Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI
MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK
CERITA BERPASANGAN
(Penelitian Tindakan Kelas di TK Bhayangkari 17 Kelompok B, Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh:
Dwi Oktaviani Wulandari
0902847
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI
MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK
CERITA BERPASANGAN
(Penelitian Tindakan Kelas di TK Bhayangkari 17 Kelompok B, Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh:
Dwi Oktaviani Wulandari
0902847
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI
MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK
CERITA BERPASANGAN
(Penelitian Tindakan Kelas di TK Bhayangkari 17 Kelompok B, Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi 2013/2014)
Oleh:
Dwi Oktaviani Wulandari 0902847
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
©Dwi Oktaviani Wulandari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
LEMBAR PENGESAHAN
DWI OKTAVIANI WULANDARI NIM. 0902847
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK
CERITA BERPASANGAN
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B
Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 17 Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd NIP. 19600707 198601 2 001
Pembimbing II
Rudiyanto, S.Pd., M.Si NIP. 19740617 199003 1 003
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
ABSTRAK
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak
Melalui Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan
Oleh : Dwi Oktaviani Wulandari
0902847
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangkari 17 Cimahi. Permasalahan yang sering ditemukan adalah banyak anak kelompok B yang berbicara tersendat-sendat dalam menyampaikan pesan/informasi sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas, anak masih belum berani untuk berbicara di depan kelas, ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya, ditekankan pada model yang banyak diwarnai dengan ceramah dan lebih berpusat pada guru. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini : (1) Bagaiamana kondisi objektif keterampilan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 sebelum diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan? (2) Bagaimana penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17? (3) Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17 setelah menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan? (4) Kendala apa saja yang dihadapi guru ketika diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang meningkatnya kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas. Setiap tindakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini anak kelompok B TK Bhayangkari 17 Cimahi yang berjumlah 18 orang anak. Kemampuan berbicara anak setelah dilakukan tindakan menunjukkan adanya peningkatan setiap siklus. Anak dapat mengucapkan kata, mengembangkan kosakata dan membentuk kalimat. Rekomendasi bagi guru dalam penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan adalah guru harus mengetahui langkah-langkah dalam penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
MPROVE SPEAKING OF CHILDREN SKILL THROUGH COOPERATIVE
LEARNING METHOD WITH PAIRS STORY TECHNIQUE
DWI OKTAVIANI WULANDARI1, OCIH SETIASIH2, RUDIYANTO3
TEACHER EDUCATION PROGRAM OF EARLY CHILDHOOD EDUCATION FACULTY OF EDUCATION SECIENCE
INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION
ABSTRACT
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
BAB II MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK CERITA BERPASANGAN
A. Perkembangan Bahasa Anak………...
1. Pengertian Bahasa………...
2. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa………
B. Kemampuan Berbicara Anak………....
1. Pengertian Kemampuan Berbicara………...
2. Tujuan Berbicara………...
3. Tahapan Perkembangan Berbicara Anak………
4. Tugas Utama Dalam Berbicara………...
5. Prinsip-Prinsip Berbicara Anak………..
6. Penilaian Kemampuan Berbicara………... C. Metode Cooperative Learning dalam Pembelajaran TK……….
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif………...
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif………..
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………
4. Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Kooperatif………... 5. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif………...
6. Teknik Pembelajaran Kooperatif………
D. Teknik Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Cerita
Berpasangan………..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian………...
B. Desain Penelitian………...
1. Teknik Pengumpulan Data……….. 2. Instrumen Penelitian………...
D. Definisi Operasional………..
E. Teknik Analisis Data………...
1. Reduksi data………
2. Pendeskripsian Data………
3. Penarikan Kesimpulan………... F. Lokasi dan Subjek Penelitian………...
1. Lokasi Penelitian……….
2. Subjek Penelitian………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………...
1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B TK Bhayangkari 17 Cimahi……... 2. Penggunaan Metode Cooperative Learning Dengan Teknik
Cerita Berpasangan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B TK Bhayangkari 17………... 3. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... 4. Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... B. Pembahasan
1. Kondisi Objektif Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B TK
Bhayangkari 17 Cimahi………...
2. Pelaksanaan Penerapan Metode Cooperative Learning Dengan Teknik Cerita Berpasangan dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Kelompok B TK Bhayangkari
17………... 3. Kemampuan Berbicara Anak Setelah Diterapkan Metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... 4. Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan…….... BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
DAFTAR BAGAN
Tabel Halaman
DAFTAR TABEL
Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak menurut Jean Piaget …………...
