• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN

DISIPLIN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

I Desak Komang Erlina Dewi

1

, Ni Ketut Suarni

2

, Mutiara Magta

3 1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2

Jurusan Bimbingan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: desakerlina20@yahoo.com

1

, tut_arni@yahoo.com

2

, m_magta@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin anak melalui penerapan teknik modeling pada anak usia 5-6 tahun Semester I di TK 17 Agustus Desa Bungkulan Tahun Pelajaran 2016/2017.Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan dalam dua siklus.Subjek penelitian ini adalah 21 orang anak.Pengumpulan data menggunakan metode observasi.Teknik Ananlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif.Hasil ananlis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan disiplin anak dari penerapan teknik modeling mencapai 20%.Data ini didapat dari perbandingan antara data siklus I dan data siklus II, dimana nilai rata-rata persentase pada siklus I sebesar 68% dan terjadi peningkatan pada siklus II yaitu 88%.Jadi dari kedua tindakan tersebut disiplin anak dapat meningkat.Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dari kondisi awal sampai siklus II disiplin anak mengalami peningkatan setelah penerapan teknik modeling. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik modeling dapat meningkatkan disiplin pada anak usia 5-6 tahun Semester I di TK 17 Agustus Desa Bungkulan Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata-kata kunci: teknik modeling, disiplin, anak usia dini

Abstract

This study aims to improve the discipline of children through the application of modeling techniques in children aged 5-6 years in kindergarten Semester August 17 Bungkulan Village School Year 2016/2017. This type of research is a classroom action research, which was conducted in two cycles. The subjects were 21 children. Collecting data using the method of observation. Ananlisis engineering data used in this research is descriptive statistics and quantitative descriptive statistical analysis methods. Results ananlis data indicate that an increase in child discipline of the application of modeling techniques to reach 20%. This data was obtained from a comparison between the data first cycle and the second cycle of data, where the value of the average percentage in the first cycle of 68% and an increase in the second cycle at 88%. So from both actions discipline children can be increased. This can be evidenced by the results of the first condition to the second cycle of discipline of children has increased after the application of modeling techniques. It can be concluded that the application of modeling techniques can improve discipline in children aged 5-6 years in kindergarten Semester August 17 Bungkulan Village School Year 2016/2017.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan anak pra sekolah merupakan pengalaman awal yang sangat berpengaruh pada kualitas bangsa di masa yang akan datang. Usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam kehidupan anak. Pada masa ini merupakan suatu waktu yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan berbagai potensi anak serta pendidikan karakter mengenai penanaman disiplin sejak dini.

Menurut Slamet Suryanto (dalam Meila, 2015:1-2) menyatakan, anak usia dini dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Anak belum mengetahui tata krama, sopan-santun, aturan, norma, etika dan berbagai hal tentang dunia.Anak juga sedang belajar berkomunikasi dan memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya.Anak juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan

dapat melakukan

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup dalam masyarakat.

Disiplin adalah suatu cara untuk

membantu anak agar dapat

mengembangkan pengendalian diri. Dengan menggunakan disiplin, anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah.Oleh karena itu, bahasan mengenai disiplin ini amat perlu karena dapat menjadi sumber masukan dalam pelayanan sebagai guru, sehingga guru memiliki pemahaman yang benar mengenai disiplin.Selain itu dapat menjadi alat refleksi bagi guru, sehingga guru dapat bersikap yang benar dalam mendisiplinkan anak didiknya.

Menurut Wiyani (dalam Hardhianah dan Christiana, 2012:02) menyatakan “penanaman disiplin yang tepat dilakukan adalah sejak usia dini karena jika perilaku disiplin tersebut dibentuk kepada anak sejak dini nantinya akan menjadi modal yang berharga bagi anak saat mereka dewasa”. Karena pada usia dini adalah usia dimana anak menghormati otoritas guru dalam mendisiplinkan dirinya. Guru yang mampu menanamkan disiplin pada anak saat usia dini akan lebih mudah

mendisiplinkan anak pada saat remaja nanti.

