاَم ۡعَا ۡمُهَيِ ف َوُيِل َو ۚ

َ

Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”. (Q. S. Al- Ahqaaf:19)

Tafsir ayat diatas adalah, Setelah dijelaskan tentang dua kelompok manusia pada ayat-ayat di atas kini Allah menjelaskan tentang keadilan Allah dalam memberikan balasan kepada mereka, dan setiap orang dari kedua kelompok manusia sebagaimana yang disebutkan itu memperoleh tingkatan yakni peringkat yang berbeda- beda baik di surga maupun di neraka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan di dunia dan peringkat itu disempurnakan agar Allah mencukupkan balasan amal perbuatan mereka dan mereka tidak dirugikan dengan mengurangi ganjaran atau menambah siksaan.

Bekerja bukan sekedar untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup secara material semata, namun bekerja juga dapat mengantarkan seseorang kepada kesuksesan dalam hidup dan kehidupan. Sebaliknya apabila seseorang menganggur akan

(32)

memejamkan hati, menghayal yang tidak-tidak dan akhirnya bisa menjerumuskan pada perbuatan yang kurang baik.17

2. Upah Minimum

a. Pengertian Upah Minimum

Upah minimum adalah upah bulanan yang terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.18

b. Jenis-jenis Upah Minimum

Berdasarkan jenis-jenisnya, upah minimum terbagi menjadi dua golongan, diantaranya adalah:

1) Upah Minimum Regional

Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, upah minimum regional dibedakan menjadi dua, yakni Upah Minimum Provinsi dan Upah Minimum Kabupaten/Kota19

2) Upah Minimum Sektoral

Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu provinsi berdasarkan kemampuan sektor.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

17 Yusuf Qardawi, Spektrum Zakat: Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan,(terj) Sari Narulita, (Jakarta: Zikrul Hakim,2005),hlm.22.

18 Peraturan Mentri Tenaga Kerja, Upah Minimum (1999)

19 Keputusan Mentri Tenaga kerja 226 (2000)

(33)

Transmigrasi 20, Upah Minimum Sektoral dibedakan menjadi dua, yakni Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten /Kota (UMS kab/kota). Namun dengan adanya UU Omnibus Law, UMS tidak lagi digunakan sebagai acuan dalam menetapkan upah minimum di Indonesia.21

c. Hubungan Upah Minimum Dengan Kemiskinan

Upah minimum merupakan usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan.22

Menurut Sumarsono, pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah, yaitu:

1) Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya.

20 Keputusan Mentri Tenaga Kerja 226 (2000)

21 Keputusan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No: KEP- 226/MEN/2000

22 Achmad Khabhibi,”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan” (Jakarta:

USM). Hlm.4

(34)

2) Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang.

3) Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas pekerja.

Peran pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah sangat diperlukan dalam menyikapi dampak penetapan upah minimum. Tidak bisa hanya pengusaha saja yang harus menanggung dampak penetapan upah minimum ini. Dengan pengertian dan pemahaman serta kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan hubungan industrial ini maka dapat dicapai tujuan bersama yaitu pekerja/buruh sejahtera, perusahaan berkembang dan lestari serta pemerintah dapat menjaga perkembangan dan peningkatan perekonomian dengan baik.23

Menurut Kuncoro, kemiskinan terjadi akibat adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia. Dimana sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, pada gilirannya upah juga rendah. Tingginya pendapatan akan meningkatkan konsumsi mereka, dan dapat terhindar dari kemiskinan.24

d. Upah Minimum Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam Islam upah disebut juga ujrah yang dihasilkan dari akad Ijarah. Menurut ulama Hanafiyah Ijarah adalah transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan tertentu yang dibolehkan. Jadi upah (ujrah) adalah bentuk kompensasi atas jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja.

23 Sumar Sono,”Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori Dan Kebijakan Publik” (Yogyakarta:

Graha Ilmu 2009). Hlm.13.