Kisi-kisi Instrumen Penelitian………
Kemampuan Berbicara Anak Sebelum Diberi Tindakan ….……….
Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Sebelum Diberi Tindakan ….
Persentase Berbicara Anak Sebelum Diberi Tindakan ………..
Kemampuan Berbicara Anak Menggunakan Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan (Siklus 1) ………..
Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Siklus 1 ……….
Persentase Kategori Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siklus 1 ……...
Kemampuan Berbicara Anak Menggunakan Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan Siklus 2 ……….
Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Siklus 2 ………
Persentase Kategori Meningkatan Kemampuan Berbicara Siklus 2 ……….
Berbicara Anak Menggunakan Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan Siklus 3………..
Data Observasi Kemampuan Berbicara Anak Siklus 3 ………
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014 4.11
4.12
Persentase Kategori Meningkatan Kemampuan Berbicara Siklus 3 ……… 94
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena
bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada
orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Keraf (2004:1), bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pengembangan bahasa di TK ialah usaha atau kegiatan mengembangkan
kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya melalui
bahasa.
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri
dari keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca
dan keterampilan menulis (Tarigan,1984:1). Keempat keterampilan tersebut
memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu
kesatuan. Keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena
dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi
dengan orang lain, sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 diungkapkan bahwa
standar tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak untuk anak usia dini
yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan.
Pentingnya perkembangan bahasa dalam pendidikan anak usia dini
menurut Yusuf (2000) bahwa setiap anak memiliki potensi perkembangan
bahasa agar dapat berinteraksi dan dapat tumbuh serta berkembang menjadi
individu dengan kecerdasan berbahasa yang baik, maka dalam kegiatan
pengajaran dan pendidikan di TK sudah seharusnya jika guru membantu
merangsang perkembangan bahasa dalam diri anak menjadi kebutuhan anak
dalam memanfaatkan masa-masa keemasan dalam hidupnya. Pada masa ini
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
bermanfaat bagi mereka dalam memahami dan menguasai lingkungannya.
Dengan kemampuan berbahasa yang baik maka anak akan mudah menerima
stimulus yang diterima dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di TK mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan kemampuan berbicara anak. Kemampuan berbicara
merupakan aspek yang penting yang perlu dikuasai anak, khususnya
mempengaruhi perkembangan kognisinya karena dengan berbicara anak
dapat mengkomunikasikan pendapat dan pikirannya. Tetapi ketika melihat
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak semua anak mampu
menguasai keterampilan berbicara, ketidakmampuan anak berkomunikasi
secara baik karena keterbatasan kemampuan menangkap pembicaraan anak
lain atau tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang lain
secara benar.
Berdasarkan hasil pengamatan di TK Bhayangkari 17 Cimahi dan
wawancara dengan guru kelas kelompok B, kemampuan anak dalam
berbicara masih rendah. Hal ini dapat diamati pada saat anak menyampaikan
pesan/informasi. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh anak tersebut kurang
jelas. Anak berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak
jelas. Ada pula di antara anak didik yang tidak mau berbicara di depan kelas.
Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya anak
lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang anak ada
yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya itu
salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para anak didik belum
menunjukkan keberanian. Kegiatan belajar mengajarpun guru masih
melakukan kegiatan klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model yang
banyak diwarnai dengan ceramah dan lebih berpusat pada guru, contohnya
guru tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan
gagasannya. Hal ini mengakibatkan anak kurang terlibat dalam kegiatan
Kegiatan ini mengakibatkan anak kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas
belajar.
Melihat kondisi nyata tentang kemampuan berbicara anak di TK
Bhayangkari 17 melalui refleksi awal dan diskusi dengan guru kelas
kelompok B1, sebagai solusi untuk mengatasi masalah meningkatkan
kemampuan berbicara terdapat banyak metode yang dapat digunakan,
metode tersebut antara lain metode bercerita, metode bercakap-cakap, metode
tanya jawab, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode bermain
peran, metode eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas dan
metode cooperative learning. Dari berbagai metode tersebut yang akan
diangkat dalam penelitian ini, untuk meningkatkan kemampuan berbicara
anak dilakukan dengan menggunakan metode cooperative learning. Untuk
lebih memudahkan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) ada beberapa teknik yang bisa digunakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan atau kompetensi yang diinginkan dicapai oleh
anak, yaitu teknik mencari pasangan, teknik bertukar pasangan, teknik
berfikir, teknik berpasangan, teknik betempat, teknik berkirim salam dan soal,
teknik kepala bernomor, teknik kepala bernomor tersrtruktur, teknik dua
tinggal dua tamu, teknik keliling kelompok, teknik kancing gemerincing,
teknik keliling kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar, teknik tari
bamboo, teknik jigsaw, dan teknik bercerita berpasangan.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bekerja sama
dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa
bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota
kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain
dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
kelompok ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah
kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan individu adalah
keberhasilan kelompok.
Sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK
Bhayangkari 17 Cimahi adalah digunakannya metode cooperative learning
dengan teknik cerita berpasangan. Metode cooperative learning dengan
teknik cerita berpasangan ini dapat mengoptimalkan partisipasi atau
keikutsertaan anak dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengungkapkan gagasan/pendapatnya, serta mengajarkan
anak untuk saling bekerja sama. Berdasarkan pernyataan tersebut diharapkan
akan merangsang anak untuk mau berbicara mengungkapkan gagasannya dan
lebih komunikatif dengan teman kelompoknya dalam suasana yang
menyenangkan dan bersahabat.
Penelitian yang dilakukan oleh Emma Rahmawati (2009) di TK
INDRI dengan judul “Pengaruh pembelajaran kooperatif dengan teknik
Jigsaw terhadap tingkat kecerdasan emosi anak TK” menunjukkan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di TK INDRI dapat
meningkatkan kecerdasan emosi dengan hasil kategori tinggi sebanyak 11
anak dengan persentasi 79% sedangkan anak dengan tingkat kecerdasan
rendah 21%.
Kondisi tersebut melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak
Usia Dini Melalui Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita
Berpasangan ”.
Dari permasalahan yang telah diungkapkan diatas, penulis dapat
merumuskan beberapa permasalahan, dan perumusan permasalahan dari
penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
Rumusan masalah secara umum adalah bagaimana upaya meningkatkan
kemampuan berbicara anak TK melalui metode cooperative lerning dengan
teknik cerita berpasangan, agar penelitian lebih terarah maka rumusan
masalah ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berbicara anak TK Kelompok B
di TK Kemala Bhayangkari 17 sebelum diterapkan metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan?
2. Bagaimana penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak TK
Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 17?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di
TK Kemala Bhayangkari 17 setelah menggunakan metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan?
4. Kendala apa saja yang dihadapi guru ketika diterapkan metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17?
C. Tujuan Penelitian
Perumusan tujuan dalam suatu penelitian merupakan hal yang paling
penting, karena tujuan yang jelas akan mengarahkan penelitian dalam
mencapai sasaran yang tepat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berbicara anak sebelum
diterapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan di TK Kemala Bhayangkari 17.
2. Mengetahui penerapan metode cooperative learning dengan teknik cerita
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
3. Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak setelah diterapkan
metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.
4. Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menerpakan metode
cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan di TK Kemala
Bahayangkari 17.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi
semua pihak khususnya guru TK, Program Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini, bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi orang tua anak
didik dan pihak-pihak terkait yang memerlukan sehingga dapat memberikan
nilai positif untuk peningkatan kemampuan pengembangan bahasa
khususnya kemampuan berbicara anak. Secara spesifik manfaat yang
diharapkan tersebut diantaranya:
1. Bagi guru TK, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator dalam
meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini melalui metode
cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.
2. Bagi Prodi PGPAUD sebagai lembaga yang menghasilkan calon guru
PAUD, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk senantiasa
meningkatkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik terutama
dalam meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode
kooperatif bagi anak usia dini.
3. Bagi peneliti sendiri penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
dan mengembangkan suatu cara dalam meningkatkan kemampuan
berbicara pada anak usia dini melalui metode cooperative learning dengan
teknik cerita berpasangan. .
4. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan para orang tua
memahami pembelajaran berbicara di Taman Kanak-Kanak, sehingga
kebebasan anak untuk menyampaikan ide/gagasannya dan menikmati
dunia anak yang sesungguhnya sangat menyenangkan menjadi lebih
terbentang luas dalam kegiatan berbicara melalui metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan.