Selama peneliti melakukan observasi dan wawancara pada bulan februari 2016 di TK 17 Agustus Desa Bungkulan terlihat sebagian besar anak berperilaku tidak disiplin, hal ini dapat dilihat pada anak yang tidak tertib dalam mengikuti kegiatan seperti datang ke sekolah tidak tepat waktu dikarenakan telat bangun, menunda mengerjakan tugas dari guru karena sibuk bermain dan mengobrol dengan temannya sehingga pekerjaannya tidak selesai, tidak berbaris dengan rapi sebelum masuk kelas karena saling mendorong dan bercanda dengan temannya, tidak mendengarkan

dan memperhatikan saat guru

menerangkan karena asyik bermain dan berbicara dengan temannya, tidak sabar menunggu giliran selalu berebut ingin lebih dulu saat mencuci tangan, mengambil minuman dan guru membagikan makanan, tidak membuang sampah pada tempatnya dan sering membuang sampah di selokan yang ada di sekolah, ditunggu oleh orang tua saat proses pembelajaran berlangsung, tidak mengucapkan salam dan membalas salam dengan baik karena melamun dan mengobrol dengan temannya ataupun ingin cepat-cepat bermain di luar, serta tidak berdoa sebelum/sesudah melakukan sesuatu seperti sebelum makan dan akhir pembelajaran karena melamun, lupa ataupun mengobrol dengan temannya. Selain itu juga anak sering tidak merapikan mainan saat selesai bermain, apabila ada mainan yang jatuh, anak tidak peduli dan langsung berlari bermain ke luar kelas.Tidak menggunakan benda sesuai dengan fungsinya misalnya anak sering duduk di atas meja ataupun menggunakan balok untuk memukul meja.Tidak mentaati aturan yang dibuat guru saat pembelajaran di kelas.

Berdasarkan pemaparan di atas, kurangnya disiplin anakdisebabkan kurangnya contoh atau teladan secara langsung dari guru karena anak usia dini masih berada dalam tahap meniru (imitasi) orang-orang disekitarnya, kurangnya pengawasan yang dilakukan guru saat anak-anak mencuci tangan di luar membuat anak tidak mau menunggu giliran dan saling dorong- mendorong dengan teman,

(3)

guru jarang memberikan teguran ataupun nasihat kepada anak ketika melakukan kesalahan misalnya anak membuang sampah tidak pada tempatnya, guru membiasakan anak untuk melakukan kegiatan semaunya sendiri tanpa

pengawasan, misalnya mengambil

minuman sendiri sehingga anak-anak saling berebut dan mendorong teman sehingga minuman yang diambil tumpah.

Berdasarkan

permasalahan-permasalahan dan faktor yang

mempengaruhi sikap disiplin anak kelompok B di TK 17 AGUSTUS Desa Bungkulan, perlu diadakan suatu penanganan memperbaiki perilaku-perilaku anak yang selama ini belum dapat menunjukkan disiplin dengan baik. Dimana dalam hal ini, anak usia dini masih berada dalam proses meniru atau imitasi orang-orang disekitarnya contohnya guru mereka di sekolah dan teman sebaya. Guru dapat menjadi seorang model ataupun teladan yang dapat dilihat dan ditiru oleh anak agar dapat berperilaku sesuai dengan aturan. Dalam penerapannya salah satu teknik yang digunakan untuk dapat merubah perilaku anak menjadi lebih disiplin adalah teknik modeling.

Modeling berakar dari teori Bandura dengan teori belajar sosial. Teknik modeling (penokohan) menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, yang ditiru merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku pada orang lain. Istilah modeling

merupakan istilah umum untuk

menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamtan dari orang lain dan perubahan yang terjadi karenanya melalui peniruan.

Bandura (dalam Talib, 2013:4) menyatakan modeling merupakan proses mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru dalam dirinya. Secara sederhana prosedur dasar meneladeni atau meniru (modeling) adalah menunjukkan perilaku seseorang atau

perilaku beberapa orang kepada subjek untuk ditiru.