24 Mudrajat Kuncoro,”Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan”(Yoyakarta: UPP AMP YKPN 2000).hlm.107

(35)

Sedangkan di dalam Al-Qur‟an Allah berfirman dalam Surat Al- Taubah ayat 105:

ُٰاللّ ى َرَيَسَف ا ۡوُلَم ۡعا ِلُق َو َن ۡوُنِم ۡؤُمۡلا َو ٗهُل ۡوُس َر َو ۡمُكَلَمَع

ن ۡوُلَمۡعَت ۡمُتۡنُك اَمِب ۡمُكُئِ بَنُيَف ِةَداَهَّشلا َو ِبۡيَغۡلا ِمِل ٰع ىٰلِا َن ۡوُّد َرُتَس َو

َ

Artinya: “Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul- Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS Al-Taubah : 105)

Tafsir ayat diatas adalah, Dan katakanlah, kepada mereka yang bertobat, bekerjalah kamu, de-ngan berbagai pekerjaan yang mendatangkan manfaat, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, yakni memberi penghargaan atas pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin juga akan menyaksikan dan menilai pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan, yakni meninggal dunia dan pada hari kebangkitan semua makhluk akan kembali kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan di dunia, baik yang kamu tampakkan atau yang kamu sembunyikan. Selain terdapat kelompok yang mengakui dosa-dosa mereka lalu dianjurkan untuk bertobat dan melakukan pekerjaan yang bermanfaat, ada pula orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah, mungkin Allah akan mengazab mereka, karena mereka tetap dalam kedurhakaan, dan mungkin Allah akan menerima taubat mereka, jika mereka bertaubat dengan sungguh-sungguh. Allah maha mengetahui orang yang bertaubat

(36)

secara tulus, maha bijaksana dalam menetapkan keputusannya.

Ayat di atas menjelaskan bahwa menurut konsep Islam, upah terdiri dari dua bentuk, yaitu upah dunia dan upah akhirat. Dengan kata lain, ayat tersebut diatas mendefinisikan upah dengan imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia dan imbalan yang berupa pahala di akhirat. Imbalan materi yang diterima seorang pekerja di dunia haruslah adil dan layak, sedangkan imbalan pahala akhirat merupakan imbalan yang lebih baik yang diterima oleh seorang muslim dari Tuhan- Nya.25

3. Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Berdasarkan sudut pandang ekonomi, kemiskinan adalah bentuk ketidakmampuan dari pendapatan seseorang maupun sekelompok, orang untuk mencukupi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar. Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan seumber daya yang dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sesorang baik secara finansial maupun jenis kekayaan lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak

25 Murtadho,Standar Upah Pekerja Menurut Sistem Ekonomi Islam, Jurnal Equilibirium, Vol1,No.2, Desember 2013, hlm 251-256.

(37)

kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.26

Menurut Arsyad, kemiskinan didefinisikan sebagai suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.27

b. Ukuran Kemiskinan

1) Menurut Badan Pusat Statistik, penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan.

2) 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

3) Sedangkan ukuran menurut World Bank, menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka

26 Chroswardani Suryawati,”Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional”,Jurnal Manajemen Pembangunan Dan Kebijakan, Vol 08,No.03.Jawa Tengah 2005.hlm.122.

27 Lincolin Arsyad, “Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN 2010).hlm.299

(38)

ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.28

c. Kemiskinan Dalam Perspektif Islam

Al-Qur’an berbicara tentang kemiskinan jauh berabad-abad silam sebagai bagian dari misi revolusi masyarakat Arab yang terjebak dalam jurang ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.

Kemiskinan dianggap sebagai petaka, sehingga bagi mereka yang berada dalam garis kemiskinan hanya dijadikan sebagai masyarakat yang marginal dan pantas dijadikan sebagai ‘budak’ belaka. Bahkan di antara mereka ada yang rela mengubur buah hatinya karena takut menjadi miskin.

Dalam Al- Quran dalam Surat Al-Fajr ayat 15-18 menjelaskan sebagai berikut:

ا اَم اَذِإ اَّمَأ َو ○ِنَم َرإكَأ يِ ب َر ُلوُقَيَف ُهَمَّعَن َو ُهَم َرإكَأَف ُهُّب َر ُه َلََتإبا اَم اَذِإ ُناَسإنِ إلْا اَّمَأَف ُه َلََتإب

َأ يِ ب َر ُلوُقَيَف ُهَق إز ِر ِهإيَلَع َرَدَقَف إكُت َلَ إلَب ۖ َّلََك ○ِنَناَه

ٰىَلَع َنوُّضاَحَت َلَ َو ○َميِتَيإلا َنوُم ِر نيِكإسِمإلا ِماَعَطِ○

Artinya: “adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan- nya dan diberi-nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakankku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata:“Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin”. (QS Al-Fajr : 15-18).