E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi
Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini terdiri dari BAB I
yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian yang ditujukan baik bagi guru, bagi Prodi
PG PAUD, bagi peneliti selanjutnya dan bagi orang tua, serta struktur
organisasi penulisan skripsi.
BAB II membahas kajian teori tentang perkembangan bahasa anak,
kemampuan berbicara anak, metode cooperative learning, serta metode
cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.
BAB III akan membahas tetntang metode penelitian, desain
penelitian, teknik pengumpulan data dan instrument penelitian, definisi
operasional, teknik analisis data serta lokasi dan subjek penelitian.
BAB IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian hasil
penelitian berisi tentang kondisi objektif kemampuan berbicara anak
kelompok B TK Bhayangakari 17 Cimahi, penerapan metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan dalam meningkatkan
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
peningkatan kemampuan berbicara anak TK Kelompok B di TK
Bhayangkari 17 Cimahi setelah menggunakan metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan dan kendala yang dihadapi guru
dalam menerapkan metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan. Sedangkan pada bagian pembahasan berisi tentang
kemampuan berbicara anak kelompok B TK Bhayangakari 17 Cimahi
sebelum penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan, pelaksanaan pembelajaran metode cooperative learning
dengan teknik cerita berpasangan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara anak usia dini di TK Bhayangkari 17 Cimahi, kemampuan
berbicara anak usia dini di TK Bhayangkari 17 Cimahi setelah penggunaan
metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan, serta
kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode cooperative
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses pembelajaran, serta mengatasi permasalahan kemampuan
berbicara yang terjadi di lapangan. Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut
Wiriaatmadja (2008), secara ringkas penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka
dapat mencotohkan suatu gagasan perbaikan dalam pembelajaran mereka, dan
melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Menurut Iskandar (2009), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, dan
empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan guru atau dosen
(tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti,
sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata
di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan
meningkatka kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh
guru atau dosen/pengajar peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak
ada lagi permaslahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas.
Selain itu menurut Syamsudin dan Damaianti (2009:193), PTK adalah
bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya,
kita tidak melakukan penelitian ini secara sendiri, tetapi akan berkolaborasi dan
berpartisipatif. Artinya, kita tidak melakukan penelitian ini secara sendiri,
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
sama dalam hal permaslahan penelitian, misalnya atau dengan kawan, dosen
atau dengan kepala sekolah yang ingin mengetahui bagaimana sebenarnya
melaksanakan PTK itu. Secara berpartisipatif kita bekerja sama dengan
mereka, sebagai mitra peneliti, langkah demi langkah.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai yaitu memperoleh gambaran yang jelas tentang meningkatkan
kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative learning dengan
teknik cerita berpasangan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara
kolaboratif oleh peneliti dan guru sebagai praktisi dengan mengambil latar
alamiah di kelas.
B.Desain Penelitian
a) Perencanaan
1. Kegiatan Siklus 1
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I, peneliti
menyusun suatu rencana kegiatan yang akan diberikan kepada anak-anak
sesuai dengan masalah dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam
meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode cooperative
learning dengan teknik cerita berpasangan.
2. Kegiatan Siklus II
Apabila belum tercapainya aktifitas anak yang maksimal pada
kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti menyusun suatu rencana
kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II yang akan diberikan kepada
anak-anak sesuai dengan masalah dan kelemahan-kelemahan yang
ditemukan pada siklus I dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak
melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita berpasangan.
3. Kegiatan Siklus III
Apabila belum tercapainya aktifitas anak yang maksimal pada
rencana kegiatan perbaikan pembelajaran siklus III yang akan diberikan
kepada anak-anak sesuai dengan masalah dan kelemahan-kelemahan yang
ditemukan pada siklus I dan II dalam meningkatkan kemampuan berbicara
anak melalui metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan.
Dalam pelaksanaan PTK peneliti melakukan persiapan untuk
melaksanakan perbaikan melalui 3 siklus mulai dari perencanaan sampai
dengan refleksi. Hal tersebut diuraikan dengan gambar sebagai berikut :
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Orientasi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Dilanjutkan Ke Siklus Berikut?
Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan Perbaikan Perencanaan
Orientasi Perencanaan Pengamatan
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
Bagan 3.1
Sumber: Arikunto, 2010
b) Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas B1 di
TK Bhaynagkari 17 Cimahi yang dilaksanakan pada bulan September 2013.
Dalam pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah merancang teknik yang
akan digunakan dalam pembelajaran sekaligus bertindak sebagai guru.