Perry dan Furukawa (dalam Mandala, 2013:03) mendefinisikan “modeling adalah sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu, atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan”.

Dengan demikian bahwa dengan

menerapkan teknik ini setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dalam mengubah tingkah lakunya terutama disiplin anak di sekolah dan tidak mengulangi kesalahan yang samadengan melihat atau meniru model atau teladan yang ada didekatnya.

Dalam penerapannya teknik modeling dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan disiplin anak.Dimana teknik modeling ini, terdapat tiga macam penokohan yang dapat digunakan dalam penerapannya.Corey (dalam Gunarsa, 2004:222) mengemukakan macam-macam penokohan (modeling).

Pertama, yakni penokohan yang nyata (live model).Modeling nyata adalah model yang dapat dilihat secara langsung oleh anak dalam kehidupannya.Misalnya modeling nyata dalam lingkungan keluarga, orang tua atau kakak ataupun orang dewasa lainnya dapat dijadikan model oleh anak dalam bertingkah laku.Selain itu, apabila anak sudah memasuki dunia pendidikan misalnya lembaga Taman kanak-kanak, guru ataupun teman sebaya dapat dijadikan model oleh anak dalam melakukan sesuatu ataupun bertingkah laku.

Kedua, penokohan yang simbolik (symbolic model).Modeling simbolik adalah model yang tidak dapat ditemui secara langsung oleh anak tetapi anak melihat model melalui media visual ataupun media audio visual.Modeling simbolik ini dapat berupa gambar-gambar suatu tingkah laku yang mencerminkan sikap disiplin. Selain itu juga model simbolik dapat berupa tokoh-tokoh yang dilihat anak dalam acara TV, film animasi, video, cerita yang dapat menarik perhatian anak. Modeling simbolik ini harus dapat menarik perhatian anak sehingga dalam video atau film animasi

(4)

tersebut dapat mempengaruhi anak untuk membentuk perilakunya sesuai dengan objek atau model yang dilihatnya melalu media gambar, video ataupun film animasi.

Ketiga, modeling ganda.Modeling ganda adalah perpaduan antara modeling nyata dan modeling simbolik.Penggunaan modeling ganda biasanya dilakukan secara

berkelompok.Misalnya di kelas

menunjukkan gambar ataupun memutarkan video anak yang mengantri atau menunggu giliran saat mencucui tangan.Setelah melihat dan mendengarkan video tersebut guru membentuk dua kelompok yang berbeda, satu kelompok untuk anak mempraktekkan sesuai dengan gambar atau video yang dilihat dan didengarnya. Sedangkan kelompok yang lain melihat bagaimana satu kelompok teman yang lainnya mempraktekkan seperti yang dilihatnya. Pengamatan anak terhadap temannya dan pemahaman setelah anak melihat dan mendengarkan video tersebut akan membuat anak untuk membentuk sikap baru seperti yang dilihat sebelumnya. Dalam penerapannya teknik modeling ini terdapat empat fase dalam membentuk perilaku anak sesuai dengan perilaku model. Menurut Bandura (dalam Purwanta, 2005:31-33) ada empat fase dalam membentuk perilaku melalui teknik modeling yaitu, “fase perhatian (attentional phase), fase retensi(retention phase), fase reproduksi (reproduction phase) dan fase motivasi (motivational phase)”

Pertama fase perhatian.Pemilihan model harus benar-benar diperhatikan. Sebelum meminta anak untuk meniru model yang diperlihatkan, model harus memiliki daya tarik sehingga anak mau memberikan perhatian pada model tersebut. Pada umumnya individu akan memberikan perhatian pada model-model yang menarik dan popular untuk dilihat. Itulah sebabnya banyak siswa yang meniru pakaian, tata rambut guru yang ada di kelasnya ataupun meniru sikap bintang film yang dilihatnya di televisi.