28 Badan Pusat Statistik 2010, Tentang Ukuran Kemiskinan

(39)

Tafsir ayat diatas adalah, pada ayat ke-15 Ayat ini menjelaskan sifat dasar manusia kafir ketika mendapat kebahagiaan dan kesusahan, yakni bergembira berlebihan saat mendapat kenikmatan dan putus asa ketika tertimpa kesulitan. Maka adapun manusia, apabila tuhan mengujinya lalu dia memuliakannya dan memberinya kesenangan serta kenikmatan, baik lahir maupun batin, maka dia berkata, 'Tuhanku telah memuliakanku. ' mereka menilai kenikmatan yang diterimanya adalah berkat kemuliaan nya di sisi Allah. Mereka lupa bahwa nikmat itu pada dasarnya salah satu bentuk ujian Allah kepada manusia. Ayat ke-16 Namun apabila tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, 'tuhanku telah menghinakanku. ' mereka tidak dapat memahami bahwa kefakiran dan kesusahan bukanlah tolak ukur mutlak bagi kehinaan seseorang di mata Allah karena keduanya tidak lain hanyalah cobaan dari Allah. Ayat ke-17. Sekali-kali tidak demikian. Ketahuilah, kemuliaan seseorang tidak diukur dari kekayaan dan kehinaan tidak dipandang dari kemiskinannya. Kemuliaan din ukur dari ketaatan dan kehinaan adalah akiba kemaksiatan seseorang kepada Allah. Bahkan kamu tidak memuliakan, menyantuni, mengasihani dan menolong anak yatim. Kamu biarkan mereka susah, padahal menyantuni mereka adalah amal saleh yang menjanjikan derajat tinggi di sisi Allah. Ayat 18 dan kamu mengajak satu sama lain untuk memberikan makan orang miskin. Tidak mengajak orang lain untuk berbuat baik juga merupakan tindakan tidak terpuji. Mengajak orang lain berbuat baik adalah tindakan terpuji, apa lagi jika dibarengi dengan melakukannya. Makanan adalah kebutuhan pokok manusia.

(40)

Memberi makanan fakir miskin, baik muslim atau bukan, adalah suatu bentuk kesalehan sosial yang sangat terpuji.

Mungkin pernah terlintas dibenak umat Islam bahwa kemiskinan yang dialami seseorang yang disebabkan karena keturunan dan tidak mungkin bisa berubah. Pikiran tersebut adalah pikiran yang salah. Manusia bisa saja berubah nasibnya jika dia mempunyai keinginan untuk merubah.

Pada dasarnya Allah akan memberi rezeki pada orang yang berusaha untuk mendapatkan rezeki-Nya. Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapinya, mereka tidak boleh berputus asa dalam menghadapi kesulitan. Kesulitan adalah seni untuk mencapai sesuatu yang ideal. Orang tidak akan merasakan sesuatu keindahan kalau mereka tidak pernah merasakan sesuatu yang buruk. Orang tidak akan merasakan betapa nikmatnya kekayaan memiliki kalau mereka tidak pernah merasakan betapa susahnya menjalani kehidupan yang serba kekurangan.

Islam dengan ajarannya yang suci selalu memberikan jalan keluar bagaimana seharusnya menghadapi kemiskinan. Umat Islam yang kaya diperintahkan untuk menyantuni mereka yang hidupnya serba kekurangan (miskin). Dengan tegas, Allah SWT dalam firman-Nya menyatakan bahwa orang yang membiarkan sesamanya kelaparan sama saja dengan mendustakan agama yang agung. Al-Quran mewajibkan kepada setiap muslim untuk berpartisipasi menanggulangi kemiskinan sesuai dengan kemampuannya. Bagi yang tidak memiliki kemampuan material, maka

(41)

paling sedikit partisipasinya diharapkan dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif.29