Peneliti bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan tindakan, agar
peneliti dapat melaksanakan perannya berdasarkan rencana. Sehingga apa ya
ng menjadi tujuan dari penelitian ini tercapai dan dapat menghasilkan
peningkatan prestasi belajar yang lebih baik terutama dalam kemampuan
berbicara anak.
c) Pengamatan atau Observasi
Untuk mengumpulkan informasi atau data dalam penelitian ini maka
penulis menggunakan instrument penelitian perkembangan anak yaitu melalui
pengamatan (observasi). Setelah ketiga siklus dilakukan, peneliti juga akan
melaksanakan penilaian. Hasil yang didapat pada pembelajaran siklus I pada
pertemuan 1 sampai 2 akan dimasukkan kedalam instrumen penilaian. Pada
perbaikan pembelajaran siklus II kegiatan perbaikan dilaksanakan sebanyak 2
kali yaitu pertemuan 1 sampai 2. Pada perbaikan pembelajaran siklus III
kegiatan perbaikan dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pertemuan 1 sampai 2.
Untuk mengetahui hasil dari perbaikan pembelajaran penulis melakukan
pengamatan atau observasi untuk pengumpulan data dengan mengguanakan
lembar instrument yang diisi dengan tanda checklist. Pada lembar observasi
guru menyediakan penilaian dalam kategori baik (B), cukup (C), kurang (K).
Baik (B) apabila anak mampu melakukan semua kegiatan pembelajaran tanpa
pembelajaran namun masih memerlukan sedikit bantuan guru, kurang (K)
apabila anak belum mampu melakukan kegiatan pembelajaran dan masih
memerlukan bantuan guru. Setiap kategori memiliki nilai masing-masing
yaitu B=3, C=2, K=1. Setelah semua nilai dimasukkan untuk menentukan
hasil akhir kemampuan anak dilihat dari pencapaian pada skor akhir. Skor
13-21=kurang, 22-30=cukup, ≥ 31=baik.
d) Refleksi
Setelah dilaksanakan perencanaan, tindakan, dan pengamatan maka
langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan refleksi, yaitu apakah dengan
melalui penggunaan metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini. Dari
hasil reflesi ini untuk menemukan kelemahan-kelemahan dan
kelebihan-kelebihan dalam pembelajaran sehingga mengetahui dan dapat
memperbaikinya sehingga masalah yang ditemukan di dalam proses belajar
mengajar khususnya kemampuan berbicara anak berhasil seoptimal mungkin
sehingga hasil belajar anak tercapai, melalui tindakan perbaikan
pembelajatan.
C.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan guru untuk
mendapatkan informasi tentang kemampuan berbicara anak di TK
Bhayangkari 17 Cimahi dengan melakukan percakapan langsung, baik
dengan anak, guru ataupun orang tua anak.
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
Observasi adalah teknik yang dilakukan guru untuk mendapatkan
informasi tentang kemampuan berbicara anak pada saat diterapkan metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan melalui
pengamatan saja.
c. Studi Dokumentasi
Sesuatu yang bisa menggambarkan suatu kejadian bisa dengan foto-foto,
slide atau video tentang kegiatan pembelajaran penerapan metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan.
2. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 136), instrumen penelitian memiliki
pengertian sebagai berikut, yakni:
“Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada penelitian
lebih mudah dan hasilnya lebih baik dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki
tingkatan dalam penilaianya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu: 1).
Baik : Apabila anak mampu melakukan semua kegiatan pembelajaran tanpa
bantuan guru, 2). Cukup : Apabila anak mampu melakukan semua kegiatan
pembelajaran, namun masih perlu sedikit bantuam guru dan 3). Kurang :
Apabila anak belum mampu melakukan kegiatan pembelajaran dan masih
memerlukan bimbingan dari guru
Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel,
sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber
D. Definisi Operasional
Untuk membatasi istilah atau definisi operasional dalam penelitian ini,
maka variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Kemampuan berbicara anak Taman Kanak-Kanak adalah kemampuan
anak dalam mengucapkan kata-kata(mengucapkan bunyi/suara, meniru 4-5
urutan kata, dan menyebutkan kata dari huruf awal yang sama),
mengembangkan kosakata(menyebutkan judul cerita, menyebutkan tokoh
cerita, menyebutkan tempat peristiwa dalam cerita, menggunakan kata
tanya, dan menyebutkan keterangan waktu dalam cerita), serta
menggabungkan kata-kata menjadi kalimat (bercerita di depan kelas
dengan lafal yang benar,bercerita di depan kelas dengan intonasi yang
tepat, melengkapi kalimat sederhana, bercerita tentang gambar yang
disediakan guru atau dibuat sendiri oleh anak dan menceritakan
pengalaman sesuai dengan tema yang telah ditetapkan).
2. Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan adalah
teknik bercerita tentang suatu cerita secara berpasangan dalam satu
kelompok yang terdiri dari empat orang anak, dengan maksud dan tujuan
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
kelompoknya agar menjadi satu cerita yang utuh. Adapun langkah-langkah
pembelajaran metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita
Berpasangan adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan pengenalan mengenai tema yang akan dibahas pada
hari itu dan menanyakan apa yang anak ketahui mengenai tema
tersebut. Dalam kegiatan ini, guru memberikan kesempatan kepada
anak untuk menyampaikan pendapatnya.
b. Anak dipasangkan. Empat orang anak dipasangkan kemudian anak
yang lain mendengarkan. Masing-masing pasangan anak tersebut diberi
media/bahan berupa boneka flannel.
c. Anak mulai menceritakan cerita yang sudah di ceritakan sebelumnya
oleh guru.
d. Anak-anak yang lain mendengarkan cerita.
e. Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi mengenai tema/cerita yang telah
disampaikan antara pasangan atau dengan seluruh anak dalam kelas.
E.Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan
teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh
Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan
distribusi frekuensi, penjalasannya antara lain sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada
dalam catatan lapangan.Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman
dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan
rangkuman data yang berupa hasil observasi mengenai penerapan metode
meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B di TK Bhayangkari
17 Cimahi.
2. Pendeskripsian Data
Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi
perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik. Data yang
telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada
setiap aspek meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B di TK
Bhayangkari 17 Cimahi.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang
terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang
ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan
seterusnya serta kesimpulan terakhir pada siklus terakhir.
F. Lokasi dan Subjek penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalalah TK Bhayangkari 17 Cimahi yang
beralamat di Jl. Sukimun No. 4 Kec. Cimahi Tengah Kota Cimahi.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Bhayangkari
17, yang berjumlah 18 orang, yang terdiri atas 10 orang anak laki-laki dan 8
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Meningkatkan kemampuan
Berbicara Anak usia Dini melalui metode Cooperative Learning dengan
Teknik Cerita Berpasangan” yang dilaksanakan di TK Bhayangkari 17
Cimahi, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi Objektif kemampuan berbicara anak usia dini kelompok B TK
Bhayangkari 17 masih sangat rendah. Masih banyak ditemukan anak
yang belum mampu bercerita di depan kelas dengan lafal dan intonasi
yang benar, selain itu juga anak masih belum mampu menjawab
pertanyaan dari guru. Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran guru masih menggunakan metode secara klasikal dan
berpusat pada guru sehingga anak kurang diberi kesempatan untuk
berkomunikasi dan menyampaikan ide/gagasannya.
2. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berbicara
anak usia dini TK Bhayangkari 17 dilaksanakan dengan 3 siklus
pembelajaran, setiap siklus terdiri dari 2 tindakan. Sebelumnya guru dan
peneliti merancang perencaan pada setiap tindakan. Setiap tindakan
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi,
dan refleksi. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative learning dengan teknik cerita
berpasangan dilaksanakan pada kegiatan inti pembelajaran. Anak secara
berkelompok bergantian bercerita berpasangan dengan menggunakan
media boneka tangan/celemek flannel. Penggunaan teknik cerita
berpasangan merupakan salah satu teknik dari Cooperative Learning.