Kedua fase retensi. Pada tahap ini anak akan diberikan kesempatan untuk merespon setiap perilaku model untuk direspon dalam memori otaknya. Penggunaan modeling dalam kehidupan anak harus benar-benar diperhatikan

karena setiap perilaku yang dilihat dan kata-kata yang didengarnya akan disimpan dalam memori otaknya. Anak diajak untuk membayangkan karakter dan setiap perilaku tokoh. Seperti apa tokoh yang di perhatikan sebelumnya dan bagaimana tokoh tersebut, inilah yang akan tersimpan di dalam memori otak anak.

Ketiga fase reproduksi.Dalam tahap ini model dapat melihat apakah komponen-komponen dalam suatu urutan perilaku yang dilakukannya telah dikuasi oleh pengamat.Dalam fase ini anak diminta untuk mempraktekkan secara langsung bayangan-bayangan model yang sudah anak simpan dalam memori otaknya.Agar seseorang dapat mereproduksi perilaku model dengan lancar dan mahir diperlukan latihan berulang kali dan umpan balik terhadap perilaku yang ditiru.

Keempat, fase motivasi. Pada fase ini anak meniru perilaku model karena dirinya akan mendapatkan suatu hadiah atau pujian. Hadiah ataupun pujian tersebut dijadikan motivasi anak untuk dapat

mengulang perilaku yang telah

dialkukannya.Motivasi yang diberikan dalam bentuk sesuatu yang menyenangkan untuk anak.

Penerapan teknik modeling yang sudah dijelaskan diatas digunakan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan perilaku disiplin anak.Disiplin sangat perlu distimulasi sejak anak usia dini. Disiplin ini dapat menjadi bekal untuk anak berperilaku sesuai dengan norma-norma sesuai dengan lingkungannya, apalagianak usia dini masih dalam tahap meniru sehingga apapun yang yang anak-anaklihat akan ditiru oleh anak termasuk perilaku disiplin.

Hurlock (1978:82) menyatakan, disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni seorang anak yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.

Agar anak dapat berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka, maka disiplin

(5)

harus memiliki empat unsur pokok dalam pembentukan perilaku setiap anak.

Pertama, peraturan. Pokok pertama disiplin adalah peraturan.Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku.Pola tersebut mungkin ditetapkan

orang tua, guru, atau teman

bermain.Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, ruang makan sekolah, kamar kecil atau ruang bermain sekolah.

Kedua, Hukuman. Pokok kedua disiplin ialah hukuman. Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Dalam hal anak kecil, kita tidak dapat berasumsi bahwa mereka sengaja melakukan tindakan terlarang, kecuali jika terdapat bukti bahwa mereka telah mengerti peraturan kelompok sosial yang diajarkan orang tua atau guru. Tetapi dengan meningkatnya usia, wajarlah bila mereka dianggap telah belajar tentang yang mana benar dan mana yang salah.

Ketiga, penghargaan.Pokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan.Istilah “penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung.Sebagaimana istilah ini menyatakan, penghargaan menyusul hasil yang dicapai. Oleh sebab itu penghargaan berbeda dari suapan, yang merupakan suatu janji akan imbalan yang digunakan untuk membuat orang berbuat sesuatu. Sebab itu suapan terutama diberikan sebelum suatu tindakan dan bukan sesudah suatu tindakan, seperti dalam hal penghargaan.

Keempat, Konsistensi.Pokok keempat disiplin ialah konsistensi.Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas.Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan. Sebaliknya, artinya ialah suatu kecendrungan menuju

kesamaan.Konsistensi harus menjadi cirri semua aspek disipllin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak menyesuaikan pada standar, dan dalam

penghargaan bagi mereka yang

menyesuaikan.

Semiawan (dalam Sukisni, 2013:6-7), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan. Pertama, jenis kelamin.Jenis kelamin, anak laki-laki menunjukkan kedisiplinan yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak.