B. Kajian Terdahulu

I Komang Agus Adi Putra, dan Susarsana Arka, dalam jurnal Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, Kesempatan Kerja, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan model analisis regresi linier berganda. Tingkat pengangguran terbuka, kesempatan kerja, dan tingkat pendidikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2011-2016. Hasil menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Kesempatan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Kemudian tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh dominan terhadap tingkat kemiskinan pada kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2011-2016 dibandingkan kesempatan kerja, dan tingkat pendidikan, dengan konstribusi sebesar 64,32 persen.30

29 Bayu Tri Cahya,”Kemiskinan Ditinjau Dari Perspektif Al-Quran dan Hadis. Jurnal Penelitian.

Vol.9.No.1 Februari 2015. Hlm. 53-54

30 I Komang Agus Adi Putra dan Susarsana Arka, Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Kesempatan Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 7,No. 3, 2018

(42)

Hapasari Wiji Utami dan Siti Umajah Masjkuri, dalam jurnal Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Pendidikan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin. Analisis yang digunakan dalam metode penelitian ini analisis regresi linier berganda. Pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Upah minimum memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, pengaruh signifikan menunjukan bahwa upah minimum mampu menurunkan jumlah penduduk miskin karena meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Tingkat pengangguran terbuka memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Pengaruh signifikan menujukan bahwa tingkat pengangguran terbuka mampu memberikan respon pada penurunan jumlah penduduk miskin. Pendidikan (rata-rata lama sekolah) memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Pengaruh signifikan menunjukan bahwa pendidikan mampu memberikan respon pada penurunan jumlah penduduk miskin.31

Bhowi Dewananda , dalam jurnal Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran Terbuka Terhadap Kemiskinan 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini upah minimum berpengaruh negatif dengan kemiskinan, penagngguran berpengaruh postif terhadap

31 Hapasari Wiji Utami dan Siti Umajah Masjkuri, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Upah Minimum Tingkat Pengangguran Terbuka dan Pendidikan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Air Langga, Vol. 28, No.2, 2018

(43)

kemiskinan dan indeks pembangunan manusia tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kemiskinan.32

Regi Irfan Pambudi dalam skripsi, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Regional dan Pengangguran Terbuka Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timur. Metode analisi yang diginakan dalam penelitian ini metode analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan. Upah minimum berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dan pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.33

Achmad Khabibi, dalam skripsi Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi liner berganda. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan, hal ini berarti hipotesis menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpangaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan telah terbukti. Variabel upah minimum berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, dan variabel pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabuoaten/Kota dan Pengangguran secara bersama-sama berpengaruh

32 Bhowi Dewananda, Analisis Pengaruh Upah Minimum Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran Terbuka Terhadap Kemiskinan 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2018

33 Regi Irfan Pambudi, “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Upah Minimum Reagional dan Pengangguran Terbuka Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timu”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Dipongoro, Semarang, 2016

(44)

signifikan terhadap kemiskinan.34

Sofian Rafil, dalam skripsi Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengangguran, Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2002-2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode analisis regresi linier berganda.

Variabel pendidikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan diakrenakan dengan adanya peningkatan suatu kualitas pendidikan membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Variabel tingkat pengangguran dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, disebabkan oleh rendahnya produktifitas seseorangm karena pengangguran tidak memiliki pekerjaan yang tetap sehingga tidak dapat menghasilkan upah atau gaji. Variabel upah minimum memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dikarenakan upah minimum dalam jangka pendek dapat menurunkan tingkat kemiskinan, sedangkan dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif namun tidak berpengaruh dikarenakan kenaikan upah minimum di Provinsi Jawa Barat masih cendrung rendah dan tidak sesuai dengan rata-rata kebutuhan rumah tangga.35

34 Achmad Khabibi, “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 2013

35 Sofian Rafil, “ Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan Tingkat Pengangguran, Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2002-2017”. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta, 2019

(45)

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis, dimunculkan kerangka berfikir untuk menjelaskan pengaruh pengangguran dan uoah minimum terhadap kemiskinan di kota Bukittinggi. Berikut gambar pemikiran yang skematis:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat bahwa pengangguran terbuka merupakan memiliki pengaruh terhadap tingkat kemiskinan dikarenakan pengangguran akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial.