3. Kemampuan berbicara anak usia dini TK Bhayangkari 17 setelah
digunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita
Peningkatan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan terlihat pada
siklus tiga, kemampuan anak dalam bercerita di depan kelas dengan lafal
yang benar, bercerita tentang gambar menunjukkan peningkatan, pada
siklus dua hanya 4 orang anak yang mendapat nilai baik, pada siklus tiga
ini meningkat menjadi 15 orang anak, sedangkan kemampuan anak
dalam menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama berada
pada kategori rendah.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebelum diberi tindakan, guru
menghadapi kendala dalam meningkatkan kemampuan berbicara yaitu
guru hanya mengandalkan cerita saja tanpa menggunakan media,
sehingga kurang menarik minat anak, selain itu juga guru masih
menekankan pada metode klasikal dan semua berpusat pada guru. Dan
ketika menggunakan metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita
Berpasangan guru menghadapi kendala sulit untuk mengkondisikan anak
ketika sekelompok anak yang sedang bercerita dan anak yang lain agar
mendengarkan dengan tertib, kendala tersebut terjadi karena anak-anak
yang lain tidak ada kegiatan selain mendengarkan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, terdapat
beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi bagi
pihak-pihak terkait antara lain :
1. Bagi Guru :
a). Metode Cooperative Learning, salah satu media yang dapat
memfasilitasi dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara anak
usia dini melalui Teknik Cerita Berpasangan, untuk itu guru harus
mengetahui langkah-langkah dalam pengguanaan metode Cooperative
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
harus bisa mengkondisikan anak pada saat kegiatan pembelajaran
cerita berpasangan sedang berlangsung, bisa dilakukan dengan
memberikan reward kepada anak agar termotivasi untuk mau
mendengarkan cerita dengan tertib, guru harus menyiapkan media
yang dapat menarik minat anak, serta guru juga harus pandai
mengatur ruang kelas agar anak tidak merasa bosan ketika
pembelajaran cooperative leaning dengan teknik cerita berpasangan
sedang berlangsung.
b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Cooperative Learning
dengan Teknik Cerita Berpasangan dapat meningkatkan kemampuan
berbicara anak usia dini, untuk itu guru harus dapat menciptakan atau
membuat media yang tepat dan menarik sesuai dengan tema serta
harus dapat menciptakan pengaturan kelas yang cocok untuk metode
Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan.
2. Bagi Orang Tua
Dapat dijadikan salah satu alternatif agar anak ada keberanian
untuk mampu berbicara dengan lafal yang benar dan intonasi yang tepat
serta mampu menyampaikan pesan/informasi, gagasan/ide kepada orang
lain khususnya kepada orang tua ketika berada di lingkungan rumah.
3. Bagi Lembaga PAUD
a). Sekolah seharusnya dapat memfasilitasi segala sesuatu yang dapat
mendukung proses pembelajaran meningkatkan kemampuan berbicara
anak usia dini. Dengan media serta metode yang tepat anak akan
tertarik untuk berbicara dengan baik.
b). Kepala sekolah dan guru harus sering melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran terutama kegiatan bercerita untuk
meningkatakan kemampuan berbicara kemudian dikonsultasikan
c). Sekolah sudah sepantasnya memberi kesempatan kepada guru untuk
mengikuti berbagai pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan
anak usia dini terutama dalam hal kemampuan berbicara anak usia
dini.
4. Bagi Peneliti
Metode Cooperative Learning dengan Teknik Cerita Berpasangan
sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini .
untuk selanjutnya peneliti harus bisa memodifikasi teknik cerita
Dwi Oktaviani Wulandari, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhartono dan Supriadi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hartini, Elis. (2009). Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Pemanfaatan Media Gambar Fotografi. Skripsi. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak (edisi kelima) Jakarta : Erlangga
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak (edisi enam) Jakarta : Erlangga
Iskanadar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat : Gaung Persada (GP) Press
Itta. (2007) Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran Bilingual. Jakarata : Jurnal Pendidikan Penabur
Jamaris, M. (2005). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Grasindo
Keraf, G. (2009) Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia
Kuswari. (2008). Keterampilan Berbahasa Sunda Menyimak dan Berbicara. Bandung
Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rineka Cipta
Musfiroh. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Novia. (2002). Media Buku Bergambar untuk Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris Anak TK. Skripsi sarjana FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Permendiknas no 58 tahun 2009.
Rahmawati, E. (2009) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Jigsaw terhadap Tingkat Kecerdasan Emosi Anak TK. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Santrock, J.W. (2004). Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima) (diterjemahkan oleh Achmad Chusairi). Jakarta : Erlangga
Suhartono (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Suhendar. Dan Supinah Pien. (1992) MKDU Bahasa Indonesia. Bandung : Pionir Jaya
Supriadi, Y. (2005) Program Bimbingan Untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Tesis. Bandung : FIP UPI
Syamsudin. Dan Vismania S. (2009). Damaianti. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Tarigan, G.H. (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
Tarigan, G.H. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung
Tarigan, G.H. (1985). Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa. Depdikbud