Kedua, Status Sosial Ekonomi, anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih disiplin dari anak kelompok yang status ekonominya lebih rendah, karena pada anak yang berstatus sosial ekonominya tinggi cenderung dididik secara demokratis..Lingkungan anak kelompok sosial ekonomi tinggi lebih banyak

berkesempatan untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk berdisiplin. Ketiga, Urutan kelahiran, anak dari berbagai urutan menunjukkan tingkat kedisiplinan yang berbeda.Anak yang lahir pertama banyak mengalami penekanan dari orang tua untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tua, sehingga tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi penurut. Keempat,

lingkungan. Lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada disekitar anak, yang terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu lingkungan yang berpengaruh adalah lingkungan sekolah, yang salah satu unsurnya adalah guru.Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menigkatkan kedisiplinan anak adalah dengan teknik modeling. Kelima, Intelegensi. Anak yang pandai kedisiplinannya lebih tinggi karena selalu ingin cepat bisa dan berhasil.

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan disiplin anak setelah penerapan teknik modeling pada anak usia 5-6 tahun Semester I di TK 17 Agustus Desa Bungkulan tahun pelajaran 2016/2017.

(6)

Secara teoretis manfaat hasil penelitian ini ada dua yaitu sebagai berikut. (1) hasil penelitian diharapkan dapat

bermanfaat bagi pengembangan

pendidikan khususnya tentang teknik atau strategi dalam pembelajaran di PAUD. (2) Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu pendidikann,

khususnya pada teknik modeling dalam meningkatkan disiplin anak. Secara praktis ada bagi anak, bagi guru PAUD, bagi kepala TK, dan bagi peneliti lain. (1) Bagi anak diharapkan dapat melihat secara langsung atau menggunakan media tentang contoh atau teladan dari teknik modeling yang dilakukan oleh guru ataupun yang dilakukan oleh teman yang lain (2) bagi guru PAUD hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta masukan berharga bagi para guru dan dapat menjadi model atau contoh dalam melakukan kegiatan dalam meningkatkan disiplin anak. (3) Bagi Kepala TK Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi berharga bagi kepla sekolah untuk mengambil suatu kebajikan yang paling tepat dalam meningkatkan disiplin anak.(4) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi peneliti lain sebagai referensi dalam melakukan penelitian dengan aspek dan variabel lain yang diduga dapat memiliki kontribusi yang tepat tentang pembelajaran di lembaga PAUD.

METODE

Penelitian ini dilakukan di TK 17 Agustus Desa Bungkulan. Penelitian ini dilaksankan pada Semester I tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun TK 17 Agustus Desa Bungkulan pada tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 orang anak yang terdiri atas 12 orang anak perempuan dan 9 orang orang anak laki-laki. Padaanak usia 5-6 Tahun Semester I tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun semester I pada tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 orang dengan 12 orang anak perempuan dan 9 orang anak laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah

meningkatkandisiplin anak melalui penerapan teknik modeling.

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas.Penelitian ini digunakan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas terutama dalam memperbaiki ataupun meningkatkan disiplin anak melalui teknik modeling. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada aspek disiplin anak usia 5-6 tahun di TK 17 Agustus Desa Bungkulan Semester I.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus satu ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus dua dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Penelitian yang dilakukan di TK 17 Agustus Desa Bungkulan tentang disiplin anak dengan penerapan teknik modeling

menggunakan metode

observasi.Nurkancana (dalam Agung, 2014:94) menyatakan bahwa, “observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalanmengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012:76) menyatakan bahwa “Metode analisis deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti : distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi”. Penggunaan rumus-rumus tersebut dilakukan untuk menggambarkan suatu objekvariabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam , (a) tabel distribusi frekuensi, (b) menghitung angka rata-rata , (c) menghitung median, (d) menghitung modus

(7)

dan (e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam membentuk angka-angka atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan disiplin anak melalui teknik modeling. Untuk menentukan tinggi atau rendahnya hasil belajar digunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dilaksanakan di TK 17 Agustus Desa Bungkulan pada anak usia 5-6 Tahun. Penelitian ini dilaksankan dalam dua siklus, dimana siklus I dan siklus II terdiri atas 10 kali pertemuan.Penelitian siklus I dilaksankan dari tanggal 26

September sampai 04 Oktober

2016.Selanjutnya siklus II dialksanakan dari tanggal 05 Oktober sampai 13 Oktober 2016.Data yang dikumpulkan adalah mengenai perilaku disiplin anak dengan penerapan teknik modeling.