Upah minimum merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemiskinan dimana upah minimum ini digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Tujuan utama penetapan upah minimum adalah meningkatkan kesejahteraan dan melindungi pekerja.

Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan.

Kemiskinan (Y) Tingkat

Pengangguran Terbuka (X1) Upah Minimum

(X2)

(46)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoris dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji melalui statistik sampel 36. Hipotesis pada dasarnya berfungsi untuk mengungkapkan masalah. Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan penelitian maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut:

H0: Variabel tingkat pengangguran terbuka diduga tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020.

H1: Variabel tingkat pengangguran terbuka diduga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014-2020.

H0: Variabel upah minimum diduga tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi tahun 2014-2020.

H1: Variabel upah minimum diduga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi tahun 2014-2020.

H0: Variabel tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014- 2020.

36 Margono,” Metodologi Penelitian Pendidikan” (Jakarta: Rineka Cipta 2004).hlm.67

(47)

H1: Variabel tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kota Bukittinggi pada tahun 2014- 2020.

(48)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan paparan tentang lokasi penelitian menyangkut dengan indentifikasi karakteristik lokasi38. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kota Bukittinggi. Waktu penelitian 16 Maret 2021 sampai selesai.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam usaha untuk mencari kebenarannya, penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data-data yang penyajiannya dalam bentuk angka atau data kuantitatif yang di angkakan. Data kuantitatif dalam penelitian ini menganalisis pengaruh Pengangguran Terbuka, Upah Minimum terhadap Kemiskinan di Kota Bukittinggi Tahun 2014-2020 ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam. Untuk mengumpulkan data penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilakan pihak lain) atau digunakan lembaga lainnya yang bukan merupakan pengelolanya tetapi dapat dimanfaatkan oleh peneliti tertentu. Data sekunder yang berasal dari data-data Badan Pusat Statistik (BPS), selain itu data dalam penelitian ini

37 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R & D” (Bandung: Alfabeta,2014).hlm.8

38 Sugiyono,” Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D(JBandung: Alfabeta 2020).hlm.389.

(49)

diperoleh melalui sumber-sumber diluar instansi yang di publikasikan seperti Perpustakaan Bung Hatta, jurnal, artikel, Al-Qur’an dan Al-Hadis dan Internet. Dlam hal ini berkaitan dengan penelitian.

Data yang digunakan berupa data time series dari Kota Bukittingi Tahun 2014-2020 yaitu terdiri dari data Tingkat Pengangguran terbuka, Upah Minimum, dan Kemiskinan yang tersusun dari Tahun 2014-2020.

D. Defenisi Operasional dan Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 39 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan sebagai variabel terikat sedangkan variabel bebasnya adalah pengangguran terbuka dan upah minimum.

Adapun defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.

Data kemiskinan yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kemiskinan Kota Bukittinggi tahun 2014-2020. Sumber : Badan Pusat Statistik Bukittinggi.

2. Pengangguran terbuka (X1) adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di kota Bukittinggi tahun 2014-2020 yang diukur dalam

39 Sugiyono,”Metode Penelitian Kuantitatitf Kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta 2011).hlm.38.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.3  Uji Normalitas Data
Tabel 4.5  Uji Autokorelasi  Runs Test  Unstandardize d Residual  Test Value a  .03245
Tabel 4.8  Uji F
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tipe kemiskinan lainnya yang terjadi di Kota Palembang yaitu kemiskinan spiritual (4,5%) dimana masyarakat pada kategori ini belum mampu memenuhi kebutuhan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin anak melalui penerapan teknik modeling pada anak usia 5-6 tahun Semester I di TK 17 Agustus Desa Bungkulan

Sedangkan cara membangun ilmu pendidikan Islam bisa dilakukan dengan cara: Pertama , cara deduksi, yakni dimulai dari teks wahyu atau sabda rasul, kemudian ditafsirkan, dari

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website Fashion's Boutique dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), HTML (Hypertext Markup Language),

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul “ STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION) PADA PT

Faktor Penghambat partisipasi politik pemilih pemula dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2015 di Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek adalah

Akademik didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan akademi yang bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori, dan tanpa arti praktis yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kecanduan smartphone, serta melihat perbedaan kecanduan smartphone berdasarkan jenis kelamin