Berdasarkan hasil analisis satatistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan teknik modeling untuk meningkatkan disiplin anak diperoleh rata-rata pada siklus I sebesar 68% yang berada pada kategori sedang.Data dapat disajikan kedalam grafik polygon pada hasil disiplin anak pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik pada gambar 1 berikut.

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon pada gamabr 1 terlihat Mo<Md<M (18<20<21,8). Jika nilai modus lebih kecil dari median dan mean maka dapat disimpulkan sebaran skor disiplin anak cenderung rendah. Dari nilai M% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa hasil disiplin anak pada siklus I berada pada kategori sedang. Hal ini berarti hasil penelitian pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yang ditentukan sehinggan untuk

mencapai ketuntasan sesuai kriteria maka penelitian perlu dilanjutkan ke siklus II.

Gambar 1. Grafik Polygon Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hasil belajar anak khususnya tentang perilaku anak masih dalam kategori sedang.Hal ini dijadikan refleksi untuk perbaikan dan perlau ditingkatkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

Kendala yang pertama yaitu terdapat beberapa anak yang kurang fokus memperhatikan guru saat penerapan teknik modeling. Ada dua orang anak yang sering berbicara, mencolek-colek teman satu kelompoknya dan satu orang anak laki-laki yang terlihat lebih fokus untuk melihat di luar kelas daripada memperhatikan guru saat menjelaskan di depan kelas.

Kendala yang kedua anak kurang aktif dalam menjawab pertanyaan guru, ketika guru sudah selesai bercerita ataupun menayangkan video dalam penerapan teknik modeling. Pada saat guru mengadakan tanya jawab tentang perilaku model masih sedikit anak yang bisa bercerita tentang perilaku model sehingga anak kurang mengingat perilaku-perilaku model yang ditampilkan.

Kendala yang ketiga Guru kurang memberikan suatu penghargaan ataupun

(8)

penguatan kepada anak ketika perilaku anak sudah mulai menunjukkan perilaku yang sesuai dengan model ataupun tokoh yang ada pada gambar, diceritakan oleh guru ataupun pada saat anak-anak menonton video.

Adanya beberapa kendala yang terjadi pada saat kegiatan siklus I, maka dilakukanlah suatu perbaikan.Perbaikan ini dengan mencari solusi untuk lebih meningkatkan disiplin anak. Perbaikan tersebut diantaranya solusi untuk kendala yang pertama yaitu sebelum penerapan teknik modeling terlebih dahulu guru menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk anak. Guru mengatur tempat duduk anak-anak untuk dihadapkan ke depan dan pada saat awal sampai akhir pembelajaran lebih baik pintu ruangan kelas ditutup. Dimana dengan cara ini, anak akan mau lebih fokus dan berkonsentrasi selama guru menerapkan teknik modeling.

Solusi untuk kendala yang kedua Pada saat penerapan teknik modeling dengan kegiatan bercerita, guru sebaiknya tidak terlalu terburu-buru dalam menceritakan tokoh ataupun model dan guru diminta menyangkan video secara bertahap. Apabila perilaku model tentang perilaku disiplin sudah terlihat di video, guru menghentikan sesaat dan bertanya kepada anak tentang perilaku yang ditunjukkan oleh model. Sebaiknya guru meminta anak dengan perilaku disiplin yang masih kurang untuk menceritakan tentang perilaku model dengan cara memberi stimulus berupa pertanyaan. Dimana dengan cara seperti itu anak-anak akan lebih mengingat ataupun bisa menceritakan secara sederhana tentang perilaku-perilaku model yang anak dengar saat guru bercerita ataupun yang anak dengar dan anak lihat saat menonton video.

Solusi untuk kendala yang ketiga yaitu Pada saat pelaksanaan, apabila anak-anak sudah mulai menunjukkan ataupun mulai meniru perilaku disiplin seperti tokoh atau model pada saat penerapan teknik modeling guru bisa memberikan motivasi dan penghargaan kepada anak seperti pujian, meminta anak lain untuk memberikan tepuk tangan, mengancungkan kedua jempol kepada anak.

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama delapan kali pertemuan. Data hasil penerapan teknik modeling untuk meningkatkan disiplin anak disajikan dalam grafik polygon yaitu sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik Polygon Siklus II

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon diatas terlihat Mo>Md>M (30>29>28,4). Jika nilai modus lebih besar dari median dan mean, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran skor disiplin anak cenderung tinggi. Rata-rata hasil penelitian disiplin anak pada siklus II sebesar 88%. Nilai rata-rata persen jika dikonversikan kedalam PAP skala lima rata-rata persen berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa disiplin anak dengan penerapan teknik modeling berada pada kategori tinggi.

Melalui perbaikan proses

pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran melalui penerapan teknik modeling khususnya dalam perilaku disiplin anak di lingkungan sekolah. Anak-anak menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dan pada saat penerapan teknik modeling.Anak-anak sudah bisa menunjukkan perilaku disiplin sesuai

(9)

dengan perilaku model.Peningkatan pada siklus II ini terlihat pada rata-rata persen peningkatan disiplin anak dengan penerapan teknik modeling dari kategori sedang menjadi tinggi. Dalam penelitian di siklus II, guru selalu memberikan penghargaan ataupun pujian dalam bentuk memberikan tepuk tangan , mengacungkan kedua jempol, mengatakan “anak pintar” kepada anak yang sudah mampu menunjukkan perilaku disiplin sesuai dengan perilaku model.

Secara umum proses penerapan disiplin untuk meningkatkan disiplin anak sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) disiplin anak dari siklus I (68%) ke siklus II (88%) sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan

Penelitian yang dilakukan di TK 17 Agustus Desa Bungkulan yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan disiplin anak setelah penerapan teknik modeling. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik modeling dapat meningkatkan disiplin anak. Hal ini dapat terlihat dengan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil pengamatan, semua anak telah mampu menunjukkan perilaku disiplin dengan baik dan meningkat di semua indikator. Anak-anak sudah mampu menunjukkan perilaku-perilaku disiplin sesuai dengan model ataupun tokoh pada saat anak-anak menonton video ataupun saat guru menunjukkan gambar dan bercerita di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif dapat diperoleh rata-rata persentase disiplin anak dalam datang tepat waktu, mentaati aturan yang telah disepakati, mengambil dan mengembalikan benda sesuai dengan tempatnya, menggunakan benda sesuai dengan fungsinya, tertib menunggu giliran, membuang sampah pada tempatnya, menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu, merapikan mainan dan barang pribadi miliknya ketika siklus I diperoleh nilai rata-rata Mean (M) sebanyak 21,8,

Median (Md) sebanyak 20, dan Modus (Mo) sebanyak 18. Berdasarkan perhitungan tersebut, terlihat Mo<Md<M (18<20<21,8). Setelah dihitung rata-rata skor presentase disiplin anak diperoleh nilai sebesar 68%. Nilai 68% apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima, maka nilai tersebut pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa nilai 68% termasuk ke dalam kriteria sedang sehingga perlu dilakukan peningkatan tindakan pada siklus II.

Hasil analisis penelitian tindakan kelas siklus II menunjukkan nilai Modus (Mo) sebanyak 30, median (Md) sebanyak 29, dan Mean (M) sebanyak 28,4. Berdasarkan perhitungan tersebut, terlihat Mo>Md>M (30>29>28,4). Nilai rata-rata skor presentase disiplin anak sebesar 88%. Apabila disesuaikan dengan kriteria penilaian PAP skala lima, maka nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti nilai 88% sudah mencapai harapan ketuntasan yaitu berada pada kriteria tinggi. Hal ini membuktikan bahwa adanya peningkatan presentase rata-rata skor disiplin ank sebanyak 20% dari siklus I ke siklus II.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik modeling dapat meningkatkan disiplin pada anak usia 5-6 tahun semester I di TK 17 Agustus Desa Bungkulan Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan presentase disiplin anak pada siklus I sebesar 68% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase disiplin anak sebesar 88% yang berada pada kategori tinggi.

Hal ini didukung dengan adanya media gambar, dan audio visual yang digunakan selam penerapan teknik modeling yang dapat menarik peerhatian anak. Penghargaan juga menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku disiplin anak dalam penerapan teknik modeling.

(10)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditunjukkan beberapan saran sebagai berikut. Kepada

anak disarankan harus selalu

memperhatikan dan fokus ketika guru memberikan suatu bimbingan ataupun nasehat tentang perilaku disiplin disekolah. Dimana dengan ini, pembelajaran disiplin yang anak dapatkan di lingkungan sekolah dapat menjadi bekal ataupun dapat diterapkan di luar lingkungan sekolah yakni lingkungan keluarga ataupun di lingkungan tempat anak-anak bermain.

Kepada guru diharapkan dapat melanjutkan penerapan teknik modeling ini dalam melihat dan menunjukkan perilaku disiplin anak di lingkungan sekolah. Selain itu juga guru lebih aktif dalam memberikan stimulasi dan memperhatikan setiap perilaku disiplin yang ditunjukkan anak di lingkungan sekolah. Kepada Kepala TKpenelitian ini dapat digunakan sebagai masukan oleh sekolah dan untuk menyempurnakan metode pembelajaran yang sudah ada khususnya dalam meningkatkan disiplin anak di lingkungan sekolah. Kepada peneliti lain, penelitian ini masih merasa jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih aktif dalam menstimulasi dan memberikan motivasi pada perilaku anak sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.

Singaraja : Undiksha.

Gunarsa, D Singgih. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hardhianah dan Christiana. 2013.

Pemberian Penghargaan Berupa Stiker Gambar dalam Meningkatkan Perilaku Disiplin Anak Usia Dini di TK Bintang Sembilan Lamongan.

Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 01 Tahun 2013. Tersedia pada

http://www.ejournal.unesa.ac.id/articl

e/8910/13/article.pdf (diakses pada pada 30 maret 2016)

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Edisi VI. Jakarta: Erlangga Mulyasa, H.E. 2014. Manajemen PAUD.

Bandung: Remaja Rosdakarya Purwanta, Edi. 2005. Modifikasi Perilaku

Alternatif Penaganan Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan

Tenaga Kependidikan dan

Gambar

Gambar 1. Grafik Polygon Siklus I
Gambar 2. Grafik Polygon Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian disiplin anak melalui metode bercerita di TK PGRI I Desa Hanjuang Kecamatan Bungbulang setelah melakukan tindakan menunjukkan adanya perubahan

Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Penerapan Teknik Scaffolding di PAUD Cemerlang. Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Adakah pengaruh yang signifikan dari metode bercerita terhadap pembentukan disiplin anak usia 5- 6 tahun di TK An-Nisa, (2)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan pembelajaran outdoor pada anak usia 5-6 tahun kelompok B2 di TK Immanuel II

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan pembelajaran outdoor pada anak usia 5-6 tahun kelompok B2 di TK Immanuel II

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti tentang penerapan kegiatan bercerita dalam pembentukan karakter anak usia 5-6 tahun di TK Al-Hidayah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan pembelajaran outdoor pada anak usia 5-6 tahun kelompok B2 di TK Immanuel II

Analisis Hasil Penerapan Teknik Modeling dalam Meningkatkan Minat Membaca Al-Qur’an pada Santri TPQ Bany Karim Desa Langko Upaya yang dilakukan ustadz maupun ustadzah untuk